EVALUASI SALURAN DRAINASE DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM SWMM 5.1 DI PERUMAHAN VILLA RATU ENDAH, BOGOR, JAWA BARAT NICO AUGUSTA DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Saluran Drainase dengan Menggunakan Program SWMM 5.1 di Perumahan Villa Ratu Endah, Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2017 Nico Augusta NIM F44130071
ABSTRAK NICO AUGUSTA. Evaluasi Saluran Drainase dengan Menggunakan Program EPA SWMM 5.1 di Perumahan Villa Ratu Endah, Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh NORA HERDIANA PANDJAITAN dan ASEP SAPEI. Saluran drainase digunakan untuk mengalirkan kelebihan air permukaan (limpasan/run off), dari suatu daerah atau kawasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kesesuaian saluran drainase dengan besarnya limpasan yang terjadi dan membuat rencana anggaran biaya (RAB) untuk perbaikan ruas saluran drainase. Curah hujan dihitung dengan distribusi Log-Person III. Hasil analisis menunjukkan curah hujan maksimum sebesar 128.764 mm untuk periode ulang 2 tahun. Jaringan drainase Perumahan Villa Ratu Endah memiliki 56 conduit, 56 junction, 6 outfalls nodes, dan 29 subcatchment. Hasil simulasi jaringan drainase menunjukkan bahwa pada conduit 14 terjadi limpasan, karena kapasitas saluran sebesar 0.058 m 3 /det kurang memadai untuk menampung aliran dari saluran sebelumnya sebesar 0.079 m 3 /det. Jika lebar saluran C14 diubah lebarnya dari 0.33 m menjadi 0.5 m, maka tidak akan terjadi lagi limpasan. Kata kunci: jaringan sistem drainase, kapasitas saluran, limpasan, perumahan, SWMM 5.1. ABSTRACT NICO AUGUSTA. Evaluation of Drainage System Using SWMM 5.1 in Villa Ratu Endah Residence, Bogor, West Java. Supervised by NORA HERDIANA PANDJAITAN dan ASEP SAPEI. Drainage channel is use to drain runoff from an area. This research were conducted to evaluate drainage system at Villa Ratu Endah by comparing runoff with drainage channel capacity using SWMM 5.1 and to make the budget plan (RAB) for the improvement of the drainage channel. The rainfall was analyse using Log Person III distribution. The analysis result showed that maximum rainfall was 128.764 mm for 2 years return period. The drainage system of Villa Ratu Endah Residence consisted of 56 conduits, 56 junctions, 6 outfalls nodes, and 29 subcatchments. The result of drainage system simulation showed that conduit 14 was overflow, because drainage channel capacity of 0.058 m 3 /det was smaller than discharge from previous channel of 0.079 m 3 /det. It was suggested that the width of square channel C14 should be changed from 0.33 m to 0.5 m, to avoid overflow. Keywords: channel capacity, drainage network system, residential, run off, SWMM 5.1
EVALUASI SALURAN DRAINASE DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM SWMM 5.1 DI PERUMAHAN VILLA RATU ENDAH, BOGOR, JAWA BARAT NICO AUGUSTA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2017
PRAKATA Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga skripsi ini berhasil dilaksanakan. Judul penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret hingga Mei 2017 ini adalah "Evaluasi Saluran Drainase dengan Menggunakan Program EPA SWMM 5.1 di Perumahan Villa Ratu Endah, Bogor, Jawa Barat". Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih disampaikan kepada: 1. Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan serta bimbingan dalam penyusunan skripsi ini 2. Prof. Dr. Ir. Asep Sapei, MS selaku dosen pembimbing kedua atas bimbingan dan arahan selama penelitian berlangsung. 3. Bapak Sutoyo STP, Msi selaku dosen penguji sidang skripsi atas bimbingan dan masukannya. 4. Kedua orang tua tercinta Bapak Agus Hermanto dan Ibu Nurcahyanti, atas doa dan dukungannya. 5. Bapak Achmad Juheri selaku Ketua RT 06 Villa Ratu Endah atas bantuan saat pengambilan data. 6. Teman-teman Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan angkatan 2013 Karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan untuk perbaikan penulisan selanjutnya. Semoga ide yang disampaikan dalam karya ilmiah ini dapat tersampaikan dengan baik dan memberikan manfaat bagi pihak yang membutuhkan. Bogor, September 2017 Nico Augusta
i DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... ii DAFTAR GAMBAR... ii DAFTAR LAMPIRAN... ii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 2 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Ruang Lingkup Penelitian... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Drainase... 3 Aliran Permukaan... 3 EPA SWMM 5.1... 5 METODE PENELITIAN... 6 Waktu dan Tempat... 6 Bahan dan Peralatan... 7 Prosedur Penelitian... 7 HASIL dan PEMBAHASAN... 10 Keadaan Umum Lokasi Penelitian... 10 Analisis Curah Hujan Rencana... 12 Pemodelan Jaringan Drainase dengan SWMM 5.1... 14 Rencana Anggaran Biaya yang Dibutuhkan... 17 SIMPULAN... 18 DAFTAR PUSTAKA... 19 LAMPIRAN... 21 RIWAYAT HIDUP... 29
ii DAFTAR TABEL Tabel 1 Data curah hujan harian maksimum selama 10 tahun... 12 Tabel 2 Analisis frekuensi curah hujan rencana... 13 Tabel 3 Perbandingan parameter distribusi probabilitas... 13 Tabel 4 Hasil perhitungan uji Chi kuadrat distribusi Log Person III... 13 Tabel 5 Periode ulang curah hujan maksimum dengan distribusi Log Person III. 14 Tabel 6 Hasil distribusi hujan rencana... 14 Tabel 7 Estimasi RAB perbaikan saluran... 18 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Peta lokasi penelitian... 7 Gambar 2 Diagram alir penelitian... 8 Gambar 3 Masterplan perumahan Villa Ratu Endah... 11 Gambar 4 Jaringan drainase pada Perumahan Villa Ratu Endah... 12 Gambar 5 Hasil simulasi jaringan drainase terhadap waktu... 15 Gambar 6 Profil aliran node J9 hingga J15... 16 Gambar 7 Besaran limpasan terhadap waktu... 11 Gambar 8 Hasil modifikasi simulasi SWMM terhadap waktu... 16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Periode ulang berdasarkan daerah tangkapan air... 21 Lampiran 2 Karakteristik lahan pada Perumahan Villa Ratu Endah... 22 Lampiran 3 Hasil simulasi limpasan yang terjadi pada tiap subcathment... 23 Lampiran 4 Karakteristik saluran drainase... 24 Lampiran 5 Perhitungan kapasitas saluran C14... 26 Lampiran 6 Perhitungan dimensi baru saluran C14... 26 Lampiran 7 Desain perbaikan saluran C14... 27 Lampiran 8 Gambar memanjang desain perbaikan saluran C14... 28
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam mengakomodasi aktivitas, diperlukan hunian sebagai tempat tinggal. Meningkatnya pertumbuhan penduduk, berbanding lurus dengan permintaan akan kebutuhan tempat tinggal. Seiring dengan bertambahnya penduduk maka perumahan dan permukiman bertambah dengan cepat. Menurut Kodoatie dan Syarief (2010) pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan semakin berlanjutnya paembangunan. Hal ini mendasari manusia untuk mengeksploitasi alam demi pertumbuhan ekonomi. Pada daerah imbuhan (recharge area) dikarenakan perkembangan penduduk dan pertumbuhan ekonomi maka terjadi alih fungsi lahan menjadi lahan pemukiman dan industri. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan resapan air. Selain itu, karena peningkatan kebutuhan air juga akan menyebabkan penurunan ketersediaan air tanah. Lahan yang semula berupa daerah konservasi, kawasan lindung, daerah resapan air, dan daerah penyangga kemudian berubah menjadi daerah-daerah kedap air yang berupa pemukiman. Perubahan fungsi lahan juga menyebabkan terjadinya peningkatan aliran permukaan (runoff) yang menyababkan terjadinya potensi bencana banjir. Dalam pengelolaan sumber daya air maka hal tersebut merupakan aspek pengendalian daya rusak air. (Kodoatie dan Syarief 2010). Pada beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa ketika hujan tiba sering terjadi genangan yang disebabkan karena tidak berfungsinya saluran drainase dengan optimal (Tangkudung dkk 2013). Untuk mengatasi persoalan ini dibutuhkan infrastruktur pendukung yaitu saluran drainase. Oleh karena itu setiap perkembangan suatu daerah harus diikuti dengan evaluasi saluran drainase secara menyeluruh, tidak hanya pada lokasi pengembangan, tetapi juga daerah sekitarnya yang terpengaruh (Kodoatie 2003). Sistem drainase adalah serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal (Suripin 2004). Perumahan Villa Ratu Endah merupakan perumahan yang terletak di Kabupaten Dramaga, Bogor. Di beberapa lokasi di perumahan Villa Ratu Endah terjadi genangan air saat hujan karena saluran drainase yang sudah dibuat tidak dapat menampung dan menyalurkan dengan baik seluruh air buangan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai besarnya limpasan yang terjadi dan kesesuaiannya dengan saluran drainase yang tersedia. Analisis dilakukan dengan menggunakan model EPA SWMM 5.1. Model ini banyak digunakan untuk menganalisis permasalahan limpasan di daerah perkotaan. Adapun keunggulan SWMM 5.1 dibandingkan dengan SWMM sebelumnya memungkinkan para perencana untuk secara akurat untuk menentukan keefektifannya dalam mengelola aliran air hujan dan gabungan saluran pembuangan. SWMM 5.1 menyediakan fitur mengedit data masukan area studi, menjalankan simulasi hidrologi, hidrolik dan kualitas air. Dan melihat hasilnya dalam berbagai format. Yang terakhir mencakup area drainase dengan kode warna, grafik dan tabel, profil, dan analisis frekuensi statistik (EPA 2017). Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk untuk mengevaluasi kesesuaian saluran drainase dengan besarnya limpasan yang terjadi dan menyusun rencana perbaikan ruas saluran drainase.
