BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

dokumen-dokumen yang mirip
Musha>rakah di BMT MUDA Kedinding Surabaya

Pada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat

BAB IV. A. Tinjauan terhadap Sewa Jasa Penyiaran Televisi dengan TV Kabel di Desa Sedayulawas

BAB II. terhadap suatu usaha yang nantinya keuntungan serta kerugian dibagi sesuai

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK BAGI HASIL DENGAN PEMBAGIAN TETAP DARI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DI KJKS KUM3 RAHMAT SURABAYA

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

Bagi YANG BERHUTANG. Publication: 1434 H_2013 M. Download > 600 ebook Islam di PETUNJUK RASULULLAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB IV. Sejalan dengan tujuan dari berdirinya Pegadaian Syariah yang berkomitmen

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK SIMPAN PINJAM PEREMPUAN PADA PNPM MP DI DESA IMA AN KECAMATAN DUKUN KABUPATEN GRESIK STUDI ANALISIS KOMPILASI HUKUM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

s}ahibul ma>l. Yang digunakan untuk simpanan dengan jangka waktu 12 (dua belas)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK SIMPANAN WADI AH BERJANGKA DI BMT TEGAL IJO DESA GANDUL KECAMATAN PILANGKENCENG KABUPATEN MADIUN

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

KITAB KELENGKAPAN BAB DZIKIR DAN DO'A

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KETENTUAN PEMBIAYAAN KREDIT SINDIKASI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

Kaidah Fiqh PADA DASARNYA IBADAH ITU TERLARANG, SEDANGKAN ADAT ITU DIBOLEHKAN. Publication: 1434 H_2013 M

DANA TALANGAN H A J I. خفظ اهلل Oleh: Ustadz Dr. Erwandi Tirmidzi, MA. Publication: 1433 H_2012 M DANA TALANGAN HAJI

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

Qawa id Fiqhiyah. Pertengahan dalam ibadah termasuk sebesar-besar tujuan syariat. Publication: 1436 H_2014 M

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO MENURUT PRINSIP NILAI EKONOMI ISLAM

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGUPAHAN DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO. Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB IV. A. Analisis terhadap Sistem Bagi Hasil Pengelolaan Ladang Pesanggem Antara

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Hijab Secara Online Menurut Hukum Islam

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain agar mereka tolong-menolong dalam semua kepentingan hidup

GHARAR Dalam Transaksi KOMERSIAL

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

Syarah Istighfar dan Taubat

BAB I PENDAHULUAN. Diantara larangan Allah yang tertulis di Al-Qur an adalah tentang larangan

Mengabulkan DO A Hamba-Nya

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada fungsi sosial LAZ, Baznas, dan lembaga pengelola wakaf.

HambaKu telah mengagungkan Aku, dan kemudian Ia berkata selanjutnya : HambaKu telah menyerahkan (urusannya) padaku. Jika seorang hamba mengatakan :

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB II KONSEP KOPERASI DAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH

Hadits-hadits Shohih Tentang

Pembiayaan Multi Jasa

BAB I PENDAHULUAN. agama. Sistem ekonomi Islam merupakan suatu sistem ekonomi yang

MUD{A<RABAH DALAM FRANCHISE SISTEM SYARIAH PADA KANTOR

BAB II LANDASAN TEORI. A. Konsep Akad Bai Bitsaman Ajil dalam Fiqh Muamalah

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

KEWAJIBAN PUASA. Publication: 1435 H_2014 M. Tafsir Surat al-baqarah ayat

KAIDAH FIQH. Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

Solution Rungkut Pesantren Surabaya Perspektif Hukum Islam

BAB III PANDANGAN DAN ANALISIS DESI SRI WULANDARI TERHADAP SANKSI ATAS KETERLAMBATAN PEMBAYARAN Al-AL-QARD{ AL-H{ASAN

BAB 1V ANALISIS DATA. A. Analisis Sistem Pemberian Komisi Penjualan Kepada SPB (Sales Promotion Boy) Di Sumber Rizky Furniture Bandar Lampung

BAB IV PENERAPAN AKAD BAYʽ BITHAMAN AJIL DALAM PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA BANYUATES SAMPANG MADURA

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB I PENDAHULUAN. berupa uang atau barang yang akan dibayarkan diwaktu lain sesuai dengan

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

TAFSIR SURAT AL-QAARI AH

BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]:

BULUGHUL MARAM KITAB SHIYAM

Berkompetisi mencintai Allah adalah terbuka untuk semua dan tidak terbatas kepada Nabi.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI DALAM JUAL BELI ANAK BURUNG

BAB IV STUDI ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG APLIKASI RETENSI CO ASURANSI SYARI AH DI PERUSAHAAN ASURANSI PT. TAKA>FUL INDONESIA DI SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Kaidah Fiqh BERSUCI MENGGUNAKAN TAYAMMUM SEPERTI BERSUCI MENGGUNAKAN AIR. Publication in CHM: 1436 H_2015 M

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB IV ANALISIS PRAKTIK PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

