BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Krisis Multidimensional, (Jakarta: PT Bumi Aksara.2011), Hlm. 14.

BAB I PENDAHULUHAN. untuk mengenal Allah swt dan melakukan ajaran-nya. Dengan kata lain,

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI ANALISA DATA

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab V ini akan membahas dan menghubungkan antara teori dari

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia merupakan suatu kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB V PEMBAHASAN. Al Huda Bandung Tulungagung Tahun Ajaran siswa di MTs Al Huda Bandung yang ditunjukkan dari t hitung > dari t tabel

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual; Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ani Sumarni, 2013

BAB IV ANALISIS PERAN GURU DALAM PROSES PENGEMBANGAN KECERDASAN. Peran Guru dalam Proses Pengembangan Kecerdasan Spiritual siswa di MI Walisongo

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi dan dokumentasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi serta masuknya budaya-budaya asing telah mempengaruhi gaya

BAB V PEMBAHASAN. yang ditegaskan dalam teknik analisis. Penelitian ini menggunakan analisis

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang menuju masa depan dengan nilai-nilai, visi, misi dan strategi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berjamaah di SMP Assalaam Bandung secara umum adalah sebuah upaya untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS TENTANG PENDIDIKAN KECERDASAN SPIRITUAL DI MADRASAH IBTIDAIYAH TERPADU (MIT) NURUL ISLAM RINGINWOK NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam. Al-Quran surat Luqman ayat: 14 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini permasalahan pendidikan merupakan permasalahan yang. merupakan bagian dari upaya membangun karakter dan budaya.

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KARAKTER PADA PESERTA DIDIK. DI MTs SALAFIYAH WONOYOSO BUARAN PEKALONGAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA

BAB IV PEMBIASAAN KEGIATAN PAGI CERIA DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan, dan di Indonesia pendidikan merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan dan guru dewasa ini dihadapkan pada tuntutan. yang semakin berat terutama untuk mempersiapkan anak didik agar

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan harkat dan martabatnya. Seiring dengan perputaran waktu. normatif yang lebih baik dan mampu menjawab tantangan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

INSTRUMEN PENELITIAN. Implementasi Penanaman Nilai-Nilai Religius Siswa Di MTs Nurul Huda Dempet Demak

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata. mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

BAB IV ANALISIS. 2002), hlm.22

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi kondisi yang ada di lingkungan sekitarnya. 1. Sedangkan menurut Muhammad Al-Mighwar self control (kontrol diri)

BAB I PENDAHULUAN. Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan nasional...bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

Implementasi Pengelolaan dan Sistem Perkuliahan di IAIN SU untuk Menciptakan Mahasiswa yang Bertaqwa, Intelektual, dan Profesional

BAB I PENDAHULUAN. didayagunakan sedemikian rupa. Para guru perlu digerakkan secara efektif, dan

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah.

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kerangka dan tujuan organisasi.masalah kompetensi itu menjadi penting,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didik kurang inovatif dan kreatif. (Kunandar, 2007: 1)

BAB V PEMBAHASAN. A. Langkah-langkah Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi. Dampak Negatif Internet (Facebook) pada Peserta Didik MIN

BAB I A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman yang mereka miliki dan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

DAFTAR PUSTAKA. Al-Qurthubi, Syaikh Imam; penerjemah, Susi Rosadi, dkk., Tafsir Al Qurthubi, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008.