2 Perumusan Masalah Permasalahan yang ditinjau dalam evaluasi saluran drainase dengan model EPA SWMM 5.1 di Villa Ratu Endah, Bogor, Jawa Barat, antara lain : 1. Bagaimana besarnya limpasan yang terjadi di Perumahan Villa Ratu Endah? 2. Bagaimana kesesuaian saluran yang ada dengan besarnya limpasan yang terjadi di Perumahan Villa Ratu Endah? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Evaluasi kesesuaian saluran dengan besarnya limpasan yang terjadi. 2. Rencana anggaran biaya (RAB) untuk perbaikan ruas saluran drainase. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembang Perumahan Villa Ratu Endah dalam memelihara dan mengendalikan sistem jaringan drainase di wilayah perumahan Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah: 1. Saluran drainase di Perumahan Villa Ratu Endah. 2. Analisis frekuensi untuk mendapatkan nilai curah hujan rencana menggunakan metoda probability distribution yaitu: a. Distribusi Log-Person III 3. Evaluasi saluran drainase menggunakan bantuan program komputer EPA SWMM 5.1.
3 TINJAUAN PUSTAKA Drainase Kata drainase berasal dari kata drainage yang artinya mengeringkan atau mengalirkan. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut (Suripin 2004). Kebutuhan akan sistem drainase yang memadai telah diperlukan sejak beberapa abad yang lalu, seperti pada masa 300 SM jalan-jalan pada masa tersebut dibangun dengan elevasi lebih tinggi untuk menghindari adanya limpasan di jalan (Long 2007). Berdasarkan sejarah terbentuknya, drainase dibagi menjadi: (1) drainase alamiah dan (2) drainase buatan. Drainase alamiah terbentuk secara alami dan tidak memiliki bangunan-bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan batu/beton, dan gorong-gorong. Drainase buatan merupakan saluran drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan, pasangan batu/beton, gorong-gorong, dan pipa-pipa (Suripin 2004). Menurut letaknya, saluran drainase dapat dibedakan atas saluran drainase di permukaan tanah yang berfungsi untuk mengalirkan air limpasan permukaan, dan saluran drainase di bawah permukaan tanah, yaitu saluran drainase yang berfungsi untuk mengalirkan air limpasan permukaan melalui media di bawah permukaan tanah (pipa-pipa). Menurut konstruksinya, saluran drainase dapat dibedakan atas saluran terbuka dan saluran tertutup. Jaringan saluran drainase terdiri dari saluran drainase primer, saluran drainase sekunder, dan saluran drainase tersier (Hasmar 2011). Suatu saluran pembuangan dibuat sesuai dengan kondisi lahan dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu drainase bisa di bangun dalam berbagai macam pola jaringan agar tercapai hasil yang optimal (Kusumo 2009). Sistem drainase perkotaan adalah sistem drainase dalam wilayah admistrasi kota dan daerah perkotaan. Sistem tersebut berupa jaringan pembuangan air yang berfungsi mengendalikan atau mengeringkan kelebihan air permukaan di daerah permukiman yang berasal dari hujan lokal, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan masyarakat (Simanjuntak 2014). Evaluasi saluran drainase dilakukan dengan membandingkan antara debit banjir rencana (Qranc) dengan kapasitas saluran (Suroso dkk 2014). Perbandingan antara debit rencana (Qrencana) dan debit eksisting (Qeksisting) pada perencanaan drainase tidak memenuhi syarat saat debit rencana (Qrencana) lebih besar dibandingkan debit eksisting (Qeksisting) sehingga saluran drainase tidak aman (meluap) dan terdapat genangan air di permukaan jalan (Saido dkk 2014). Perencenaan ulang saluran perlu diperhatikan efisensi hidrolis artinya dalam pembuatan saluran diharapkan tidak terjadi permasalahan baru dengan dibuatnya saluran tersebut sehubungan dengan perilaku aliran yang terjadi. Oleh karena itu dilakukan evaluasi dimensi saluran agar kapasitas saluran yang direncanakan mampu mengalirkan debit dengan baik (Fatima dan Suhudi 2014).
