1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal kaya akan sumber daya genetik, tetapi keberadaannya belum digali secara optimal. Salah satu potensi sumber daya genetik peternakan adalah ayam lokal yang diketahui mempunyai variasi genetik cukup tinggi. Ayam lokal merupakan aset yang sangat berharga dalam pembentukan bibit unggul, ayam lokal yang terbukti mampu beradaptasi pada lingkungan setempat. Salah satu jenis ayam lokal di antaranya adalah ayam sentul yang merupakan ayam asli Kabupaten Ciamis yang hampir punah dan sekarang dipelihara secara intensif oleh beberapa kelompok pecinta ayam sentul. Keunggulan ayam ini berupa pertumbuhannya relatif cepat dan produksi telur yang tinggi. Ransum pada ayam seringkali ditambahkan feed additive untuk meningkatkan pertumbuhan daging ayam menjadi lebih baik. Salah satu feed additive yang bisa digunakan yaitu kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) yang diekstraksi ditambahkan pada ransum. Kulit buah manggis memiliki potensi yang sangat besar dari segi kesehatan maupun segi komersial. Kandungan xanthone yang terdapat pada kulit manggis berfungsi sebagai antioksidan, antiproliferativ dan antimikrobial. Senyawa-senyawa tersebut mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen dalam usus sehingga membawa perubahan dalam saluran pencernaan yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan. Pada kulit manggis juga terdapat senyawa yang bersifat antinutrisi yaitu tanin. Tanin umumnya berasal dari senyawa-senyawa fenol alam yang memiliki kemampuan untuk mengendapkan protein, tanin dapat menghambat pencernaan sehingga untuk mengurangi kandungan tanin diolah dengan cara ektraksi.
2 Pemilihan kulit buah manggis untuk diekstrak antioksidannya selain untuk menghasilkan produk zat antioksidan alami yaitu xanthone juga bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan limbah pertanian berupa kulit manggis yang beratnya mencapai lebih dari 50% untuk setiap buah manggis. Data dari Badan Pusat Statistik Holtikultura Tahun 2014 produksi manggis di Indonesia mencapai 114.755 ton. Jika limbah tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal maka akan memberikan nilai tambah produk pertanian tersebut. Pemberian ekstrak kulit manggis pada ransum ayam sentul diharapkan dapat mengoptimalkan penyerapan zat-zat nutrisi pada tubuh ayam sentul yang dapat dilihat dari bobot badannya yang tinggi. Dari bobot badan yang tinggi tersebut diharapkan adalah bagian edible yang optimal. Daging ayam atau unggas pada umumnya dipotong menjadi beberapa bagian-bagian yang tidak semua bagian tersebut dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Edible merupakan bagian-bagian yang dipotong dan dapat dikonsumsi oleh konsumen dan In-edible merupakan bagian-bagian yang tidak dapat dikonsumsi. Bagian yang termasuk kedalam Edible adalah karkas, leher, dan giblet (jantung, hati dan gizzard), sedangkan bagian In-edible pada ayam adalah bulu, darah, kepala, kaki dan jeroan tanpa giblet. Penambahan ekstrak kulit manggis pada ransum ayam sentul diharapkan dapat meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan pada ternak, serta menghasilkan bobot badan akhir tinggi yang selanjutnya dapat memberikan nilai edible tinggi dan in-edible yang rendah. Penelitian tentang pemberian ekstrak kulit manggis pada ransum ayam sentul belum dilakukan, sehingga untuk mendapatkan responnya terhadap nilai bagian edible dan in-edible perlu diteliti sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit
3 Manggis (Garcinia mangostana L.) pada Ransum terhadap Edible dan In-Edible Ayam Sentul Umur 10 Minggu. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut : 1. Adakah perbedaan pengaruh pemberian ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) pada ransum terhadap edible dan in-edible ayam sentul umur 10 minggu. 2. Pada tingkat berapa persen pemberian ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) pada ransum dapat menghasilkan edible dan in-edible yang optimal pada ayam sentul umur 10 minggu. 1.3 Maksud dan Tujuan 1. Mengetahui perbedaan pengaruh pemberian ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) pada ransum terhadap edible dan in-edible ayam sentul umur 10 minggu. 2. Mendapatkan tingkat persentase pemberian ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) pada ransum yang menghasilkan edible dan inedible yang optimal pada ayam sentul umur 10 minggu. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar bagi peneliti selanjutnya. Selain itu, sebagai informasi praktis tentang pengaruh pemberian ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) pada ransum terhadap edible dan in-edible ayam sentul umur 10 minggu.
