Karangan Asli Pola resistensi antimikroba pada infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri penghasil ESBL dan non-esbl Lindayanti, Muzahar, Abdurrahim Rasyid Lubis Departemen Patologi Klinik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan ABSTRAK Pendahuluan : Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit infeksi yang paling sering terjadi dan menempati urutan kedua setelah infeksi saluran nafas, dimana antimikroba merupakan terapi lini pertamanya. Banyak penderita yang tidak membaik setelah pengobatan dikarenakan timbulnya resistensi bakteri terhadap jenis antimikroba tertentu dan juga ditemukannya bakteri penghasil Extended-Spectrum Beta-Lactamase (ESBL). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pola resistensi antimikroba pada infeksi saluran kemih yang disebabkan bakteri penghasil ESBL dan Non-ESBL. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observational dengan metode cross-sectional, jumlah subjek penelitian orang pasien rawat jalan di poliklinik Departemen Penyakit Dalam RSUP.HAM. Pemeriksaan urinalisa ditemukan nitrit (+) atau hematuria (+) atau leukosit >/lpb lalu dilanjutkan pemeriksaan kultur urin, Double Disk Synergy Test (DDST) dan sensitivity test. Hasil : Resistensi antimikroba pada kelompok bakteri ESBL yaitu ampicillin (.%), ceftriaxon, trimethoprim/sulfamethoxazole (.%) diikuti cefotaxime, cefpodoxime dan tetracyclin (.%), sedangkan pada kelompok bakteri Non-ESBL yaitu ampicillin (%), trimethoprim/sulfamethoxazole (%), dan tetracyclin (%). Perbedaan pola resistensi antimikroba pada kelompok bakteri E.coli penghasil ESBL dan Non-ESBL diperoleh hasil signifikan pada penggunaan cefotaxime (P=.) dan aztreonam (P=.) Kesimpulan : Bakteri penghasil ESBL memiliki peningkatan resistensi terhadap beberapa antimikroba terutama golongan cephalosporin meskipun secara statistik tidak berbeda secara signifikan. Kata Kunci : resistensi antimikroba; infeksi saluran kemih; extended spectrum beta lactamase ABSTRACT Background : Urinary tract infection (UTI) is the most frequent infectious diseases occur and took second place after respiratory tract infections, where his first-line therapy is an antimicrobial. Many sufferers are not improved after treatment due to the onset of bacterial resistance to antimicrobials specific types and also the discovery of bacteria producing Extended-Spectrum BetaLactamase (ESBL). The aim of study is to determine the differences in patterns of antimicrobial resistance urinary tract infections caused by ESBL-producing bacteria and Non-ESBL. Methods : This study was an observational study with cross-sectional method included outpatients in Departments of Internal Medicine Haji Adam Malik Hospital. Urinalisa examination found nitrites(+) or hematuria(+) or leukocytes> /lpb and continued urine cultures, Double Disk Synergy Test (DDST) and sensitivity test. Results : Antimicrobial resistance in ESBL groups were ampicillin (.%), and trimethoprim/sulfamethoxazole, ceftriaxon (.%), followed by cefotaxime, cefpodoxime and tetracyclin (.%) while in Non-ESBL group were ampicillin (%), and trimethoprim/sulfamethoxazole (%), and tetracyclin (%). Differences patterns of antimicrobial resistance in E.coli ESBL producing group and Non-ESBL found cefotaxime significant (P =.) and aztreonam significant (P =.). Conclusion : ESBL-producing bacteria have an increased resistance to several antimicrobial mainly cephalosporin class although not statistically significantly different. Keywords : antimicrobial resistance; urinary tract infection; extended spectrum beta lactamase Majalah Kedokteran Nusantara Volume No. Agustus
