BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek

SENGKETA-SENGKETA PERBATASAN DI WILAYAH DARAT INDONESIA. Muthia Septarina. Abstrak

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG TUNJANGAN OPERASI PENGAMANAN BAGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2017, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamb

2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan hasil pembagunan baik fisik maupun mental sosial. tanggungjawab dan bermanfaat sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA. Penyunting Humphrey Wangke

PENGERTIAN, LINGKUP & KEBIJAKAN PERENCANAAN WILAYAH PERBATASAN (MKP 3) aris SUBAGIYO

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional 4. Kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

Mahendra Putra Kurnia

Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA

Globalisasi Peredaran Narkoba Oleh Hervina Puspitosari, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011

MISI BANTUAN AUSTRALIA DI PAPUA NUGINI TAHUN 2003 ABSTRAK SKRIPSI ADITYA AJI NUGRAHA ( )

BAB I PENDAHULUAN. literatur ilmu politik diantaranya adalah untuk menyelesaikan masalah atau

BAB I PENDAHULUAN. menyejajarkan atau menyetarakan tingkat hidup dan masyarakat tiap-tiap bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dalam hubungan dengan dunia internasional sebagai centre of gravity kawasan

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.388, 2010 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Tunjangan Operasi Pengamanan. Petugas. Pulau Kecil. Terluar.

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

xii hlm / 14 x 21 cm

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Fenomena Narkoba di Indonesia

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

LAPORAN KUNJUNGAN. Ke Sekretariat ASEAN dan Kedutaan Besar Malaysia. Sekretariat ASEAN

PENCEGAHAN UPAYA PENYUAPAN DI LINTAS BATAS NEGARA

PENYUSUNAN KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN INDONESIA

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III

PERAN ASEAN MARITIME FORUM (AMF) DALAM KEAMANAN PERAIRAN DI ASIA TENGGARA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang terus bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan data Departemen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

No b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda *

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA KUNJUNGAN PASIS SESKOAU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

PENGARUH PEMBERLAKUAN AREA PERDAGANGAN BEBAS ASEAN DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Dampak era globalisiasi telah mempengaruhi sistem perekonomian negara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Perbatasan, Tertinggal Dan Diterlantarkan

PENGELOLAAN PERBATASAN SEBAGAI GARDA TERDEPAN KEDAULATAN

BAB I PENDAHULUAN TA- 100

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

I. PENDAHULUAN. untuk didapat, melainkan barang yang amat mudah didapat karena kebutuhan

Kondisi Geograis Negara Indonesia KONDISI GEOGRAFIS

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kajian Hubungan-Internasional, hubungan bilateral maupun

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan politik dalam dunia internasional, Indonesia telah ikut berpatisipasi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)

I. PENDAHULUAN. Penyalahgunaan izin tinggal merupakan suatu peristiwa hukum yang sudah sering

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang bersifat global yang terpenting masa kini. 1 Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sudah membuat kalangan masyarakat resah dan tidak nyaman.

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict

POTENSI GEOGRAFIS INDONESIA II

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

ASEAN DAN KERJASAMA EKONOMI REGIONAL. [Dewi Triwahyuni]

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG.

BAB I PENDAHULUAN. orang/manusia bukan kejahatan biasa (extra ordinary), terorganisir

MI STRATEGI

PENGAMANAN WILAYAH PERBATASAN DARAT GUNA MENDUKUNG KEUTUHAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA 1. Oleh: Yanyan Mochamad Yani 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2006) 1

