BAB I PENDAHULUAN. Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013) hlm. 1.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup.

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 85.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. terjemahnya, Perca, Jakarta, 1982, hlm Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan pada dasarnya. tidak hanya menyampaikan dan memberi hafalan. Pendidikan yang ideal

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup secara tepat dimasa akan datang atau dapat juga didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk membina budi pekerti luhur seperti kebenaran, keikhlasan, kejujuran,

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk merubah tingkah laku ke arah yang baik. Tingkah laku

STUDI KOMPARASI KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN SISWA KELAS VIII ANTARA YANG BERASAL DARI MI DAN YANG BERASAL DARI SD DI MTs YAKTI TEGALREJO MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah diajarkannya cara menulis Al-Quran dan Hadits. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan


BAB I PENDAHULUAN. penanaman akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan peserta

BAB I PENDAHULUAN. penting karena dapat menentukan perkembangan dan kemajuan suatu kelompok

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. akan mendorong individu untuk melakukan hal-hal yang lebih baik. Minat

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Agama RI, Modul Bahan Ajar Pendidikan Dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) Guru Kelas RA, Jakarta, 2014, hlm. 112.

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. 2005, Hlm, 28

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang andal. Kualitas SDM sangat penting, karena

BAB I LATAR BELAKANG. kehidupan manusia, baik terhadap aktivitas jasmaniahnya, pikiran-pikirannya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor yang penting dalam membentuk akhlak sejak anak usia dini.

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Cara efektif untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dari yang diharapkan. Banyak siswa yang mempunyai perilaku menyimpang,

BAB I PENDAHULUAN. oleh kualitas sumber daya manusianya. Untuk meningkatkan kualitas manusianya

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia. merupakan salah satu komponen kehidupan yang paling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah akan senantiasa meninggikan derajat bagi orang-orang yang beriman dan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia karena tujuan yang dicapai oleh pendidikan tersebut adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bagi individu agar berkembang dan tumbuh menjadi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat komplek, dimulai dari sistem pendidikan yang berubah-ubah ketika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. Disamping itu pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. begitu, seorang guru pendidikan agama Islam harus mampu mendidik. keselamatan dunia maupun di akhirat kelak.

BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran adalah kitab suci yang merupakan sumber utama dan utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (QS.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Amzah, 2007), hlm. 55. Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 150.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm

BAB I PENDAHULUAN. Adopratama, 2011, hal Depdiknas, Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No. 20

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan anak yang lahir dalam keadaan fitrah atau suci :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Al-Qur an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah

BAB I PENDAHULUAN. terutama generasi muda sebagai pemegang estafet perjuangan untuk mengisi

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan. Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Selain ayat al-qur an juga terdapat sunnah Rasulallah SAW yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bermartabat dan disegani oleh bangsa-bangsa lain. Bangsa yang berkarakter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Firman Allah SWT. Dalam Surat Al-Mujaadilah [58:11]:

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. dan Negara. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. pada masa Rasululah, hingga masa sekarang. memahami dan dapat mengamalkan isi dari Al Quran. Sebagaimana yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah. Sekaligus memegang tugas-tugas dan fungsi ganda,

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. diberbagai belahan dunia terutama Negara-negara yang sedang berkembang banyak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Pada lembaga-lembaga pendidikan tersebut mata pelajaran agama

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah proses untuk mendewasakan manusia atau dalam istilah lain,