Pola resistensi antimikroba pada infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri penghasil ESBL dan non-esbl PENDAHULUAN Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling sering terjadi, menempati urutan kedua setelah infeksi saluran nafas. Angka kejadian penyakit ini lebih sering pada perempuan daripada laki-laki dengan angka populasi umum sekitar %- %, untuk menyatakan adanya ISK harus ditemukan bakteri di dalam urin. - ISK terutama disebabkan oleh bakteri-bakteri gram negatif seperti Escherichia coli, Klebsiela, Pseudomonas, Proteus dan gram positif seperti Staphylococcus aureus dan beberapa jamur serta virus.,- Antimikroba merupakan terapi lini pertamanya, akan tetapi banyak penderita yang tidak membaik setelah pengobatan dikarenakan timbulnya resistensi bakteri terhadap jenis antimikroba tertentu dan juga ditemukannya bakteri penghasil Extended-Spectrum Beta-Lactamase (ESBL) pada tahun di Jerman. Extended-spectrum beta-lactamase (ESBL) adalah enzim yang mempunyai kemampuan untuk menghidrolisis antibiotika golongan penicillin, cephalosporin generasi satu, dua, dan tiga,serta golongan aztreonam (kecuali cephamycin dan carbapenem)., ESBL berasal dari -laktamase yang termutasi. Mutasi ini menyebabkan peningkatan aktivitas enzimatik - lactamase sehingga enzim ini dapat menghidrolisis chepalosporin generasi III dan aztreonam. ESBL paling banyak dihasilkan oleh Enterobacteriaceae, terutama Escherichia coli dan Klebsiella pneumonia. Prevalensi ISK yang disebabkan oleh bakteri penghasil ESBL pada masing-masing Negara berbeda, seperti Amerika Latin prevalensi untuk E.coli.% dan K. pneumoniae %, Pasifik Barat prevalensi untuk E.coli.% dan K.pneumoniae.%, Eropa prevalensi untuk Ecoli.% dan untuk K.pneumoniae.% dan Iran prevalensi untuk E.coli % dan K.pneumoniae %. Sedangkan untuk wilayah Asia di Korea prevalensi untuk E.coli % dan K. pneumonia % dan Indonesia.%. Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat betapa pentingnya untuk mengetahui perbedaan pola resistensi antimikroba pada infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri penghasil ESBL dan Non-ESBL. METODE Penelitian ini dilakukan dengan cara cross sectional study, dilakukan di Departemen Patologi Klinik (Divisi Penyakit Tropis dan Infeksi) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/ Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan bekerjasama dengan Departemen Ilmu Penyakit Dalam (Divisi Nefrologi) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan, April -Agustus. Lima puluh orang penderita infeksi saluran kemih yang datang berobat ke poliklinik Penyakit Dalam RSUP. HAM Medan dan memenuhi kriteria mempunyai gejala-gejala infeksi saluran kemih, seperti : disuria, polakisuria, tenesmus, demam, nyeri pinggang dengan hasil pemeriksaan urinalisa ditemukan test nitrit (+) atau hematuria (+) atau leukosit (+) > / lpb. Sedangkan pasien hamil, menderita gejala infeksi menular sexual (IMS), mendapat terapi antibiotik dan vitamin C dalam hari terakhir dan menstruasi dikeluarkan dari penelitian. Sampel yang digunakan adalah urin porsi tengah, urin ditampung pada tempat, satu untuk pemeriksaan urinalisa dan satu untuk pemeriksaan kultur dalam wadah steril masingmasing ± cc. Pemeriksaan Laboratorium Urinalisa dilakukan dengan alat Cobas U System dengan menggunakan Dipstik Combur Test M (Roche Mannheim,Germany), dilanjutkan dengan penanaman pada media CLED Agar dan Blood Agar, kemudian diinkubasi pada suhu C selama jam, lalu dilakukan identifikasi koloni dengan melihat morfologi koloni dan pewarnaan gram. Pada gram positif dilakukan tes katalase untuk membedakan Staphylococcus dan Streptococcus, tes koagulase dan MSA dilakukan untuk identifikasi Staphylococcus sp, sedangkan untuk identifikasi Streptococcus sp dilakukan test optocin dan basitracin. Bakteri gram negatif diidentifikasi menggunakan API E (Biomerieux R SA FRANCE). Double Disk Synergy Test (DDST) DDST dilakukan sebagai skrining terhadap bakteri penghasil ESBL dengan menggunakan disk cefotaxime ( g) dan disk amoxcicillin-asam klavulanat ( g). Sensitivity Test Dilakukan dengan metode difusi cakram seperti yang direkomendasikan oleh Clinical Laboratory Standart Institute (CLSI) menggunakan antibiotic amoxiclav (AMC), ampicillin (AM), piperacillin/tazobactam (TZP), cefuroxime (CXM), cefotaxime (CTX), ceftazidime (CAZ), ceftriaxon (CRO), cefpodoxime (CPD), imipenem (IMP), meropenem (MEM), amikasin (AN), gentamycin (GM), aztreonam (ATM), tetracyclin (TE), ciprofloxacin (CIP), trimethoprim/sulfamethoxazole (SXT) dan nitrofurantoin (F). Pemantapan Kualitas Pemantapan kualitas urinalisa Cobas U system menggunakan bahan kontrol Liquichek urinalysis control negatif (Bio Rad) Lot dan Liquichek urinalysis control positif (Bio Rad) Lot, kultur menggunakan Staphylococcus aureus ATCC untuk gram positif dan E. coli ATCC untuk gram negatif, sedangkan identifikasi ESBL menggunakan Klebsiella pneumonia ATCC. Analisa Data Analisa data dilakukan dengan SPSS for windows. Untuk membandingkan jenis kuman dan profil antimikroba pada kedua ruangan tersebut, digunakan uji Chi Square dengan kemaknaan %.(P<,)., The Journal of Medical School, University of Sumatera Utara
Ethical clearance diperoleh dari Komite Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan dengan Nomor: /KOMET/FK USU/. HASIL Jumlah sampel yang dikumpulkan berdasarkan statistik sebanyak sampel yang terdiri dari orang disebabkan bakteri ESBL, orang karena bakteri Non-ESBL dan orang penyebab lainnya tidak diikut sertakan dalam perhitungan statistik. Jadi, jumlah sampel yang digunakan dalam statistik adalah orang. Data yang dikumpulkan disajikan dalam bentuk tabel. Tabel. Karakteristik pasien infeksi saluran kemih Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%) Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Total Umur Laki-laki < thn - thn. - thn. > thn. Total Perempuan < thn. - thn. - thn. > thn. Total Tabel. Perbandingan jenis kelamin dan umur pada kelompok ESBL dan non-esbl Karakteristik ESBL n= non-esbl n= P-value Jenis kelamin Laki-laki (.%) (%). Perempuan (.%) (%) Rerata usia.±..±.. Kelompok bakteri ESBL kuman gram negatif sebanyak orang (.%) lebih banyak dari kuman gram positif sebanyak orang (.%), demikian juga dengan kelompok Bakteri NonESBL ditemukan kuman gram negatif sebanyak orang (%) lebih banyak dari kuman gram positif sebanyak orang (%). Dijumpai perbedaan yang signifikan antara bakteri gram positif dan gram negatif penghasil ESBL dan Non- ESBL dengan P =.. Tabel. Profil kuman pada kultur urin pasien ISK yang disebabkan bakteri ESBL dan Non-ESBL No Mikroorganisme Jumlah ESBL n % Escherichia coli Klebsiella pneumoniae Enterobacter cloacae Klebsiella ornithinolytica Staphylococcus epidermidis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus Streptococcus pneumoniae Proteus mirabilis Pseudomonas fluorescens Streptococcus agalactiae JUMLAH.. Non ESBL n % Perbedaan pola resistensi antimikroba pada kelompok bakteri E.coli penghasil ESBL dan Non-ESBL diperoleh hasil signifikan pada penggunaan cefotaxime (P=.) dan aztreonam (P=.). Sedangkan pada tabel. tidak ada perbedaan yang signifikan pada kelompok bakteri penghasil ESBL dan Non-ESBL. Tabel. Pola resistensi antimikroba pada ESBL dan Non- ESBL Antibiotik ESBL n= Non-ESBL n= P-value Sensiti Resisten Sensitif Resisten n % n % n % n % Penicillin Amoxyclav Ampicillin Piperacillin/ Tazobactam Cephalosporin Cefuroxime Cefotaxime Ceftazidime Ceftriaxon Cefpodoxime Carbapenem Imipenem Meropenem Aminoglikosida Amikasin Gentamycin Lain-lain Aztreonam Tetracyclin Ciprofloxacin Trimethoprim/ Sulfamethoxazol e Nitrofurantoin................................................... DISKUSI Pada penelitian ini, menurut jenis kelamin jumlah penderita ISK perempuan % (/) lebih banyak dibandingkan lakilaki % (/), sesuai dengan penelitian Khadri H. dan Alzohairy M. di tahun mendapatkan penderita ISK terbanyak dijumpai pada jenis kelamin perempuan.% Majalah Kedokteran Nusantara Volume No. Agustus
