1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam dekade terakhir ini kesadaran beragama umat Islam semakin kuat. Bukan hanya umat Islam di pedesaan, tetapi lebih-lebih di perkotaan. Banyaknya artis-artis yang berjilbab, atau maraknya pengajian di hotel-hotel berbintang menunjukkan adanya penguatan kesadaran beragama itu. Menguatnya kesadaran beragama ini semakin memperkuat posisi daya tawar Islam di pemerintahan. Aspirasi-aspirasi mereka semakin didengar oleh pemerintah, termasuk aspirasi soal jaminan kehalalan suatu produk makanan. Hal ini juga sempat dipicu oleh sejumlah isu, seperti adanya lemak babi pada produk makanan tertentu, juga isu soal daging impor yang tidak jelas proses sembelihannya. Dalam ajaran Islam seorang muslim tidak diperkenankan memakan sesuatu kecuali yang halal. Bukan cuma halal, tetapi juga thayyib (baik). Para ulama menafsirkan thayyib sebagai bergizi sesuai standar ilmu kesehatan. Allah berfirman: Artinya : Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan; karena sesungguhnya syaithan adalah musuh yang nyata bagimu. (QS. Al Baqarah:168).
Maka kemudian kita menyaksikan kebijakan pemerintah, lewat LPPOM - MUI, yang menganjurkan produsen makanan untuk memeriksakan produknya ke LPPOM (Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan, dan Kosmetika ), dan di berikan sertifikasi halal jika dinyatakan halal sesuai hukum Islam. Dengan adanya sertifikasi halal itu, umat Islam menjadi lebih tenang dalam mengkonsumsi makanan yang beredar di pasaran. Adanya LPPOM-MUI dapat membantu masyarakat memudahkan proses pemeriksaan kehalalan suatu produk. Dengan mendaftarkan produknya untuk diaudit keabsahan halal-nya oleh LPPOM-MUI sehingga produknya bisa mencantumkan label halal dan hal itu berarti produk tersebut telah mendapat jaminan halal untuk dikonsumsi umat muslim dan hilanglah rintangan yang membatasi produk dengan konsumen muslim. Hal ini berarti peluang pasar yang besar akan terbuka. Dengan adanya label halal ini konsumen muslim dapat memastikan produk mana saja yang boleh mereka konsumsi. Secara teori maka, untuk para pemeluk agama Islam yang taat pilihan produk makanan yang mereka pilih adalah makanan halal yang diwakili oleh label halal pada kemasan suatu produk. Menurut Stanton dan William (2004:282) label adalah bagian sebuah produk yang membawa informasi verbal tentang produk atau tentang penjualnya. Sebuah label bisa merupakan bagian dari kemasan atau pula etiket (tanda pengenal) yang dicantumkan pada produk. Kotler (2008:276) menyatakan bahwa label memiliki 3 fungsi utama yaitu: a. Mengidentifikasikan produk atau merek
b. Menentukan kelas produk c. Menjelaskan produk yaitu siapa pembuatnya, kapan, dimana, apa isinya. Label halal termasuk kedalam Descriptive Label, yaitu label yang memberikan informasi objektif mengenai penggunaan, konstruksi/pembuatan, perhatian/perawatan, dan kinerja produk, serta karakteristik-karakteristik lainnya yang berhubungan dengan produk. Ketiadaan label halal pada sebuah produk akan membuat konsumen muslim berhati-hati dalam memutuskan untuk mengkonsumsi atau tidak produkproduk tanpa label halal tersebut. Kebudayaan adalah salah satu faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar, dalam hal ini faktor agama juga termasuk kedalam faktor budaya. Dengan kata lain agama merupakan salah satu faktor utama dalam perilaku pengambilan keputusan dan perilaku pembelian konsumen. Menurut Setiadi (2003:338) simbol-simbol kebudayaan dapat berupa sesuatu yang tidak kasat mata seperti : sikap, kepercayaan, nilai-nilai, bahasa, dan agama atau sesuatu yang kasat mata seperti peralatan, perumahan, produk, hasil seni. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen tidak mampu lepas dari pengaruh lingkungan yang mengitarinya. Lingkungan dimana konsumen berada mempengaruhi perilaku keputusan pembeliannya.