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pondasi utama yang dapat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sering diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan. 1 Istilah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kita ketahui bahwa negeri ini berada dalam krisis berbagai macam masalah yang tak kunjung usai seperti pelecehan seksual dan korupsi yang semakin parah dari tahun ke tahun, kondisi ini diperburuk dengan krisis moral dan budi pekerti para pemimpin bangsa yang berimbas kepada generasi muda, tawuran antar pelajar, perilaku seks bebas, penyalahgunaan narkoba, budaya tak tahu malu, tata nilai dan norma yang semakin merosot tidak hanya di perkotaan tapi sudah merambah ke pedesaan. Akibat yang ditimbulkan dari adanya krisis moral dan budi pekerti tersebut cukup serius dan tidak dapat dianggap lagi sebagai suatu persoalan sederhana, karena tindakan-tindakan tersebut sudah menjurus kepada tindak kriminal. Kondisi ini sangat memprihatinkan masyarakat khususnya para orang tua dan para guru (pendidik), sebab para pelaku dan korbannya kebanyakan adalah kaum remaja, terutama siswa. 1 Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi 2013) hlm. 1. 1 Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1

penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa. Upaya untuk mengatasi kondisi tersebut maka diperlukan pemahaman dan langkah untuk membangun kembali karakter bangsa sesuai nilai-nilai Pancasila. Merebaknya Perilaku ini sudah dilakukan oleh anak-anak SMP sederajat, yang notabennya mereka adalah anak yang sedang dalam masa perkembangan, akan sangat bahaya jika generasi muda seperti mereka sudah masuk kedalam jalur yang salah, moralitas anak-anak sekolah ini penting diperhatikan oleh para pendidik, sebab ini akan menentukan nasib dan masa depan mereka pada khususnya, serta kelangsungan hidup bangsa Indonesia pada umumnya. 2 Jangan berharap anak didik mampu berlaku etis jika aturan yang sarat dengan nilai-nilai moral dan agama tidak ditegakkan di sekolah. Jangan salahkan anak didik yang tidak menjunjung tinggi nilai-nilai moral, misalnya tanggung jawab, disiplin, jujur, adil, respect, dan semacamnya, jika pelajaran agama atau moral hanya bersifat hafalan saja, sementara itu kesesuaian antara kemampuan hafalan anak dan kenyataan dalam perilaku kurang diperhatikan. 3 Pada siswa SMP sederajat, anak berada pada tingkat perkembangan yang disebut masa remaja atau pubertas. Mereka 2 Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013) hlm. 8. 3 A. Qodri A. Azizy, Pendidikan (Agama) untuk Membangun Etika Sosial, (Semarang: Aneka Ilmu, 2003) hlm. 5. 2

berada dalam masa di mana terjadi perubahan-perubahan psikologis, dalam masa perubahan itu, siswa umumnya mengalami berbagai kesulitan dan masalah pada perilaku agama mereka. Lembaga pendidikan termasuk didalamnya sekolah merupakan tumpuan harapan para orang tua dan warga masyarakat terhadap anak-anaknya untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sifat kepribadian dan perilaku, sebagai sarana pengembangan diri, peningkatan status sosial, dan bekal hidup. Dalam konteks pendidikan, perbedaan individu peserta didik dapat berupa: inteligensi, kepribadian, keadaan jasmani, keadaan sosial, bakat serta prestasi. Tingkat prestasi yang dicapai oleh seorang peserta didik diyakini mempunyai hubungan terhadap perilaku peserta didik itu sendiri dalam bidang-bidang tertentu, terutama prestasi peserta didik dalam bidang keagamaan. Sekolah dapat menjadi lapangan yang baik bagi pertumbuhan kepribadian anak-anak, di samping sebagai tempat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, sekolah juga sebagai media untuk pengembangan bakat anak. Dengan kata lain sekolah merupakan lapangan sosial bagi anak-anak dimana pertumbuhan kepribadian, moral, sosial dan segala aspek kepribadian dapat berkembang. tidak terbatas pada pemompaan pengetahuan saja. 4 Anak merupakan individu yang masih polos dan lugu, yang 4 Zakiyah Dajadjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982) hlm. 48. 3

sangat mudah terpengaruh hal-hal yang ia dapati di lingkungan. Perilaku anak juga kebanyakan menyesuaikan dengan apa yang ia peroleh, termasuk pendidikan keagamaan sekolah. Pendidikan agama islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, serta pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 5 Agama memiliki peran penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ajaran didalam islam memiliki hubungan yang erat sekaligus mendalam dengan ilmu jiwa seseorang dalam soal pendidikan akhlak dan pembinaan mental spiritual. 6 Perhatian islam dalam pembinaan ahklak selanjutnya dapat dianalisis pada muatan akhlak yang terdapat pada seluruh aspek ajaran islam. 5 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Komplementasi Kurikulum 2004), (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), hlm. 135. 6 Moh. Sholeh & Imam Musbikin, Agama Sebagai Terapi, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005) hlm. 24. 4

