DALAM SEDIMEN DI PERAIRAN TELUK BULI MENGGUNAKAN INDEKS GEOAKUMULASI DAN INDEKS BEBAN PENCEMARAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGAMATAN KADAR MERKURI DI PERAIRAN TELUK KAO (HALMAHERA) DAN PERAIRAN ANGGAI (PULAU OBI) MALUKU UTARA

DISTRIBUSI LOGAM BERAT DALAM AIR DAN SEDIMEN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI CISADANE

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 1, Hlm , Juni 2013

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG BATU, JEPARA

ANALISIS ION LOGAM Cu DAN Zn DALAM CONTOH SEDIMEN, AKAR, KULIT BATANG DAN DAUN TANAMAN MANGROVE Avicenia marina DENGAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

Evaluation on heavy metals pollution in sediment in Morotai Island waters, North of Maluku

Analisis Logam Berat Timbal pada Sedimen Dasar Perairan Muara Sungai Sayung, Kabupaten Demak

3. METODE PENELITIAN

BIOAKUMULASI LOGAM BERAT DALAM MANGROVE Rhizophora mucronata dan Avicennia marina DI MUARA ANGKE JAKARTA

PEMANTAUAN KADAR LOGAM BERAT DALAM SEDIMEN DI PERAIRAN TELUK JAKARTA

ANALISIS KADAR MERKURI (Hg) Gracilaria sp. DI TAMBAK DESA KUPANG SIDOARJO

I. PENDAHULUAN. masalah yang sangat krusial bagi negara maju dan sedang berkembang. Terjadinya

pada akhirnya dapat mengganggu keseimbangan biogeokimia perairan laut terutama di areal sepanjang pantai. Bahkan sejalan dengan berbagai pemanfaatan

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.2 Oktober 2009 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Tabel 1 Lokasi, jenis industri dan limbah yang mungkin dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

KAJIAN KUALITAS LIMBAH CAIR KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. ANEKA TAMBANG TBK, HALMAHERA TIMUR, MALUKU UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik

PENDAHULUAN. laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam

2. TINJAUAN PUSTAKA. Perairan Teluk Jakarta secara geografis terletak pada 5º56 15 LS-6º55 30

ANALISIS KONSENTRASI LOGAM KROM (Cr) DAN NIKEL (Ni) DI PERAIRAN PANTAI BARAT KABUPATEN KARIMUN PROVINSI KEPULAUAN RIAU. Oleh:

STUDI DAN EVALUASI KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN KADNIUM (Cd) DI AIR DAN SEDIMEN PADA PERAIRAN SUNGAI KOTA TARAKAN

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

I. PENDAHULUAN. Pesisir pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung adalah ibukota dari Provinsi Lampung yang merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DISTRIBUSI KUANTITATIF LOGAM BERAT Cu DAN Zn DALAM AIR DAN SEDIMEN DI SEKITAR PERAIRAN PELABUHAN KAYU BANGKOA

Z. Tarigan, Edward dan Abdul Rozak

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL

Hubungan antara Konsentrasi Logam Berat Pb, Cd, Cu, Zn dengan Bahan Organik dan Ukuran Butir dalam Sedimen di Estuari Banjir Kanal Barat, Semarang

dari tumpahan minyak-minyak kapal.akibatnya, populasi ikan yang merupakan salah satu primadona mata pencaharian masyarakat akan semakin langka (Medan

PENDAHULUAN Latar Belakang

KOMPOSISI BUTIRAN PASIR SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DAN MERKURI (Hg) PADA AIR DAN SEDIMEN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI BANYUASIN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri yang semakin meningkat membawa dampak positif

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 4, Oktober 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KADAR LOGAM BERAT PADA SUNGAI DI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Pencemaran terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. sampah di TPA umumnya masih menggunakan metode open dumping, seperti pada

BAB I PENDAHULUAN. Laut dan kehidupan di dalamnya merupakan bagian apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN KUALITAS AIR PERMUKAAN DI SEKITAR KAWASAN MUARO KOTA PADANG MENGGUNAKAN PARAMETER KONDUKTIVITAS DAN KANDUNGAN LOGAM BERAT

DISTRIBUSI KUANTITATIF LOGAM BERAT Pb DAN Cd DALAM AIR DAN SEDIMEN DI SEKITAR PERAIRAN PELABUHAN KAYU BANGKOA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pertambangan emas Rakyat di Desa Hulawa, Kecamatan Sumalata Timur,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DISTRIBUSI KUANTITATIF LOGAM BERAT Cd DALAM AIR, SEDIMEN DAN IKAN MERAH (Lutjanus erythropterus) DI SEKITAR PERAIRAN PELABUHAN PAREPARE