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Rancangbangun hukum pulau-pulau perbatasan merupakan bagian penting dari ketahanan negara.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Berkembangnya berbagai bidang pada era globalisasi ini telah mempermudah manusia dalam melakukan berbagai kegiatan dan mengakses bermacam-macam hal dengan sangat mudah, Pada kasus perbatasan negara, globalisasi telah mengkaburkan batas-batas yang dimiliki oleh negara. Batasbatas antar negara yang semakin kabur telah menyebabkan jalur lalu lintas batas negara semakin mudah untuk diakses. Akses yang mudah dan bantuan teknologi yang semakin berkembang telah membuka jalur bagi mobilitas barang dan manusia antar negara. Perkembangan teknologi yang ada dan keadaan perekonomian yang ada di masyarakat telah menyebabkan munculnya aktor-aktor yang berusaha untuk memanfaatkan situasi yang ada dalam upaya memenuhi desakan perekonomian. (oktarina, 2016) Aktor-aktor ini kemudian memunculkan berbagai masalah pada era globalisasi ini yang tentunya menjadi ancaman bagi keamanan dan juga stabilitas sebuah negara, salah satu kegiatan yang terus bermunculan pada masa globalisasi ini adalah kejahatan transnasional, atau kejahatan lintas negara. Transnasional merupakan term/istilah atau konsep yang digunakan untuk menggambarkan interaksi yang melewati batas-batas nasional negara dan melibatkan beragam aktor di luar negara (pemerintah), Organisasi Internasional Multinasional/Transanasional coorporations (MNCs/TNCs), Non-govermental Organizations dan kelompok individu. Jika diartikan dalam kata kejahatan transnasional adalah suatu kegiatan kejahatan lintas negara yang dilakukan aktor non negara dan dilakukan secara terorganisir (Irdayanti, 2013). Selain globalisasi Alasan lainnya yang mendukung kejahatan transnasional adalah kedekatan geografis sebuah wilayah negara, karena perbatasan negara merupakan salah

satu jalur bagi kejahatan transnasional untuk melakukan aktifitas mereka, salah satu yang mendorong perbatasan negara menjadi tempat yang effisien bagi aktor kejahatan transnasional yang paling umum dikarenakan biasanya pengawasan didaerah perbatasan suatu negara relatif lemah dan dengan berbagai kekurangan lainnya dari daerah perbatasan suatu negara. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang cukup luas yang terbentang dari sabang sampai merauke. Sehingga Indonesia mempunyai banyak wilayah perbatasan, baik yang terletak di laut maupun yang ada di darat diantara negara tersebut adapun negara yang berbatasan laut dengan Indonesia adalah seperti: Australia, Filipina, India, Republik Palau, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Dan negara yang berbatasan darat secara langsung dengan Indonesia seperti: Malaysia, Papua Nugini, Timor Leste. (www.organisasi.org, 2013) Dengan posisi Indonesia yang demikian, Indonesia sabagai negara yang berdaulat harus menjaga dan mengamankan wilayah perbatasannya dengan negara-negara tetangga ini dengan semaksimal mungkin guna kenyamanan dan keamanan bagi wilayah dan warga negara Indonesia, dan guna menghindari timbulnya berbagai masalah diperbatasan,seperti kegiatan pelanggaran dan kegiatan illegal yang bisa merugikan Indonesia. (Letjen TNI Darmono, 2010) Sebagai negara berdaulat Indonesia seharusnya mencerminkan kondisi perbatasan yang aman dan sejahtera sebagai beranda depan NKRI. Namun, paradigma masa lalu yang memandang kawasan perbatasan sebagai halaman belakang dan daerah terluar membuat pembangunannya kurang diperhatikan oleh pemerintah dan masyarakat. Indonesia yang sentralistis saat itu lebih mementingkan pembangunan kawasan pusat. Akibatnya, pembangunan kawasan perbatasan secara umum tertinggal dibandingkan daerah Indonesia lainnya. Kondisisi perbatasan Indonesia saat ini yang cukup memprihatinkan, akan sangat jelas terlihat apabila kita bandingkan dengan perbatasan wilayah negara dengan negara yang lebih maju hal ini yang menyebabkan daerah perbatasan yang dimiliki Indonesia dipandang sebagai