BAB I PENDAHULUAN. maupun diluar sekolah. Mengingat demikian berat tugas dan pekerjaan guru, maka ia

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

I PENDAHULUAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V PEMBAHASAN. 1. Kompetensi Pedagogik Guru Agama Islam Dalam Membentuk Akhlakul. Karimah Siswa MA AL Ma arif PonPes Panggung Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin banyaknya tindak kriminal dan kejahatan yang dilakukan oleh anak usia sekolah, seperti bullying dikarenakan semakin kaburnya norma moral sehingga diperlukan suatu pendidikan yang dapat membangun moral dan akhlak anak. Kegiatan dan kebiasaan-kebiasaan yang baik sangat berpengaruh terhadap akhlak anak, apalagi kebiasaan-kebiasaan itu dilakukan secara rutin. Dalam pendidikan formal yaitu sekolah, kebiasaankebiasaan tersebut akan membentuk suatu budaya sekolah. Proses pembiasaan dalam pendidikan merupakan hal yang penting terutama bagi anak-anak usia dini. Karena anak-anak belum bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk bagi dirinya. Ingatan anak-anak belum kuat, perhatian mereka lekas dan mudah beralih kepada hal-hal yang terbaru dan disukainya. Dalam kondisi ini mereka perlu dibiasakan dengan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan pola pikir tertentu. Dari perspektif psikologi, anak memiliki kecenderungan meniru sesuatu apa yang dilihatnya. Untuk itu, pendidik harus mampu menjadi uswah hasanah bagi peserta didiknya. Menurut Abdullah Nasih Ulwan, pendidikan dengan proses pembiasaan merupakan cara yang sangat efektif dalam membentuk iman, akhlak mulia, keutamaan jiwa dan etika Islam 1

sekolah. 3 Sekolah sebagai lembaga formal merupakan tempat untuk yang benar. 1 Proses pembiasaan pada dasarnya berintikan pengulangan. Maksudnya, yang dibiasakan itu adalah sesuatu yang dilakukan berulang-ulang dan akhirnya menjadi kebiasaan. Sekolah merupakan salah satu tempat pembentukan budaya dan budaya merupakan bahan masukan bagi anak dalam mengembangkan dirinya. Oleh karena itu, setiap sekolah merupakan suatu sistem yang khas, mempunyai kepribadian dan jati diri sendiri, sehinga memiliki kultur atau budaya yang khas pula. 2 Budaya sekolah sendiri menurut Short dan Greer mendefinisikan budaya sekolah sebagai keyakinan, kebijakan, norma dan kebiasaan di dalam sekolah yang dapat dibentuk, diperkuat dan dipelihara melalui pimpinan dan guru-guru di membudayakan manusia. Sekolah dapat menjadi pusat kebudayaan jika sekolah dapat menjadi teladan bagi masyarakat dan mampu menciptakan masyarakat belajar. Dengan demikian, sekolah dapat dirasakan oleh masyarakat sebagai proses transformasi nilai luhur kepada siswa sehingga nilai-nilai budaya 1 Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad, terj. Emiel Ahmad, (Jakarta: Khatulistiwa Press, 2013), hlm. 383. 2 Mada Sutapa, Membangun Sekolah Berbudaya Mutu, http:www.distrodoc.com/149465-membangun-sekolah-berbudaya-mutu.pdf, diakses 02 Februari 2016. 3 Ajat Sudrajat, Membangun Budaya Sekolah Berbasis Karakter Terpuji, (Yogyakarta: UNY, 2011), hlm. 2-3. 2

dapat berkembang baik. Wujud dari proses tersebut adalah adanya budaya sekolah yang berjalan dengan baik. Budaya sekolah merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam menciptakan sekolah yang efektif, yang mampu mencapai tujuan dan berbagai sasaran. Budaya sekolah yang kondusif diharapkan dapat menunjang proses pembelajaran yang efektif. Disamping itu, dalam pelaksanaan budaya sekolah tentunya harus memiliki strategi dan metode yang cocok digunakan untuk peserta didik. Salah satu metode yang dapat digunakan ialah metode pembiasaan. Menurut An-Nahlawi yang dikutip oleh A. Fatah Yasin, metode pembiasaan yakni metode yang digunakan pendidik dengan cara memberikan pengalaman yang baik untuk dibiasakan sekaligus menanamkan pengalaman yang dialami oleh para tokoh untuk ditirukan dan dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. 4 Jadi, pembentukan budaya sekolah diawali dengan proses pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan oleh sekolah. Pembiasaan tersebut secara terencana, terpadu, sistematis, dan terorganisasi. Untuk itu, pelaksanaannya dilakukan oleh semua unsur warga sekolah dengan penuh kesadaran dan komitmen bersama tanpa terkecuali. Kebiasaan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, karena kebiasaan akan menghemat kekuatan pada 4 A. Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Sukses Offset, 2008), hlm.145. 3

