Gambaran Kebutuhan Perawatan Karies Gigi pada Siswa Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Lembeh Selatan Kota Bitung

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN KEBUTUHAN PERAWATAN KARIES GIGI DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KRISTEN 3 TOMOHON

Gambaran tindakan perawatan gigi anak di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sam Ratulangi pada tahun 2011

A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 49

GAMBARAN PENGETAHUAN PENCABUTAN GIGI SISWA SMA NEGERI 1 SANG TOMBOLANG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS KARIES GIGI PADA SISWA SMP KRISTEN 67 MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin

STATUS KARIES PADA GIGI BERJEJAL DI SD NEGERI 12 TUMINTING

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan

GambaranPenggunaan Resin Kompositdan Semen Ionomer Kaca SebagaiBahanRestorasi di Poli Gigi Rumah Sakit Gunung Maria Tomohon Tahun 2012

GAMBARAN PENGGUNAAN SEMEN IONOMER KACA SEBAGAI BAHAN TUMPATAN DI RUMAH SAKIT ROBERT WOLTER MONGISIDI MANADO TAHUN

GAMBARAN INDIKASI PENCABUTAN GIGI DALAM PERIODE GIGI BERCAMPUR PADA SISWA SMP NEGERI 1 LANGOWAN

GAMBARAN PENCABUTAN GIGI MOLAR SATU MANDIBULA BERDASARKAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DI BALAI PENGOBATAN RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT MANADO TAHUN 2012

Hubungan pengetahan kesehatan gigi dan mulut dengan status karies pada pemulung di tempat pembuangan akhir Sumompo Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012). Status kesehatan gigi dan mulut umumnya dinyatakan dalam prevalensi

GAMBARAN KARIES DAN KEBUTUHAN PERAWATAN RESTORASI PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN PAPUSUNGAN KECAMATAN LEMBEH SELATAN. Ratulangi

GAMBARAN PERAWATAN GIGI DAN MULUT PADA BULAN KESEHATAN GIGI NASIONAL PERIODE TAHUN 2012 DAN 2013 DI RSGMP UNSRAT

Gambaran kejadian karies gigi berdasarkan body mass index pada anak-anak usia bulan di TK Negeri Pembina Denpasar

GAMBARAN PENGGUNAAN MATERIAL RESTORASI SEMEN IONOMER KACA DI POLI GIGI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MANADO

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG PENCABUTAN GIGI DI SMP NEGERI 2 LANGOWAN

GAMBARAN STATUS KEBERSIHAN MULUT SISWA SD KATOLIK ST. AGUSTINUS KAWANGKOAN

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan

Pengaruh nilai intelligence quotient (IQ) terhadap status karies gigi siswa di SMA Binsus Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, penduduk Indonesia

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENCABUTAN GIGI PADA MASYARAKAT KELURAHAN KOMBOS BARAT BERDASARKAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN

PREVALENSI KARIES GIGI SULUNG ANAK PRASEKOLAH DI KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO

STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PASIEN POLIKLINIK GIGI PUSKESMAS PANIKI BAWAH MANADO

GAMBARAN STATUS KARIES PADA MURID SMP NEGERI 4 TOULUAAN KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

PREVALENSI KARIES GIGI GERAHAM PERTAMA PERMANEN PADA ANAK UMUR 8 10 TAHUN DI SD KELURAHAN KAWANGKOAN BAWAH

GAMBARAN TINGGINYA ANGKA KARIES GIGI PADA SD BINAAN PELAYANAN ASUHAN DI WILAYAH KOTA PONTIANAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berdasarkan usia, jenis kelamin, elemen gigi dan posisi gigi. Berikut tabel

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang berkaitan dengan bagian tubuh yang lain. Dampak sosial

ABSTRAK. Kata Kunci: susu formula dalam botol, indeks karies, anak usia 3 4 tahun

Gambaran Status Periodontal dan Kebutuhan Perawatan Anak Tunarungu Usia Sekolah di Sekolah Luar Biasa GMIM Damai Tomohon

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi dan mulut yang paling umum diderita, dan menggambarkan masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk gigi tiruan cekat (fixed) atau gigi tiruan lepasan (removable). Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STATUS KEBERSIHAN MULUT ANAK USIA 9-11 TAHUN DAN KEBIASAAN MENYIKAT GIGI MALAM SEBELUM TIDUR DI SDN MELONGUANE

