BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. menuntut kita untuk mengimbangi dengan ilmu pengetahuan yang modern. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti guru, peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. menamabah jumlah alokasi dana untuk pendidikan, jumlah jam pelajaran, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi kemanusiaanya. Potensi kemanusiaan. merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia yang baik dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini ditandai dengan ilmu teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan potensi diri menjadi kompetensi yang beragam, harus

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. ini sesuai pendapat Didi Supriadie yang menyatakan bahwa pendidikan. dapat menjalankan hidup dan kehidupannya sesuai dengan harapan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsure

BAB I PENDAHULUAN. rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa. 2 Dengan demikian, pendidikan. berlangsung di sekolah dan di luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan pendapat diatas, menegaskan bahwa pendidikan sangat penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan guru dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu. mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamis. 3

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan yang berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

Pendidikan merupakan bentuk perkembangnya potensi menjadi. manusia yang peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia, terutama dalam proses pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Tanpa adanya pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk memanusiakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. hlm Adri Efferi, Materi dan Pembelajaran Qur an Hadits MTs-MA, STAIN Kudus, Kudus, 2009, hlm. 2-3

BAB I PENDAHULUAN. berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. 1 Proses pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang sangat luas mengakibatkan adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Syamsuddin Abin (2007, h. 22) mengatakan bahwa pendidikan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitasnya.1 Pendidikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. dan melaksanakan pendidikan. Anak-anak menerima pendidikan dari

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan. yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan inovasi dalam bidang pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bernilai universal, artinya meliputi seluruh dimensi ruang dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemajuan, pendidikan di madrasah-madrasah juga telah

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. karena maju dan mundurnya bangsa di tentukan oleh keadaan pendidikan yang di

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pendidikan adalah interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung pada lingkungan tertentu. 1 Pendidikan merupakan upaya yang dapat mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu mengembangkan tugas yang dihadapkan kepadanya, karena hanya manusia yang dapat dididik dan mendidik. 2 Selain itu, pendidikan merupakan satusatunya aset untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pendidikan yang bermutu, bangsa dan Negara akan terjunjung tinggi martabat dimata dunia. 3 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. 4 1 Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum: Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 13 2 Udin Syaefudin Sa ud dan Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2006), hlm. 6 3 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2014), hlm. 20 4 Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm. 105 1

2 Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab 1 pasal 3 menyebutkan bahwa: Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak Mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab. 5 Komponen yang penting dalam pendidikan adalah proses pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan kearah yang lebih baik. Dalam proses pembelajaran terdapat kegiatan belajar mengajar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, bahkan saling berkaitan erat. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan peserta didik merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dan peserta didik, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri peserta didik yang sedang belajar. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran. 6 Hal utama yang perlu diperhatikan guru sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar adalah guru harus mengetahui karakter peserta didik.yang akan diajarkan. Setelah itu guru dapat merencanakan 5 Undang-undang Sisdiknas, UU RI No. 20 tahun 2003,(Jakarta: Sinar Grafika, 2009),hlm. 3 6 Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum, hlm. 82

3 penyampaian materi dengan berbagai metode yang menarik, strategi yang menyenangkan, dan melakukan inovasi-inovasi dalam kegiatan belajar mengajar. Inovasi merupakan suatu ide penemuan yang baru atau hasil dari pengembangan kreatif dari ide yang sudah ada. Sementara dalam konteks pembelajaran, inovasi merupakan bentuk kreatifitas guru dalam mengelola pembelajaran yang semula monoton, membosankan, menjenuhkan, dan ortodoks menuju pembelajaran yang menyenangkan, variatif, dan bermakna. Dengan begitu, pembelajaran dengan mata pelajaran apapun akan berjalan dengan efektif, peserta didik juga merasa nyaman, bersemangat dan lebih berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu dapat dijadikan sebagai sarana untuk membuka pola pikir peserta didik bahwa ilmu yang mereka pelajari memiliki kebermaknaan untuk hidup sehingga ilmu tersebut mampu mengubah sikap, pengetahuan, dan keterampilan menjadi lebih baik. 7 Mata pelajaran Fiqih merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di MI. Pada mata pelajaran ini sebagian peserta didik merasa kesulitan terutama pada materi zakat di kelas IV. Dalam materi zakat bagian 8 golongan yang berhak menerima zakat ini, peserta didik dituntut untuk mampu menyebutkan dan memahami makna masing-masing golongan yang berhak menerima zakat, sehingga apabila dalam pembelajaran Fiqih guru hanya menggunakan metode ceramah maupun diskusi saja, maka peserta didik akan merasa bosan dan kurang dapat 7 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran, hlm 20

