BAB I PENDAHULUAN. peristiwa reproduksi yang disebut menstruasi yaitu gambaran dari perdarahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

BAB I PENDAHULUAN. menstruasinya semakin mendekat. Keadaan ini tidak selalu terjadi pada setiap

Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore

BAB I PENDAHULUAN dan 2000, kelompok umur tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai

BAB I PENDAHULUAN. perubahan biologis dan psikologis yang pesat dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri haid atau dismenore merupakan keluhan yang sering dialami wanita

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB V PEMBAHASAN. perineum pada ibu postpartum di RSUD Surakarta. A. Tingkat Nyeri Jahitan Perineum Sebelum Diberi Aromaterapi Lavender

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa ini terjadi satu kali dalam satu bulan. Semua wanita akan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. IGD hendaknya berdasarkan dengan sistem triage. Triage adalah cara

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender terhadap Nyeri Persalinan Kala I

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa fase perkembangan dinamis dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. penjahitan luka (Sustyowati, dkk, 2010). Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa menghadapi pembedahan pasien akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden kecelakaan merupakan penyebab utama orang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. fisik, terjadi perubahan karakteristik jenis kelamin sekunder menuju kematangan seksual

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri

Hubungan Olahraga Dengan Kejadian Dismenorea Mahasiswi Tingkat 1 Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Non-equivalent Control Group Design. Kelompok Eksperimen. Kelompok Kontrol

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA ( TAHUN ) TENTANG DYSMENORRHEA DI SMPN 29 KOTA BANDUNG

BAB III METODE PENELITIAN. non randomized control group pretest posttest design. Pada rancangan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. menjadi lansia, yang masing-masing mempunyai kekhususan (Noorkasiani,

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari 24 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun bagi janin (Prawirohardjo,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan yang tidak terjamin atas prosedur perawatan. 2 Menurut penelitian, 1

PERBEDAAN TINGKATAN NYERI DISMENORE DENGAN PERLAKUAN KOMPRES HANGAT PADA MAHASISWI DI STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN. Fifi Hartaningsih, Lilin Turlina

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore merupakan suatu gejala rasa sakit atau rasa tidak enak. diperut bagian bawah pada masa menstruasi sampai dapat menggangu

BAB 1 PENDAHULUAN. keluar (Smeltzer & Bare, 2001). Siklus menstruasi endometrium terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. paling sering menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke dokter untuk

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15% diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid biasanya

[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masa pubertas merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. pasien yang dirawat di rumah sakit, pasien lebih sering merasa cemas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

PENGARUH MINUMAN KUNYIT ASAM TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI HAID PRIMER PADA MAHASISWI DIII KEBIDANAN

BAB I PENDAHULUAN. vagina. Terjadi setiap bulan kecuali bila terjadi kehamilan. Siklus menstruasi

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP NYERI HAID (DISMENOREA) PADA REMAJA PUTRI KELAS II DI SMA N 1 KARANGNONGKO KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap wanita.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi, yang memaksa

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dismenorheayaitu nyeri di perut bagian bawah ataupun di punggung bagian bawah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di

BAB III METODELOGI PENELITIAN

TERAPI WEWANGIAN MINYAK ESSENSIAL BUNGA MAWAR (ROSE) DENGAN CARA INHALASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DAN TERHADAP RASA NYERI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan yang pesat selama golden period. Pemberian nutrisi yang baik perlu

PENGARUH DISMENORE TERHADAP AKTIVITAS PADA SISWI SMK BATIK 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. punggung bagian bawah dan paha (Badziad, 2003). Dismenorea merupakan

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak

PENGARUH ABDOMINAL STRETCHING EXERCISE TERHADAP DYSMENORRHEA PRIMER SISWI MAN 1 SURAKARTA

PENGARUH PEMBERIAN DARK CHOCOLATE TERHADAP DISMENORHEA PRIMER PADA MAHASISWI KEPERAWATAN.

PERBEDAAN KOMPRES HANGAT DENGAN TEKNIK EFFLEURAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI DISMENORE PADA SISWI DI MTsN NGEMPLAK SLEMAN TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI

SKRIPSI PENGARUH TERAPI AKUPRESUR SANYINJIAO POINT TERHADAP INTENSITAS NYERI DISMENORE PRIMER PADA MAHASISWI SEMESTER VIII

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak yang berkualitas agar dapat melanjutkan cita-cita bangsa dan

PENGARUH TERAPI KOMPRES HANGAT TERHADAP NYERI HAID (DISMENOREA) PADA SISWI SMK PERBANKAN SIMPANG HARU PADANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dilihat dari data Departemen Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak. menuju masa dewasa. Banyak perubahan-perubahan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. penanganan (Asrinah, 2010 dalam Nuraisyah, 2012, hlm. 1).

HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM

PENGARUH PEMBERIAN BACK EXERCISE DAN SLOW- STROKE BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI HAID PRIMER

BAB I PENDAHULUAN. adalah datangnya menopause. Menopause merupakan keadaan biologis yang

BAB V PEMBAHASAN. menunjukkan penurunan bila dibandingkan dengan rata-rata tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana agar penduduk Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat dengan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG DISMENORE DI AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

BAB I PENDAHULUAN. darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Hipertensi diperkirakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bulan secara periodik, seorang wanita normal akan mengalami peristiwa reproduksi yang disebut menstruasi yaitu gambaran dari perdarahan periodik vagina yang terjadi akibat pelepasan mukosa uteri yang berlangsung biasanya antara 3-5 hari dengan periodik rata-rata 28 hari dari permulaan menstruasi ke menstruasi berikutnya (Balaguris, 2007). Peristiwa itu wajar dan alami sehingga dapat dipastikan bahwa semua wanita yang normal pasti akan mengalami proses itu, akan tetapi pada kenyataannya banyak wanita yang mengalami masalah menstruasi, diantaranya adalah nyeri haid (Dismenorea) (Abdillah, 2005). Beberapa tahun yang lalu, nyeri haid (Dismenorea) hanya dianggap sebagai penyakit psikosomatis. Akan tetapi, karena keterbukaan informasi dan pesatnya ilmu pengetahuan berkembang, nyeri haid (Dismenorea) mulai banyak dibahas. Banyak ahli yang telah menyumbangkan pikiran dan temuanya untuk mengatasi nyeri haid (Dismenorea) (Abdillah, 2005). Dismenore merupakan nyeri haid yang demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaannya ataupun absen dari sekolah untuk beberapa jam atau beberapa hari (Qittun, 2008). Penelitian di Swedia menjumpai 30% wanita pekerja industri menurun penghasilannya karena rasa nyeri haid dan 140 juta jam kerja hilang setiap tahunnya di Amerika Serikat akibat dismenorea primer (Schwarz,1989). Dismenore itu sendiri terbagi menjadi 2 jenis, yaitu dismenorea primer dan dismenorea sekunder. 1

2 Dismenorea primer didefinisikan sebagai nyeri haid pada wanita dengan anatomi pelvik yang normal dan biasanya dimulai pada masa remaja. Nyeri ini dikarakteristikan dengan nyeri pelvik seperti yang dimulai sesaat sebelum atau pada onset dari menstruasi dan berakhir satu atau tiga hari setelahnya. Dismenorea bisa juga sekunder terhadap adanya patologis organ pelvik (French, 2005). Dismenore sekunder didefinisikan sebagai nyeri haid yang berakibat adannya anatomi ataupun makroskopik yang patologis dari pelvik, seperti yang terjadi pada wanita dengan endometriosis pelvicinflammatory disease (PID) yang kronik. Di Indonesia angka kejadian dismenorea sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89% dismenorea primer dan 9,36% dismenorea sekunder dan dari hasil penelitian di Surabaya didapatkan 1,07%-1,31% dari jumlah penderita yang datang kebagian kebidanan untuk memeriksakan nyeri haid yang diderita setiap kali menstruasi. Dari penelitian tahun 2002 di 4 SLTP di Jakarta yang dilakukan oleh salah satu pakar kesehatan Obstetri dan Ginekologi didapatkan sekitar 74,1% siswi mengalami nyeri haid ringan sampai berat (Abdillah, 2005). Dismenore primer hampir dialami oleh 60-75% wanita muda. Dari tiga perempat wanita tersebut mengalami dismenore dengan intensitas yang ringan atau sedang. Sedangkan seperempat bagiannya mengalami dismenore dengan intensitas yang berat dan terkadang menyebabkan si penderita tidak berdaya (dalam menahan nyerinya tersebut) (Hendrik, 2006). Studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan April 2012 di Universitas Muhammadiyah Malang didapatkan data: dari 20 mahasiswi UMM, 80% mahasiswi mengalami dismenore primer dan 20% tidak mengalami dismenore. Nyeri yang dirasakan membuat mahasiswi melakukan berbagai cara untuk mengurangi nyeri diantaranya, 38% mahasiswi memilih untuk diam dan beristirahat tanpa melakukan pergerakan, 38% mahasiswi mengkonsumsi obat anti nyeri, 19% mahasiswi minum

