BAB I PENDAHULUAN. membangun orang-orang untuk mengakomodasi tuntutan perubahan suatu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Sejarah Majelis taklim Asy-Syifaa Wal Mahmuudiyyah. Abdul Qodir Al Manafi, MA tepatnya pada tahun 1995.

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Presentasi Diri Ayam Kampus Di Yogyakarta

Sosok Pendidik Umat Secara Total dan Dijalani Sepanjang Hayat

1) Mendefinisikan Konsep kegiatan pengajian rutin Majelis Dzikir

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung selain di kenal sebagai kota Fashion, tapi di kenal juga sebagai

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lain dalam kelompok (Bungin, 2006:43). Komunikasi yang terjalin dalam sebuah

Seiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya

BAB I PENDAHULUAN. Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam.

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. pembeda adalah penanganan dalam proses tindak pemidanaan terhadap narapidana

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

manusia, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Identitas manusia jejak langkah hidup manusia selalu membutuhkan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. sistem sosial budaya harus tetap berkepribadian Indonesia.

BAB IV PERANAN MAJELIS TAKLIM AL-HAQ WAL HAŻ DALAM MEMBINA MORAL REMAJA PONCOL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang belum beragama. Dakwah yang dimaksud adalah ajakan kepada

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan, pendapat-pendapat dan hal-hal yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Semua ini membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. MONDRIAN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada kedewasaan dalam berbagai aspek kehidupan. Pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama samawi terakhir. Berdasarkan tinjauan historis, ia

BAB I PENDAHULUAN. jilbab. Selain dari perkembangan fashion atau mode, jilbab juga identik dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

Dr.Ir. Edi Purwanto, MT

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

2014 PENYELENGGARAAN PROGRAM PARENTING BERBASIS E-LEARNING D ALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MEND ID IK ANAK

2015 D AMPAK KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT TAD JIMALELA TERHAD AP KEBUGARAN JASMANI D AN PERILAKU SOSIAL SISWA SMP NEGERI 1 CILEUNYI

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Bukti eksistensi warga muslim Tionghoa di kota Bandung yaitu kita dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia yang semakin tanpa batas ini, tidak memungkinkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan. Tidak hanya dikalangan remaja, namun ibu-ibu juga

BAB I PENDAHULUAN. meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. santri yang dengan awalan pe didepan dan akhiran an berarti tempat tinggal para

BAB I PENDAHULUAN. merupakan senjata ampuh milik mereka yang berprofesi sebagai public relations

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. atau kebutuhan untuk mempertahankan hidup merupakan alasan yang mendasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

KISI-KISI SOAL UKG TAHUN 2015 PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN JENJANG SD

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga perusahaan memiliki strategi tersendiri dalam menarik konsumen yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KISI-KISI SOAL UKG TAHUN 2015 PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN Jenjang SMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan

BAB I PENDAHULUAN. Logo atau tanda gambar (picture mark) merupakan identitas yang

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. manusia, namun kita sering melupakan betapa besar peranannya.

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Logo, sebuah istilah sejak awal dari Bahasa Yunani logos sampai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengenakan jilbab atau kerudung sudah menjadi sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. ketahui untuk mencapai pengelolaan keuangan yang benar.

BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pendidikan yang baik akan sangat berpengaruh dari generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. kepekaan dan kepedulian mereka terhadap masalah sosial. Rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan. Sebagian besar kaum perempuan

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

3. METODE PENELITIAN

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN KOMUNIKASI DENGAN INTENSITAS BERINTERNET PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KISI-KISI SOAL UKG TAHUN 2015 PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN Jenjang SD

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia selalu saja menarik untuk diwacanakan, dikaji, diteliti, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. manusia berinteraksi dengan lingkungannya (Tirtarahardja &Sula, 2000: 105).