4 Aliran Permukaan Hidrologi adalah suatu ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran gerakan air di alam yang meliputi berbagai bentuk air yang menyangkut perubahanperubahannya antara lain keadaan zat cair, padat dan gas dalam atmosfer diatas dan dibawah permukaan tanah. Didalamnya tercakup pula air laut yang merupakan sumber dan penyimpanan air yang mengaktifkan kehidupan di bumi. Analisis hidrologi diperlukan dalam perencanaan berbagai bangunan air seperti bendungan, bangunan pengendali banjir, dan banguanan irigasi (Soemarto 1999). Analisa hidrologi diperlukan untuk menhitung debit banjir rancangan yang akan dipakai dalam perhitungan analisa kapasitas saluran drainase. Sedangkan data hidrologi yang diperlukan dalam perancangan drainase adalah data curah hujan dari stasiun pencatat curah hujan disekitar atau terdekat lokasi studi (Widodo dan Ningrum 2015). Apabila kondisi peningkatan luas ruang terbangun yang memberikan pengaruh secara signifikan pada penurunan air dan peningkatan laju limpasan permukaan tidak diarahkan, maka akan mengganggu siklus hidrologi serta penataan air akan menimbulkan daya rusak bagi sarana prasarana (Bisri dkk 2012). Penguapan terdiri dari evaporasi dan transpirasi. Uap yang dihasilkan mengalami kondensasi dan dipadatkan membentuk awan yang nantinya kembali menjadi air dan turun sebagai presipitasi. Sebelum tiba di permukaan bumi presipitasi tersebut sebagian langsung menguap ke udara, sebagian tertahan oleh tumbuh-tumbuhan (intersepsi) dan sebagian mencapai permukaan tanah. Air yang sampai ke permukaan tanah sebagian akan berinfiltrasi dan sebagian lagi mengisi lekuk-lekuk permukaan tanah kemudian mengalir ke tempat yang lebih rendah (runoff), masuk ke sungai-sungai dan akhirnya ke laut. Dalam perjalananya sebagian akan mengalami penguapan. Air yang masuk ke dalam tanah sebagian akan keluar lagi menuju sungai yang disebut dengan aliran intra (interflow). Sebagian akan turun dan masuk ke dalam air tanah yang sedikit demi sedikit dan masuk ke dalam sungai sebagai aliran bawah tanah (groundwater flow) (Suripin 2004). Hujan merupakan komponen yang amat penting dalam analisis hidrologi pada perencanaan debit untuk menentukan dimensi saluran drainase. Pengukuran hujan dilakukan selama 24 jam, dengan cara ini berarti hujan yang diketahui adalah hujan total yang terjadi selama satu hari. Untuk berbagai kepentingan perencanaan drainase tertentu data hujan yang diperlukan tidak hanya data harian, akan tetapi juga distribusi jam-jaman atau menitan. Hal ini akan membawa konsekuensi dalam pemilihan data, dan diajurkan untuk menggunakan data hujan hasil pengukuran dengan alat ukur otomatis (Wesli 2008). Intensitas curah hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu. Besarnya intensitas hujan berbeda beda, tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya. Intensitas hujan diperoleh dengan cara melakukan analisis data hujan baik secara statistik maupun secara empiris. Intensitas ialah ketinggian hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu air hujan terkonsentrasi. Biasanya intensitas hujan dihubungkan dengan durasi hujan jangka pendek misalnya 5 menit, 30 menit, 60 menit dan jam-jaman. Data curah hujan jangka pendek ini hanya diperoleh dengan menggunakan alat pencatat hujan otomatis (Wesli 2008). Analisis curah hujan memproses data curah hujan hasil pengukuran yang diolah menjadi data yang siap dipakai untuk perhitungan debit aliran. Penetapan
5 periode ulang hujan (PUH) ini dipakai untuk menentukan besarnya kapasitas saluran air terhadap limpasan air hujan atau besarnya kapasitas (kemampuan) suatu bangunan air, untuk keperluan- keperluan tertentu. Intensitas hujan sebagai ketinggian hujan yang terjadi pada kurun waktu dimana air tersebut berkonsentrasi (Supriyani dkk 2012). Curah hujan merupakan variabel yang acak, tidak berpola dan besarnya tidak menentu dari waktu ke waktu. Adapun pola kecenderungan debit aliran juga memiliki kaitan pola penggunaan lahan yang cenderung terus mengalami konversi dari lahan non-terbangun menjadi lahan terbangun. Dengan semakin banyaknya penutupan lahan yang relatif kedap air (seperti bangunan) dan berubahnya hutan menjadi penggunaan lain akan mengurangi kapasitas penyerapan air hujan ke dalam tanah. Berkurangnya resapan ini sebaliknya akan meningkatkan limpasan permukaan yang selanjutnya memperbesar peluang terjadinya banjir (Wibowo 2005). Dalam analisis frekuensi, hujan rancangan merupakan hujan dengan kemungkinan tinggi untuk terjadi pada kala ulang tertentu. Analisis frekuensi sesungguhnya merupakan prakiraan dalam arti probabilitas untuk terjadinya suatu peristiwa hidrologi dalam bentuk hujan rancangan. Hasil analisis frekuensi berfungsi sebagai dasar perhitungan perencanaan hidrologi untuk mengantisipasi setiap kemungkinan yang akan terjadi. (Triatmodjo 2010). Analisis curah hujan rencana digunakan empat distribusi dalam analisis frekuensi yaitu Distribusi Normal, Distribusi Log Normal, Distribusi Gumbel dan Distribusi Log Pearson Type III. Selanjutnya dari keempat distribusi tersebut diuji dengan menggunakan uji kecocokan Chi Kuadrat untuk menentukan distribusi mana yang cocok untuk digunakan dalam perhitungan selanjutnya (Isfandri dkk 2014). Perhitungan curah hujan rencana untuk periode ulang tertentu secara statistik dapat diperkiran berdasarkan seri data curah hujan harian maksimum tahunan (maximum annual series) jangka panjang dengan analisis distribusi frekensi. Curah hujan rencana ini biasanya dihitung untuk periode ulang 5, 10 dan 20 tahun (Zarkani dkk 2016) EPA SWMM 5.1 Environmental Protection Agency Storm Water Management Model (EPA SWMM) adalah model yang digunakan untuk merencanakan, menganalisis dan mendesain suatu model yang berhubungan dengan limpasan air hujan dan sistem drainase pada area perkotaan. EPA SWMM adalah model simulasi dinamis hubungan antara curah hujan dan limpasan (rainfall-runoff). Model ini digunakan untuk mensimulasikan kejadian hujan tunggal atau berkelanjutan dalam waktu lama, baik berupa volume limpasan maupun kualitas air, terutama pada suatu daerah perkotaan (Rosman 2004). SWMM telah diaplikasikan secara luas untuk pemodelan kuantitas dan kualitas air di wilayah perkotaan Amerika Serikat, Kanada, Eropa dan Australia. Model ini telah digunakan untuk analisa hidrolika yang kompleks dalam masalah saluran pembuangan, manajemen jaringan drainase dan studi berbagai permasalahan polusi (Huber 1992). Model ini juga terus dikembangkan dan disempurnakan untuk memberikan fasilitas pemecahan masalah saat ini. Aplikasi model SWMM ini dapat digunakan untuk beberapa hal antara lain perencanaan dan dimensi jaringan pembuang untuk pengendalian banjir serta
6 perencanaan daerah penahan sementara untuk pengendalian banjir. Selain itu juga dapat digunakan untuk pemetaan daerah genangan banjir. EPA SWMM menghitung berbagai proses hidrologis dengan memperhatikan limpasan dari daerah perkotaan, yaitu curah hujan dengan variasi waktu, evaporasi permukaan air, akumulasi salju dan mencairnya, curah hujan di daerah tampungan, infiltrasi dari curah hujan yang masuk ke lapisan tanah tidak jenuh air, perkolasi dan infiltrasi ke dalam lapisan air tanah, aliran bawah antara air tanah, dan sistem drainase. Tahap pertama dalam melakukan pemodelan yaitu input data. Setelah itu dilakukan running.hasil pemodelan memperlihatkan system drainase bagian kawasan pemukiman yang tergenang banjir.tahap berikutnya merupakan analisis hasil running. Untuk pengoperasian program EPA SWMM data-data yang harus dimasukkan adalah dimensi saluran, luas sub catchment, dan intensitas hujan rencana. Dengan menggunakan data yang diperoleh dari survey langsung ke lapangan dan analisis curah hujan maka program ini dapat digunakan (Fairizi 2015). Adapun pada pengaplikasian EPA SWMM 5.1 di Indonesia telah digunakan untuk melakukan evaluasi saluran drainase, salah satunya untuk melakukan pengendalian banjir. Hikmatullah (2016) telah melakukan penelitian menggunakan EPA SWMM di Komplek IPB Sindang Barang II, Bogor. Pada hasil yang didapat terdapat 4 saluran yang mengalami limpasan, dengan debit aliran sebesar 144.13 mm. Upaya perbaikan saluran dengan penambahan kedalaman menjadi 0.6 m untuk 3 saluran dan satu saluran menjadi 0.4 m. Penelitian mengenai EPA SWMM 5.1 juga pernah dilakukan oleh Huda (2016) di Perumahan Rancamaya Bogor. Berdasarkan hasil yang didapat berupa limpasa puncak pada subcathment rata-rata sebesar 0.018 m 3 /detik dan total limpasan pada masing-masing subcatchment rata-rata sebanyak 179.6 m 3. Terdapat 2 saluran yang meluap, dikarenakan debit aliran maksimum saluran melebihi kapasitas saluran. Upaya perbaikan kedua saluran yang meluap tersebut dengan penambahan kedalaman saluran sebesar 0.2 m. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 2017. Saluran drainase yang dianalisis adalah saluran drainase yang berada di Perumahan Villa Ratu Endah, Kelurahan Sindangbarang, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat (Gambar 1). Bahan dan Peralatan Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer bersumber dari observasi lapangan dan pengukuran secara langsung di lapangan yang mencakup data karakteristik saluran dan sistem jaringan drainase di Perumahan Villa Ratu Endah Bogor. Data sekunder yang digunakan berupa data intensitas hujan harian maksimum selama 10 tahun yaitu data hujan tahun 2004-2013 dan peta masterplan Perumahan Villa Ratu Endah Bogor. Alat yang digunakan yaitu laptop, theodolite, target rod, kompas, alat tulis, kalkulator. Laptop
7 yang digunakan telah dilengkapi dengan software Microsoft Office dan EPA SWMM 5.1. Sumber: Digital Globe, Map data Google 2017 Gambar 1 Peta lokasi penelitian Prosedur Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2. a. Studi pustaka Metode studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam menganalisis permasalahan yang diteliti. Studi pustaka ini dapat diperoleh dari publikasi ilmiah atau jurnal, laporan penelitian yang berkaitan dengan permasalahan, dan buku-buku yang menerangkan tentang aspek yang digunakan dalam menganalisis permasalahan. b. Pengumpulan data Data primer yang diperlukan adalah kondisi jaringan drainase pada saat penelitian yang meliputi jenis saluran, panjang, lebar, kedalaman, dan elevasi saluran serta batas daerah tangkapan air untuk setiap subcatchment. Pengumpulan data sekunder bertujuan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam menganalisis saluran drainase yang ada di tempat penelitian. Data sekunder meliputi data curah hujan harian, dan peta lokasi studi. c. Pengolahan data Data curah hujan dapat berupa time series. Kondisi subcatchment adalah kondisi lahan yang mencakup topografi dan sistem drainase yang ada untuk mengalirkan langsung aliran permukaan menuju satu titik outlet. Pada subcatchment terdapat dua macam jenis area, yaitu impervious (kedap air) dan pervious (dapat dilalui air).