salah satu surga bagi aktor kejahatan lintas negara. (Raharjo, 2013) Sebagai contoh perbatasan Indonesia yang sering menjadi jalur bagi kejahatan transnasional adalah perbatasan Indonesia dengan negara tetangga Malaysia yang terletak di pulau Kalimantan, merupakan surga bagi pelaku kejahatan atau kegiatan illegal. Hal ini karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya terdapat berbagai aspek kekurangan yang menyebabkan atau mempermudah kejahatan transnasional ini marak terjadi, seperti kurang berkembangnya daerah perbatasan yang dimiliki oleh Indonesia dalam berbagai bidang dan fasilitas serta infrastuktur ditambah lagi kurangnya personil yang ditempatkan untuk menjaga perbatasan dan masalah Sumber Daya Manusia yang tinggal menetap didaerah perbatasan memiliki ekonomi dan pendidikan yang rendah sehingga memudahkan aktifitas illegal dilakukan diperbatasan tersebut. Beberapa kejahatan atau kegiatan illegal yang sering terjadi di daerah perbatasan Indonesia di Kalimantan antara Indonesia dan Malasyia adalah antara lain seperti illegal logging, penyelundupan narkotika, human trafficking dan berbagai kejahatan lintas negara lainnya, yang mana kejahatan atau kegiatan illegal diatas ternmasuk kedalam kejahatan kejahatan transnasional atau kejahatan lintas negara karena kegiatanya melintasi perbatasan Indonesia dan Malaysia. Kejahatan yang melintasi batas negara ternyata memberikan ancaman bagi stabilitas suatu negara, kawasan bahkan sistem Internasional hal ini dikarenakan dampak kerugian yang ditimbulkan oleh jenis kejahatan ini baik secara materil dan non materil seperti keamanan warga negara atau kawasan. Dengan maraknya serangkaian kejahatan transnasional yang terjadi melewati batas wilayah seperti perdagangan manusia, narkotika, terorisme tidak serta merta sebuah negara mampu menanganinya sendiri karena kejahatan seperti ini melibatkan lebih dari satu negara yang menjadi target tempat kegiatan kejahatan, dan setiap negara memiliki regulasi dan aturan yang berbeda-beda dalam menangani dan

menyelesaikan kasus-kasus ini dalam hukum nasional masingmasing negara. (Irdayanti, 2013) Dalam hal ini negara-negara yang mengalami kejahatan transnasional harus menemukan solusi dalam penanganan kasus-kasus tersebut dengan berbagai hal guna penanganan kasus yang lebih effisien, karena memang kejahatan transnasional seperti penyelundupan narkoba dan kejahatan transnasional lainnya dianggap terlalu sulit ditangani apabila bertindak secara individu, terutama bagi Indonesia yang memiliki banyak kekurangan dalam untuk menangani kasus-kasus tersebut. Dalam untuk menangani kejahatan penyelundupan narkoba yang telah mencapai titik yang memprihatinkan dan kejahatan penyelundupan narkotika dan penyebarannya merupakan kejahatan yang telah dianggap sebagai kejahatan level transnasional Indonesia perlu mencari solusi untuk meng effisiensikan dalam menngani kasus ini. Dalam penelitian ini penulis akan tefokus pada kasus di perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan yaitu kejahatan Penyelundupan narkoba sebagai objek penelitian. Dalam penelitian ini adapun penulis memilih kasus kejahatan transnasional penyelundupan narkoba di perbatasan Indonesia dan Malaysia di Kalimantan bukan tanpa alasan, dikarenakan kasus kejahatan ini merupakan kejahatan transnasional yang memiliki dampak langsung kepada warga masyarakat Indonesia, dan pekembangan dari dua kasus kejahatan ini di Indonesia cukup memprihatinkan. Untuk kasus narkotika dalam skala nasional sendiri merupakan kejahatan yang sangat merugikan bagi bangsa Indonesia bukan hanya dalam bidang sosial saja tetapi juga ekonomi, tercatat pada tahun 2012, bahwa kerugian materil yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan narkoba di Indonesia pada tahun 2012 ini kerugian mencapai angka Rp.55 triliun. Adapun komponen biaya ekonomi yang dikeluarkan antara, biaya pembelian narkoba oleh masyarakat, biaya terapi, biaya rehabilitasi,biaya produktifitas yang hilang, kematian akibat narkoba, serta tindakan kriminal yang dilakukan karena narkoba, (Juraedi, 2013) dan kemudian data kerugian akibat