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbandingan dan memudahkan dalam melakukan penelitian. Berikut ini adalah. tabel penelitian terdahulu yang penulis gunakan:

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian terdahulu. Berdasarkan hasil analisis

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. adil, makmur, sejahtera, dan bermartabat. Melalui nilai-nilai Empat Pilar,

PENDAHULUAN. I.1. Batasan Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertumbuhan untuk masa selanjutnya (Desmita, 2012). Hurlock (2004)

PENDAHULUAN. Sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang, pondok pesantren merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Anak sekolah di taman kanak-kanak hingga mahasiswa di

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan

BAB I PENDAHULUAN. hal yang sangat penting untuk dikembangkan. Sumber daya manusia (SDM)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

1 Mahmud Yunus, Pedoman Dakwah Islamiyah, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1980), hal. 127.

KAJIAN PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN SOLOPOS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2010 SKRIPSI

lah sebagaimana ditinjau dengan berbagai konsep di atas dan juga agar mempe

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anwar Hafid Dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman, berbagai problematika sebuah kehidupan membangun orang-orang untuk mengakomodasi tuntutan perubahan suatu identitas seseorang. Perkembangan dakwah semakin banyak di Indonesia, terlihat banyaknya pengajian-pengajian ataupun ajaran-ajaran mengenai Islam untuk para pemilik Agama Islam. Banyaknya ajaran-ajaran Islam dapat memudahkan seseorang untuk mendapatkan sebuah ilmu. Dimana ilmu tersebut nantinya menjadi bekal seseorang di dalam kehidupan bermasyarakat atau pun dengan Sang Pencipta. Akan tetapi, banyaknya dakwah ajaran Islam juga membuat orang-orang salah dalam pemilihan dakwah yang mengakibatkan orang tersebut salah dalam ajaran yang seharusnya dijalankan oleh Agama Islam. Dapat dilihat banyaknya teroris yang mengatas namakan Agama Islam dalam berjihat, permasalahan tersebut bisa terjadi karena adanya perubahan identitas diri yang dialami oleh seseorang yang dimana mereka memaknai atau dalam pengelolaan kesan yang terjadi di dalam sebuah perkumpulan ataupun ajaran yang diajarkan oleh pengajar atau Ustadz. 1

2 Identitas meliputi mengenal dan menghayati diri sebagai pribadi sendiri serta tidak tenggelam dalam peran yang dimainkan. Identitas juga merupakan salah satu proses sentral pada seseorang. Perkembangan zaman mengenai indentitas seseorang pada saat ini sangat memprihatinkan. Perubahan tersebut terjadi dengan tujuan kearah yang baik dan buruk. Perubahan identitas kearah yang baik tidak menjadi masalah penting, tetapi perubahan identitas diri kearah yang tidak baik menjadi masalah penting yang harus dipahami dan dibahas, agar perubahan identitas diri kearah yang tidak baik menjadi identitas diri yang baik. Identitas diri sebagai bangunan psikologis individu terbentuk melalui waktu berproses yang panjang. Sebagai bangun, identitas diri terdiri dari berbagai elemen dasar, sehingga identitas diri benar-benar dapat menjadi suatu aspek yang mencirikan seseorang individu benar-benar berbeda dengan sosok individu lain. Proses pembentukan identitas diri, dapat dilihat melalui elemen-elemen pembentuk identitas diri, yaitu usaha mencari informasi dan pemahaman yang mendalam, usaha itu disebut sebagai eksplorasi (exploration); serta upaya untuk melaksanakan pilihan atas alternatif yang telah dibuat tersebut, hal ini disebut sebagai komitmen (commitment), dengan kata lain perkembangan ke arah individualitas yang merupakan aspek penting dalam perkembangan diri sendiri. Identitas juga dapat berartikan ciri, tanda, atau jati diri yang melekat pada seseorang, kelompok, atau sesuatu sehingga membedakan dengan orang lain. Identitas mempunyai sifat yang dinamis. Dinamika ini dimungkinkan oleh adanya dan berfungsinya energi dalam kepribadian itu.