8 Mulai Data Primer : Dimensi dan elevasi saluran Luas subcatchment Data Sekunder : Curah hujan Tutupan lahan Masterplan Topografi Analisis luas subcatchment Analisis curah hujan rencana Analisis daerah pervious dan impervious Simulasi dengan EPA SWMM 5.1 Modifikasi saluran drainase Volume limpasan Profil aliran Saluran drainase sesuai dengan debit Tidak Ya Desain dan RAB Perbaikan Selesai Gambar 2 Diagram alir penelitian
9 Debit outflow dari limpasan subcatchment dihitung dengan persamaan Manning (1) dan (2) (Kemen PU 1986) : Q = A v...(1) Q = A 1/n R 2/3 S 1/2... (2) Keterangan : v = kecepatan (m/det) n = koefisien Manning S = kemiringan saluran A = luas penampang saluran (m 2 ) Q = debit (m 3 /det) R = jari-jari hidrolik (m) Conduit adalah pipa atau saluran yang menyalurkan air dari satu node ke node yang lain. Bentuk melintang dari saluran dapat dipilih dari beberapa macam bentuk standar yang disediakan EPA SWMM 5.1. Junction adalah node-node sistem drainase yang berfungsi untuk menggabungkan satu saluran dengan saluran yang lain. Outfall node adalah titik pemberhentian dari sistem drainase yang digunakan untuk menentukan batas hilir (downstream). d. Analisis data a. Daerah Pervious dan Impervious Identifikasi daerah pervious dilakukan dengan melakukan survei di lapang untuk melihat daerah yang dapat menyerap air melalui infiltrasi (pervious) dan daerah yang tidak dapat melewatkan air (impervious).kemudian dapat dihitung persentase luas daerah pervious dan impervious untuk setiap subcatchment, sebagai input data dalam subcatchment. 2. Nilai Curah Hujan Rencana Nilai curah hujan rencana merupakan nilai input yang berupa time series. Analisis frekuensi untuk mendapatkan nilai curah hujan rencana dilakukan dengan menggunakan teori probability distribution, antara lain Distribusi Normal, Distribusi Log Normal, Distribusi Log Person III dan Distribusi Gumbel. Selanjutnya untuk penentuan jenis distribusi yang digunakan akan dilakukan uji kecocokan berdasarkan Uji Chi Kuadrat. 3. Model EPA SWMM a) Pembagian Subcatchment Langkah awal dalam penggunaan SWMM adalah pembagian subcatchment pada area penelitian. Pembagian tersebut sesuai dengan daerah tangkapan air (DTA) yang ditentukan berdasarkan pada elevasi lahan dan pergerakan air limpasan ketika terjadi hujan. b) Pembuatan Model Jaringan Pembuatan model jaringan dilakukan berdasarkan sistem jaringan drainase yang ada di lapangan. Model jaringan ini terdiri dari subcatchment, node junction, conduit, outfall node, dan rain gauge. Setelah tersusun model jaringan selanjutnya dimasukkan semua nilai parameter yang dibutuhkan untuk semua properti tersebut. c) Simulasi Respon Aliran pada Time Series Simulasi respon aliran pada time series dilakukan untuk melihat respon debit aliran terhadap waktu berdasarkan sebaran curah hujan. Nilai yang dimasukkan
10 adalah nilai sebaran curah hujan terhadap waktu dengan total nilai sesuai dengan curah hujan rancangan hasil dari analisis hidrologi. d) Simulasi model Simulasi ini dilakukan setelah model jaringan drainase dan semua parameter berhasil dimasukkan. Simulasi dapat dikatakan berhasil jika continuity error < 10 %. Dalam simulasi SWMM besarnya debit banjir dihitung dengan cara memodelkan suatu sistem drainase. Aliran permukaan atau limpasan permukaan terjadi ketika intensitas hujan yang jatuh di suatu daerah melebihi kapasitas infiltrasi. e) Output simulasi SWMM Output dari simulasi ini antara lain runoff quantity continuity, flow routing continutiy, highest flow instability indexes, routing time step, subcatchment runoff, node depth, node inflow, node surcharge, node flooding, outfall loading, link flow, dan conduit surcharge yang disajikan dalam laporan statistik simulasi rancangan. f) Visualiasi hasil Visualisasi hasil yang ditampilkan berupa jaringan saluran drainase hasil output dari simulasi, profil aliran dari beberapa saluran utama dan yang diketahui tergenang, dan grafik aliran yang terjadi pada saluran g) Perbaikan saluran Perbaikan saluran dilakukan saat saluran pada hasil visualisasi SWMM mengalami limpasan. Perbaikan saluran drainase dengan melakukan perubahan dimensi saluran drainase disesuaikan hingga visualisasi SWMM tidak mengalami limpasan. h) Penyusunan desain dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) perbaikan Langkah selanjutnya adalah penyusunan desain dan rencana anggaran biaya (RAB) perbaikan. Dari Output dari SWMM dapat diketahui dimensi perbaikan yang dibutuhkan untuk membuat saluran drainase yang effisien. Setelah mengetahui dimensi perbaikan saluran drainase maka dapat disusun rencana anggaran biaya (RAB) untuk pembuatan saluran drainase yang dibutuhkan. HASIL dan PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Perumahan Villa Ratu Endah merupakan perumahan yang terletak di Kelurahan Sindangbarang, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat. Perumahan ini terdiri dari rumah dan lahan yang siap bangun. Luas keseluruhan Perumahan Villa Ratu Endah sebesar ± 2.5 ha. Daerah lokasi penelitian memiliki ketinggian ± 190 mdpl dengan kondisi tata guna lahan didominasi oleh pemukiman. Luas pemukiman Perumahan Villa Ratu Endah sebesar ± 1.5 ha dan luas kebun sebesar ± 1 ha. Karakteristik saluran dapat dilihat pada Lampiran 4. Penelitian ini dilakukan pada perumahan dengan kondisi karakteristik saluran yang berbeda - beda. Hal ini dikarenakan sebagian besar saluran dirancang oleh warga perumahan Villa Ratu Endah, dan didominasi oleh saluran dengan tipe terbuka. Adapun masterplan untuk perumahan Villa Ratu Endah dapat dilihat pada Gambar 3.
