BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermutu serta pemerataan pelayanan kesehatan yang mencakup tenaga, sarana dan

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas obat yang aman, berkhasiat, bermutu, dan terjangkau dalam jenis dan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan kesehatan dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam hal ini memerlukan suatu variabel yang dapat digunakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

KAJIAN PERESEPAN BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kamus Indikator Pelayanan Medis RSIA NUN Surabaya Pelaksanaan Rapat Dokter Umum / Dokter Gigi Setiap Bulan

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN DOKTER DALAM PENULISAN RESEP SESUAI DENGAN FORMULARIUM RUMAH SAKIT UMUM R.A.

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi akan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KOMITE FARMASI DAN TERAPI. DRA. NURMINDA S MSi, APT

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAGAS WARAS KABUPATEN KLATEN

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar rumah sakit baik lokal, nasional, maupun regional. kebutuhan, tuntutan dan kepuasan pelanggan.

LAPORAN EVALUASI PROGRAM

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PADA RUMAH SAKIT INDERA PROVINSI BALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lain pelayanan berbagai jenis laboratorium, gizi/makanan dan sebagainya.

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot

A. `LAPORAN VALID INDIKATOR AREA KLINIS 1. Asesment pasien: Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medik Triase dan Pengkajian IGD

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt.

G U B E R N U R J A M B I

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. KOMITE MEDIK Susunan Komite Medik terdiri diri dari : a. Ketua, b. Wakil Ketua, c. Sekretaris d. Anggota

BAB I PENDAHULUAN. profesi medik disini adalah mencakup Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI),

DINAS KESEHATAN PUSKESMAS CADASARI

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2012 di Apotek RSU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

PERATURAN DIREKTUR UTAMA RS. xxx NOMOR : 17/PER/2013 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN MEDIS. DIREKTUR UTAMA RS. xxx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1 BAB I PENDAHULUAN. pengentasan kemiskinan. Tujuan MDGs di bidang kesehatan merupakan tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai apoteker (Presiden, RI., 2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR,

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai pusat rujukan dan merupakan pusat alih pengetahuan dan

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

INTISARI GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT UNIT DOSE DISPENSING DI DEPO TULIP RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. sakit memegang peranan penting terhadap meningkatnya derajat kesehatan

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi kedokteran. Apapun teknologi kedokterannya

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Strategi pemerintah dalam pembangunan kesehatan nasional 2015-2019 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya dapat terwujud melalui terciptanya masyarakat yang hidup dalam lingkungan yang sehat serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata (Republik Indonesia, 2015). Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan, serta bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pemulihan kesehatan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu dari sarana kesehatan sebagai rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien (Republik Indonesia, 2015). Salah satu kegiatan penunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah pelayanan farmasi rumah sakit. Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Dalam meningkatkan mutu dan efisiensi pelayanan farmasi di rumah sakit, pelayanan kefarmasian perlu adanya suatu standar pelayanan yang digunakan sebagai pedoman dalam pemberian pelayanan kefarmasian di rumah sakit (Republik Indonesia, 2016). Standar pelayanan minimal adalah tolak ukur pelayanan minimal yang diberikan oleh badan layanan umum kepada masyarakat. Standar pelayanan 1

2 minimal bagian farmasi meliputi waktu tunggu pelayanan obat, tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat, kepuasan pelanggan, dan penulisan resep sesuai formularium (Republik Indonesia, 2008). Formularium rumah sakit merupakan daftar obat yang disepakati staf medis, disusun oleh komite farmasi dan terapi yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit (Republik Indonesia, 2016). Formularium bermanfaat sebagai acuan bagi penulis resep, mengoptimalkan pelayanan kepada pasien, memudahkan perencanaan, dan penyediaan obat pada fasilitas pelayanan kesehatan. Pasien akan mendapatkan obat terpilih yang tepat, berkhasiat, bermutu, aman, dan terjangkau dengan adanya formularium, sehingga akan tercapai kesehatan yang setinggitingginya. Oleh karena itu obat yang tercantum dalam formularium harus dijamin ketersediaannya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Hasil penelitian Regaletha (2009) mengemukakan bahwa ketidaksesuaian penulisan resep oleh dokter terhadap formularium di rumah sakit RSUD PROF. Dr. W.Z Johannes Kupang sebesar 61,4%. Selaras dengan penelitian yang disebutkan sebelumnya, penelitian tentang analisis ketersediaan dan pola peresepan obat di rumah sakit pemerintah di Indonesia, menemukan bahwa kepatuhan dokter dalam menulis resep sesuai formularium rumah sakit kelas A 81,3%, kelas B 65,9%, kelas C 50,3%, dan kelas D sebesar 57,1% (Siahaan, 2013). Kepatuhan dokter dalam menulis resep sesuai formularium di Instansi Rawat Jalan RSI Jemursari Surabaya sebesar 37,8% (Mahfudhoh, S., Rohmah, 2015). Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit diatur dengan tujuan untuk menaikkan mutu pelayanan kefarmasian serta melindungi pasien dan masyarakat terhadap penggunaan obat yang tidak rasional (Republik Indonesia, 2016). Adanya formularium rumah sakit yang telah disetujui oleh para dokter berarti Instalasi Farmasi akan dapat menyediakan obat-obatan secara lebih efisien. Ketidaksesuaian penulisan resep terhadap formularium akan mempengaruhi mutu pelayanan karena pengantian obat, adanya resep yang ditolak, pembiayaan total obat menjadi tinggi dan mutu pengobatan menjadi rendah (Manalu, 2012).