penyalah gunaan narkotika di Indonesia mengalami peningkatan pada 2014 estimasi kerugian ekonomi akibat narkoba mencapai angka yang fantastis, yakni Rp 63 triliun, (Akuntono, 2015) Untuk dalam kawasan ASEAN sendiri kerugian materil yang ditimbulkan oleh dua jenis narkotika metaphetamin dan heroin saja mencapai angka Rp 100 triliun hal ini dibahas pada ASEAN Drug Free 2015 hal ini karena di anggap sangat besar dalam penyebaran 2 jenis narkotika di suatu kawasan dan merupakan peningkaytan paling besar dalam kurun waktu 10 tahu terakhir. (Detik.com, 2014) Selain maraknya kasus penyelundupan dan kerugian yang ditimbulkan oleh kejahatan transnasional narkoba ini hal lain yang menjadikan kasus ini menarik untuk diteliti adalah target dan korban dari kejahatan ini merupakan warga masyarakat, dan golongan yang bermacam-macam baik orang dewasa seperti pekerja usia produktif dan bahkan kalangan pelajar yang merupakan generasi penerus bangsa. Menurut dari data tahun 2014 Kepala Humas BNN Kombes Sumirat Dwiyanto mengungkapkan, pengguna narkoba terbanyak di Indonesia saat ini adalah pekerja di usia produktif. Sedangkan posisi ke dua dikuti oleh kalangan pelajar pelajar dan mahasiswa. (Ihsanuddin, 2014) hal ini bisa mengindikasikan pemerosotan kinerja pekerja di Indonesia sebagai perwakilan pengguna terbanyak dan rendahnya kualitas penerus bangsa Indonesia dimasa yang akan datang dengan jumlah pengguna narkoba dikalangan pelajar di posisi kedua.

Batasan Masalah Dalam melakukan sebuah penelitian haruslah memiliki batasan penelitian agar penelitian tersebut memiliki objek yang jelas dan lebih spesifik dan tidak mengalami kerancuan dan penyimpangan begitupun dalam tulisan ini penulis memiliki batasan dalam objek yangkan diteliti. Untuk mepermudah penelitian dan menghindari berbagai kesulitan dalam proses pengumpulan data, maka penulis akan terfokus pada kerjasama yang dilakukan oleh Indonesia dalam tiga kerjasama dalam penanganan narkoba yang bermanfaat untuk daerah perbatasan Indonesia dan Malaysia di Kalimantan. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan di bawa dalam topik ini: Bagaimana kebijakan Indonesia dalam menaggulangi masalah yang disebabkan karena kejahatan penyelundupan narkoba di perbatasan Indonesia dan Malaysia di pulau Kalimantan? Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: a. Sebagai penjelasan bagaimana kerjasama yang dilakukan oleh Indonesia dalam menangani masalah kejahatan transnasional yang marak terjadi pada perbatasan Indonesia dan Malaysia di pulau Kalimantan b. Mengetahui seberapa effisien kerjasama yang dilakukan oleh Indonesia dengan berbagai pihak dalam meanggulangi kejahatan transnasional diperbatasan Indonesia dan Malaysia di perbatasan Kalimantan terutama masalah penyelundupan narkotika.

2. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari Penelitian: a. Sebagai bahan referensi bagi yang tertarik dalam masalah kejahatan transnasional terutama di perbatasan Indonesia Malaysia di Kalimantan b. Sebagai tolak ukur bagi penelitian lain terutanma dengan penelitian terutana membahas studi kejahatan Transnasional yang bersangkutan dengan penyelundudupan narkotika di perbatasan Indonesia Malaysia di Kalimantan. Kerangka Konseptual Skripsi ini akan menggunakan 1 konsep dalam untuk memperjelas penelitian ini, konsep yang digunakan dalam penlitian ini adalah konsep, kerjasama internasional Kerjasama Internasional Dalam menyelesaikan masalah kebanyakan negara melakukan kerjasama dengan pihak kedua seperti negara atau organisasi internasional sebagai solusi untuk pemecahan masalah yang mereka miliki, kerjasama yang dilakukan ini disebut dengan kerjasama internasional. Kerjasama internasional adalah hubungan yang dilakukan oleh suatu negara dengan negara lain yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan untuk kepentingan negara-negara di dunia. (Ferdiawan, 2014) Dalam kasus kejahatan transnasional penyelundupan narkoba di perbatasan Indonesia dan Malaysia di Kalimantan, hubungan yang dilakukan adalah hubungan Indonesia dan Malaysia secara bilateral hubungan bilateral ini melibatkan instansi-instansi didalam pemerintahan kedua negara yang yang memang instansi ini menagani masalah kriminal dan hukum maupun HAM di dua negara tersebut, dalam membentuk hubungan kerjasama ini kedua negara memiliki tujuan misalnya memenuhi kebutuhan keamanan bagi masyarakat di dua negara karena ancaman dari kejahatan narkoba yang marak terjadi, hasil dari kerjasama yang dilakukan ini