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

BAB 1 PENDAHULUAN. utama bila dibandingkan dengan penyakit umum lainnya. Penyakit gigi yang paling banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes,

Status kebersihan gigi dan mulut pada remaja usia tahun di SMPN 4 Watampone Kecamatan Tanete Riattang Kabupaten Bone

*Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado Jl. R.W. Mongisidi Malalayang Manado

ABSTRAK HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN STATUS GIZI ANAK UMUR 3-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENGWI III BADUNG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beberapa jenis antara lain; tunanetra, tunarungu/tunawicara, tunagrahita,

DAFTAR GAMBAR. 2.1 Empat Faktor Utama Yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gambaran Klinis Karies Pada Daerah Occlusal...

e-issn Volume 02, Nomor 02, Juli 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

Kata kunci : Pengetahuan, kesehatan gigi dan mulut, indeks def-t/dmf-t.

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PASIEN KEHILANGAN GIGI TETAP DENGAN MINAT PEMAKAIAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu permasalahan kesehatan gigi yang paling

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci: molar, karies, menyikat gigi, makanan kariogenik. viii

PENILAIAN INDEKS DMF-T ANAK USIA 12 TAHUN OLEH DOKTER GIGI DAN BUKAN DOKTER GIGI DI KABUPATEN KETAPANG PROPINSI KALIMANTAN BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

GAMBARAN STATUS KARIES PADA SISWA SMP NEGERI I TOMOHON

Jurnal Al-Ikhlas ISSN : Volume 2 Nomor 2, April 2017

Gambaran status karies dan status gizi pada murid TK Kartika XX-16 Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Kesehatan gigi dan

PENGARUH PENDIDIKAN, PENGALAMAN PEMERIKSAAN DAN STATUS KESEHATAN GIGI ANAK TERHADAP PERILAKU IBU MEMERIKSAKAN KESEHATAN GIGI ANAK DI KOTA BUKITTINGGI

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

ABSTRAK. Efektivitas menyikat gigi, indeks plak, metode horizontal, metode roll

EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER

BAB V HASIL PENELITIAN. Selatan dengan luas wilayah kerja seluas 14,87 Km 2, terdiri dari 3 wilayah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Menurut kajian,

GAMBARAN STATUS KARIES PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB YPAC MANADO

Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dengan Karies Molar Satu Permanen pada Murid Umur 6-12 Tahun SDN 26 Lamteumen Timur Kota Banda Aceh

GAMBARAN STATUS KARIES DAN POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MAHASISWA ASAL TERNATE DI MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai tahapannya

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (World Health Organization) (2013), terjadi peningkatan

PERBANDINGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUTPADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SLB-B DAN SLB-C KOTA TOMOHON

GAMBARAN ORAL HABIT PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 25,9%, tetapi hanya 8,1% yang mendapatkan perawatan. 2

PROFIL INDIKASI PENCABUTAN GIGI DI RSGM UNSRAT TAHUN 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PENCEGAHAN KARIES GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI BALITA. Nawang Siwi Sayuti 1.

PENGARUH TEKNIK MENYIKAT GIGI VERTIKAL TERHADAP TERJADINYA RESESI GINGIVA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai masalah karies dan gingivitis dengan skor DMF-T sebesar

KEBUTUHAN PERAWATAN ORTODONSI BERDASARKAN INDEX OF ORTHODONTIC TREATMENT NEED PADA SISWA KELAS II DI SMP NEGERI 2 BITUNG

BAB I PENDAHULUAN. percaya diri. Salah satu cara untuk mendapatkan kesehatan rongga mulut adalah dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida

Makassar Dent J 2016; 5(1): 1-5 ISSN:

HUBUNGAN KARIES GIGI DENGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN SISWA SEKOLAH DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIWATES DAN PUSKESMAS WULUHAN KABUPATEN JEMBER

MULUT TERHADAP JUMLAH KARIES GIGI M1 PERMANEN PADA ANAK USIA 9-12 TAHUN DI MI SYAFAAT MUHAMMADIYAH JETIS KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

Kata kunci : pengetahuan, sikap, perilaku, perawatan ortodontik cekat, pasien ortodontik

GAMBARAN MENYIKAT GIGI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA MURID KELAS V DI MIN 9 KECAMATAN ULEE KARENG KOTA BANDA ACEH

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD

Transkripsi:

Gambaran Kebutuhan Perawatan Karies Gigi pada Siswa Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Lembeh Selatan Kota Bitung 1 Riedle L. Ticoalu, 2 Dinar A. Wicaksono, 3 Kustina Zuliari 1 Mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi 2 Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi 3 Dinas Kesehatan Kota Manado Abstrak Karies gigi merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dijumpai. Prevalensi karies masih cukup tinggi di seluruh dunia dan juga di Indonesia sehingga menjadi prioritas masalah kesehatan gigi dan mulut khususnya pada anak usia sekolah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kebutuhan perawatan karies gigi pada siswa SMA di kecamatan Lembeh Selatan kota Bitung. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 145 orang yang diambil dengan teknik propotional random sampling. Sampel diperiksa dengan menggunakan kriteria penilaian kebutuhan perawatan karies gigi menurut WHO. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan perawatan tertinggi yaitu fissure sealant (33,1%), kemudian diikuti restorasi satu permukaan (29,7%), restorasi dua permukaan atau lebih (13,8%), aplikasi fluor (11,6%), pencabutan gigi (7,3%), perawatan saluran akar (3,6%) dan yang terendah yaitu crown sebesar (0,9%). Keterbatasan tenaga kesehatan gigi suatu daerah serta kurangnya kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut dapat menyebabkan tingginya prevalensi karies sehingga kebutuhan akan perawatan karies gigi semakin meningkat. Kata kunci: karies gigi, kebutuhan perawatan. Abstract Dental caries is one of the most common oral health problems that can be found. Its prevalence is still high worldwide and also in Indonesia, so that it becomes the most priority of oral health problems, especially to the school age children. The purpose of this study is to know the treatment needs for dental caries of the higshchool students in South Lembeh, Bitung city. This study is a descriptive study with 145 samples taken by proportional random sampling technique. Samples were examined using the assessment criteria of treatment needs for caries from WHO. The result showed that the highest treatment need is fissure sealant (33.1%), followed by one surface restoration (29.7%), two or more surface restorations (13.8%), fluor application (11.6%), tooth extraction (7.3%), endodontic treatment (3.6%) and the lowest is crown (0,9%). The limited of dental practitioner and the lack of awareness to keep the oral health can cause the height of caries prevalence, increases the need of caries treatment. Keywords: dental caries, treatment need. Korespondensi: Riedle L. Ticoalu, Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado, Indonesia. E-mail: riedel.leopard@yahoo.com PENDAHULUAN Karies gigi merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dijumpai di dunia. Prevalensi karies masih cukup tinggi di seluruh dunia, sehingga karies merupakan suatu penyakit infeksi gigi yang menjadi prioritas masalah kesehatan gigi dan mulut. Menurut World Health Organization (WHO) di dunia, 60-90% dari anak usia sekolah dan hampir 100% orang dewasa mengalami kerusakan gigi. 1 Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi karies di Indonesia sebesar 46,5% dimana Sulawesi Utara menempati peringkat kedua tertinggi dengan persentase sebesar 57,2%. 2 Penelitian tentang karies gigi sudah sering dilakukan memakai indeks DMF-T (decayed,