3 Berdasarkan beberapa hasil penelitian diatas, kepatuhan dokter dalam menuliskan resep sesuai formularium baik di rumah sakit pemerintah maupun swasta yang belum sesuai indikator pelayanan minimal kefarmasian mendorong dilakukannya penelitian sejenis di rumah sakit yang berbeda dengan tipe yang hampir sama. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu apakah penulisan resep pada pasien rawat inap di RSUD Karanganyar tahun 2016 sudah sesuai dengan formularium rumah sakit? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase kesesuaian peresepan obat terhadap formularium di RSUD Karanganyar tahun 2016. D. Tinjauan Pustaka 1. Rumah sakit Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Republik Indonesia, 2014a). Pelayanan kesehatan penuh yang dimaksud adalah pelayanan kesehatan yang bersifat memajukan, mencegah, menyembuhkan, dan rehabilitasi (Republik Indonesia, 2009). Undang-undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang tugas dan fungsi rumah sakit disebutkan bahwa rumah sakit memiliki tugas memberikan pelayanan kesehatan perindividu secara penuh. Fungsi rumah sakit sendiri dari undang-undang diatas adalah :

4 a. Sebagai penyelenggara pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan berdasarkan standar pelayanan rumah sakit. b. Sebagai pemelihara dan peningkatan kesehatan individu dengan pelayanan kesehatan yang paripurna. c. Sebagai penyelenggara pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan. d. Sebagai penyelenggara penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan dalam (Republik Indonesia, 2014a) : a. Rumah sakit umum Rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. b. Rumah sakit khusus Rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya. Rumah sakit berdasarkan pengelolaannya dibagi menjadi (Republik Indonesia, 2009) : a. Rumah sakit publik Merupakan rumah sakit yang dikelola berdasarkan undang-undang oleh pemerintah dan badan hukum yang tidak mengutamakan perolehan keuntungan. b. Rumah sakit privat Merupakan rumah sakit dalam bentuk badan usaha yang dikelola oleh badan hukum dan bertujuan untuk mendatangkan keuntungan. Rumah sakit umum berdasarkan pelayanan, sumber daya manusia, peralatan, bangunan, dan prasarana diklasifikasikan menjadi :

5 a. Rumah sakit umum kelas A. b. Rumah sakit umum kelas B. c. Rumah sakit umum kelas C. d. Rumah sakit umum kelas D (Republik Indonesia, 2014a). Rumah sakit khusus berdasarkan pelayanan, sumber daya manusia, peralatan, bangunan, dan prasarana diklasifikasikan menjadi : a. Rumah sakit umum kelas A. b. Rumah sakit umum kelas B. c. Rumah sakit umum kelas C (Republik Indonesia, 2014a). 2. Instalasi farmasi rumah sakit Instalasi farmasi merupakan unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi kegiatan manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis pakai, serta pelayanan farmasi klinis. Tujuan dari pelayanan kefarmasian adalah mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait obat (Republik Indonesia, 2016). Instalasi farmasi sebagai satu-satunya penyelenggara pelayanan kefarmasian memberikan manfaat dalam : a. Pengendalian penggunaan dan pelaksanaan pengawasan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai. b. Standarisasi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai. c. Penjamin mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai. d. Pemantauan terapi obat. e. Penurunan resiko kesalahan terkait penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai. f. Pengendali harga sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.

6 g. Kemudahan akses data sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang akurat. h. Peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. i. Peningkatan pendapatan rumah sakit dan peningkatan kesejahteraan pegawai (Republik Indonesia, 2016). Pelayanan kefarmasian merupakan suatu pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman, dan terjangkau oleh pasien. Pelayanan kefarmasian di rumah sakit terdiri dari dua kegiatan, yaitu bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis serta kegiatan pelayanan farmasi klinik (Republik Indonesia, 2016). Tujuan dari pelayanan kefarmasian (Republik Indonesia, 2016) adalah : a. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan farmasi di rumah sakit. b. Memberikan pelayanan farmasi yang menjamin efektifitas, keamanan, dan efisiensi penggunaan obat. c. Melaksanakan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka meningkatkan penggunaan obat secara rasional. Dalam pelayanan kefarmasian, tim farmasi dan terapi bertugas untuk : a. Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan obat di rumah sakit. b. Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk ke dalam formularium rumah sakit. c. Mengembangkan standar terapi. d. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan obat. e. Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan obat yang rasional. f. Mengkoordinir penatalaksanaan reaksi obat yang tidak diinginkan. g. Mengkoordinir penatalaksanaan medication error. h. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di rumah sakit (Republik Indonesia, 2016).