Salah satunya pada pendidikan agama islam yang ada di madrasah-madrasah ada mata pelajaran aqidah akhlak. Mata pelajaran aqidah akhlak dengan mata pelajaran pendidikan agama islam lainnya pada dasarnya merupakan suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan, bahkan saling membantu, terkait dan menunjang, karena mata pelajaran lainnya secara keseluruhan berfungsi menyempurnakan tujuan pendidikan. Namun mata pelajaran aqidah akhlak agak berbeda dengan yang lain, sebab materi yang diajarkan dalam aqidah akhlak bukan saja untuk diketahui, dihayati dan dihafal, melainkan juga harus diamalkan oleh para siswa dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran tersebut merupakan salah satu usaha dan sarana bagi guru dalam menyiapkan peserta didik menjadi insan yang memahami ajaran islam dan berakhlaqul karimah, dan menanamkan nilai-nilai kehidupan yang baik, serta kedepannya menjadikan peserta didik dapat mempunyai perilaku keagamaan yang baik, yang dapat dijadikan sebagai bekal dalam kehidupan keluarga dan bermasyarakat. Dalam mengaplikasikan pendidikan islam tersebut, pemerintah memberikan wewenang kepada Kementrian Agama untuk mengelola dan mengatur agar lebih dapat melaksanakan peranannya sebagai lembaga pendidikan, selanjutnya dalam pelaksanaannya akan dilakukan oleh para guru di sekolahan agar dapat mencerdaskan kehidupan bangsa ini. 7 7 Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam Dalam Mencerdaskan Bangsa, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012) hlm. 1. 5

Sebagaimana dalam surat al-alaq: 1-5 : ) ٥( )١( خ ل ق ا ل ان س ان ا من ع ل ق )٢( اق ر أ اق ر أ ا بس ام ر باك ال ا ذي خ ل ق )٣( ال ا ذي ع ل م ا بل ق ل ام )٤( ع ل م ا ل ان س ان م ا ل ي ع ل م و ر ب ك ا ل ك ر م Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu yang Menciptakan (1) Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah, dan Tuhan-mulah yang paling pemurah (3) Yang Mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (4) Dia Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5). (QS. Al-Alaq: 1 5). 8 Tujuan dari pedidikan akhlak dalam islam adalah untuk membentuk manusia yang bermoral baik, bertekad kuat, sopan dan santun dalam bicara maupun perbuatan, mulia dalam tingkah laku, bersifat bijaksana, sempurna, beradab, ikhlas, jujur, dan suci. Dengan kata lain pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang memiliki keutamaan. Berdasarkan tujuan tersebut, maka setiap saat, keadaan, pelajaran, aktivitas, merupakan sarana pendidikan akhlak. supaya dapat menjadi teladan yang baik untuk peserta didiknya, maka setiap pendidik harus memelihara akhlak dan memerhatikan akhlak diatas segalagalanya. 9 Dengan memelajari akhlak ini, maka harapannya dapat menjadi sarana bagi peserta didik untuk menjadi manusia yang sempurna atau insan kamil. Insan kamil dapat diartikan sebagai 8 Depag. RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur an, 1987), hlm. 1079. 9 Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2011) hlm. 156. 6