Pola resistensi antimikroba pada infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri penghasil ESBL dan non-esbl (/) dan laki-laki sebanyak.% (/). Penelitian Febrianto A.W. dkk, yang memperoleh hasil perempuan.% (/) dan laki-laki.% (/) serta Sharma I, yang mendapatkan perempuan.% (/) dan laki-laki.% (/). Penyebabnya adalah karena secara anatomi uretra perempuan lebih pendek hingga mikroorganisme dari luar lebih mudah masuk dan mencapai kandung kemih yang letaknya dekat dengan daerah perianal. Sedangkan berdasarkan kelompok bakteri penyebabnya meskipun perempuan lebih banyak tetapi tidak dijumpai perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan pada ISK yang disebabkan bakteri ESBL dan Non-ESBL (P=.). Demikian juga dengan rerata usia tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok (P=.). Berdasarkan kelompok umur penderita ISK ditemukan peningkatan frekwensi penderita pada usia tua yaitu kelompok umur - tahun, pada laki-laki.% dan perempuan.%. Hal in disebabkan terjadi peningkatan resiko terjadinya ISK pada wanita usia postmenopause dikarenakan produksi hormon esterogen menurun yang menyebabkan ph pada cairan vagina naik sehingga menyebabkan meningkatnya perkembangan mikroorganisme pada vagina, sedangkan pada laki-laki biasanya dikarenakan adanya batu saluran kemih atau penyumbatan pada saluran kemih seperti hypertrofi prostat. Bakteri penghasil ESBL terbanyak yang menyebabkan ISK pada penelitian ini adalah Escherichia coli sebanyak orang (.%) dan Klebsiela pneumoniae sebanyak orang (.%). Sesuai dengan hasl penelitian Khadri H. dan Alzohairy M, yang mendapatkan hasil Escherichia coli.% (/) dan Klebsiela pneumoniae.% (/). Sedangkan menurut penelitian Aruna K, Escherichia coli.% (/), Citrobacter diversus.% (/) dan Klebsiella pneumoniae.% (/). Escherichia coli menjadi penyebab ISK terbanyak hal ini kemungkinan disebabkan karena bakteri ini merupakan flora normal yang banyak terdapat di usus dan akan terbawa keluar oleh feses sehingga bisa mencemari air atau juga karena higiene perorangan yang kurang baik. Pola resistensi antimikroba pada Escherichia coli penghasil ESBL terbanyak yaitu ampicillin, tetracyclin dan trimethoprim/ sulfamethoxazole (%), cefotaxime, ceftriaxone, cefpodoxime dan ciprofloxacin (%), diikuti oleh gentamycin dan aztreonam (%). Narayanaswamy A. dan Mallika M, mendapatkan bahwa resistensi tertinggi antimikroba pada Escherichia coli penghasil ESBL adalah ampicillin (%), sulbactam (.%) dan co-trimoxazole (.%). Ejaz H. et al, menemukan bahwa resistensi tertinggi antimikroba pada Escherichia coli penghasil ESBL adalah cefotaxime (%), ceftazidime (.%) dan cefuroxime (.%). Pola resistensi antimikroba pada ESBL tertinggi yaitu ampicillin (.%), ceftriaxon, trimethoprim/sulfamethoxazole (.%) diikuti cefotaxime, cefpodoxime dan tetracyclin (.%), sedangkan pada kelompok bakteri Non-ESBL resistensi tertinggi yaitu ampicillin (%), trimethoprim /sulfamethoxazole (%), dan tetracyclin (%). Pada penelitian Aruna K, resisten terhadap ampicillin, ceftazidime, ceftriaxone, cefotaxime dan nalidixic acid (%) dan ciprofloxacin (.%). Perbedaan beberapa hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa adanya fenomena pola kuman dan resistensi antimikroba yang dapat berubah dari waktu ke waktu dan berbeda-beda di satu tempat dengan tempat lain hal ini disebabkan karena kebijakan dalam penggunaan dan pemilihan jenis antimikroba yang berbeda-beda pula dan lamanya penggunaan obat, selain juga oleh karena terjadinya mutasi genetik pada mikroorganisme penyebab infeksi. KESIMPULAN DAN SARAN E.coli masih merupakan bakteri terbanyak penyebab ISK pada kelompok ESBL dan Non-ESBL. Bakteri penghasil ESBL memiliki peningkatan resistensi terhadap beberapa antimikroba terutama golongan cephalosporin meskipun secara statistik tidak berbeda secara signifikan. Sebaiknya penelitian pola kuman dan sesitivitas terhadap antimikroba dapat dilakukan secara berkala, agar dapat menjadi bahan acuan para klinisi dalam pegobatan pertama dan memilih antimikroba yang masih sensitive terhadap pasien ISK. DAFTAR PUSTAKA. Gales A, Jones R, Gordon K. Activity and spectrum of antimicrobial agents tested against urinary tract infection pathogens in hospitalized patients in Latin America: Report from the second year of SENTRY, Antimicrobial surveillance program. J. Antimicrobial Chemothera. : -.. Tessy A, Ardayo, Suwanto. Infeksi saluran kemih. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid. Edisi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,. h... Achmad, dkk. Guidelines penatalaksanaan infeksi saluran kemih (ISK) dan genitalia pria. Jakarta: Divisi Penyakit Tropis dan Infeksi IPD-RSCM,. h... Ginting Y. Antimicrobial usage of UTIs in elderly in abstracts book th JADE. Jakarta : Divisi Penyakit Tropis dan Infeksi IPD-RSCM,. h... Sobel J D, Kaye D. Urinary tract infection. In : Mendell, Douglas and Bennett s. Principles and Practise of Infections Diseases. th ed. Philadelphia: Elsevier,. p... Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Saluran kemih. Jawetz, Melnick and Adelberg s Medical Microbiology. Edisi. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC,. h... Nicolle L, Epidemiology of urinary tract infection. Infect. Med. ; :-.. Paterson DL. Extended-spectrum -lactamases: a clinical update. downloaded at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/pmc/pdf /. Februari.. Winarto. Prevalensi kuman ESBL (Extended Spectrum Beta Lactamase) dari material darah di RSUP Dr. Kariadi Tahun -. Semarang: Media Medika Indonesia Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. :. The Journal of Medical School, University of Sumatera Utara
Pola resistensi antimikroba pada infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri penghasil ESBL dan non-esbl. David L. Paterson, Robert A. Bonomo. Extended-spectrum -lactamases: a slinical update. American Society For Microbiology.. Downloaded at:.http://cmr.asm.org januari.. Colodner R; Extended-spectrum beta-lactamases: the end of cephalosporins. Downloaded at: http://www.ima.org.il/ imaj/pdf; -- Maret.. Aminzadeh Z, Sadat KM, Sha'bani M. Bacteriuria by extended-spectrum beta-lactamase-producing E. coli and Klebsiella pneumoniae:isolates in a governmental hospital in South of Tehran, Iran. Iran J.Kidney Dis. :-.. Behroozi A, Rahbar M, Yousefi JV. Frequency of extended spectrum beta-lactamase (ESBLs) producing Escherichia coli and Klebseilla pneumonia isolated from urine in an Iranian -bed tertiary care hospital. Afr. J Microb. Res.. :-.. Jones R. Summation: -Lactam resistance surveillance in the Asia-western pacific region. Diagn Microbiol Infect Dis. :-. Sudigdo S, Sofyan I. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi. Jakarta: CV Sagung Seto,. h. -.. Wahyuni AS. Statistical kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication,. h... Khadri H, Alzohairy M. High prevalence of multi-drugresistence (MDR) and extended spectrum -lactamase (ESBL) producing bacteria among community-acquired urinary tract infection (CAUTI). Journal of bacteriology research. ; :.. Febrianto AW, Mukaddas A, Faustine I. Rasionalisasi penggunaan antibiotic pada pasien infeksi saluran kemih (ISK) di RSUD Undata Palu Tahun. Online jurnal of natural science. ; :.. Sharma I, Paul D. Prevalence of community acquired urinary tract infection in silchar medical college, Assam, India and its antimicrobial susceptibility profile. Indian journal of medical sciences. ; :-.. Sukandar E. Infeksi saluran kemih pasien dewasa. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S (Ed.). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam I FK-UI. th edition. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-UI,. h.-.. Aruna K, Mobashshera T. Prevalence of extended spectrum beta lactamase producing among uropathogens in south Mumbai and its antibiogram pattern. EXCLI Journal. ; :.. Narayanaswamy A, Mallika M. Prevalence and susceptibility of extended spectrum beta-lactamase in urin isolates of Escherichia coli in a tertiary care hospital, Chennai-South India. Internet Journal of Medical Update. Januari ; :.. Ejaz H et al. Urinary tract infection caused by extended spectrum -lactamase (ESBL) producing Escherichia coli and Klebsiella pneumonia. African Journal of Biotechnology. ; :..** Majalah Kedokteran Nusantara Volume No. Agustus