manusia. 5 Jika ada suatu hal yang belum menjadi kebiasaan maka akan membutuhkan waktu yang lama untuk mencapainya, sebaliknya pembiasaan akan lebih cepat jika sudah menjadi rutinitas yang dilakukan terus-menerus dan hal itu akan menghemat baik tenaga maupun waktu. Model pembiasaan ini mendorong dan memberikan ruang kepada anak didik pada teori-teori yang membutuhkan aplikasi langsung sehingga teori yang berat bisa menjadi ringan bagi anak didik bila kerap kali dilaksanakan, 6 seperti memberi salam, berakhlak baik ketika dihadapan guru, sopan santun, dan sebagainya. Karena, proses pendidikan yang terkait dengan perilaku ataupun sikap tanpa diikuti dan didukung adanya praktik dan pembiasaan pada diri, maka pendidikan itu hanya jadi anganangan belaka karena pembiasaan dalam proses pendidikan sangat dibutuhkan. Di sekolah anak belajar menata dan membentuk karakter. Sekolah sebagai wahana transformasi nilai-nilai luhur dan pengetahuan yang menentukan corak berfikir dan berperilaku anak yang sesuai dengan norma-norma yang diyakini masyarakat. 7 5 Abdurrahman Mas ud, dkk, Paradigma Pendidikan Islam, (Yoyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 224. 6 Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm. 139. 7 Novan Ardy Wiyani, Membumikan Pendidikan Karakter di SD, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 98. 4

Karena, kepribadian anak akan terbentuk sesuai dengan akar budaya yang ada dalam lingkungannya. Oleh sebab itu, perlu adanya pengembangan pembiasaan budaya sekolah berorientasi pada pendidikan karakter. Budaya sekolah biasanya telah menjadi sikap dan cara pandang yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf, siswa, dan jika perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah. 8 Untuk menciptakan budaya sekolah yang kuat dan positif perlu dibarengi dengan rasa saling percaya dan saling memiliki yang tinggi terhadap sekolah, memerlukan perasaan bersama dan intensitas nilai yang memungkinkan adanya kontrol perilaku individu dan kelompok serta memiliki satu tujuan dalam menciptakan perasaan sebagai satu keluarga. Budaya sekolah berpengaruh tidak hanya pada kegiatan warga sekolah, tetapi juga motivasi dan semangatnya. Budaya sekolah yang baik dapat memperbaiki kinerja sekolah, baik kepala sekolah, guru, staf karyawan, maupun siswa. Kondisi tersebut akan terwujud apabila kualifikasi budaya tersebut bersifat sehat, solid, kuat, positif, dan profesional. Dengan 8 Syamsul Ma arif, dkk., School Culture Madrasah dan Sekolah, (Semarang: Anggaran DIPA IAIN Walisongo Semarang Tahun 2012), hlm. 32. 5