7 3. Standar pelayanan minimal Standar pelayanan minimal adalah ketentuan mengenai bentuk dan kualitas pelayanan dasar yang berhak didapatkan setiap orang secara minimal. Tujuan dari penyusunan standar pelayanan minimal untuk menyamakan pemahaman tentang definisi operasional, indikator kerja, dan satuan pencapaian kinerja. Penetapan standar pelayanan minimal bidang kesehatan mengacu pada kebijakan dan strategi desentralisasi bidang kesehatan (Republik Indonesia, 2008) yaitu : a. Terbangunnya komitmen bersama antara pemerintah, legislativ, masyarakat, dan stakeholder lainnya untuk kesinambungan pembangunan kesehatan. b. Terlindunginya kesehatan masyarakat, khususnya penduduk miskin, kelompok rentan, dan daerah miskin. c. Terwujudnya komitmen nasional dan global dalam program kesehatan. Standar pelayanan minimal harus dapat digunakan untuk evaluasi kinerja pelayanan dan memungkinkan dilakukan pengukuran terhadap perubahanperubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Penyusunan standar pelayanan minimal bidang kesehatan merupakan acuan bagi petugas kesehatan dan unsur terkait dalam penyelenggaraan standar pelayanan minimal di bidang kesehatan (Republik Indonesia, 2008). Standar pelayanan medis digunakan sebagai pedoman terapi dan salah satu dasar dalam membuat clinical pathway (Medisa et al., 2015). 4. Standar pelayanan farmasi Standar pelayanan farmasi merupakan tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman untuk tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian (Republik Indonesia, 2016). Indikator pelayanan minimal dalam bidang farmasi adalah sebagai berikut (Republik Indonesia, 2008) : Tabel 1. Indikator Standar Pelayanan Farmasi No. Indikator Standar 1. Waktu tunggu pelayanan a. Obat jadi a. 30 menit b. Obat racikan b. 60 menit 2. Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat 100% 3. Kepuasan pelanggan 80% 4. Penulisan resep sesuai formularium 100%

8 Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit diatur dengan tujuan untuk (Republik Indonesia, 2016) : a. Menaikkan mutu pelayanan kefarmasian. b. Penjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian. c. Melindungi pasien dan masyarakat terhadap penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien. Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinis. Pengkajian resep, pelayanan resep, dan evaluasi penggunaan obat merupakan bagian dari pelayanan farmasi klinis (Republik Indonesia, 2016). Ketentuan penggunaan standar pelayanan minimal dan formularium pada pelayanan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan penggunaan obat rasional. Evaluasi penggunaan obat secara tidak langsung bermanfaat untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada pasien (Medisa et al., 2015). 5. Formularium rumah sakit Formularium merupakan dokumen berisi kumpulan produk obat yang dipilih komite farmasi dan terapi disertai informasi tambahan penting tentang penggunaan obat yang terus menerus direvisi agar selalu akomodatif bagi kepentingan penderita dan staf pelayanan kesehatan (Manalu, 2012). Formularium rumah sakit merupakan daftar obat yang disepakati staf medis, disusun oleh komite farmasi dan terapi yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit. Formularium rumah sakit harus tersedia untuk semua penulisan resep, pemberian obat, dan penyediaan obat di rumah sakit (Republik Indonesia, 2016). Formularium rumah sakit harus secara rutin dievaluasi sesuai kebijakan dan kebutuhan rumah sakit. Untuk meningkatan kepatuhan terhadap formularium rumah sakit, maka rumah sakit harus memiliki kebijakan dalam menambah dan mengurangi obat dalam formularium rumah sakit dengan mempertimbangkan indikasi penggunaan, efektivitas, risiko, dan biaya (Republik Indonesia, 2016). Formularium rumah sakit mengacu kepada formularium nasional. Penyusunan dan revisi formularium rumah sakit berdasarkan pertimbangan terapeutik dan ekonomi dari penggunaan obat agar dihasilkan formularium rumah