manusia yang sehat jasmani dan terbina potensi rohaniahnya sehingga keduannya dapat berfungsi secara optimal dan dapat berhubungan dengan Allah dan makhluk lainnya secara benar sesuai dengan ajaran akhlak. 10 Kehidupan religiusitas pada remaja di pengaruhi oleh pengalaman keagamaan dan unsur kepribadian yang dimilikinya. Pada masa remaja perkembangan keagamaan ditandai dengan adanya sikap keragu-raguan terhadap kaidah-kaidah akhlak dan ketentuan-ketentuan agama lainya, oleh karena itu mereka masih butuh untuk dibimbing. Namun pada dasarnya sebagai manusia, remaja tetap membutuhkan agama sebagai pegangan dalam kehidupan, terutama pada saat menghadapi kesulitan. 11 Seberapapun tingkat kesulitan yang dihadapi, sebagai pendidik, perbaikan akhlak harus tetap diupayakan, karena agama pada akhirnya adalah akhlak. Dalam perspektif ini, seseorang tak dapat disebut beragama jika ia tidak berakhlak. 12 Maka dari itu harapanya dengan mengetahui teori pelajaran tentang moral dan perilaku agama, peserta didik diharapkan mampu mengimplementasikan nya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Sehingga moral bangsa ini akan terus membaik dari masa ke masa. 10 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) hlm. 160. 11 M. Nur Ghufron & Rini Risnawita S., Teori-Teori Psikologi, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010) hlm. 175. 12 Arif Supriono, Seratus Cerita tentang Akhlak,(Jakarta:Republika, 2006 ) hlm. 84. 7

B. Rumusan Masalah Agar penelitian ini dapat terarah dan dapat mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan, maka penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Peserta Didik Kelas VIII di MTs N Karangtengah Demak? 2. Bagaimana Perilaku Keberagamaan Peserta Didik Kelas VIII di MTs N Karangtengah Demak? 3. Apakah terdapat Korelasi antara Prestasi Belajar Aqidah Akhlak dengan Perilaku Keberagamaan Peserta Didik Kelas VIII di MTs N Karangtengah Demak? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui prestasi belajar aqidah akhlak peserta didik kelas VIII di MTs N Karangtengah Demak. Sehingga pendidik dapat mengidentifikasi kemampuan peserta didik setelah mengikuti pembelajaran. Kemudian mengambil langkah dengan memperbaiki kekurangan dalam pembelajaran, agar pembelajaran dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. 2. Untuk mengetahui perilaku keberagamaan peserta didik kelas VIII di MTs N Karangtengah Demak. Kemudian menjadi bekal dalam proses pembelajaran yang baik dan mencapai 8

tujuan yang telah ditentukan, serta memupuk dan mengembangkan perilaku keberagamaan peserta didik melalui pendidikan yang baik dan benar. 3. Untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara prestasi belajar aqidah akhlak dengan perilaku keberagamaan peserta didik kelas VIII di MTs N Karangtengah Demak. Sedangkan manfaat penelitian yang diharapkan adalah: 1. Bagi kalangan akademisi khususnya, hasil studi ini diharapkan bermanfaat, paling tidak sebagai tambahan informasi untuk memperluas wawasan guna masa depan pendidikan agama islam agar lebih baik. 2. Bagi instansi terkait, hasil studi ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan bagi sekolah, maupun dinas-dinas terkait didalam pembuatan kebijakan guna meningkatkan kualitas pendidikan. Bagi sekolah, penelitian ini dapat menjadi acuan evaluasi mengenai keberhasilan dalam pelajaran aqidah akhlak serta dapat digunakan sebagai dasar dalam membuat peraturan disekolah sehingga perilaku peserta didik menjadi lebih baik. 3. Bagi peneliti, semoga penelitian ini dapat menjadi bahan refleksi, betapa pentingnya prestasi belajar yang juga diimbangi dengan perilaku keberagamaan yang baik agar terbentuk manusia yang berkualitas, santun dan religius. 9

4. Bagi peserta didik dapat memberi motivasi supaya perilaku yang dimiliki menjadi lebih baik melalui prestasi belajar aqidah akhlak yang mereka peroleh. 10