4 memahami materi yang diajarkan. Namun jika kita melihat kenyataan yang ada di suatu lembaga-lembaga formal masih banyak madrasah yang menerapkan cara lama ini. hal ini perlu diperbaiki dari pendidik karena pendidik merupakan orang yang bertanggung jawab dan dengan sengaja mempengaruhi peserta didik. Berdasarkan dokumentasi dilapangan KKM yang ditentukan pada mata pelajaran Fiqih adalah 75, dari laporan hasil ujian tengah semester (UTS) fiqih peserta didik kelas IV semester I tahun ajaran 2016-2017 terdapat 14 peserta didik yang mendapat nilai dibawah KKM, 1 peserta didik yang mendapat nilai sesuai dengan KKM dan 7 peserta didik yang mendapat nilai diatas KKM. Adapun nilai selengkapnya sebagaimana terlampir. 8 Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru mata pelajaran Fiqih di MI Bendiljati Wetan Sumbergempol Tulungagung adalah sebagai berikut: Dalam pelaksanaan pembelajaran saya menggunakan metode ceramah dan sesekali menggunakan metode diskusi dan belum pernah mencoba menggunakan metode inovatif lain, termasuk metode Make a match. Pada saat proses pembelajaran Fiqih berlangsung masih ada sebagian besar peserta didik yang tidak aktif. Apalagi saat materi zakat, banyak peserta didik yang tidak memperhatikan penjelasan saya dan ketika ditanya maupun diberi tugas, mereka tidak bisa mengerjakan terutama yang bagian 8 golongan orang yang berhak menerima zakat. Peserta didik itu sebagian besar belum bisa membedakan. 9 Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan di MI Bendiljati Wetan Sumbergempol Tulungagung terdapat beberapa 8 Dokumentasi evaluasi hasil belajar tanggal 18 Oktober 2016 9 Hasil wawancara dengan guru bidang studi kelas IV tanggal 7 Oktober 2016

5 kendala yang dihadapi dalam proses belajar mengajar Fiqih terutama pada pokok bahasan Zakat yaitu guru masih menggunakan metode ceramah dan diskusi dalam menjelaskan materi, guru tidak menggunakan media yang bervariasi yang dapat mendukung proses pembelajaran sehingga peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran dan membuat peserta didik kurang memahami materi baik dari segi menyebutkan maupun menjabarkan makna dari tiap golongan. Selain itu, guru kurang memotivasi peserta didik, proses pembelajaran yang kurang menarik, serta peserta didik kurang dapat berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung. 10 Dalam hal ini, perlu adanya tindakan guru untuk mencari dan menerapkan suatu metode pembelajaran inovatif dalam proses pembelajaran supaya hasil belajar peserta didik dapat meningkat, sehingga peneliti merasa penting untuk mengambil judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fiqih Peserta didik Kelas IV MI Bendiljati Wetan Sumbergempol Tulungagung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Make a match pada mata pelajaran Fiqih pokok bahasan zakat Peserta didik kelas IV-A MI Bendiljati Wetan Sumbergempol Tulungagung tahun ajaran 2016-2017? 10 ibid.