11 Sumber : Perumahan Villa Ratu Endah Gambar 3 Masterplan perumahan Villa Ratu Endah Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan didapatkan bahwa sistem drainase tidak cukup baik dan dimensinya kurang memadai. Saat observasi di lapangan pada saat hujan lebat, air meluap dari beberapa saluran drainase yang ada, karena kapasitas saluran tidak sesuai dengan volume limpasan. Pemodelan jaringan adalah hal utama dalam simulasi SWMM. Sistem jaringan drainase yang ada di lapangan dimodelkan ke dalam SWMM menjadi beberapa bagian. Karakteristik jaringan drainase yang dimasukkan ke dalam pemodelan adalah subcatchment area, junction, conduit, dan outfall nodes. Kawasan Perumahan Villa Ratu Endah memiliki 29 subcatchment, 56 conduit, 56 junction, dan 6 outfall nodes. Pembagian subcatchment didasarkan pada elevasi lahan dan arah pergerakan limpasan pada saat terjadi hujan. Banyaknya hasil pemodelan jaringan drainase dikarenakan areal perumahan memiliki banyak daerah yang tidak lurus dan saluran pembuangan ke berbagai lahan yang tidak terpakai. Adapun pembagian subcatchment drainase pada perumahan Villa Ratu Endah ditunjukkan pada Gambar 4.
12 = Subcatchment, = Saluran, = Node Gambar 4 Jaringan drainase pada Perumahan Villa Ratu Endah Analisis Curah Hujan Rencana Analisis dilakukan untuk mendapatkan besar nilai curah hujan rencana yang akan dijadikan sebagai nilai input pada EPA SWMM 5.1. Data curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan harian maksimum selama 10 tahun, mulai dari tahun 2004 hingga tahun 2013 milik stasiun BMKG Dramaga, Kab Bogor. Adapun data curah hujan harian maksimum selama 10 tahun ditunjukkan pada Tabel 1 Tabel 1 Data curah hujan harian maksimum selama 10 tahun Tahun CH maks (mm) Tahun CH maks (mm) 2004 141.6 2009 115.1 2005 126.5 2010 144.5 2006 136.4 2011 97.6 2007 155.5 2012 123.1 2008 104.5 2013 136.8 Berdasarkan data curah hujan harian maksimum dihitung nilai hujan rencana. Nilai hujan rencana dihitung dengan analisis frekuensi dan probabilitas menggunakan Distribusi Normal, Log Normal, Log-Person III, dan Gumbel.
13 Periode ulang yang digunakan untuk menghitung nilai hujan rencana yaitu 2, 5, 10, 25, dan 50 tahun. Adapun hasil analisis frekuensi curah hujan rencana dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Analisis frekuensi curah hujan rencana (mm) Periode Curah hujan rencana (mm) Ulang Log (tahun) Normal normal Log pearson III Gumbel 2 128.160 126.927 128.764 125.679 5 143.573 143.775 144.098 147.584 10 151.647 153.475 152.317 162.088 25 159.537 163.586 160.958 180.412 50 165.776 172.050 166.437 194.006 Berdasarkan hasil perhitungan nilai curah hujan rencana dari setiap metode didapatkan nilai yang berbeda sehingga harus diuji kesesuaiannya dengan sifat masing-masing jenis distribusi. Setelah didapatkan hasil analisis frekuensi curah hujan rencana, dilakukan perbandingan Skewness Coefisient (Cs) dan Kurtois Coefisient (Ck) untuk menentukan jenis probabilitas yang sesuai. Adapun penentuan tipe distribusi dapat dilihat dari parameter-parameter statistik data pengamatan lapangan, yaitu nilai Cs, dan Ck yang terdapat pada Tabel 3. Tabel 3 Perbandingan parameter distribusi probabilitas Jenis distribusi Cs Ck Syarat Cs Ck Gumbel -0.3533 3.3046 Cs=1.14 Ck=5.4 Normal -0.3533 3.3046 Cs 0 Ck 3 Log normal -0.3533 3.3046 Cs=0.43 Ck=3.33 Log pearson III -0.3533 3.3046 selain dari nilai di atas Berdasarkan hasil perbandingan parameter distribusi probabilitas (Tabel 3), yang memenuhi syarat adalah distribusi Log-Person III. Setelah itu, metode ini diuji dengan uji Chi kuadrat. Hasil perhitungan uji Chi kuadrat dengan penggunaan distribusi Log-Person III disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil perhitungan uji Chi kuadrat distribusi Log Person III Kelas Interval Of Ef Of-Ef (Of-Ef) 2 /Ef 1 >2.1718 1 2-1 0.5 2 2.1155-2.1718 4 2 2 2 3 2.0761-2.1155 2 2 0 0 4 2.0389-2.0761 1 2-1 0.5 5 <2.0389 2 2 0 0 10 10 0 3
14 Berdasarkan hasil pada Tabel 4 nilai x 2 yang didapatkan sebesar 3. Hal ini menunjukkan pengujian untuk distribusi Log Pearson III dapat diterima karena nilai x 2 2 perhitungan lebih kecil dari x cr pada tabel uji Chi Kuadrat yang nilainya 5.991. Setelah didapatkan distribusi Log Person III sebagai jenis distribusi yang digunakan, kemudian dibuat time series distribusi hujan rencana. Adapun hasil periode ulang curah hujan maksimum dijelaskan pada Tabel 5. Tabel 5 Periode ulang curah hujan maksimum dengan distribusi Log Person III Periode Periode R24 R24 Ulang KT Ulang KT (mm) (mm) (tahun) (tahun) 2 0.09681 128.764 10 122.894 152.317 5 0.85513 144.098 25 160.083 160.958 Nilai yang digunakan merujuk pada Tabel 2 yaitu 128.764 mm. Nilai tersebut diambil untuk analisis saluran drainase saluran pada daerah tangkapan air yang luasnya kurang dari 10 ha dan digunakan periode ulang 2 tahun (PermenPU 2014). Setelah didapatkan curah hujan maksimum, ditentukan periode ulang 2 tahun yang digunakan. Berdasarkan hasil curah hujan maksimum sebesar 128.764 mm lalu didistribusikan berdasarkan wilayah Kota Bogor dengan persentase distribusi setiap jam sebesar 0%, 38%, 28%, 11%, 14% dan 9% (Priambodo 2014). Adapun hasil distribusi hujan rencana di Kota Bogor ditunjukkan pada Tabel 6. Waktu (jam ke-) Distribusi hujan (%) Curah hujan rencana (mm) Tabel 6 Hasil distribusi hujan rencana 0 1 2 3 4 5 0 38 28 11 14 9 0 48.93 36.054 14.164 18.027 11.589 Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa hasil distribusi hujan rencana di kota Bogor mengalami fluktuasi. Hal ini disesabkan distribusi hujan yang digunakan juga mengalami fluktuasi. Pemodelan Jaringan Drainase dengan SWMM 5.1 Berdasarkan hasil observasi lapangan jaringan drainase dapat dimodelkan pada EPA SWMM 5.1. Pemodelan jaringan merupakan hal utama dalam simulasi dengan SWMM. Sistem jaringan drainase yang ada di lapangan dimodelkan ke dalam SWMM menjadi beberapa bagian. Pemodelan jaringan drainase merupakan proses penyusunan kerangka awal komponen-komponen hidrolika dan hidrologi pada EPA SWMM 5.1. Adapun komponen-komponen kerangka awal hidrolika yang digunakan ke dalam pemodelan adalah junction, conduit, dan outfall nodes. Pada pemodelan yang dilakukan pada jaringan drainase, junction bernotasi J, counduit bernotasi C, dan outfall nodes bernotasi O. Pada area tersebut terdapat 56