3 Identitas seseorang atau kelompok meliputi faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari tingkah laku individu. Tingkah laku tersebut terdiri dari kebiasaan, sikap, sifat-sifat serta karakter yang berada pada seseorang sehingga seseorang tersebut berbeda dengan orang yang lainnya. Menurut Allport, sifat kompleks dan beragam-ragam pada individu mempunyai dasar kebulatan atau kesatuan (unitas). Selanjutnya, setidak-tidaknya bagi individu yang normal, faktor-faktor yang menentukan tingkah laku yang sadarlah yang terpenting. Kebulatan tingkah laku dan pentingnya dorongan sadar ini yang mementingkan gejala yang disebut self dan ego. (dalam Suryabrata, 2008:202) Pembahasan tentang identitas sangat menarik dibahas, dikarenakan agar kita dapat dengan mudah mengetahui bagaimana seseorang berada dalam sebuah kelompok. Terjadinya sebuah perubahan identitas menjadi hal yang paling utama seseorang dalam sebuah kelompok. Ada sebelas domain dalam identitas diri yang terbagi dua bagian yaitu domain utama (core domain) dan domain tambahan (supplemental domain). Domain utama terdiri dari domain pendidikan/karir, domain religius/agama, domain politik, domain sikap peran jenis kelamin, dan domain derajat ekpresi seksualitas. Domain tambahan terdiri dari domain hobi/minat, hubungan dengan teman, hubungan dengan kekasih, peran pasangan, peran orangtua, dan prioritas antara keluarga dan karir. Proses terjadinya identitas diungkapkan secara abstrak yang merupakan restrukturisasi segala identifikasi dan gambaran terdiri terdahulu diolah dalam perspektif masa depan dan pandangan terhadap ruang sosialnya. Suatu perubahan psikologis dalam diri seseorang dapat mewujudkan sebuah identitas baru

4 seseorang yang berada dalam sebuah kelompok, diawali dengan ketidak nyamanan/sebuah perbedaan akan identitas yang lama menghadirkan sebuah transformasi identitas sebelumnya, baik itu sebelum melakukan transformasi identitas, proses memaknakan dirinya (self), maupun sesudah melakukan transformasi identitas. Ketika seseorang yang transformasi identitas, dengan sendirinya mereka akan membentuk citra dan kesan yang berbeda dengan identitas baru mereka, baik dari sikap, prilaku, obrolan hingga pola pikir. Perubahan tersebut akan menghadirkan kepribadian yang berbeda yang tanpa disadari oleh dirinya. Sehingga perubahan yang di alami akan dapat merubah identitas sebelumnya dan membentuk sebuah identitas yang baru. Menurut Anselm Strauss, menyebutkan bahwa transformasi identitas mengisyaratkan penilaian baru tentang diri pribadi dan orang-orang lain, tentang peristiwa-peristiwa, tindakan-tindakan, dan objek-objek. Menurut perspektif teori interaksi simbolik, transformasi identitas menyangkut perubahan psikologi, perubahan ini dapat mengidentifikasi melalui pelakunya yang menjadi berbeda dari sebelumnya dan mengakui melalui transformasi identitas, seseorang akan bersifat irreversible, yang artinya sekali berubah tidak bisa kembali lagi. (dalam Mulyana, 2002:231) Transformasi identitas dapat terjadi di manapun, di lingkungan keluarga, sekolah, kampus, tempat kerja, maupun komunitas kecil dan besar. Terjadinya transformasi identitas dikarenakan lingkungan dan psikologi individu yang dimaknai dari seseorang yang ingin melakukan sebuah transformasi. Dengan segala faktor perubahan identitas yang ada, misalnya dengan mengikuti sebuah perkumpulan atau disebut juga komunitas, yang berarti sebuah kelompok sosial

5 dari beberapa organisasi dalam berbagai lingkupnya. Umumnya sebuah komunitas atau perkumpulan memiliki ketertarikan dan habitat sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa latin communittas yang berarti kesamaan, kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak. Majelis Taklim merupakan salah satu bentuk perkumpulan atau komunitas, yang didirikan dengan tujuan, untuk mempelajari ajaran Agama Islam. KH. Abdullah Syafi ie (1910-1985) orang pertama yang memperkenalkan istilah majelis taklim (sering ditulis ; majelis taklim). Beliau mengembangkan pengajian di masjid Al-Barkah yang beliau sebut dengan majelis taklim, baik untuk bapakbapak maupun yang dikhusukan untuk ibu-ibu. Akhirnya Istilah majelis taklim menjadi trade mark dari pengajian-pengajian KH. Abdullah Syafi ie. Sebelum itu, seseorang jika ingin menghadiri sebuah pengajian tidak pernah menyebutnya pergi ke majelis taklim, tetapi lebih suka menyebutnya pergi ke pengajian. Majelis taklim berbeda dengan pengajian umum biasanya, yaitu sifatnya yang tetap dan berkesinambungan. Dengan kata lain majelis taklim adalah salah satu media yang dapat terjadinya sebuah transformasi identitas di dalam anggota atau santrinya.