missing, filling teeth), namun belum memberikan informasi yang cukup untuk memperkirakan kebutuhan perawatan karies gigi kepada masyarakat. Pengukuran kebutuhan perawatan karies gigi di suatu daerah penting untuk memperkirakan biaya, waktu, dan tenaga kesehatan dalam perencanaan suatu program kesehatan gigi. Kebutuhan perawatan karies gigi di suatu daerah berbeda-beda bergantung pada status karies di daerah tersebut yang salah satunya dipengaruhi oleh usia. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) tergolong dalam kelompok usia 15-17 tahun, WHO merekomendasikan untuk dilakukan pengukuran karies gigi, karena pada usia ini gigi sudah berada di dalam rongga mulut selama 3 sampai 9 tahun. 3 Data menurut RISKESDAS tahun 2007 menunjukkan Sulawesi Utara menempati peringkat tertinggi untuk data Required Treatment Index (RTI) yaitu besarnya kerusakan yang belum ditangani dan memerlukan penumpatan atau pencabutan gigi dengan persentase sebesar 35,3%, sedangkan data Performed Treatment Index (PTI) yaitu motivasi seseorang untuk menumpatkan giginya yang berlubang dalam upaya mempertahankan gigi tetap, presentasenya sebesar 1,1%. 2 Hal ini berarti kebutuhan perawatan gigi masyarakat Sulawesi Utara sangat tinggi namun kesadaran mereka untuk melakukan perawatan gigi masih sangat kurang. 2 Kecamatan Lembeh Selatan merupakan salah satu kecamatan yang berada di kota Bitung, provinsi Sulawesi Utara. Saat ini, di kecamatan Lembeh Selatan terdapat 3 puskesmas namun belum ada tenaga dokter gigi, sehingga upaya promotif, preventif, dan kuratif dalam bidang kesehatan gigi dan mulut masih sangat kurang. Berdasarkan hasil survei, ada sebanyak 5,23% masyarakat yang datang ke puskesmas karena memiliki Tabel 1. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin. masalah gigi dan mulut, dimana sebagian besar termasuk dalam kelompok usia remaja. Mereka datang ke puskesmas sebagian besar untuk melakukan pencabutan gigi, dengan kata lain mereka hanya datang pada saat kondisi gigi sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat setempat masih kurang memiliki motivasi dan kesadaran dalam hal pentingnya perawatan karies gigi. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti gambaran kebutuhan perawatan karies gigi pada siswa SMA di kecamatan Lembeh Selatan kota Bitung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebutuhan perawatan karies gigi pada siswa SMA di kecamatan Lembeh Selatan kota Bitung. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan pada siswa SMAN 3 dan SMKN 3 Bitung pada 16 Juli dan 17 Juli 2013. Populasi yaitu seluruh siswa SMA kecamatan Lembeh Selatan yang berjumlah 229 siswa, lalu diambil sampel berdasarkan rumus Slovin dan didapati besar sampel yaitu 145 siswa. Dari 145 siswa kemudian diacak berdasarkan proporsi masing-masing sekolah menggunakan teknik proportional random sampling, dan didapati untuk SMAN 3 sebanyak 96 siswa dan untuk SMKN 3 sebanyak 49 siswa. Cara pengumpulan data yaitu melalui pemeriksaan yang dilakukan menggunakan kaca mulut dan sonde setengah lingkaran pada setiap gigi dan hasil pemeriksaan dicatat pada lembar pemeriksaan yang tersedia. Data yang diperoleh oleh peneliti kemudian diolah secara manual berdasarkan kode dari penelitian, hasilnya dideskripsikan dalam bentuk tabel. HASIL PENELITIAN Distribusi kebutuhan perawatan karies gigi berdasarkan dapat dilihat pada table berikut: Jenis Kelamin Nama Sekolah Total SMAN 3 SMKN 3 Laki- laki 32 22,1 35 24,1 67 46,2 Perempuan 64 44,1 14 9,7 78 53,8 Total 96 66,2 49 33,8 145 100

Tabel 2. Distribusi gigi yang diperiksa Jenis Kelamin Gigi yang diperiksa Gigi yang hilang Jumlah gigi Laki-laki 1863 45,9 13 0,3 1876 46,2 Perempuan 2166 53,3 18 0,5 2184 53,8 Total 4029 99,2 31 0,8 4060 100 Tabel 3. Distribusi gigi yang membutuhkan perawatan berdasarkan jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah % Jumlah % Jumlah % gigi (n) gigi (n) gigi (n) Gigi yang Membutuhkan 401 21,6 442 20,4 843 20,9 perawatan Gigi yang Tidak 1462 78,4 1724 79,6 3186 79,1 membutuhkan perawatan Jumlah gigi 1863 100 2166 100 4029 100 Tabel 4. Distribusi kebutuhan perawatan berdasarkan jenis kelamin Kebutuhan Perawatan Karies Gigi Laki-laki Jenis Kelamin Perempuan Jumlah Aplikasi fluor 35 4,2 63 7,4 98 11,6 Fissure sealant 141 16,7 139 16,4 280 33,1 Restorasi satu permukaan 118 14,0 132 15,7 250 29,7 Restorasi dua permukaan atau lebih 59 7,0 57 6,8 116 13,8 Crown 4 0,5 3 0,4 7 0,9 Veneer 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Perawatan saluran akar 16 1,9 14 1,7 30 3,6 Pencabutan gigi 28 3,3 34 4,0 62 7,3 Total 401 47,6 442 52,4 843 100 Tabel 5. Distribusi kebutuhan perawatan berdasarkan regio rahang Jenis Kelamin Regio Rahang Jumlah Rahang Atas Rahang Bawah Laki-laki 182 25 219 30,8 401 47,6 Perempuan 207 21,1 235 23,1 442 52,4 Total 389 46,1 454 53,9 843 100