demikian, suasana kekeluargaan, kolaborasi, ketahanan belajar, semangat, dorongan untuk kerja keras dan belajar mengajar dapat diciptakan. Pengembangan budaya mempunyai peranan penting dalam upaya membentuk peserta didik yang berkarakter, dalam hal ini adalah keluarga, sekolah, serta lingkungan masyarakat juga ikut berperan andil dalam proses pembiasaan seorang anak. Karena dari kebiasaan yang diterapkan sejak dini akan berdampak positif bagi anak. Agar membangun budaya sekolah dapat terealisir dengan mudah dan bisa menjadi karakter yang diinginkan, budaya sekolah tersebut perlu dikemas dalam ramburambu yang jelas dan mudah dilaksanakan oleh setiap komponen sekolah. Semua orang yang terlibat dalam komunitas sekolah tersebut perlu melaksanakan dan menjaga setiap budaya yang ingin dilaksanakan. MIN Sumurrejo Semarang merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam Negeri yang sangat memperhatikan pentingnya pendidikan agama bagi peserta didik dalam menciptakan sebuah budaya sesuai visi misi madrasah yaitu Terwujudnya Generasi Islam yang Terampil Qiro ah, Tekun Beribadah, Berakhlak Karimah, dan Unggul dalam Prestasi. Oleh karena itu, budaya Pagi Ceria merupakan salah satu program yang sangat membantu dalam memenuhi terwujudnya visi misi madrasah. Kegiatan Pagi Ceria yang terdiri dari Juz Amma Ceria, apel pagi, adab masuk kelas, berbaris sebelum masuk kelas, adab masuk kelas, shalat 6

Dhuha dan buku materi hafalan surah pendek, hadits, dan do ado a. Dengan adanya pembiasaan yang dilakukan sejak dini diharapkan dapat terealisasikan harapan orang tua serta harapan bangsa dalam menginginkan generasi yang berakhlakul karimah dan mempunyai kemampuan akademik yang dapat bersaing di era global ini. Merespon peluang dan tantangan tersebut MIN Sumurrejo telah menerapkan pembiasaan budaya sekolah, salah satu kegiatan tersebut adalah kegiatan Pagi Ceria tersebut. Yang mana MIN Sumurrejo sebagai sekolah mitra dari UIN Walisongo dan USAID (United State Agency for International Development) prioritas. Dari latar belakang tersebut, hal penting yang menurut penulis patut diteliti ialah Pembiasaan Kegiatan Pagi Ceria dalam Mewujudkan Budaya Sekolah di MIN Sumurrejo Kec. Gunungpati Kota Semarang. Penelitian ini diharapkan nantinya akan memberikan sumbangan pemikiran bagi terciptanya anak yang berbudaya dan berkarakter. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis membatasi kajian untuk mengkaji variabel yang ada dalam bentuk rumusan masalah yang menjadi fokus perhatian dan penelitian ini. Adapun rumusan masalah yang penulis maksud adalah: 1. Bagaimana implementasi pembiasaan kegiatan Pagi Ceria dalam mewujudkan budaya sekolah di MIN Sumurrejo kec. Gunungpati kota Semarang? 7

2. Apa substansi nilai/ karakter pada kegiatan Pagi Ceria di MIN Sumurrejo kec. Gunungpati kota Semarang? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui bagaimana implementasi kegiatan Pagi Ceria dalam mewujudkan budaya sekolah di MIN Sumurrejo kota Semarang; b. Untuk mengetahui substansi nilai/ karakter pada kegiatan Pagi Ceria yang dilaksanakan di MIN Sumurrejo Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Secara teoritis 1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang berarti bagi ilmu di bidang pendidikan; 2) Sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti lain yang akan melakukan penelitian serupa di masa mendatang. b. Secara praktis 1) Bagi sekolah Fokus studi ini diharapkan bermanfaat sebagai masukan, bahan dokumentasi historis dan barang pertimbangan untuk mengambil langkah-langkah guna meningkatkan kualitas pengelolaan implementasi strategi pendidikan. 8

2) Bagi pendidik Sebagai penambah wawasan dalam penerapan proses pendidikan dengan implementasi strategi pendidikan yang berorientasi dengan pembudayaan sekolah. 3) Bagi kepustakaan Menambah khasanah ilmiah sebagai referensi atau rujukan tentang implementasi strategi pendidikan yang sangat dibutuhkan oleh para subjek pendidikan. 9