15 conduit,56 junction dan 6 outfalls nodes. Pada perumahan Villa Ratu Endah dari outler air mengalir menuju saluran irigasi untuk persawahan dan sebagian menuju lahan tidak terpakai. Simulasi model ini dilakukan setelah pemodelan jaringan drainase telah diselesaikan sesuai dengan observasi lapang. Simulasi menghasilkan nilai continuity error surface runoff untuk pemodelan jaringan drainase sebesar 0.55 % dan nilai ini termasuk sangat besar. Hal ini menunjukkan terjadi limpasan pada saluran drainase. Nilai continuity error flow routing hasil simulasi sebesar 0.00%. Jika nilai continuity error mencapai 10 % maka analisis diragukan (Rosman 2004). Berdasarkan hasil simulasi curah hujan sebanyak 128.76 mm sebagian diserap oleh daerah tangkapan air dan ada pula yang mengalir sebagai limpasan. Nilai infiltrasi dan limpasan setiap daerah tangkapan air berbeda, karena luas subcatchment serta persentase daerah pervious maupun impervious yang berbeda. Pada subcatchment S20 nilai total infiltrasi sebesar 3.86 mm. Hal ini dikarenakan pada subcatchment S1 daerah pervious mencapai 79%. Adapun nilai karakteristik dan hasil simulasi limpasan terdapat pada Lampiran 2 serta Lampiran 3. Berdasarkan hasil simulasi didapatkan bahwa pada saluran drainase terdapat limpasan pada conduit. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5 yang menggambarkan hasil simulasi jaringan drainase. = Subcatchment, = Saluran, = Node Gambar 5 Hasil simulasi jaringan drainase terhadap waktu Dari hasil simulasi jaringan drainase pada jam pertama didapatkan bahwa pada conduit 14 terjadi limpasan pada saluran yang ditunjukkan dengan warna merah. Hal ini dikarenakan kapasitas saluran drainase yang kurang memadai untuk
16 mengalirkan aliran dari saluran sebelumnya. Adapun node junction 11 hingga junction 15 menunjukkan profil aliran pada conduit 13 dan conduit 14 saat terjadi limpasan (Gambar 6). Elevasi (m) Jarak (m) Gambar 6 Profil aliran node J9 hingga J15 Berdasarkan Gambar 6 didapatkan bahwa pada C14 aliran lebih tinggi dari aliran pada C13, karena kapasitas saluran C14 tidak sesuai dengan kapisas aliran dari saluran sebelumnya. Berdasarkan hasil simulasi didapatkan bahwa limpasan yang terbesar terjadi pada jam ke-1, karena hasil distribusi hujan rencana yang digunakan terbesar terjadi pada jam ke-1. Setelah itu, besar limpasan kembali menurun terhadap waktu. Adapun besaran limpasan terhadap waktu pada saluran C14 akan ditunjukkan pada Gambar 7 Debit Aliran (m 3 /det) Waktu (jam) Saluran 13 (m 3 /det) Saluran 14 (m 3 /det) Gambar 7 Besaran limpasan terhadap waktu
17 Berdasarkan hasil pada Gambar 7 didapatkan bahwa besaran limpasan yang terbesar terjadi pada jam ke-1 pada saluran yang mengalami banjir. Hal ini dikarenakan pada hasil distribusi hujan rencana yang digunakan curah hujan terbesar terjadi pada jam ke-1. Hasil tersebut menunjukkan bahwa saluran C14 memiliki debit limpasan yang besar pada jam ke-1. Setelah itu, besar limpasan kembali menurun terhadap waktu. Selanjutnya dilakukan upaya perbaikan dengan memodifikasi dimensi saluran drainase C14 yang mengalami limpasan. Pada saluran drainase C14 dengan lebar saluran sebesar 0.33 m menjadi 0.5 m. Perencanaan ulang dilakukan dengan mencoba merencanakan lebar dan tinggi saluran sehingga didapatkan kapasitas tampungan yang cukup optimal (Suroso 2014). Berdasarkan hasil modifikasi didapatkan bahwa pada saluran C14 tidak mengalami limpasan pada jam ke 1. Hal ini ditunjukkan dengan hasil simulasi SWMM berubah warna dari merah menjadi kuning dan biru muda. Rencana Anggaran Biaya yang Dibutuhkan Adapun estimasi rencana angggaran perbaikan pada saluran drainase disajikan pada Tabel 7. Biaya yang dibutuhkan sebesar Rp 3,915,000.00 pada saluran C14. Jumlah estimasi rencana anggaran perbaikan cukup kecil, karena sedikitnya saluran drainase yang mengalami perbaikan dengan jarak saluran yang pendek dan pelebaran hanya dilakukan pada sebagian ruas dari saluran. Adapun hasil simulasi jaringan drainase pada EPA SWMM setelah mengalami modifikasi ditunjukkan pada Gambar 8. = Subcatchment, = Saluran, = Node Gambar 8 Hasil modifikasi simulasi SWMM terhadap waktu
18 Pada rencana anggaran biaya saluran C14 diperlukan nilai analisis harga satuan pekerjaan berdasarkan dengan tempat penelitian. Setelah didapatkan nilai harga satuan pekerjaan diperlukan nilai volume saluran yang akan di modifikasi. Adapun untuk mendapatkan nilai volume saluran diperlukan dimensi saluran drainase C14 yang terdapat pada Lampiran 4. Setelah mendapatkan nilai volume dan harga satuan pekerjaan didapatkan jumlah estimasi harga yang diperlukan untuk memperbaiki saluran C14 yang ditunjukkan pada Tabel 7. Tabel 7 Estimasi RAB perbaikan saluran C14 Harga No Jenis Pekerjaan Volume Satuan Satuan (Rp) Jumlah (Rp) 1 Pekerjaan Persiapan 1.1 Pembersihan lahan dan perataan 8.17 m 2 11000 89,900 1.2 Mobilisasi dan demobilisasi 4.00 hari 200,000 800,000 2 Pekerjaan Tanah 2.1 Galian tanah 2.83 m 3 30,200 85,500 2.2 Pengangkutan galian tanah 2.83 m 3 7,700 21,800 2.3 Urugan tanah 0.51 m 3 14,500 7,400 2.4 Pemadatan tanah 0.51 m 3 37,800 19,500 3 Pekerjaan saluran 3.1 Pembongkaran saluran eksisting 1.66 m 3 88,600 147,600 3.2 Pemasangan saluran 2.18 m 3 798,100 1,740,500 3.3 Plesteran mortar 18.78 m 2 42,800 804,200 4 Pekerjaan Pembersihan 4.1 Pembersihan dan perapihan lahan 18.17 m 2 11,000 199,000 Total 3,915,000 SIMPULAN Berdasarkan hasil simulasi dengan EPA SWMM terhadap kondisi saluran drainase terjadi limpasan pada saluran C14. Sedangkan untuk saluran selain C14 tidak mengalami limpasan. Hal ini disebabkan kapasitas saluran C14 tidak sesuai dengan besarnya aliran yang datang dari saluran sebelumnya. Untuk memperbaiki saluran C14 agar tidak terjadi limpasan diperlukan biaya sebesar Rp 3,915,000.00. Diperlukan perbaikan pada saluran C14 yang lebarnya 0.33 m menjadi saluran dengan lebar 0.5 m.