HASIL DAN PEMBAHASAN

DISTRIBUSI LOGAM BERAT DALAM AIR DAN SEDIMEN DI PERAIRAN DANAU MANINJAU, PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 51' 30 BT perairan tersebut penting di Sumatera Utara. Selain terletak di bibir Selat

TINGKAT PENCEMARAN LOGAM BERAT DALAM AIR LAUT DAN SEDIMEN DI PERAIRAN PULAU MUNA, KABAENA, DAN BUTON SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan

DAFTAR ISI... LEMBAR PENGESAHAN... RINGKASAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN. buang tanpa adanya pengolahan limbah yang efesien dan terbuang mengikuti arus

Omni-Akuatika, 12 (3): , 2016 ISSN: print / online Research Article

BAB I PENDAHULUAN. yang maju identik dengan tingkat kehidupan yang lebih baik. Jadi, kemajuan

I. PENDAHULUAN. Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai

DEBIT AIR DI SUNGAI TERINDIKASI CEMAR DESA BERINGIN MALUKU UTARA

KANDUNGAN LOGAM BERAT TEMBAGA (Cu) PADA SIPUT MERAH (Cerithidea sp) DI PERAIRAN LAUT DUMAI PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN TIMBAL (Pb) PADA IKAN NIKE (Awaous melanocephalus) DI MUARA SUNGAI BONE KOTA GORONTALO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KUALITAS SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU. oleh: Hardi Sandro Situmeang 1) dan Rifardi 2) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KANDUNGAN LOGAM BERAT AIR LAUT, SEDIMEN DAN DAGING KERANG DARAH (Anadara granosa) DI PERAIRAN MENTOK DAN TANJUNG JABUNG TIMUR

KANDUNGAN LOGAM Pb DAN Hg DALAM SEDIMEN DI MUARA SUNGAI MATIKABUPATEN BADUNG BALI

Kandungan Logam Berat Pb pada Air laut dan Tiram Saccostrea glomerata sebagai Bioindikator Kualitas Perairan Prigi, Trenggalek, Jawa timur

I. PENDAHULUAN. akibatnya air mengalami penurunan akan kualitasnya. maka batas pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda-beda.

Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura 2

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012).

BAB III BAHAN DAN METODE

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

identifikasi masalah sampling ekstraksi AAS analisis data

BAB I PENDAHULUAN. Dengan demikian laut seakan-akan merupakan sabuk pengaman kehidupan manusia

EFEKTIFITAS DEPURASI UNTUK MENURUNKAN KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb dan Cd DALAM DAGING KERANG DARAH (Anadara granossa)

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penampilannya atau lebih tahan tehadap korosi dan keausan. Dampak negatif dari

Transkripsi:

TINGKAT PENCEMARAN LOGAM BERAT Pb, Cd, Cu, Ni, Zn, DAN Fe DALAM SEDIMEN DI PERAIRAN TELUK BULI MENGGUNAKAN INDEKS GEOAKUMULASI DAN INDEKS BEBAN PENCEMARAN JURNAL OLEH : M. ARMAN AHMAD 051609013 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE 2015

TINGKAT PENCEMARAN LOGAM BERAT Pb, Cd, Cu, Ni, Zn, DAN Fe DALAM SEDIMEN DI PERAIRAN TELUK BULI MENGGUNAKAN INDEKS GEOAKUMULASI DAN INDEKS BEBAN PENCEMARAN M. Arman Ahmad 1), Muhajir Marsaoly 2), Reni Tyas Asrining Pertiwi 2) 1) Alumni Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. 2) Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Khairun. 97719. Ternate. ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat pencemaran logam berat Pb, Cd, Cu, Ni, Zn Dan Fe dalam sedimen di perairan Teluk Buli dengan menggunakan dua cara yang berbeda yaitu Indeks Beban Pencemaran (Pollution Load Index, PLI) dan Indeks Geoakumulasi (Geoaccumulation Index, I_geo). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi dan kajian mengenai logam berat di perairan sekitar Teluk Buli. Sehingga diharapkan agar menjadi bahan pertimbangan dalam perumusan kebijakan dan pengelolaan lingkungan di perairan Teluk Buli. Penelitian ini dilaksanakan di perairan sekitar Teluk Buli pada bulan Januari tahun 2015. Pengambilan contoh sedimen dilakukan di lima stasiun disekitar Perairan Teluk Buli Kabupaten Halmahera Timur. Sedangkan alat yang di gunakan untuk menentukan posisi stasiun yaitu Global Positioning System (GPS). Berdasarkan nilai indeks geoakumulasi di Teluk Buli untuk logam berat Pb, Cd, Cu, Ni, Zn dan Fe nilai rerata seluruh logam berat lebih kecil dari 0 (I_geo<0), yang berarti sedimen masuk kategori tidak tercemar oleh seluruh logam berat tersebut. Sedangkan berdasarkan perhitungan analisis indeks beban pencemaran (PLI) nilainya lebih kecil dari 1 (PLI<1), yang berarti secara keseluruhan sedimen di perairan Teluk Buli ini termasuk kategori tidak tercemar oleh logam Pb, Cd, Cu, Ni, Zn dan Fe. Kata Kunci : Tambang, Logam berat, Indeks Geoakumulasi, Indeks Beban Pencemar PENDAHULUAN Pengaruh aktivitas manusia melalui kegiatan pertambangan tersebut mengakibatkan meningkatnya kadar logam berat di lingkungan laut, merusak lingkungan dan kehidupan organisme laut. Peningkatan logam berat ini akan berubah menjadi racun bagi organisme laut. Selain bersifat racun, logam berat akan terakumulasi dalam sedimen dan biota melalui proses gravitasi, biokonsentrasi, bioakumulasi dan biomagnifikasi oleh biota laut (Maslukah, 2013). Sebagai salah satu daerah yang mempunyai sumber daya alam yang sangat besar, Maluku Utara mempunyai kesempatan untuk mengembangkan