4 1.5 Kerangka Pemikiran Ayam kampung merupakan salah satu alternatif yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan daging unggas. Ayam kampung terdiri dari berbagai rumpun atau galur, diantaranya ayam sentul. Ayam sentul merupakan ayam asli Indonesia yang langka dan memiliki potensi dikembangkan sebagai ayam penghasil daging. Ayam sentul mempunyai keunggulan yaitu sebagai penghasil daging dan telur (tipe dwi guna), bobot badan ayam sentul jantan 1,3-3,5 kg dan ayam betina 0,8 2,2 kg, produksi telur 118 butir/tahun (Diwyanto dkk., 2011). Ayam sentul sebagai penghasil daging dapat dipotong pada berbagai umur pemeliharaan tergantung permintaan pasar. Ayam kampung biasanya dipotong pada umur sekitar 8 sampai 12 minggu atau setelah mencapai bobot badan antara 700 g sampai 1.200 g. Ayam sentul kecepatan pertumbuhannya termasuk tinggi, sehingga dapat dipotong pada umur yang lebih muda. Performans produksi ayam sentul cukup baik. Dalam setahun ayam sentul mampu menghasilkan lebih dari 100 butir telur, lebih tinggi dibandingkan dengan ayam kampung (70 butir/tahun), pertumbuhannya juga baik, pada umur 10 minggu bisa mencapai bobot sekitar satu kilogram, 100-200 g lebih besar dibandingkan dengan ayam kampung (Kurnia, 2011). Hasil akhir dari pemeliharaan ayam yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat adalah ayam hasil processing yang disebut karkas. Karkas ayam adalah ayam yang sudah disembelih dan dikurangi bagian-bagian tertentu (Priyatno, 2000). Karkas yang banyak dipasarkan adalah karkas kosong yaitu hasil processing ayam tanpa darah, bulu, kepala, leher, kaki dan organ dalam (Muchtadi dan Sugiono, 1992). Produksi karkas berhubungan erat dengan bobot badan dan besarnya karkas ayam pedaging cukup bervariasi. Perbedaan ini
5 disebabkan oleh ukuran tubuh, tingkat kegemukan dan tingkat perdagingan yang melekat pada dada. Besarnya persentase karkas dari bobot hidup sekitar 75% (Rasyaf, 2011). Kualitas suatu karkas dapat dilihat dari hasil ikutan yang rendah, mengandung daging yang banyak dan kadar lemaknya yang tidak tinggi, hal tersebut seluruhnya dipengaruhi oleh pemeliharaan dan ransum yang baik (Soeharsono, 1989). Ransum yang diberikan ke ternak unggas biasanya juga ditambahkan dengan bahan pakan tambahan (feed additive). Feed additive merupakan bahan pakan tambahan yang diberikan kepada ternak melalui pencampuran pakan ternak. Bahan tersebut merupakan pakan pelengkap yang bukan zat makanan. Penambahan feed additive dalam pakan bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan ternak yang optimal. Feed additive ada dua jenis yaitu feed additive alami dan sintetis (Wahju, 2004). Kulit buah manggis mengandung senyawa antioksidan alami yang disebut xanthone (Mardawati dkk., 2008). Sifat antioksidan kulit buah manggis dikaitkan dengan adanya bahan aktif terutama dari kulit buah. Senyawa xanthone meliputi mangostin, mangostenol A, mangostinon A, mangostinon B, trapezifolixanthone, tovophyllin B, alfa mangostin, beta mangostin, garcinon B, mangostanol, flavonoid epicatechin dan gartanin. Senyawa-senyawa tersebut sangat bermanfaat untuk kesehatan (Qosim, 2007). Berbagai hasil penelitian menunjukkan kulit buah manggis kaya akan antioksidan, terutama antosianin, xanthone, tanin dan asam fenolat. Selain itu terdapat juga kandungan nutrisi yang terdapat dalam kulit manggis adalah air 62,05%, abu 1,01%, lemak 0,63%, protein 0,71%, total gula 1,17% dan karbohidrat 35,61% (Permana, 2011).
6 Kulit manggis yang diberikan ke ayam sentul diolah dengan ekstraksi. Ekstraksi adalah suatu cara pemisahan komponen tertentu dari suatu bahan sehingga didapatkan zat yang terpisah secara kimiawi maupun fisik. Ekstraksi biasanya berkaitan dengan pemindahan zat terlarut di antara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Proses ekstraksi bertujuan untuk mendapatkan bagianbagian tertentu dari bahan yang mengandung komponen aktif. Teknik ekstraksi yang tepat berbeda untuk masing-masing bahan. Hal ini dipengaruhi oleh tekstur, kandungan bahan dan jenis senyawa yang ingin didapat (Bernardini, 1983). Kebutuhan antioksidan dalam ransum dipertimbangkan berdasarkan kandungan asam lemak tak jenuh ganda, setiap 1% asam lemak tak jenuh ganda dibutuhkan 30 IU/Kg ransum vitamin E sebagai antioksidan atau 30 ppm dalam bentuk (DL-ɑ-Tocopheryl acetat) (Summers, 2001). Berdasarkan perhitungan kebutuhan antioksidan dalam ransum penelitian yang setara dengan vitamin E (DL-ɑ-Tocopheryl acetat) sekitar 80 ppm, dengan asumsi kandungan xanthone dalam ekstrak kulit manggis 97,68ml/100ml (Erlina, 2008), sehingga kebutuhan ekstrak kulit manggis dalam ransum sekitar 81 ml/kg ransum (80 ppm xanthone). Berdasarkan uraian di atas, penulis mengambil hipotesis : pemberian ekstrak kulit manggis pada ransum sebanyak 81 ml/kg ransum (80 ppm xanthone) menghasilkan edible dan in-edible optimal pada ayam sentul umur 10 minggu. 1.6 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12 Januari 2017 sampai 23 Maret 2017 bertempat di Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas, Non Ruminansia, dan Industri Makanan Ternak serta di Test Farm Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.