19 DAFTAR PUSTAKA Bisri M, Djakfar L, Kusumadewi DA. 2012. Arahan Spasial Teknologi DrainaseUntuk Mereduksi Genangan Di Sub Daerah Aliran Sungai Watu Bagian Hilir. Jurnal Teknik Pengairan. 3(2): 264 [EPA] Environmental Protection Agency. 2017. Storm Water Management Model (SWMM) Version 5.1.012 [Internet]. [diunduh 2017 Agustus 2]. Tersedia pada: www.epa.gov/water-research/storm-water-management-model-swmm Fairizi D. 2015. Analisis dan Evaluasi Saluran Drainase Pada Kawasan Perumnas Talang Kelapa di Sub DAS Lambidaro Kota Palembang. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan. 3(1): 759-763 Fatima MADJ, Suhudi. 2014. Evaluasi Sistem Drainase Terhadap Genangan di Kecamatan Wates Kabupaten Blitar. Jurnal Buana Sains. 14(1): 26 Hasmar HHA. 2011 Drainase Terapan. Yogyakarta (ID): UII Press Hikmatullah FR. 2016. Evaluasi Saluran Drainase dengan Model EPA SWMM 5.1 di Komplek IPB Sindang Barang II, Bogor, Jawa barat. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Huber W. 1992. Contaminant Transport in Surface Water. In: Maydment DR (ed.) Handbook of Hydrology. New York (US): Mc Graw-Hill Huda FJ. 2016. Evaluasi Saluran Drainase di Perumahan Rancamaya Bogor dengan Menggunakan Model EPA SWMM 5.1. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Isfandri DT, Ilmiaty RS, Baitullah MA. 2014. Analisis Sistem Drainase di Kawasan Pemukiman pada SubDAS Aur Palembang. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan. 2(1): 135 [Kemen PU] Kementrian Pekerjaan Umum. 1986. Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama. KP-03 Departemen Pekerjaan Umum. Bandung (ID) : CV. Galang Persada. [Kemen PU] Kementrian Pekerjaan Umum. 2014. Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2014. Jakarta (ID): Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia. Kodoatie RJ. 2003. Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar. Kodoatie RJ, Syarief R. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta (ID): Andi Offset Kusumo W. 2009. Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. [skripsi]. Semarang (ID): UNDIP Long AR. 2007. Drainage Evaluation at the U.S. 50 Joint Sealant Experiment. Journal of Transportation Engineering. 1(1):133. Priambodo S. 2004. Karakteristik Hujan di Beberapa Stasiun di Wilayah DKI Jakarta [tesis]. Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada. Rosman I. 2004. Renaturalisasi Sungai di Indonesia. Bandung (ID): Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Saido AP, Setiawan A, Dewi AK. 2014. Evaluasi Sistem Saluran Drainase Di Ruas Jalan Solo Sragen Kabupaten Karanganyar. Jurnal Matriks Teknik Sipil. 2(1): 170 Simanjuntak E. 2014. Peluang Investasi Infrastuktur Bidang Pekerjaan Umum. Jakarta (ID): Pusat Kajian Strategis Kementrian Pekerjaan Umum.
20 Soemarto CD. 1999. Hidrologi Teknik. Jakarta (ID): Erlangga Supriyani E, Bisri M, Dermawan V. 2012. Studi Pengembangan Sistem Drainase Perkotaan Berwawasan Lingkungan. Jurnal Teknik Pengairan. 3(2): 112-121. Suripin M. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta (ID): Andi Offset. Suroso, Suharyanto A, Anwar MR, Wicaksono DH. 2014. Evaluasi dan Perencanaan Ulang Saluran Drainase Pada Kawasan Perumahan Sawojajar Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Jurnal Rekayasa Sipil. 8(3): 209-210 Tangkudung H, Kawet L, Wuisan EM, Pania HG. 2013. Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Kampus Universitas Sam Ratulangi. Jurnal Sipil Statik. 1(3): 164-170 Triatmodjo B. 2010. Hidrologi Terapan. Yogyakarta (ID): Beta Offset. Wesli. 2008. Drainase Perkotaan. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. Wibowo M. 2005. Analisis Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Debit Sungai. Jurnal Teknik Lingkungan P3TL-BPPT. 6(1): 283-290. Widodo E, Ningrum D. 2015. Evaluasi Sistem Jaringan Drainase Permukiman Soekarno Hatta Kota Malang dan Penanganannya. Jurnal Ilmu-Ilmu Teknik. 11(3): 6 Zarkani MR, Sujatmoko B, Rinaldi. 2016. Analisa Drainase Untuk Penanggulangan Banjir Menggunakan EPA SWMM. Jurnal FTEKNIK. 3(1):3
21 Lampiran 1 Periode ulang berdasarkan daerah tangkapan air Tipologi Kota Daerah Tangkapan Air (ha) < 10 10-100 101-500 >500 Kota Metropolitan 2 Th 2-5 Th 5-10 Th 10-25 Th Kota Besar 2 Th 2-5 Th 2-5 Th 5-20 Th Kota Sedang 2 Th 2-5 Th 2-5 Th 5-10 Th Kota Kecil 2 Th 2 Th 2 Th 2-5 Th Sumber : Kemen PU 2014
22 Lampiran 2 Karakteristik lahan pada Perumahan Villa Ratu Endah Subcathment Luas (ha) Lebar (m) Lahan Impervious (%) Lahan Pervious (%) S1 0.050 15.00 45 55 S2 0.063 14.20 88 12 S3 0.110 14.20 98 2 S4 0.085 15.20 46 54 S5 0.110 13.50 80 20 S6 0.109 13.90 59 41 S7 0.114 15.20 49 51 S8 0.033 16.40 45 55 S9 0.089 16.40 69 31 S10 0.099 16.00 69 31 S11 0.034 15.80 20 80 S12 0.128 16.10 81 19 S13 0.246 14.00 87 23 S14 0.074 12.50 45 55 S15 0.077 15.00 74 26 S16 0.143 13.90 96 4 S17 0.096 16.30 85 15 S18 0.100 19.90 98 2 S19 0.078 14.30 96 4 S20 0.078 15.40 21 79 S21 0.048 8.90 75 25 S22 0.029 15.10 55 45 S23 0.140 12.50 67 33 S24 0.018 12.20 97 3 S25 0.077 12.20 41 59 S26 0.170 14.70 29 71 S27 0.042 14.70 45 55 S28 0.029 13.80 62 38 S29 0.040 13.60 41 59
23 Lampiran 3 Hasil simulasi limpasan yang terjadi pada tiap subcathment Subcathment Total Hujan (mm) Total Infiltrasi (mm) Total Limpasan (mm) Limpasan Puncak (m 3 /det) S1 128.76 2.68 125.49 0.01 S2 128.76 0.37 127.79 0.01 S3 128.76 0.06 127.31 0.01 S4 128.76 1.69 126.08 0.01 S5 128.76 0.62 127.00 0.01 S6 128.76 1.28 126.42 0.01 S7 128.76 1.59 125.90 0.02 S8 128.76 1.72 126.79 0.00 S9 128.76 0.97 127.09 0.01 S10 128.76 0.83 126.98 0.01 S11 128.76 2.34 125.09 0.00 S12 128.76 0.51 127.14 0.02 S13 128.76 0.41 124.71 0.03 S14 128.76 1.99 125.46 0.01 S15 128.76 0.94 126.52 0.01 S16 128.76 0.14 125.81 0.02 S17 128.76 0.54 126.26 0.01 S18 128.76 0.07 126.53 0.01 S19 128.76 0.12 126.95 0.01 S20 128.76 3.86 123.26 0.01 S21 128.76 0.97 126.93 0.01 S22 128.76 2.19 126.40 0.00 S23 128.76 1.28 125.28 0.02 S24 128.76 0.07 128.62 0.00 S25 128.76 2.88 123.94 0.01 S26 128.76 3.46 122.40 0.02 S27 128.76 2.68 125.59 0.01 S28 128.76 1.38 127.09 0.00 S29 128.76 2.88 124.87 0.01