Rahang Bawah Rahang Atas Tabel 6. Distribusi kebutuhan perawatan karies gigi berdasarkan elemen gigi Regio Rahang Kebutuhan Perawatan Jumlah P F 1 2 3 4 5 6 M2 (n) 4 48 33 15 0 0 2 2 104 % 1,0 12,3 8,5 3,9 0,0 0,0 0,5 0,5 26,7 M1 (n) 4 49 36 22 0 0 4 8 123 % 1,0 12,6 9,2 5,6 0,0 0,0 1,0 2,1 31,6 P2 (n) 4 11 11 10 0 0 0 2 38 % 1,0 2,8 2,8 2,6 0,0 0,0 0,0 0,5 9,8 P1 (n) 6 12 8 3 0 0 2 5 36 % 1,5 3,1 2,1 0,8 0,0 0,0 0,5 1,3 9,2 C (n) 8 0 5 1 0 0 1 1 16 % 2,1 0,0 1,3 0,2 0,0 0,0 0,2 0,2 4,1 I2 (n) 12 0 4 3 2 0 0 0 21 % 3,1 0,0 1,0 0,8 0,5 0,0 0,0 0,0 5,4 I1 (n) 15 0 31 2 2 0 1 0 51 % 3,9 0,0 8,0 0,5 0,5 0,0 0,2 0,0 13,1 Total (n) 53 120 128 56 4 0 10 18 389 % 13,6 30,8 32,9 14,4 1,0 0,0 2,4 4,6 100 I1 (n) 12 0 14 2 2 0 1 0 31 % 2,6 0,0 3,0 0,4 0,4 0,0 0,2 0,0 6,8 I2 (n) 8 0 4 1 0 0 0 0 13 % 1,8 0,0 0,9 0,2 0,0 0,0 0,0 0,0 2,9 C (n) 9 0 4 0 0 0 0 0 13 % 2,0 0,0 0,9 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 2,9 P1 (n) 7 7 4 3 1 0 3 2 27 % 1,5 1,5 0,9 0,6 0,2 0,0 0,6 0,4 5,9 P2 (n) 5 18 8 6 0 0 2 2 41 % 1,1 4,0 1,8 1,3 0,0 0,0 0,4 0,4 9,0 M1 (n) 2 67 43 25 0 0 11 32 180 % 0,4 14,7 9,5 5,5 0,0 0,0 2,4 7,0 39,6 M2 (n) 2 68 45 23 0 0 3 8 149 % 0,4 15,0 9,9 5,0 0,0 0,0 0,6 1,8 32,8 Total (n) 45 160 122 60 3 0 20 44 454 % 9,9 35,2 26,9 13,2 0,6 0,0 4,2 9,6 100 Ket: P= Aplikasi Fluor, F= Fissure Sealant, 1= Restorasi satu permukaan, 2= Restorasi dua atau lebih permukaan, 3= Crown, 4= Veneer, 5= Perawatan saluran akar, 6= Pencabutan gigi. PEMBAHASAN Karies gigi yang tidak dirawat biasanya akan memberikan pengaruh yang serius terhadap kesehatan secara umum, rasa nyeri, dan ketidaknyamanan dalam beraktifitas, untuk itu perlu adanya suatu perencanaan terhadap kebutuhan perawatan karies gigi. Penelitian ini dilakukan pada 145 siswa SMAN 3 dan SMKN 3 di kecamatan Lembeh Selatan Kota Bitung. Pemeriksaan dilakukan pada seluruh gigi siswa, sebagian besar siswa SMA yang diperiksa ialah perempuan yaitu 78 (53,8%) orang sedangkan laki-laki 67 (46,2%) orang (Tabel 1). Berdasarkan gigi yang diperiksa, terdapat 20,9% yang membutuhkan perawatan karies gigi dari total jumlah gigi yang diperiksa. Hal ini berbeda jauh dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pashayev dkk pada anak sekolah usia 15 17 tahun di Baku, terdapat 86,1% yang membutuhkan perawatan karies gigi dari total jumlah gigi yang diperiksa. Perbedaan ini disebabkan oleh fakta bahwa penduduk Baku, yang merupakan penduduk yang tinggal di pedesaan dengan status sosial ekonomi rendah, dan sulit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan gigi karena lokasinya jauh dengan tempat pelayanan kesehatan gigi