3 jamu dan 6% mahasiswi memakai kompres air hangat untuk mengurangi nyerinya. Dismenore juga memberikan dampak pada aktivitas mereka, 75% mahasiswi mengatakan bahwa dismenore menggangu aktivitas mereka dan 25% mengatakan tidak mengganggu aktivitas. Penatalaksanan nyeri haid yang biasanya digunakan adalah manajemen secara farmakologi atau memakai obat-obatan baik analgesik narkotik/non narkotik. Namun bila keluhan nyeri dapat dihilangkan dengan cara sederhana maka hal itu jauh lebih baik daripada penggunaan obat-obatan karena obat-obatan akan menimbulkan ketergantungan terhadap efek penghilang nyeri dan menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan seperti mual, muntah, diare, pendarahan lambung, dispepsia dan gangguan haid. Penatalaksanaan nyeri haid juga dapat dimanajemen secara non farmakologi, seperti: teknik distraksi, teknik relaksasi dan teknik stimulasi kulit (Potter&Perry, 2005). Teknik relaksasi dapat dilakukan dengan menggunakan aromaterapi salah satunya aromaterapi lavender. Aromaterapi merupakan salah satu cara non farmakologis yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri haid. Minyak aromaterapi lavender dikenal sebagai minyak penenang, dimana efek sedatif pada lavandula angustifolia terjadi karena adanya senyawa-senyawa coumarin dalam minyak tersebut sekalipun kandungannya rendah, yaitu 0, 25%. Selain itu pada penelitian terdahulu oleh (Lis-Balchin, 2009) kandungan lavender oil yang terdiri dari: linalool, linalyl acetate, α- dan β- pinene dan 1,8- cineole dapat menurunkan secara spontan kontraksi uterus pada tikus yang sedang mengalami spasme pada otot intestinalnya. Suatu survei dengan mandi rendam memakai minyak lavender selama persalinan dilaksanakan oleh Norfolk dan Reed, aromaterapis/bidan pada Ipswich Hospital (1993) dengan dukungan direktur pelayanan obstetrik rumah sakit tersebut.

4 Klien melakukan mandi rendam dengan 5 tetes aromaterapi lavender selama persalinan pada 38 responden. hasilnya lebih dari separuh mengatakan terapi ini mambantu meringankan rasa nyeri selama persalinan. Dr. Alan huck, seorang ahli neurologi, ahli psikiatri dan juga direktur Smell dan Taste Research Center di Chicago mengatakan bahwa bau berpengaruh secara langsung pada otak seperti obat. Bau yang masuk melalui hidung di ubah oleh cilia di dalam hidung menjadi impuls listrik yang diteruskan ke otak melalui olfaktorius. Semua impuls mencapai sistem limbik, yang merupakan bagian dari yang terkaitkan dengan suasana hati, memori, emosi dan belajar. Semua bau yang mencapai sistem limbik mempunyai pengaruh kimia langsung pada suasana hati. Setiap jenis aromaterapi mempunyai efek yang berbeda-beda. Dr. Rachmi (2002) menyebutkan salah satu jenis aromaterapi lavender mempunyai efek relaksing, yaitu suatu efek penenang, yang dapat membuat orang yang menghirup aroma ini menjadi tenang dan nyaman. Efek relaksing sekaligus sedative pada Lavandula agustifolia diperkirakan karena adanya senyawa-senyawa coumarin dalam minyak tersebut (Shirley Price&Len Price,1997). Efek yang ditimbulkan dari aromaterapi ini secara tidak langsung akan membantu menghilangkan nyeri. Berdasarkan fenomena di atas, peneliti ingin mengetahui pengaruh aromaterapi lavender terhadap penurunan intensitas nyeri haid (dismenorhea primer) pada wanita usia 17-23 tahun.

5 1.2 Rumusan Masalah Apakah ada pengaruh aromaterapi lavender terhadap penurunan intensitas nyeri haid (dismenorhea primer) pada wanita usia 17-23 tahun. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh aromaterapi lavender terhadap penurunan intensitas nyeri haid (dismenore primer) pada wanita usia 17-23 tahun. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mengidentifikasi tingkat nyeri haid wanita usia 17-23 tahun. 1.3.2.2 Mengidentifikasi tingkat nyeri sebelum (pre test) dan setelah (post test) pemberian aromaterapi lavender. 1.3.2.3 Menganalisa pengaruh aromaterapi lavender terhadap penurunan intensitas nyeri haid (dismenore primer) pada wanita usia 17-23 tahun. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui pengaruh aromaterapi lavender terhadap penurunan intensitas nyeri haid (dismenore primer) pada wanita usia 17 23 tahun. 1.4.2 Bagi Institusi Sebagai bahan masukan untuk penambahan ilmu pengetahuan serta diharapkan hasil penelitian dapat dikembangkan untuk mengatasi masalah dismenorea.