9 sakit yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional. Tahapan penyusunan formularium rumah sakit adalah sebagai berikut (Republik Indonesia, 2016) : a. Membuat rekapitulasi usulan obat dari masing-masing staf medik fungsional berdasarkan standar terapi atau standar pelayanan medik. b. Mengelompokkan usulan obat berdasarkan kelas terapi. c. Membahas usulan tersebut dalam rapat komite farmasi dan terapi, jika diperlukan dapat meminta masukan dari pakar. d. Mengembalikan rancangan hasil pembahasan komite farmasi dan terapi, dikembalikan ke masing-masing staf medik fungsional untuk mendapat umpan balik. e. Membahas hasil umpan balik dari masing-masing staf medik fungsional. f. Menetapkan daftar obat yang masuk kedalam formularium rumah sakit. g. Menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi. h. Melakukan edukasi mengenai formularium rumah sakit kepada staf dan melakukan monitoring. Dalam mengevaluasi kesesuaian penulisan resep terhadap formularium, digunakan beberapa indikator yang dijelaskan sebagai berikut (Republik Indonesia, 2008) : Tabel 2. Indikator Pelayanan Minimal Farmasi Tentang Penulisan Resep Sesuai Formularium Judul Dimensi mutu Tujuan Definisi operasional Frekuensi pengumpulan data Periode analisis Numerator Denominator Sumber data Penulisan resep sesuai formularium Efisiensi Tergambarnya efisiensi pelayanan obat kepada pasien Formularium adalah daftar obat yang digunakan di rumah sakit 1 bulan 3 bulan Jumlah resep yang diambil sebagai sampel yang sesuai formularium dalam satu bulan Jumlah seluruh resep yang diambil sebagai sampel dalam satu bulan (n minimal 50) Survey Standar 100% Penanggung jawab Kepala instansi farmasi

10 Resep adalah permintaan tertulis dari dokter ataupun dokter gigi terhadap apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic agar menyediakan serta menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku (Republik Indonesia, 2014b). Pengkajian resep merupakan kegiatan untuk melihat ada tidaknya ketidaksesuaian dari penulisan resep. Pengkajian resep meliputi kajian administrasi, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Kajian administratif resep seperti : a. Nama pasien, usia, jenis kelamin, serta berat badan. b. Nama dokter penulis resep, nomer surat izin praktik (SIP), alamat, nomer telpon, serta paraf dokter penulis resep. c. Tanggal penulisan resep (Republik Indonesia, 2014b). E. Landasan Teori Formularium merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan harus tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan perlu menjamin aksesibilitas obat yang aman, berkhasiat, bermutu, dan terjangkau dalam jenis dan jumlah yang cukup (Republik Indonesia, 2016). Penulisan resep yang tidak sesuai dengan formulairum rumah sakit akan mengakibatkan (Manalu, 2012) : 1. Persediaan obat Akan terjadi kekurangan, kekosongan obat atau stok obat yang berlebih, adanya obat yang diganti, dan adanya resep yang ditolak. 2. Berpengaruh terhadap mutu pelayanan Mutu pelayanan akan terpengaruhi akibat waktu pelayanan menjadi lebih lama, harga obat menjadi lebih mahal, kesinambungan pengobatan terganggu serta pembiayaan total pengobatan menjadi lebih tinggi. 3. Rendahnya mutu pengobatan Mutu pengobatan menjadi rendah biasanya dikarenakan oleh over prescribing, multiple prescribing, under prescribing, dan incorrect prescribing serta resiko terjadinya efek samping yang lebih besar.

11 Tingkat kepatuhan dokter di unit rawat jalan lebih rendah dibanding pada tingkat kepatuhan dokter di unit rawat inap. Kepatuhan penulisan resep terhadap formularium pada rawat jalan sebesar 54,2% dan pada rawat inap sebesar 50,0% (Manalu, 2012). Penelitian tentang analisis ketersediaan dan pola peresepan obat di rumah sakit pemerintah di Indonesia, menemukan bahwa kepatuhan dokter dalam menulis resep sesuai formularium rumah sakit kelas A 81,3%, kelas B 65,9%, kelas C 50,3%, dan kelas D sebesar 57,1% (Siahaan, 2013). Kepatuhan dokter dalam menulis resep sesuai formularium di Instansi Rawat Jalan RSI Jemursari Surabaya sebesar 37,8% (Mahfudhoh, S., Rohmah, 2015). Hasil penelitian Regaletha (2009) (Regaletha, 2009) mengemukakan bahwa setelah dilakukan analisis terhadap kesesuaian penulisan resep pasien rawat jalan umum berdasarkan formularium sebesar (38,6%) dan sebesar (61,4%) tidak patuh. Ketidakpatuhan yang tinggi dalam penulisan resep berarti pemanfaatan formularium yang belum maksimal terhadap pelayanan kesehatan kepada pasien di rumah sakit RSUD PROF. Dr. W.Z Johannes Kupang. F. Keterangan Empiris Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh data persentase kesesuaian peresepan obat pasien rawat inap terhadap formularium RSUD Karanganyar bulan Oktober, November, dan Desember tahun 2016.