segala potensi untuk dimanfaatkan. Salah satu potensi tersebut adalah logam Nikel (Ni) di Teluk Buli. Potensi sumberdaya nikel yang diketahui berada di daerah Halmahera Timur, Maluku Utara ± 220 juta ton, tersebar dibeberapa lokasi yaitu Tanjung Buli, Pulau Gee, Pulau Gebe, Pulau Obi, dan Teluk Weda (Gunawan, 2008). PT. ANTAM Tbk, sebagai salah satu perusahaan negara yang bergerak dalam bidang pertambangan, pada saat ini melakukan operasi penambangan nikel laterit di kawasan Halmahera Timur, Maluku Utara. Ada beberapa daerah KP (Kuasa Pertambangan) yang dimiliki PT ANTAM Tbk di kawasan ini, yaitu Tanjung Buli, Mornopo, Pulau Pakal, dan Pulau Gee. Penambangan nikel laterit di site Tanjung Buli dilaksanakan oleh PT. Yudhistira Bumi Bhakti (PT.YBB) sebagai kontraktor tambang dari PT. Antam Tbk. Luas KP di site Tanjung Buli ini 640 ha dengan target produksi bijih nikel sebesar 2.300.000 ton untuk tahun 2007 (Gunawan, 2008). BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan diperairan sekitar Teluk Buli pada bulan Januari Tahun 2015. Pengambilan contoh sedimen dilakukan di empat stasiun disekitar Perairan Teluk Buli Kabupaten Halmahera Timur. Sedangkan alat yang di gunakan untuk menentukan posisi stasiun yaitu Global Positioning System. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Alat dan Bahan Alat yang digunakan selama melakukan penelitian diantaranya sebagai berikut : Tabel 1. Alat dan Kegunaan No Alat Kegunaan 1 Grab dari stainles steel Mengambil contoh sedimen 2 Botol polyethylene Wadah contoh 3 Plastik klip Wadah contoh 4 GPS (Global Positioning System) Menandai area penelitian 5 AAS (Atomic Absorption Spectrofotometry) Menganalisa contoh Sedangkan bahan yang digunakan terdiri dari contoh sedimen, es untuk mengawetkan contoh dan bahan kimia pengawet contoh (HCL, HNO 3 ). Prosedur Kerja Contoh sedimen diambil dengan menggunakan grab yang terbuat dari stainles steel pada 4 stasiun pengamatan dan diambil pada lapisan permukaan (0-5 m). Kemudian contoh sedimen dimasukkan ke dalam plastik klip. Di laboratorium, contoh sedimen dimasukkan dalam cawan teflon dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105 o C selama 24 jam. Setelah kering dikocok beberapa kali dengan air suling (Lorring dan Rantala, 1977). Contoh sedimen dikeringkan kembali pada suhu 100 o C selama 24 jam, kemudian digerus hingga halus. Sebanyak 5 gram contoh sedimen kering dimasukkan dalam cawan teflon, didestruksi dengan menggunakan HNO 3 /HCl pekat dan biarkan pada suhu ruang ± 4 jam. Destruksi dilanjutkan pada suhu 90 0 C selama 8 jam. Analisa Pb, Cd, Cu, Ni, Zn dan Fe ditentukan dengan AAS Varian SpectrAA-20 Plus menggunakan nyala campuran udara asetilen (Westerlund & Magnuson, 1981). Penilaian toksisitas sedimen dilakukan membandingkan hasil penelitian dengan Baku Mutu Sedimen (CCME, 2002), (BCMWLAP, 2006b) Penentuan Status Mutu Penilaian untuk sedimen dilakukan dengan menggunakan NAB (nilai ambang batas) yang ditetapkan oleh Turekian & Wedepohl (1961). Tingkat pencemaran logam berat dalam sedimen ditentukan dengan menggunakan Faktor Kontaminasi (CF), Indeks Beban Pencemaran, (PLI), dan Indeks geoakumulasi (I_geo) (Parizanganeh et al., 2012). CF = Cx C background (Bn ) I_Geo = log 2 Cx 1,5 Bn