24 Lampiran 4 Karakteristik saluran drainase Saluran Tinggi saluran (m) Lebar saluran (m) Panjang saluran (m) Slope saluran (%) Kekasaran manning Kapasitas Saluran (m 3 /detik) C1 0.52 0.57 6.30 3.93 0.025 0.017 C2 0.42 0.55 17.20 2.74 0.025 0.017 C3 0.33 0.38 4.90 1.42 0.025 0.023 C4 0.30 0.57 56.30 1.60 0.025 0.035 C5 0.35 0.30 5.19 0.38 0.025 0.049 C6 0.40 0.35 32.30 0.35 0.025 0.064 C7 0.33 0.65 29.00 2.17 0.025 0.007 C8 0.40 0.54 35.50 1.66 0.025 0.012 C9 0.28 0.22 30.68 2.37 0.025 0.014 C10 0.36 0.42 43.24 3.03 0.025 0.015 C11 0.30 0.25 51.05 2.87 0.010 0.015 C12 0.30 0.40 40.95 1.00 0.010 0.015 C13 0.30 0.30 5.90 0.67 0.013 0.079 C14 0.45 0.33 30.29 0.05 0.014 0.058 C15 0.45 0.33 6.80 2.86 0.010 0.073 C16 0.37 0.69 7.29 2.74 0.020 0.086 C17 0.40 0.45 53.23 1.12 0.030 0.086 C18 0.84 1.00 18.51 0.02 0.040 0.136 C19 0.30 0.38 42.27 2.51 0.050 0.015 C20 0.32 0.53 46.00 0.30 0.022 0.012 C21 0.40 0.32 8.90 1.34 0.010 0.013 C22 0.40 0.32 18.48 1.65 0.010 0.013 C23 0.40 0.32 9.80 1.39 0.020 0.013 C24 0.20 0.60 28.00 0.39 0.030 0.005 C25 0.30 0.40 10.17 1.49 0.040 0.017 C26 0.30 0.40 7.50 1.73 0.050 0.017 C27 0.30 0.40 3.18 2.20 0.060 0.017 C28 0.38 0.39 43.86 3.19 0.070 0.051 C29 0.38 0.39 14.49 1.07 0.080 0.010 C30 0.56 0.43 37.88 0.94 0.090 0.010 C31 0.60 0.55 4.80 0.62 0.100 0.048 C32 0.89 0.48 40.00 0.20 0.110 0.062 C33 0.80 0.46 5.60 8.66 0.120 0.072 C34 0.60 0.40 51.05 0.44 0.130 0.019 C35 0.40 0.40 30.00 0.33 0.140 0.019 C36 0.23 0.19 12.91 5.36 0.150 0.013 C37 0.47 0.33 22.61 5.01 0.160 0.014
25 Lampiran 4 Lanjutan Saluran Tinggi saluran (m) Lebar saluran (m) Panjang saluran (m) Slope saluran (%) Kekasaran manning Kapasitas Saluran (m 3 /detik) C38 0.40 0.27 25.63 0.47 0.170 0.014 C39 0.40 0.27 22.38 0.68 0.180 0.027 C40 0.42 0.45 5.36 1.60 0.190 0.037 C41 0.32 0.41 36.19 4.03 0.200 0.007 C42 0.26 0.30 47.13 0.63 0.210 0.011 C43 0.35 0.37 58.19 1.14 0.220 0.048 C44 0.36 0.42 47.38 1.01 0.230 0.058 C45 0.42 0.30 10.22 1.07 0.240 0.019 C46 0.37 0.43 22.46 2.45 0.250 0.019 C47 0.20 0.30 4.00 2.50 0.260 0.019 C48 0.40 0.27 12.96 6.69 0.270 0.003 C49 0.40 0.27 4.30 2.04 0.280 0.003 C50 0.40 0.37 7.25 9.73 0.290 0.004 C51 0.40 0.37 2.72 0.36 0.300 0.004 C52 0.50 0.35 41.20 0.42 0.310 0.010 C53 0.14 0.14 5.70 4.73 0.320 0.018 C54 0.32 0.41 4.00 0.50 0.330 0.065 C55 0.39 0.25 28.59 0.29 0.340 0.005 C56 0.30 0.40 21.30 0.40 0.350 0.017
26 Lampiran 5 Perhitungan kapasitas saluran C14 Lebar saluran (b) = 0.33 m ; Kemiringan saluran (s) = 0.0004 Kedalaman saluran (h) = 0.45 m ; Koefisien Manning (n) = 0.014 Debit simulasi = 0.058 m 3 /det Luas (A) = b x h = 0.33 x 0.45 m = 0.1485 m 2 Keliling basah (P) = b + (2 x h) = 0.33 + (2 x 0.45) = 1.23 m Jari-jari hidrolis (R) = A/P = 0.1485 / 1.23 = 0.1207 m Kecepatan aliran (v) = 1/n x R 2/3 x s 1/2 = (1/0.0004) x 0.1207 2/3 x 0.014 1/2 = 0.3882 m/det Debit aliran = v x A = 0.3882 x 0.1485 = 0.0576 m 3 /det Q perhitungan < Q simulasi Kapasitas saluran tidak mencukupi, sehingga perlu desain ulang Lampiran 6 Perhitungan dimensi baru saluran C14 Lebar saluran (b) = 0.5 m ; Kemiringan saluran (s) = 0.0004 Kedalaman saluran (h) = 0.45 m ; Koefisien Manning (n) = 0.014 Debit simulasi = 0.058 m 3 /det Luas (A) = b x h = 0.5 x 0.45 = 0.225 m 2 Keliling basah (P) = b + (2 x h) = 0.5 + (2 x 0.45) =1.4 m Jari-jari hidrolis (R) = A/P = 0.225 / 1.4 = 0.1607 m Kecepatan aliran (v) = 1/n x R 2/3 x s 1/2 = (1/0.0004) x 0.1607 2/3 x 0.014 1/2 = 0.4698 m/det Debit aliran = v x A = 0.4698 x 0.225 = 0.1057 m 3 /det Q perhitungan > Q simulasi Kapasitas saluran sudah mencukupi
27 Lampiran 7 Desain perbaikan saluran C14 DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KEGIATAN PEKERJAAN PERENCANA 1. Nico Augusta 2. Dr. Ir. Nora Herdiana Pandjaitan, DEA 3. Prof. Dr. Ir. Asep Sapei, MS LOKASI PENELITIAN PERUMAHAN VILLA RATU ENDAH, BOGOR, JAWA BARAT CATATAN JUDUL GAMBAR POTONGAN MELINTANG SALURAN NOMOR LEMBAR 1 JUMLAH LEMBAR 1 KODE GAMBAR SATUAN SKALA MM 1 : 8
Lampiran 8 Gambar memanjang desain perbaikan saluran C14 28 DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KEGIATAN PEKERJAAN PERENCANA PERENCANAAN SALURAN DRAINASE 1. Nico Augusta 3. Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA 2. Prof. Dr. Ir. Asep Sapei, MS LOKASI PENELITIAN PERUMAHAN VILLA RATU ENDAH, BOGOR, JAWA BARAT CATATAN JUDUL GAMBAR POTONGAN MEMANJANG SALURAN C13 NOMOR LEMBAR JUMLAH LEMBAR 1 1 KODE GAMBAR SATUAN SKALA MM 1 : 110
29 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 Oktober 1995 sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Agus Hermanto dan Ibu Nurcahyanti. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2007 di SDN Margamulya 06, Bekasi, kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMPN 3 Kota Bekasi hingga tahun 2010. Penulis menamatkan pendidikan menengah atas pada tahun 2013 di SMAN 12 Kota Bekasi, dan kemudian melanjutkan ke Institut Pertanian Bogor melalui jalur tertulis di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan. Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis aktif di berbagai kegiatan organisasi pada Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) pada periode 2014-2015 dan Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan (HIMATESIL) pada periode 2015-2016. Penulis melaksanakan Praktik Lapangan (PL) yang diselenggarakan oleh Fakultas Teknologi Pertanian di Balai Irigasi Kota Bekasi pada Juli Agustus 2016 dan menyusun laporan berjudul Konsep Desain Bangunan Modular di Jaringan Irigasi. Penulis melaksanakan penelitian di Perumahan Villa Ratu Endah, Kota Bogor, dengan judul Evaluasi Saluran Drainase dengan Menggunakan Program EPA SWMM 5.1 di Perumahan Villa Ratu Endah, Bogor, Jawa Barat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dengan dibimbing oleh Dr. Ir. Nora Herdiana Pandjaitan, DEA dan Prof. Dr. Ir. Asep Sapei, MS