6 2. Bagaimana peningkatan hasil belajar Fiqih pokok bahasan zakat dengan penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Make a match peserta didik kelas IV-A MI Bendiljati Wetan Sumbergempol Tulungagung tahun ajaran 2016-2017? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagaimana berikut: 1. Untuk menjelaskan penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Make a match pada mata pelajaran fiqih pokok bahasan zakat peserta didik kelas IV-A MI Bendiljati Wetan Sumbergempol Tulungagung tahun ajaran 2016-2017. 2. Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar dengan diterapkannya model pembelajaran Kooperatif tipe Make a match pada mata pelajaran Fiqih pokok bahasan zakat peserta didik kelas IV-A MI Bendiljati Wetan Sumbergempol Tulungagung tahun ajaran 2016-2017. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan atau manfaat pada berbagai pihak, yaitu: 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini dapat berfungsi sebagai kontribusi dan sumbangan ilmiah untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Make a match.

7 2. Secara Praktis Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Bagi Lembaga 1) Kepala MI Bendiljati Wetan Sumbergempol Tulungagung Sebagai salah satu bahan masukan bagi sekolah untuk menentukan arah kebijakan dalam proses belajar mengajar, serta sebagai motivasi untuk menyediakan sarana dan prasarana sekolah untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran. 2) Guru MI Bendiljati Wetan Sumbergempol Tulungagung Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan pembelajaran Fiqih yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. 3) Peserta didik MI Bendiljati Wetan Sumbergempol Tulungagung. Hasil penelitian ini dapat mendorong peserta didik agar bersemangat dalam mengikuti pelajaran, melatih kerjasama serta meningkatkan hasil belajar peserta didik. b) Bagi Peneliti Lain Bagi penelitian lain yang mengadakan penelitian sejenis, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan tentang meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui model Kooperatif tipe Make a match.

8 c) Bagi Pembaca Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan baru mengenai model pembelajaran Kooperatif tipe Make a match serta sebagai panduan dalam menyusun skripsi selanjutnya agar menjadi lebih baik lagi kedepannya. d) Bagi Perpustakaan IAIN Tulungagung Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan koleksi dan referensi serta untuk menambah literatur di bidang pendidikan sehingga dapat digunakan sebagai sumber belajar atau bahan bacaan untuk mahasiswa lainnya. E. Hipotesis Tindakan Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat bertanya. 11 Dalam metode penelitian, hipotesis adalah alat yang mempunyai kekuatan dalam proses inkuiri, karena hipotesis dapat menghubungkan dari teori yang relevan dengan kenyataan yang ada atau fakta, atau dari kenyataan dengan teori yang relevan. Hipotesis dikatakan sementara karena kebenarannya masih perlu di uji atau di tes kebenarannya dengan data yang asalnya dari lapangan. Terdapat dua alasan mengapa hipotesis dianggap penting dibuat sebelum peneliti terjun ke lapangan yaitu: pertama, hipotesis yang baik menunjukkan bahwa peneliti mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup dalam kaitannya dengan permasalahan; kedua, 11 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 96

9 bahwa dengan hipotesis dapat memberikan arah dan petunjuk tentang pengambilan data dan proses interpretasinya. Dalam penelitian, seorang peneliti yang menuliskan hipotesis secara baik mempunyai beberapa tujuan penting. Diantara tujuan tersebut diantaranya sebagai berikut: 12 1. Menyediakan keterangan secara sementara terhadap gejala dan memungkinkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Menyediakan para peneliti dengan pernyataan hubungan antar variabel yang dapat diuji kebenarannya. 3. Memberikan arah yang perlu dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian. 4. Memberikan kisi-kisi laporan untuk melaporkan kesimpulan studi. Walaupun hal ini tidak mutlak, hipotesis penelitian pada umumnya sama banyaknya dengan jumlah rumusan masalah yang telah ditetapkan dalam rencana penelitian. yang penting adalah bahwa dengan dirumuskannya hipotesis penelitian, rumusan masalah yang direncanakan dapat dicakup dalam penelitian yang hendak dilakukan. 13 Dari ungkapan tersebut memberikan pemahaman pada kita bahwa hipotesis hanya merupakan kesimpulan atau jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Jadi hipotesis tindakan penelitian ini adalah Jika model pembelajaran kooperatif tipe Make a match diterapkan oleh guru dengan baik dalam proses belajar mengajar, maka dapat meningkatkan hasil belajar fiqih materi pokok 12 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), hlm. 41 13 ibid. hlm. 42