6 Berdasarkan hal di atas, dapat dikatakan bahwa majelis taklim merupakan sebuah media untuk berkomunikasi yang di dalamnya terdapat sarana komunikasi, baik pengajaran dari seorang ustadz ataupun simbolisasi atau penggunaan bahasa simbol dalam sebuah majelis taklim. Sarana komunikasi dapat dilihat dengan adanya sebuah proses komunikasi antara komunikator (ustadz) dengan komunikan (mustamik) begitu juga mustamik dengan mustamik lainnya. Proses komunuikasi ini yang menjadikan salah satu penyebab dari perubahan atau transformasi identitas diri para mustamik. Selanjutnya dalam penelitian ini peneliti mengemukakan bahwa Majelis Taklim Asy-Syifaa Wal Mahmuudiyyah sebagai salah satu wadah untuk mustamik dalam belajar agama islam tepatnya mustamik yang berada di Kota Bandung. Majelis taklim ini merupakan majelis taklim yang mempunyai banyak anggota atau santri, baik dikalangan nasional maupun internasional yang dikarenakan Ustadz yang mengajarkan tersebut sudah berdakwah di kalangan nasional dan internasional. Majelis taklim Asy-Syifaa Wal Mahmuudiyyah sering mengadakan pengajian-pengajian besar untuk mustamik Kota Bandung. Tidak hanya pengajian-pengajian umum biasanya, majelis taklim ini sering mengadakan kegiatan atau perayaan hari besar Agama Islam seperti pengajian Maulid Nabi Muhammad SAW dan sebagainya. Kegiatan tersebut biasanya diikuti oleh mustamik umum dan mustamik santri majelis taklim tersebut, yang membedakan mustamik umum adalah pendengar yang tidak masuk dalam santri dalam Majelis

7 taklim tersebut, seperti masyarakat umum dan pemerintahan (departemen agama dan pemeritah daerah). Sedangkan mustamik santri adalah mustamik yang memang belajar setiap hari di majelis taklim tersebut. Dalam segi kehidupannya mustamik yang ikut belajar agama di sebuah majelis taklim mempunyai ciri yang berbeda dengan masyarakat umum, yaitu bisa dilihat dari perilaku, gaya hidup, dan busana yang digunakan, biasanya busana yang digunakan berupa baju muslim yang rapih seperti baju muslim, gamis dan menggunakan sorban atau kopeah atau peci. Penelitian ini menggunakan sebuah metode fenomenologi di dalam menjalani penelitian, karena fenomenologi mempelajari struktur pengalaman sadar (dari sudut pandang orang pertama), bersama dengan kondisi-kondisi yang relevan. Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani dengan asal suku kata phainomenon yang berarti yang menampak. Menurut Husserl, dengan fenomenologi kita dapat mempelajari bentuk-bentuk pengalaman dari sudut orang yang mengamatinya langsung, sehingga memungkinkan kita sampai kepada objek itu sendiri (dalam Kuswarno, 2009:10) Sisi yang menarik dalam penelitian ini bagi peneliti adalah setiap mustamik baru yang ingin belajar di majelis taklim mempunyai pertentangan identitas yang sangat berbeda dengan kajian yang ada dalam sebuah majelis taklim dan secara tidak langsung mereka akan mendapatkan sebuah perbedaan dengan perilaku mereka dalam sebuah perkumpulan yang mengajarkan tentang agama dan akan mengikuti alur dari kehidupan dalam Majelis taklim sehingga, mereka akan

8 merubah pola pikir, prilaku, sifat, mind set, dan menemukan identitas barunya, sehingga meninggalkan identitas sebelumnya dan tindakan inilah yang menghadirkan arti dari transformasi identitas sendiri. Dari wacana yang telah dijelaskan di atas dapat ditarik sebuah permasalahan tentang Proses Komunikasi di dalam sebuah kelompok/komunitas/perkumpulan, karena anggota perkumpulan ini tentunya memiliki tujuan yang sama. Dengan adanya pertentangan kebiasaan seorang mustamik sebelum mereka masuk dalam majelis taklim alasan kuat inilah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti secara mendalam dengan melibatkan aspek pendekatan sosial.