PLI = [CF1 X CF2 x CF3...CFn] 1/n, Dimana : Cx = Konsentrasi logam X dalam contoh, Bn = Konsentrasi normal logam X di alam (standar baku mutu), n = Jumlah logam, 1,5 = Konstanta. Tabel 2. Kriteria Faktor Kontaminasi, Indeks Beban Pencemaran, dan Indeks geoakumulasi No Indeks Geoakumulasi Indeks Beban Pencemaran Faktor Kontaminasi (CF) (I_Geo) (PLI) 1 I_geo < 0: tidak tercemar, PLI <1 : tidak tercemar, Cf <1 : tingkat kontaminasi rendah, 2 0<I-geo<1: tercemar ringan, PLI 1-2 : tidak tercemar sampai tercemar ringan, 1<Cf<3: tingkat kontaminasi sedang, 3 1<I_geo<2: tercemar sedang, PLI 2-4 : tercemar sedang, 3<Cf<6: tingkat kontaminasi cukup, 4 2<I_geo<3: tercemar cukup berat, PLI 4-6 : tercemar berat, Cf>6: tingkat kontaminasi sangat tinggi. 5 3<I_geo<4: tercemar parah, PLI 6-8 : tercemar sangat berat, 6 4<I_geo<5: tercemar luar biasa berat, PLI: 8-10 : tercemar luar biasa berat. 7 I_geo>5: tercemar sangat luar biasa berat. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran kadar kontaminan logam berat Pb, Cd, Cu, Ni, Zn dan Fe dalam sedimen di perairan Teluk Buli disajikan pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Kadar Logam Berat (ppm) dalam sedimen di Perairan Teluk Buli, Januari 2015. Pb Cd Cu Ni Zn Fe 1 0,897 6,577 22,989 42,551 11,8 8,998 2 0,095 0,095 12,5 99,714 50,8 94,017 3 0,098 0,098 17,081 0,755 31,8 53,684 4 1,889 0,497 21,475 0,31 56 32,610 Min 0,095 0,095 12,5 0,31 11,8 8,998 Max 1,889 6,577 22,989 99,714 56 94,017 Std.Dev 0,851 3,179 4,726 46,969 20,1 36,084 Rerata 0,745 1,817 18,511 35,833 37,6 47,327 KA* 20** 0.3** 45** 68** 95** 47.200** *KA : Kadar Alami **Turekian & Wedepohl (1961)

Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Logam Berat Pb, Cd, Cu, Ni, Zn, dan Fe Per Kadar Pb Per (ppm) Kadar Ni Per (ppm) 25 20 15 10 5 0 20 20 20 20 0.897 0.095 0.098 1.889 1 2 3 4 120 100 80 60 40 20 0 42.551 99.714 68 68 68 68 0.755 0.31 1 2 3 4 8 6 4 2 0 Kadar Cd Per (ppm) 6.577 0.095 0.098 0.497 0.3 0.3 0.3 0.3 1 2 3 4 Kadar Zn Per (ppm) 100 95 95 95 95 80 50.8 56 60 40 31.8 20 11.8 0 1 2 3 4 Kadar Cu Per (ppm) 45 45 45 45 50 Kadar Fe Per (ppm) 94.017 100 40 30 20 10 22.989 12.5 17.081 21.475 80 60 40 20 53.684 32.610 47.200 8.998 47.200 47.200 47.200 0 1 2 3 4 0 1 2 3 4 Gambar 2. Kadar Logam Berat Dilihat Per Dari Gambar diatas dapat dilihat berdasarkan letak stasiun terdapat pada kadar Pb berkisar antara 0.095 1.889 stasiun 4 yakni 1.889 ppm. Dari data ppm dengan rerata 0.745 ppm. Nilai diatas menunjukkan ke empat stasiun terendah Pb terdapat distasiun 2 yakni masih jauh dibawah ambang baku yang 0.095 ppm dan nilai tertinggi Pb ditetapkan. Tapi jika nilai tertinggi per