dan mulut, hal ini menyebabkan ketidakmampuan masyarakat disana untuk melakukan perawatan gigi. 4 Berbeda dengan kecamatan Lembeh Selatan yang menjadi tempat penelitian, karena lokasinya sudah termasuk di daerah perkotaan dan status ekonomi sudah lebih baik dibandingkan penduduk di Baku, sehingga masyarakat disana lebih mudah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut baik secara preventif, kuratif dan rehabilitatif. Berdasarkan jenis kelamin, kebutuhan perawatan karies gigi lebih tinggi terdapat pada laki-laki yaitu sebesar 21,6% dari jumlah gigi yang diperiksa pada laki-laki, sedangkan perempuan hanya 20,4% dari jumlah gigi yang diperiksa pada perempuan. Data ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa jumlah gigi yang membutuhkan perawatan karies gigi pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Hasil tersebut serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Joyson Moses di Chidambaram siswa usia 15 19 tahun, dimana angka kebutuhan perawatan karies tertinggi yaitu pada laki-laki sebesar 4,6% dari jumlah gigi yang diperiksa pada laki-laki, sedangkan perempuan hanya 4,1% dari jumlah gigi yang diperiksa pada perempuan. 5 Hal ini disebabkan wanita lebih menjaga dan merawat kesehatan gigi dan mulut, karena bagi wanita penampilan sangat penting dalam aktifitas dan kehidupan sehari-hari. Distribusi kebutuhan perawatan karies gigi tertinggi yaitu fissure sealant sebanyak 280 gigi (33,1%), kemudian diikuti restorasi satu permukaan 250 gigi (29,7%), restorasi dua permukaan atau lebih 116 gigi (13,8%), aplikasi fluor 98 gigi (11,6%), pencabutan gigi 62 gigi (7,3%), perawatan saluran akar 30 gigi (3,6%), dan untuk crown yaitu sebanyak 7 gigi (0,9%) (Tabel 4). Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Robelo dkk dan Girish dkk dimana mereka juga mendapati kebutuhan perawatan karies tertinggi yaitu fissure sealant dan restorasi satu permukaan. 6,7 Distribusi subjek penelitian berdasarkan regio rahang menunjukkan regio rahang bawah lebih banyak membutuhkan perawatan karies gigi dibandingkan rahang atas. Disebutkan bahwa persentase lebih tinggi pada regio rahang bawah yaitu sebanyak 454 gigi (53,9%) dibandingkan laki-laki 389 gigi (46,1%), hal ini menunjukkan karies gigi lebih banyak menyerang gigi rahang bawah, ini disebabkan karena lokasi gigi. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Kaur dkk yang mendapati karies lebih banyak terdapat pada gigi-gigi rahang bawah dibandingkan rahang atas. Gigi-gigi yang letaknya berada pada rahang bawah lebih sering terkena karies gigi, karena sisa-sisa makanan lebih mudah tersangkut pada gigigigi di regio ini. 8 Distribusi kebutuhan perawatan karies gigi berdasarkan elemen gigi menunjukkan bahwa gigi-gigi posterior memiliki persentasi lebih tinggi dibandingkan gigi-gigi anterior. Gigi dengan persentase tertinggi yaitu gigi molar dengan persentase 31,6% pada rahang atas dan 39,6% pada rahang bawah (Tabel 6). Menurut literatur, gigi posterior terdapat fisura-fisura yang merupakan bagian yang sangat rentan terserang karies. Disebutkan juga bahwa pengalaman karies tertinggi yaitu pada gigi molar pertama terutama pada permukaan oklusal, hal ini dikaitkan dengan terdapatnya fisura-fisura yang menjadi tempat berakumulasinya plak dan menimbulkan terjadinya karies. 9 Selain itu gigi molar pertama permanen juga merupakan gigi yang pertama tumbuh di antara gigi permanen lainnya, yaitu dimulai pada usia 6 tahun sehingga biasanya dikenal dengan sebutan six-years molar, hal ini menyebabkan gigi molar pertama lebih sering dan lebih lama berkontak dengan makanan. 9,10 Sisa-sisa makanan yang tersangkut pada bagian fisura gigi posterior biasanya lebih sulit dibersihkan dibandingkan sisa makanan pada gigi anterior. Fisura gigi posterior biasanya sempit (lebarnya sekitar 0,1 mm) dan berliku-liku, serta tidak beraturan, sehingga ini menjadi tempat yang mudah menetapnya bakteri dan makanan. Saliva tidak dapat membersihkan sampai ke dalam dasar fisura. Pembersihan dengan menggunakan sikat gigi pun terasa sulit, karena bulu sikat gigi yang terlalu lebar (berdiameter 0,2 mm) sulit untuk masuk ke daerah ini. 11 Letak gigi anterior yang lebih mudah dijangkau oleh sikat gigi menyebabkan daerah ini lebih mudah dibersihkan daripada gigi posterior. 9 Gigi anterior rahang bawah memiliki persentase rendah, ini terkait dengan dekatnya duktus kelenjar saliva submandibularis dan