10 bahasan zakat pada peserta didik kelas IV-A MI Bendiljati Wetan Sumbergempol Tulungagung. F. Definisi Istilah Agar tidak terjadi salah penafsiran dalam memahami istilah yang dipakai dalam penelitian ini, maka perlu adanya penegasan istilah. Istilahistilah tersebut diantaranya adalah: 1. Model pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang mana peserta didik belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. 2. Pengertian Make a match Model pembelajaran Make a match merupakan salah satu model pembelajaran berupa permainan kartu berpasangan, yang mana berisi pertanyaan dan kartu jawaban yang setiap peserta didik diminta untuk mencari pasangannya. 3. Hasil belajar Hasil belajar merupakan kemampuan peserta didik dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam suatu kompetensi dasar yang dapat diukur dengan perubahan tingkah laku pada diri seseorang baik dari segi pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.

11 G. Penegasan Operasional 1. Model pembelajaran kooperatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang bertujuan untuk melatih kerjasama Peserta didik melalui bentuk kegiatan kerja kelompok Peserta didik yang berbeda latar belakang untuk mencapai suatu hasil tertentu. 2. Model pembelajaran Make a match adalah model pembelajaran berupa permainan menggunakan kartu-kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban untuk dibagikan kepada masing-masing Peserta didik. 3. Hasil belajar yang dimaksud adalah suatu perubahan pada Peserta didik baik berupa perubahan sikap, pengetahuan, maupun keterampilan yang didapat dari proses interaksi edukatif. 1. Sistematika Penulisan Skripsi Secara garis besar sistematika yang dimaksud adalah keseluruhan isi dari pembahasan ini secara singkat, yang terdiri dari lima bab. Dari bab-bab tersebut terdapat sub-sub yang merupakan rangkaian dari urutan pembahasan dalam penulisan skripsi ini. Adapun sistematika pembahasan dalam kajian adalah sebagai berikut: Bab I: pendahuluan, merupakan langkah awal untuk mengetahui gambaran secara umum dari keseluruhan isi skripsi yang akan dibahas dan merupakan dasar serta merupakan kunci utama untuk pembahasan pada babbab selanjutnya, yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis penelitian, definisi istilah, dan sistematika pembahasan.

12 Bab II: pada bab ini merupakan kajian pustaka. Pada bab ini menjelaskan tentang kajian teori mengenai pengertian pembelajaran kooperatif, pembelajaran kooperatif tipe Make a match, komponenkomponen pembelajaran, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a match, kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif tipe Make a match, pengertian kajian hasil belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, kajian tentang pembelajaran fiqih, hakikat pembelajaran fiqih MI. pada bab ini juga dijelaskan tentang penelitian terdahulu, hipotesis tindakan serta kerangka pemikiran peneliti. Bab III: pada bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang diambil dari pendekatan dan jenis penelitian, lokasi dan subjek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, indikator keberhasilan tindakan, tahap-tahap penelitian yang terdiri dari 1) Tahap Pra Tindakan 2) Tahap Pelaksanaan Tindakan. Bab IV: merupakan bab yang memaparkan hasil penelitian hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi: deskripsi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Bab ini menjelaskan tentang pembahasan hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti lapangan. Pada bab ini akan membahas temuan-temuan peneliian yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya, dan mempunyai arti penting bagi keseluruhan penelitian serta untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Bab V: pada bab ini merupakan penutup dari penulisan skripsi atau hasil akhir yang mencakup kesimpulan dan saran.