stasiun maka stasiun 4 lebih tinggi dibandingkan stasiun lainnya. Hal ini karena stasiun 4 merupakan kawasan pasar dan perumahan padat penduduk, sehingga pada stasiun ini menerima banyak masukan logam Pb dari daratan. Menurut Saryan et al., (1994) Penggunaan timbal terbesar lainnya adalah dalam produksi baterai penyimpan untuk mobil. Kadar Cd dalam sedimen berkisar antara 0,095 6,577 ppm dengan rerata 1,817 ppm. Kadar Cd tertinggi terdapat distasiun 1 dan terendah distasiun 2. Data ini menunjukkan bahwa stasiun 1 menerima masukan limbah yang mengandung Cd lebih banyak dibandingkan dengan stasiun lain. Bahkan jika dilihat per stasiun maka stasiun 1 telah jauh melewati kadar baku mutu yang ditetapkan yaitu 0.3 ppm (Turekian & Wedepohl, 1979). Lokasi pada stasiun 4 merupakan kawasan pasar dan pemukiman padat penduduk, sehingga kadar Cd disini banyak menerima masukan dari daratan. Sesuai dengan pernyataan Darmono (1995) Sumber kadmium dapat berasal dari pabrik peleburan besi, baja, produksi semen, pembakaran sampah, dan penggunaan logam yang berhubungan dengan hasil produksinya (pabrik baterai, aki, pigmen warna, pestisida, gelas, dan keramik). Walaupun demikian, kadar Cd yang telah melewati ambang baku yang ditetapkan tersebut masih dalam batas kewajaran. Sedangkan pada stasiun 1 kadar logam berat Cd telah jauh melewati ambang baku mutu yang ditetapkan, ini disebabkan karena lokasi stasiun 1 tepat berada ditambang aktif milik PT ANTAM di Bukit Maronopo. Sehingga pada saat dilakukan proses eksplorasi nikel, logam Cd menjadi logam ikutan pada bahan mentah hasil pertambangan nikel tersebut. Kadar Cu dalam sedimen berkisar 12.5-22.989 ppm dengan rerata 18.511 ppm. Kadar Cu ini juga tidak merata disetiap stasiun. Kadar Cu tertinggi dijumpai pada stasiun 1 dan terendah distasiun 2. Sebaran logam Cu pada ke empat stasiun cukup merata dan masih dibawah ambang baku mutu yang ditetapkan. Canadian Council of Ministers for the Environment (CCME, 2002) menyatakan Nilai Ambang Batas Cu dalam sedimen untuk perlindungan biota adalah 35,7 ppm. Pedoman Kualitas Sedimen (SQG) menetapkan sedimen yang tidak tercemar kadar Cu < 25 ppm (Harikumar et al., 2010). Kadar rerata Cu di permukaan bumi adalah 45 ppm. Dengan demikian bila

mengacu pada CCME, dapat dikatakan bahwa sedimen diperairan ini baik untuk kehidupan biota laut. Kadar Ni berkisar 0.31-99.714 ppm dengan rerata 35.833 ppm. Kadar Ni juga bervariasi di setiap stasiun. Kadar Ni tertinggi dijumpai pada stasiun 2 dan terendah distasiun 4. Meskipun pada stasiun 1 dan 2 nilai Ni tinggi namun stasiun 1 masih dibawah ambang baku mutu yang ditetapkan, sedangkan pada stasiun 2 telah melewati kadar baku mutu yang ditetapkan oleh Turekian & Wedepohl (1979). Tingginya kadar logam berat Ni pada kedua stasiun ini tidak terlepas dari lokasi dimana kedua sampel sedimen ini diambil. Pada stasiun 1 terdapat tambang nikel aktif di Bukit Maronopo milik PT ANTAM dan stasiun 2 merupakan pelabuhan bongkar muat nikel milik PT ANTAM. Untuk stasiun 3 dan 4 menerima sedikit masukan limbah logam berat Ni, karena pada stasiun 3 Pulau Gee sudah tidak lagi beroperasi tambang nikel dan sedang dalam tahap penghijauan kembali sedangkan stasiun 4 merupakan kawasan pemukiman padat penduduk. British Columbia Ministry of Water, Land and Air Protection (BCMWLAP)(2006b) menyatakan nilai terendah Ni dalam sedimen yang dapat menimbulkan efek negatif adalah 16 ppm. Kadar normal rerata Ni di alam adalah 68 ppm (Turekian & Wedepohl, 1961). Pedoman Kualitas Sedimen (SQG) menetapkan kadar Ni dalam sedimen yang tidak tercemar adalah < 20 ppm, dan dalam sedimen yang tercemar sedang antara 20-50 (Harikumar et al., 2010). Berdasarkan BCMWLAP (2006b) tersebut maka dapat dikatakan bahwa kadar Ni cukup berbahaya bagi biota laut. Kadar Zn dalam sedimen berkisar 11.8-56 ppm dengan rerata 37.6 ppm. Kadar Zn ini juga bervariasi disetiap stasiun. Kadar Zn tertinggi dijumpai distasiun 4 dan terendah distasiun 1. Kadar Zn ini relatif masih rendah bila dibandingkan dengan kadar alamiah Zn di alam yakni 95 ppm (Turekian & Wedepohl, 1961). Kadar logam berat Zn pada stasiun 2 tinggi karena lokasi ini merupakan pelabuhan bongkar muat milik PT ANTAM, sehingga pada saat dilakukan proses bongkar muat nikel ke kapal banyak bahan mentah yang jatuh ke perairan. Untuk stasiun 4 kadar ini tinggi karena lokasi ini merupakan pemukiman padat penduduk. Ini karena sumber utama seng berasal dari aktivitas manusia yaitu buangan limbah (dumping) dan polusi udara yang