6 1.4.3 Bagi Masyarakat Diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk mengetahui pengaruh aromaterapi lavender terhadap penurunan intensitas nyeri haid (dismenorhea primer) pada wanita usia 17-23 tahun. 1.4.4 Bagi Keperawatan Dapat menjadikan aromaterapi lavender sebagai salah satu alternatif terapi ke dalam intervensi yang diterapkan perawat untuk memberikan pelayanan asuhan keperawatan bagi masalah dismenorea yang sering dialami wanita. 1.5 Keaslian penelitian Sepengetahuan penulis, penelitian tentang pengaruh aromaterapi lavender terhadap penurunan intensitas nyeri haid (Dismenorea primer) pada wanita usia 17-23 tahun ini belum pernah dilakukan di Universitas Muhammadiyah Malang. Adapun penelitian yang telah dilakukan terkait dengan penelitian ini antara lain: 1.5.1 Penelitian yang dilakukan oleh Dyah Anggraeni Putri Utami (2009) membuktikan bahwa pemberian aromaterapi sangat efektif dalam menurunkan kecemasan dalam menghadapi kelahiran pertama. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan uji statistik non parametrik uji wilcoxon signed rangks test (WSRT). Diperoleh nilai sebesar Z=-2,499p=0.006 (p<0,05). Nilai rata-rata skala kecemasan menghadapi kelahiran anak pertama pada pre test sebesar 59.60 sedangkan nilai rata-rata pada post test sebesar 46.70. nilai rata-rata ini dapat diinterpretasikan bahwa ada perbedaan atau selisih rata-rata pada

7 hasil pre test dan post test. Dari hasil perhitungan statistik didapatkan nilai bahwa p-value < α (0.005) sehingga H 0 ditolak. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa ibu-ibu yang diberikan aromaterapi mengalami penurunan kecemasan pada saat menghadapi kelahiran anak pertama. 1.5.2 Penelitian oleh Reni Sulistyowati (2008) tentang pengaruh aromaterapi lavender secara massage terhadap nyeri kanker di RSUD ULIN Banjarmasin. Penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan jumlah responden sebanyak 17 yang sedang menjalani tahap periode kontrol selama 6 hari dan periode intervensi selama 6 kali. Variabel bebas adalah pemberian aromaterapi dan analgesik, sedangkan variabel terikatnya adalah nyeri kanker. Analisis yang digunakan adalah Paired-Sample T-test dan independent T-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa walaupun pada periode kontrol dan periode intervensi tingkat persepsi nyeri responden sama-sama menurun, tetapi pada periode intervensi penurunan tingkat persepsi nyeri pasien lebih bermakna (p= 0,00). 1.5.3 Riniasih, Wahyu (2008) Efektivitas aromaterapi rose dalam mengatasi dismenore pada remaja putri di pondok pesantren Darut Taqwa Bulusan Tembalang Semarang. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan quasi eksperimen (one group pre test post test design without control group). Teknik Purposive Sampling digunakan untuk mengumpulkan sampel dan T-test statistik untuk menguji efektivitas aroma terapi rose. Data skala nyeri diperoleh dengan mengisi lembar observasi yang berisi interval skala nyeri 1-10. Hasil uji t menunjukkan terdapat perbedaan secara bermakna antara intensitas nyeri dismenore sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi rose dengan p value 0.000

8 dan t hitung 16.298. Aromaterapi rose terbukti efektive untuk menurunkan dismenore. 1.5.4 Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Dina Indrati Dyah Sulistyowati (2007) tentang efektifitas terapi aroma lavender terhadap tingkat nyeri dan kecemasan persalinan primipara kala I di rumah sakit dan Klinik Bersalin Purwokerto. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan jumlah sampel yaitu 54 responden yang terdiri dari 27 responden kelompok kontrol dan 27 responden kelompok intervensi. Rata rata tingkat nyeri skala analog visual (VAS) pada kelompok intervensi sebelum diberikan terapi aroma adalah 8,11 dengan standar deviasi 0,751 sedangkan setelah periode intervensi diperoleh rata-rata tingkat nyeri skala analog visual (VAS) adalah 7,70 dengan standar deviasi 0,609 (Pv 0,0001 dan α 0,05). Selanjutnya rata-rata kecemasan pada kelompok intervensi sebelum diberikan terapi aroma adalah 7,59 dengan standar deviasi 0,844 sedangkan setelah periode intervensi diperoleh ratarata kecemasan 6,37 dengan standar deviasi 0,839. Hasil analisis didapatkan perbedaan yang signifikan kecemasan pada kelompok intervensi sebelum dan setelah periode intervensi (Pv 0,000 α 0,05).