bukan hanya dinikmati oleh dua negara ini saja tetapi juga negara lainnya misalnya negara-negara yang tetangga karena membantu menghambat proses kejahatan tersebut agar tidak menyebar kenegara lainnya. Dalam masalah masalah kejahatan internasional seperti penyelundupan narkotika perbatasan Kalimantan, Indonesia tidak bisa bekerja secara sendiri, Indonesia harus membangun kerjasama dengan negara yang bersangkutan seperti Malaysia yang memiliki masalah yang sama dengan Indonesia karena letak geografis yang dekat dan berbatasan langsung dengan Indonesia di daerah yang rawan terjadi kejahatan transnasional yang sama dengan Indonesia, serta perlunya kerjasama ASEAN sebagai organisasi kawasan regional yang menaungi kedua negara tersebut, serta perlu mengambil andil dalam kerjasama dengan negara-negara tersebut karena bersangkutan dengan keamanan kawasan ASEAN. Dalam suatu kerjasama internasional akan bertemu berbagai macam kepentingan nasional dari berbagai negara dan bangsa yang tidak dapat dipenuhi di dalam negerinya sendiri Dengan kata lain kerjasama dapat terbentuk karena kehidupan internasional yang meliputi berbagai bidang seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial, lingkungan hidup, kebudayaan, pertahanan, dan keamanan. Hal tersebut memunculkan kepentingan yang beraneka ragam sehingga mengakibatkan berbagai masalah sosial. Untuk mencari solusi atas berbagai masalah tersebut maka beberapa negara membentuk suatu kerjasama internasional. Definisi Kerjasama Internasional William D Coplin: Kerjasama yang awalnya terbentuk dari satu alasan dimana negara ingin melakukan interaksi rutin yang baru dan lebih baik bagi tujuan bersama.interaksi-interaksi ini sebagai aktifitas pemecahan masalah secara kolektif. (Simamora, 2016) Kerjasama menurut William D Coplin ini menjelaskan bahwa kerjasama internasional awalnya terbentuk dari sebuah alasan dari negara dalam melakukan interaksi

Hipotesa yang baru dan lebih baik bagi tujuan bersama guna melakukan pemecahan masalah yang secara kolektif, dalam kasus ini kerjasama yang terbentuk adalah dalam menangani kasus penyelundupan narkoba yang terus berkembang karena pengaruh globalisasi, yang berlangsung baik itu bilateral, regional atau lebih luas lagi lewat lembaga maupun wadah yang memang di khususkan dalam penanganan kasus kejahatan narkoba tersebut guna mencapai pemecahan kasus bersama. Yang artinya dalam kasus kejahatan transnasional penyeludupan narkoba di perbatasan Indonesia di kalimantan Indonesia berusaha membangun interaksi baru berupa kerjasama baik secara bilateral dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, regional atau pun global bersama dengan ASEAN dan wadah-wadah yang telah disediakan sesuai dengan bidang masingmasing, Kerjasama ini dilakukan dengan tujuan menciptakan aktifitas atau gerakan yang berguna untuk memecahkahkan dan menaggulangi kejahatan transnasional penyelundupan Narkoba di perbatasan di perbatasan Indonesia dan Malaysia di Kalimantan. Dari beberapa penjelasan latar belakang dan kerangka kosep diatas dapat diambil kesimpulan sementara: Dalam masalah penanggulangan kasus penyelunduan narkoba di perbatasan Indonesia dan Malaysia di pulau Kalimantan, kebijakan yang dilakuakan Indonesia adalah Indonesia membentuk kerjasama dengan berbagai pihak, kerjasama yang dilakukan terdiri dari kerjasama dengan, UNODC, ASOD, dan Malaysia. Metode Penelitian Dalam sebuah penelitian tentunya memiliki tatacara dalam untuk memperoleh sumber-sumber informasi guna melengkapi penelitian tersebut agar penelitian tersebut