mengandung Zn sedangkan sumber alami Zn adalah erosi batuan yang mengandung Zn disungai. Sifat pencemar Zn hanya berdampak lokal di pantai, teluk, estuari dan saluran pembuangan limbah (Bryan, 1976). Kadar Fe berkisar 8.998-94.017 ppm dengan rerata 47.327 ppm. Kadar Fe juga bervarisi di setiap stasiun. Kadar Fe tertinggi dijumpai pada stasiun 2 yang telah melewati kadar alami dan terendah terdapat di stasiun 1. Data ini menunjukkan bahwa stasiun 2 lebih banyak menerima masukan limbah yang mengadung Fe. Kadar Fe hasil penelitian ini relatif tinggi terutama pada stasiun 2 dan 3 yang telah melewati ambang baku mutu yaitu 47.200 ppm (Turekian & Wedepohl, 1961). Nilai Indeks Geoakumulasi (I_geo) Nilai indeks geoakumulasi logam Pb, Cd, Cu, Ni, Zn, dan Fe dalam sedimen di perairan Teluk Buli disajikan pada Tabel 4. Dari tabel tersebut dapat dilihat nilai indeks geoakumulasi logam berat terhadap sedimen di perairan Teluk Buli hasil penelitian. Tabel 4. Nilai indeks geoakumulasi (I_geo) sedimen perairan Teluk Buli, Januari 2015. Teluk Buli I_geo Pb I_geo Cd I_geo Cu I_geo Ni I_geo Zn I_geo Fe 1-5,064 3.869-1.554-1.261-3.594-2.976 2-8,303-2.244-2.433-0.033-1.488 0.409 3-8,258-2.199-1.982-7.078-2.164-0.399 4-3,989 0.143-1.652-8.362-1.347-1.118 Min -8,303-2.244-2.433-8.362-3.594-2.976 Max -3,989 3.869-1.554-0.033-1.347 0.409 Std.Dev 2,211 2.876 0.397 4.148 1.028 1.445 Rerata -6,403-0.108-1.905-4.183-2.148-1.021 Dari Tabel 4 diatas dapat dilihat nilai indeks geoakumulasi di Teluk Buli untuk Pb berkisar antara -8,490 sampai -3,989 dengan rerata -6,403. Nilai ini kurang dari 0 yang berarti sedimen masuk kategori tidak tercemar oleh logam Pb. Nilai I_geo Cd berkisar antara -2,244 sampai 3,869 dengan rerata -0,108. Nilai ini kurang dari 0 yang berarti sedimen masuk kategori tidak tercemar oleh logam Cd. Nilai I_geo Cu berkisar antara -2,433 sampai -1,554 dengan rerata -1,905. Nilai ini kurang dari 0 yang berarti sedimen