Label halal yang ada pada kemasan produk yang beredar di Indonesia adalah sebuah logo yang tersusun dari huruf-huruf Arab yang membentuk kata halal dalam sebuah lingkaran. Sumber : www.halalmui.org Gambar 1.1 Logo halal MUI Peraturan pelabelan yang dikeluarkan Dirjen POM (Direktorat jenderal pengawasan obat dan makanan) Departemen Republik Indonesia, juga mewajibkan para produsen-produsen produk makanan untuk mencantumkan label tambahan yang memuat informasi tentang kandungan (ingredient) dari produk makanan tersebut. Dengan begitu konsumen dapat memperoleh sedikit informasi yang dapat membantu mereka untuk menentukan sendiri kehalalan suatu produk. So Good yang telah memiliki label halal dengan nomor Certificate Serial Number : 00010006841197 (www.direktorihalal.com/index.php?search=nugget), merupakan produk makanan olahan daging yang cukup dikenal oleh masyarakat di Indonesia, dengan promosi yang dilakukan dengan cukup baik, sehingga dengan cepat masyarakat dapat mengenal produknya. So Good sendiri merupakan nama salah satu merek PT. Japfa Comfeed Indonesia dan digunakan untuk merek
makanan beku olahan hasil PT. Japfa Comfeed Indonesia. Merek lain yang sudah cukup dikenal masyarakat diantaraya Sozzis (siap makan), Holanda (kue kering) dan Greenfields (susu instant siap minum). Disamping produk makanan PT. Japfa Comfeed Indonesia juga bergerak di bidang aquaculture dimana produk-produk yang dihasilkan seperti industri perikanan/penangkapan ikan (fisheries), pakan udang (shrimp feed), pertanian penyimpanan dingin (farming cold storage), perusahaan penetasan ayam, pakan ayam dan rumah pemotongan ayam, juga dalam bidang perdagangan, real estate, industri pakan ternak, pertaniaan dan perkebunan. PT Japfa Comfeed Indonesia merupakan salah satu perusahaan besar yang bergerak diberbagai bidang dengan membuat sinergi hulu ke hilir, dengan memperkenalkan produk baru dengan inisiatif marketing yang intensif. Dimana salah satu fokus dari PT Japfa Comfeed Indonesia adalah pada produksi dan penjualan nilai tambah produk ayam, yaitu makanan cepat saji dimana yang menggunakan daging ayam sebagai bahan dasar seperti nugget, sozzis dan bakso Persaingan yang ketat dalam dunia bisnis terjadi pula pada industri makanan olahan salah satunya adalah nugget, sehingga produsen dalam industri ini berlomba-lomba agar produk yang dihasilkan dapat diterima oleh konsumen. Perkembangan industri nugget ini terlihat dari semakin maraknya para produsen bersaing dalam membuat produk makanan nugget, sehingga konsumen dihadapkan pada beberapa jenis nugget dengan berbagai variasi, merek, kemasan, harga serta kualitasnya.
Perkembangan industri makanan nugget semakin memperlihatkan peningkatan yang cukup pesat dari 30% hingga 50% di tahun 2006 merek-merek yang menguasai antara lain Fiesta, So Good, Delfarm, Champ, dan lain-lain. Nugget Fiesta di tahun 2006 merupakan market leader industri nugget dengan pangsa pasar sebesar 16,6% mengungguli So Good, Champ, Five Star dan merek lainnya. Akan tetapi selama dua tahun berturut-turut di tahun 2007 sampai dengan 2008 posisi market leader di tempati oleh So Good dengan pangsa pasar sebesar 17,63 % dan 19,9% sedangkan Fiesta hanya dapat mencapai pangsa pasar sebesar 13,93 % dan 11,8% (http://jurnal.dikti.go.id/jurnal/detil/id) Daerah pemasaran So Good sendiri cukup luas terutama daerah Jawa, Bali, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan. Promosi pemasaran produk So Good juga sudah cukup baik, beberapa di antaranya yaitu dengan iklan pada media cetak, serta iklan televisi, web dan pemakaian jasa sales promotion girl (SPG). Target audiens So Good lebih kepada kalangan menengah keatas yang biasa dijual di supermarket. Dengan target pasar produk So Good yang mengambil kalangan menengah keatas, maka Supermarket Hypermart Sun Plaza Medan dapat dijadikan lokasi penelitian yang cocok dan dianggap mampu untuk menjadi perwakilan dari komunitas muslim yang menjadi konsumen produk nugget So Good. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Pembelian Produk makanan Olahan Daging (Nugget) Merek So Good Pada Konsumen Muslim Supermarket Hypermart, Sun Plaza Medan
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah labelisasi halal berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian nugget merek So Good pada konsumen Muslim supermarket Hypermart Sun Plaza Medan? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh labelisasi halal terhadap keputusan pembelian makanan olahan daging (Nugget) merek So Good. 1.4 Maanfaat Penelitian Maanfaat yang didapat dari penelitian ini antara lain adalah: a. Bagi Perusahaan Sebagai informasi kepada pihak PT. Japfa Comfeed Indonesia sebagai produsen Nugget So Good mengenai salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian Nugget So Good b. Bagi Penulis Penelitian ini bermaanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai strategi pemasaran dan khususnya mengenai pemberian label atau Labeling
c. Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan informasi dan refrensi yang dapat dijadikan perbandingan dalam mengadakan penelitian pada bidang yang sama di waktu yang akan datang.