sublingualis dengan daerah ini, sehingga sekresi kelenjar tersebut membantu melindungi dan membersihkan plak dan bakteri pada gigi anterior rahang bawah. 12 SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan kalau laki-laki lebih banyak membutuhkan perawatan karies gigi dibandingkan perempuan. Kebutuhan perawatan karies gigi yang tertinggi yaitu fissure sealant kemudian diikuti oleh restorasi satu permukaan, restorasi dua atau lebih permukaan, aplikasi fluor, pencabutan gigi, perawatan saluran akar dan yang terendah pada crown, sedangkan Elemen gigi yang paling banyak membutuhkan perawatan karies gigi yaitu pada gigi molar pertama dan yang paling sedikit pada gigi kaninus dan insisivus kedua. SARAN Pemerintah seharusnya perlu melakukan program pengadaan tenaga kesehatan khususnya dibidang kesehatan gigi dan mulut, Bagi institusi dalam hal ini BP-RSGM dan PDGI cabang Manado perlu mengadakan upaya tindakan berupa penyuluhan mengenai pentingnya menjaga dan merawat gigi di sekolah, sebagai upaya membantu tindakan preventif dan kuratif kesehatan gigi dan mulut masyarakat khususnya di kecamatan Lembeh Selatan kota Bitung DAFTAR PUSTAKA 1. WHO (World Health Organization). Oral Health. [serial online]. 2012 [cited 2013 Apr 9] Available from URL: http://www.who.int/mediacentre/factsheet s/fs318/en/ 2. Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). DEPKES RI. 2007: 130-144. 3. World Health Organization. Oral health survey. Basic method 4 th ed. Geneva: WHO:1997. p. 7 4. Pashayev AC, Mammadov FU, Huseinova ST. An investigation into the prevalence of dental caries and its treatment among the adult population with low socio-economic status in Baku, Azerbaijan. OHDM. 2011; 10(1): 7-12. 5. Joyson Moses,et al, Prevalence Of Dental Caries, Socio-Economic Status And Treatment Needs Among School Children. Journal of Clinicaland Diagnostic Research. 2011 Feb, Vol- 5(1):h.146-151 6. Robelo MAB, Lopes MC, Vieira JM, Parente RCP. Dental caries and gingivitis among 15 to 19 year-old students in Manaus, AM, Brazil. Braz oral res [serial online] 2009 [cited 2013 Aug 7]; 23(3): 284-54. Available from: URL: http://www.scielo.br/pdf/bor/v23n3/05.pd f 7. Girish FS, Kapil RS, Nidhi P. oral health status and treatment needs among 12 and 15 year old government and private school children in Shimla city, Himachal Pradesh, India. JISPCD. 2013; 3(1): 44-50. 8. Kaur I, Singal P, Bhatnagar DP. Timing of permanent teeth emergence and dental caries among Jatsikh children of public and government schools of Patiala district. Kamla-Raj. 2010; 12(2): 141-8. 9. Wang JD, Chen X, Frencken J, Du MQ, Chen Z. Dental caries and first permanent molar pit and fissure morphology in 7-to- 8-year-old children in Wuhan, China. International journal of oral science. 2012; 4: 157-60. 10. Leroy R, Martens LC, Vanobbergen J, Bogaerts K, Declerck D. Caries experience and gingivitis levels of permanent first molar in relation to timing of emergence. OHDMBSC. 2009; 8(3): 33-42. 11. Seppala SK. Arresting occlusal enamel caries lesions with pit and fissure sealants. ISBN. 2009; 1-81. 12. Chukwu GA, Adeleke OA, Danfillo IS, Otoh EC. Dental caries and extractions of permanent teeth in Jos, Nigeria. African journal of oral health. 2004; 1(1): 31-6.