masuk kategori tidak tercemar oleh logam Cu. Nilai I_geo Ni berkisar antara -8,362 sampai -0,033 dengan rerata -4,183. Nilai ini kurang dari 0 yang berarti sedimen masuk kategori tidak tercemar oleh logam Ni. Nilai I_geo Zn berkisar antara -3,594 sampai pada -1,347 dengan rerata -2,148. Nilai ini kurang dari 0 yang berarti sedimen masuk kategori tidak tercemar oleh logam Zn. Terakhir nilai I_geo Fe berkisar antara -2,976 sampai 0,409 dengan rerata -1,021. Nilai ini kurang dari 0 yang berarti sedimen masuk kategori tidak tercemar oleh logam Fe. Nilai indeks geoakumulasi semua logam berat masuk dalam kategori tidak tercemar jika dilihat dari nilai rerata hasil anilisis. Namun jika di lihat per stasiun maka pada logam berat Cd untuk stasiun 1 masuk dalam kategori tercemar parah karena nilai 3.869 telah melewati 3 dan kurang dari 4. Sedangkan untuk Cd stasiun 4 dan Fe stasiun 2 masuk dalam kategori tercemar ringan karena nilai indeks geoakumulasinya lebih besar dari 0 dan lebih kecil dari 1. Nilai Faktor Kontaminasi (CF) Pada Tabel 5 disajikan hasil perhitungan nilai faktor kontaminasi (Cf) logam Pb, Cd, Cu, Ni, Zn, dan Fe. Dari tabel tersebut dapat dilihat faktor kontaminasi (CF) Pb berkisar 0,005 sampai 0,094 dengan rerata 0,037 (Cf <1), yang berarti bahwa sedimen termasuk kategori terkontaminasi rendah. Nilai faktor kontaminasi (CF) Cd berkisar 0,317 sampai 21,923 dengan rerata 6,056 (Cf>6), yang berarti bahwa sedimen termasuk kategori terkontaminasi sangat tinggi. Nilai faktor kontaminasi (CF) Cu berkisar 0,278 sampai 0,511 dengan rerata 0,411 (Cf>1), yang berarti bahwa sedimen termasuk kategori terkontaminasi rendah. Nilai faktor kontaminasi (CF) Ni berkisar 0,005 sampai 1,466 dengan rerata 0,527 (Cf>1), yang berarti bahwa sedimen termasuk kategori terkontaminasi rendah. Nilai faktor kontaminasi (CF) Zn berkisar 0,124 sampai 0,589 dengan rerata 0,396 (Cf>1), yang berarti bahwa sedimen termasuk kategori terkontaminasi rendah. Nilai faktor kontaminasi (CF) Fe berkisar 0,191 sampai 1,992 dengan rerata 1,003 (1<Cf<3), yang berarti bahwa sedimen termasuk kategori terkontaminasi sedang.

Tabel 5. Nilai faktor kontaminasi (CF) Teluk Buli CF Pb CF Cd CF Cu CF Ni CF Zn CF Fe 1 0,045 21,923 0,511 0,626 0,124 0,191 2 0,005 0,317 0,278 1,466 0,535 1,992 3 0,005 0,327 0,380 0,011 0,335 1,137 4 0,094 1,657 0,477 0,005 0,589 0,691 Min 0,005 0,317 0,278 0,005 0,124 0,191 Max 0,094 21,923 0,511 1,466 0,589 1,992 Std.Dev 0,043 10,597 0,105 0,691 0,212 0,764 Rerata 0,037 6,056 0,411 0,527 0,396 1,003 Indeks Beban Pencemaran (PLI) Pada Tabel 6 berikut disajikan nilai PLI di setiap stasiun. Dari tabel tersebut dapat dilihat nilai PLI berkisar 0,112-0,435 dengan rerata 0,265, nilai ini lebih kecil dari 1 (PLI<1), yang berarti secara keseluruhan sedimen di perairan Teluk Buli ini termasuk kategori tidak tercemar oleh logam Pb, Cd, Cu, Ni, Zn dan Fe. Tabel 6. Nilai PLI Logam Berat dalam Sedimen di Perairan Buli, Maluku Utara Logam Berat PLI (CFPb CFCd CFCu CF Pb CF Cd CF Cu CF Ni CF Zn CF Fe CFNi CFZn CFFe) 1/6 1 0,045 21,923 0,511 0,626 0,124 0,191 0,435 2 0,005 0,317 0,278 1,466 0,535 1,992 0,290 3 0,005 0,327 0,38 0,011 0,335 1,137 0,112 4 0,094 1,657 0,477 0,005 0,589 0,691 0,224 Min 0,005 0,317 0,278 0,005 0,124 0,191 0,112 Max 0,094 21,923 0,511 1,466 0,589 1,992 0,435 Std.Dev 0,043 10,597 0,105 0,691 0,212 0,764 0,135 Rerata 0,037 6,056 0,411 0,527 0,396 1,003 0,265<1 Dari uraian di atas diketahui bahwa penelitian ini belum dilakukan analisis kadar Pb, Cd, Cu, Ni, Zn dan Fe dalam sedimen relatif bervariasi disetiap stasiun. Variasi ini dapat disebabkan oleh perbedaan komposisi sedimen di masing-masing stasiun, yang pada komposisi sedimen. Sedimen yang banyak mengandung lumpur biasanya menyerap lebih banyak logam dibandingkan dengan sedimen yang mengandung pasir atau pecahan karang.