menjadi valid atau terbukti dalam keakuratan dalam penelitian dalam penelitian ini penulis akan mempaparkan metode penelitian yang penulis lakukan sebagai berikut: 1. Tipe Penelitian Adapun tipe penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif yakni menggambarkan, mencatat, menganalisis serta menginterpretasikan perkembangan dan upaya yang dilakukan oleh Indonesia dalam melakukan penanganan lewat kerjasama dengan UNODC, ASEAN dan Malaysia dalam menagani kasus kejahatan Transnasional penyelundupan Narkoba diperbatasan Indonesia dan Malaysia di Kalimantan. Guna menjaga keaman dan kenyamanan dari segenap warga Indonesia. 2. Teknik Pengumpulan Data Data penelitian ini penulis diperoleh dari studi pustaka (Library Research) dengan cara mengumpulkan berbagai materi yang berkaitan dengan judul penelitian ini dari berbagai sumber yang berupa buku-buku, dokumen-dokumen, surat kabar, jurnal ilmiah, majalah, dan situs internet, yang berhubungan erat dengan kasus kejahatan transnasional diperbatasan Indonesia dan Malaysia di Kalimantan terutama yang membahasan penyelundupan narkotika. 3. Jenis Data Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa hasil analisis dari berbagai literatur seperti: buku-buku yang relevan, dokumen, jurnal, makalah, dan tulisan-tulisan pada berbagai website serta media social yang memang bnyak membahas kasus yang penulis tulis.

4. Teknik Analisis Data Dalam untuk menganalisis data yang diperoleh penulis akan menganalisis dengan menggunakan teknik analis deskriptif kualitatif yang mana teknik ini akan menganalisis data yang diperoleh yang akan di sajikan dalam bentuk-bentuk lissan dan tertulis oleh penulis, Teknik ini bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis fakta-fakta dan data-data yang diperoleh, serta hasil-hasil penelitian untuk kemudian memperjelas gambaran hasil penelitian. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Bab 1 ini menjadi proposal dan pendahuluan dari penelitian yang akan penulis teliti yang mana pendahuluan ini akan menjadi kerangka bagi penelitian penulis untuk menulis isi dari Bab-bab selanjutnya dan menjadi patokan dari penelitian yang akan penulis tulis pada Bab lainnya BAB II Gambaran Umum Penyebaran Narkoba di Kawasan Asia Tenggara Pada Bab 2 ini mengulas kawasan Asia Tenggara (ASEAN) yang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan maraknya penyelundupan narkoba di Indonesia dikarenakan berbagai macam sebab seperti posisi kawasan ASEAN yang strategis sebagai pasar narkoba internasional dan posisi Indonesia yang berada di kawasan Asia tenggara yang menjadi sasaran penyelundupan narkoba akibat banyak kekurangan dari sitem penjagaan dan lainnya yang berada di Indonesia. BAB III Kondisi perbatasan Indonesia dan Malaysia di kalimatan Pada Bab 3 ini membahas kondisi perbatasan Indonesia dan Malaysia di Kalimantan dan masalah-masalah yang ditimbulkan oleh penyelundupan narkoba dan penyebab

maraknya penyelundupan narkoba di perbatasan Indonesia dan Malaysia di Kalimantan yang berda di tiga provinsi dan kabupaten-kabupaten di provinsi-provinsi tersebut yang berbatasan langsung dengan Malaysia. BAB IV Upaya Kerjasama Yang Dilakukan Dalam Menangani dan Mengurangi Dampak Penyelundupan Narkoba di Perbatasan Kalimanatan: Dalam Bab IV yang merupakan isi dari penelitian akan membahas tentang kerjasama-kerjasama yang dilakukan oleh Indonesia yang meruapakan solusi bagi Indonesia dalam menangani kasus-kasus penyelundupan narkotika di Indonesia dan perbatasan Indonesia dan Malaysia terutama yang berda di Kalimantan, yang mana dalam penanganan kasus-kasus tersebut Indonesia membentuk tiga skala kerjasama yang bertujuan untuk penanganan penyelundupan dan dampak narkoba yang terjadi di Indonesia. BAB V Pada Bab V ini meruapakan rangkuman dari Bab-bab sebelumnya yang menjadi kesimpulan dari penelitian atau skripsi yang penulis tulis, ditambah pada BAB ini juga berisi daftar pustaka dari penelitian ini yang merupakan sumbersumber bukti referensi dari skripsi ini sebagai bukti data-data tersebut merupakan data yang didapat dengan sumber yang valid dan legal.