9 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Rumusan Masalah Makro Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti mencoba merumuskan masalah makro dengan tujuan untuk mengarahkan permasalahan yang akan diteliti sehingga pada penelitian ini. Peneliti menyimpulkan rumusan masalah makro yaitu, Bagaiamana Transformasi Identitas Diri Mustamik dalam Majelis taklim Asy-Syifaa Wal Mahmuudiyyah di Kota Bandung? 1.2.2 Rumusan Masalah Mikro Berdasarkan rumusan masalah makro tersebut dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah mikro sebagai berikut: 1. Bagaimana identitas diri Mustamik sebelum masuk Majelis taklim Asy-Syifaa Wal Mahmuudiyyah di kota Bandung? 2. Bagaimana pengelolaan kesan mustamik pada saat di dalam Majelis taklim Asy-Syifaa Wal Mahmuudiyyah di kota Bandung? 3. Bagaimana identitas diri Mustamik setelah masuk Majelis taklim Asy-Syifaa Wal Mahmuudiyyah di kota Bandung?

10 1.3 Maksud dab Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan bagaimana Transformasi Identitas diri Mustamik Majelis taklim Asy-Syifaa Wal Mahmuudiyyah di Kota Bandung (Studi Fenomenologi Transformasi Identitas Diri Mustamik dalam Majelis Taklim Asy- Syifaa Wal Mahmuudiyyah di Kota Bandung). 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian tentang Transformasi identitas diri mustamik dalam Majleis Taklim Asy-Syifaa Wal Mahmuudiyyah (Studi Fenomenologi Transformasi Identitas Diri Mustamik dalam Majelis Taklim Asy-syifaa Wal Mahmuudiyyah di Kota Bandung dirumuskan sebagai berikut 1. Untuk mengetahui identitas diri Mustamik sebelum masuk Majelis taklim Asy-Syifaa Wal Mahmuudiyyah di kota Bandung. 2. Untuk mengetahui pengelolaan kesan Mustamik pada saat di dalam Majelis taklim Asy-Syifaa Wal Mahmuudiyyah di kota Bandung. 3. Untuk mengetahui identitas diri Mustamik setelah masuk Majelis taklim Asy-Syifaa Wal Mahmuudiyyah di kota Bandung.

11 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Keguunaan Teoritis Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan ilmu pengetahuan secara teoritis bagi penelitian-penelitian selanjutnya, sehingga mampu menunjang pengembangan Ilmu Komunikasi secara umum, dan menambah wawasan pengetahuan tentang Transformasi Identitas diri. 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Kegunaan Bagi Peneliti Kegunaan penelitian ini untuk peneliti adalah memberikan pengetahuan lebih mendalam tentang transformasi identitas diri mustamik dalam Majelis taklim Asy-Syifaa Wal Mahmuudiyyah di kota Bandung. Sehingga memberikan wawasan baru bagi peneliti akan berbagai macam perubahan psikologis yang terdapat di dalam anggota suatu perkumpulan. Penelitian ini juga memberikan kesempatan yang baik bagi peneliti untuk menerapkan pengetahuan yang diterima selama perkuliahan dibidang Ilmu Komunikasi. 2. Kegunaan Bagi Universitas Penelitian ini berguna bagi mahasiswa Universitas Komputer Indonesia secara umum. Program Ilmu Komunikasi secara khusus sebagai literatur atau untuk sumber tambahan dalam memperoleh informasi bagi peneliti yang akan melaksanakan penelitian pada kajian yang sama.

12 3. Kegunaan Bagi Masyarakat Kegunaan penelitan ini bagi masyarakat umum diharapkan memberikan informasi yang aktual mengenai aspek yang diteliti dan diharapkan dapat dijadikan acuan bagi pihak-pihak terkait. Terutama para mustamik yang ingin melakukan transformasi identitas diri.