Lumpur yang kaya akan bahan organik mampu mengikat logam. Logam mempunyai kapasitas yang tinggi untuk membentuk kelat/ligand dengan senyawa organik (Sardan et al., 2011). Claudia et al., (2004) menyatakan, distribusi logam berat pada sedimen laut dipengaruhi oleh tekstur, kandungan mineral lempung (clay minerals), bahan organik, oksida-oksida besi dan mangan serta kalsium karbonat. PENUTUP Kesimpulan 1. Berdasarkan nilai indeks geoakumulasi di Teluk Buli untuk logam berat Pb, Cd, Cu, Ni, Zn dan Fe jika di lihat per stasiun maka pada logam berat Cd untuk stasiun 1 masuk dalam kategori tercemar parah, sedangkan Cd stasiun 4 dan Fe stasiun 2 masuk dalam kategori tercemar ringan. Tapi nilai I_geo pada penelitian ini dilihat reratanya dan nilai rerata seluruh logam berat lebih kecil dari 0 (I_geo<0), yang berarti sedimen masuk kategori tidak tercemar oleh seluruh logam berat tersebut. 2. Sedangkan berdasarkan perhitungan analisis indeks beban pencemaran (PLI) nilainya berkisar antara 0,112-0,435 dengan rerata 0,265, nilai ini lebih kecil dari 1 (PLI<1), yang berarti secara keseluruhan sedimen di perairan Teluk Buli ini termasuk kategori tidak tercemar oleh logam Pb, Cd, Cu, Ni, Zn dan Fe. Saran 1. Peneliti sarankan agar kedepannya dilakukan penelitian terhadap logam berat secara menyeluruh mulai air, sedimen, biota dan dampak terhadap manusia diperairan Teluk Buli. 2. Penelitian atau pemantauan perlu dilakukan secara berkala minimal dua atau tiga kali dalam setahun, atau dalam semua kondisi musim dilaut. 3. Keterlibatan semua pihak dalam melakukan kegiatan pemantauan ini perlu dilakukan. Baik itu pemerintah, pihak perusahaan, akademisi dan organisasi kemasyarakatan. DAFTAR PUSTAKA British Columbia Ministry of Water, Land and Air Protection (BCMWLAP). 2006b. A Compendium of Working Water Quality Guidelines for British Columbia. Ministry of Environment, Lands, and Parks (now called MWLAP),

Environmental and Resource Management Department, Water Management Branch. Victoria, BC. Updated: August 2006. Canadian Council of Ministers for the Environment (CCME). 2002. Canadian sediment quality guidelines for the protection of aquatic life summary table. CCME. Winnipeg, MB. 7p. Claudia, G.V, D.S. Batista, N.J.A. Batista. 2004. Benthic foraminifera distribution in high polluted sediments from Niterói Harbor (Guanabara Bay), Rio de Janeiro, Brazil. An.Acad. Bras. Ciênc, 76(2) : 1-10. Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. UI Press. Jakarta. Gunawan, F. 2008. Penentuan Besar Boulder Untuk Mencapai Nilai Cut-Off Grade Pada Operasi Penambangan Nikel Laterit Di Tanjung Buli, Halmahera Timur, Maluku Utara. Skripsi. Fakultas Teknik Pertambangan Dan Perminyakan. Institut Teknologi Bandung. Harikumar, P.S., T.S. Jisha. 2010.Distribution pattern of trace metal pollutants in the sediments of an urban wetland in the southwest coast of India.International Journal of Enginering Science and Technology. 2(5): 840-850. Loring, D.H and R.T.T. Rantala. 1977. Geochemical analyss of sediment and suspended particulated matter. Fisheries and Marine Service Technical Report No 20: 700 Environmental Canada : 1-58. Maslukah, L. 2013. Hubungan antara Konsentrasi Logam Berat Pb, Cd, Cu, Zn dengan Bahan Organik dan Ukuran Butir dalam Sedimen di Estuari Banjir Kanal Barat, Semarang. Buletin Oseanografi Marina. Vol. 2 55-62 Parizanganeh H. Abdolhossein., Vahid Bijnavand., Abasali A. Zamzani., Ali Hajabolfath. 2012. Concentration, Distribution and Comparasion of Total and Biavailable Heavy Metals in Top Soils of Banab District in Zanjan Province. Open Journal of Soil Science, 2012, 2, 123-132. Sardan, J. Montes, F. and Penuelas, J. 2011. Electrothermal Atomic Absorption Spectrometry to Determine As, Cd, Cr, Cu, Hg, and Pb in Soils and Sediments: A Review and Perspectives. Soil and Sediment Contamination, 20, pp. 447-491. Turekian, K. K.; Wedepohl, K. H. 1961. Distribution of The Elements in Some Major Units of The Earth s Crust. Geol. Soc. Am. Bull., 175-192.18p. Westerlund, S and Magnuson, B. 1981. Solvent extraction procedures combined with back titration for trace metals determinations by atomic absorption spectrometry. Anal.Chim. Acta. 131: 63-72