BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode 2010-2015, secara umum pertumbuhan ekonomi mengalami fluktuasi, dimana pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010-2015, laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Kalimantan Timur menurut lapangan usaha pada tahun 2010-2015 ratarata sebesar 2,95% dengan migas dan non migas sebesar 7,80%. Laju pertumbuhan PDRB baik dengan migas ataupun tanpa migas menglami fluktuasi. Hampir semua sektor ekonomi di Kalimantan Timur pada tahun 2010-2015 mengalami percepatan pertumbuhan. Hanya sektor listrik, gas, dan air yang mengalami perlambatan. Struktur ekonomi Kalimantan Timur tahun 2010-2015 dengan migas maupun non migas tidak jauh berbeda. Sektor migas secara rata-rata dari tahun 2010-2015 memiliki kontribusi paling besar terhadap PDRB Provinsi Kalimantan Timur dimana nilai rata-rata sektor migas adalah rata-tata sektor Pertambangan (46,90%), Industri Pengolahan (22,55%), Perdagangan, Hotel dan Restoran (7,34), serta sektor Pertanian (6,67%). PDRB Menurut Kabupaten/Kota pada tahun 2010-2015 terbesar ada di Kabupaten Kutai Kertanegara dengan rata-rata nilai PDRB sebesar 127,4 triliun rupiah disusul Kabupaten Kutai Timur dengan 62,4 triliun rupiah dan Kota Bontang dengan nilai 61,51 triliun rupiah. Sedang pertumbuhan ekonomi tertinggi Menurut Kabupaten/kota pada tahun 2010-2015 ada di Kabupaten Paser rata-rata sebesar 8,18% disusul Kabupaten Berau sebesar 7,39% dan Kutai Timur sebesar 6,95%. 1
2 Begitu pula halnya dengan investasi yang mengalami fluktuasi. Perkembangan investasi tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar Rp18,41 Triliun. Sedangkan perkembangan investasi terendah terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp7,70 Triliun. Pada tahun 2010-2015, jumlah proyek penanaman modal dalam negeri rata-rata yang disetujui sebanyak 89 proyek. Namun realisasinya justru rata-rata menjadi 74 proyek. Rata-rata nilai realisasi investasi 2010-2015 sebesar 12,08 triliun rupiah sedangkan rata-rata rencana investasi 2010-2015 yaitu 32,73 triliun rupiah. Sementara penanaman modal asing yang disetujui rata-rata sebesar 109 proyek dengan rata-rata nilai investasi sekitar US$ 6,43 milyar. Namun realisasinya rata-rata hanya 244 proyek dengan nilai rata-rata US$ 1,79 milyar. Ada sejumlah faktor yang berpengaruh pada iklim investasi, yakni stabilitas politik dan sosial, kondisi infrastruktur dasar, sektor pembiayaan, pasar tenaga kerja, regulasi, perpajakan, birokrasi, korupsi, konsistensi dan kepastian kebijakan. Bank Dunia Melaporkan tentang iklim investasi (World Bank, 2009 dalam Sopandi, Andi, 2012 : 17), diantara faktor-faktor tersebut, stabilitas ekonomi makro, tingkat korupsi, birokrasi, dan kepastian kebijakan ekonomi merupakan empat faktor terpenting. The World Economic Forum (WEF) yang hasilnya ditunjukkan di dalam laporan tahunannya, The Global Competitiveness Report. Berdasarkan persentase dari responden, ternyata tiga faktor penghambat bisnis yang mendapatkan peringkat paling atas adalah berturut-turut birokrasi yang tidak efisien, infrastruktur yang buruk, dan regulasi perpajakan. Dinamika perkembangan ekonomi daerah yang selama ini banyak digerakan oleh konsumsi domestik, perlu juga didorong oleh
3 investasi dan ekspor. Untuk itu, diperlukan iklim investasi yang kondusif (Kuncoro, 2004 dalam Sopandi, Andi, 2012 : 118). Pengeluran pemerintah merupakan salah satu alat intervensi pemerintah terhadap perekonomian yang dianggap paling efektif. Pengeluaran pemerintah adalah konsumsi barang dan jasa yang dilakukan pemerintah serta pembiayaan yang dilakukan pemerintah untuk keperluan administrasi pemerintahan dan kegiatan-kegiatan pembangunan (Sukirno, 2002 dalam Danawati, Sri, 2016 : 3). Kapasitas keuangan daerah ditunjukkan dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Menurut UU No. 32 dan 33 tahun 2004 APBD adalah rencana keuangan tahunan. Pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD memuat rincian semua penerimaan daerah di satu sisi dan semua pengeluaran daerah di sisi yang lain. Sebelum tahun 2003 APBD dari sisi pengeluaran terdiri dari belanja rutin dan belanja pembangunan, (Suyana Utama, 2009 dalam Danawati, Sri, 2016 : 3). Distribusi alokasi pengeluaran pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur terjadi ketimpangan. Dimana pada tahun 2010-2015 mengalami fluktuasi. Pengeluaran pemerintah tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 14,6 Milyar rupiah sedangkan pengeluaran pemerintah terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 5,9 Milyar rupiah. Dan pengeluaran pemerintah pada tahun 2010-2015 ratarata sebesar 10,2 Milyar rupiah. Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan posisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya
4 proses demografi. Bagian dari tenaga kerja yang aktif dalam kegiatan ekonomi disebut angkatan kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), merupakan ukuran yang menggambarkan jumlah angkatan kerja untuk setiap 100 tenaga kerja. Selama kurun waktu 2009-2010, angkatan kerja di Kalimantan Timur meningkat sebanyak 187.459 orang dari 1.460.996 orang menjadi 1.648.455 orang. TPAK Kalimantan Timur pada tahun 2010 sebesar 66,41%, mengalami kenaikan sebesar 2,10% dibandingkan dengan kondisi tahun 2008. Menurut jenis kelamin terlihat bahwa TPAK laki-laki selalu lebih tinggi dibanding TPAK perempuan. Tahun 2008 TPAK laki-laki sebesar 84,46% dan 2010 menjadi 85,67%. Mengingat investasi merupakan faktor penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, serta investasi juga akan memberikan efek peningkatan kesejahteraan bagi setiap lapisan masyarakat daerah Kalimantan Timur dan pada akhirnya juga akan mempengaruhi perekonomian secara nasional, maka dipandang perlu untuk meneliti bagaimana faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi investasi di daerah Kalimantan Timur. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk membahas tentang ANALISIS PENGARUH INVESTASI, PENGELUARAN PEMERINTAH DAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KALIMANTAN TIMUR. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah tersebut dapat dirinci beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas yaitu : 1. Bagaimana pertumbuhan ekonomi di daerah Kalimantan Timur?
5 2. Seberapa besar pengaruh jumlah investasi, tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Timur secara parsial atau simultan? C. Batasan Masalah Untuk mempermudah penulisan penelitian ini, maka ada batasan-batasan yang harus diperhatikan agar pembahasan pada penelitian ini tidak melenceng dari tujuan permasalahannya, adapun batasan masalah tersebut adalah : 1. PDRB yang digunakan untuk menghitung Kab/Kota yang memiliki investasi yang potensial adalah PDRB Konstan. 2. Perhitungan investasi PMDN dan PMA menggunakan persamaan regresi dengan menggunakan metode regresi kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS). 3. Data Investasi PMDN dan PMA yang digunakan adalah data investasi yang telah diolah dan diperoleh langsung dari BPMPTSP Provinsi Kalimantan Timur. 4. Pembahasan hanya menganalisis Kab/Kota di Kalimantan Timur yang memiliki investasi PMDN dan PMA yang berpotensi. D. Tujuan Penelitian Sesuai penjelasan latar belakang permasalah dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan : 1. Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi di daerah Kalimantan Timur.
6 2. Untuk mengetahui pengaruh jumlah investasi, tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Timur secara parsial atau simultan. E. Kegunaan Penelitian Data yang telah terkumpul dan diolah merupakan jawaban atas pertanyaanpertanyaan yang ada dalam rumusan masalah, sedangkan konsep yang telah disusun penulis merupakan bentuk verbal dari jawaban atas pertanyaan tersebut dan ditambah dengan gagasan-gagasan yang relevan dari pihak pelaksanaan penelitian. Setiap hasil penelitian, pada prinsipnya harus berguna sebagai penunjang pengambilan keputusan suatu masalah yang ada. Maka manfaat yang diharapkan oleh penelitian ini adalah : a) Kegunaan Teoritis Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam meningkatkan investasi di Provinsi Kalimantan Timur. b) Kegunaan Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau referensi kepada peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan Efektivitas Investasi Terhadap Percepatan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Kalimantan Timur.