Transkripsi:

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO A. Analisis Penerapan Bagi Hasil dalam Pembiayaan Musha>rakah di BMT An- Nur Rewwin Waru Sidoarjo BMT adalah salah satu lembaga keuangan syariah mikro yang yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil dengan tujuan menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro serta untuk mengangkat kualitas usaha ekonomi khususnya bagi kesejahteraan anggota dan masyarakat. BMT An- Nur Rewwin Waru Sidoarjo adalah salah satu lembaga keuangan syariah yang berorientasi pada penghimpun dana anggota dan calon anggota serta menyalurkannya pada sektor ekonomi yang halal dan menguntungkan. Pembiayaan musha>rakah adalah salah suatu pembiayaan kerjasama antara BMT dengan anggota yang mana keuntungan serta kerugian dibagi secara proposional sesuai dengan kesepakatan. Keuntungan atau bagi hasil adalah pembagian atas hasil usaha yang telah dijalankan. Bagi hasil yang sesuai dan adil merupakan tujuan yang utama dalam pembiayaan musha>rakah di BMT AN-Nur Rewwin Waru Sidoarjo. Selain itu pembagian proporsi bagi hasil atau nisbah juga bisa menjadi ketetapan yang adil bagi kedua belah pihak, BMT maupun anggota. Dalam prakteknya BMT An-Nur Rewwin Waru Sidoarjo dalam menentukan bagi hasil pada pembiayaan musha>rakah haruslah disepakati 61

62 bersama, jelas tertuang di akad perjanjian serta tidak saling memberatkan. Pengembalian modal atau angsuran yang dibayarkan setiap bulan yang mana disertai pembagian hasil usaha perhitungannya ditentukan sesuai proyeksi keuntungan dikali dengan modal awal sampai akad itu berakhir. Porsi dana yang ditetapkan BMT dalam pembiayaan musha>rakah adalah 40:60 yang mana 40% untuk BMT dan 60% untuk nasabah. Namun terkadang porsi tersebut dapat berubah-ubah sesuai kesanggupan dan kesepakatan antar keduanya. Seperti pembiayaan yang dilakukan oleh bapak Jurianto, yang mana beliau memerlukan dana untuk usaha dagang baksonya dan melakukan pengajuan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Waru Sidoarjo. Dalam perjanjian awal akad pembagian prosentase keuntungan adalah 40:60 (40% untuk BMT dan 60% untuk nasabah) dari BMT yang telah disetujui oleh bapak jurianto untuk bagi hasil yang akan dikembalikan atau yang akan dibayarkan per bulannya. Bapak Jurianto mengajukan pembiayaan sebesar Rp. 4.000.000,00 pembayaran diangsur selama jangka waktu 10 bulan dengan perhitungannya sebagai berikut: 1. Modal dari BMT Rp. 4.000,000,00 dengan jangka waktu 10 bulan. 2. Bagi hasil yang diberikan BMT 3/100 x Rp. 4.000,000,00 = Rp. 120.000,00 per bulannya. 3. Angsuran pokok anggota Rp. 4.000.000,00 : 10 (angsuran pinjaman) = Rp. 400.000,00 per bulannya.

63 4. Jumlah yang harus dibayar per bulan Rp. 120,000.00 (bagi hasil) + Rp. 400.000,00 (angsuran pokok) = Rp.520.000,00 Per bulan sampai selesai akad. Akad pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Waru Sidoarjo ini dalam menentukan prakiraan atau bagi hasil salah satunya menggunakan prinsip sukarela sesuai kesepakatan angtara BMT dengan anggota atau nasabah. Jika margin bagi hasil yang ditetapkan oleh BMT dirasa terlalu memberatkan untuk anggota, anggota atau nasabah bisa mengajukan keringanan untuk nisbah bagi hasil yang akan diberikan. Misalnya pembiayaan yang diajukan bapak Faiz untuk usaha kedai kopi sejumlah Rp. 5.000.000,00 diangsur selama 8x dibayar per bulannya dengan nisbah 40:60 (40% untuk BMT, 60% Untuk Anggota) dengan perhitungan sebagai berikut: 1. Modal dari BMT Rp. 5.000.000,00 dengan jangka waktu 8 bulan. 2. Bagi hasil yang diberikan BMT 2.75/100 x Rp. 5.000.000,00 = Rp. 137. 500,00 per bulannya. 3. Angsuran pokok perbulannya Rp. 5.000.000,00 : 8 (angsuran pinjaman) = Rp. 625.000,00 per bulannya. 4. Jumlah yang harus dibayar per bulan Rp. 137.500,00 (bagi hasil) + Rp.625.000,00 (angsuran pokok) = Rp. 762.500,00per bulannya sampai selesai akad. Ada berberapa faktor penentu sebelum dilakukannya pembagian hasil atau laba usaha yang dijalankan anggota BMT An-Nur Rewwin yaitu:

64 1. Jenis Usaha Jenis usaha anggota adalah tolak ukur pertama yang digunakan BMT untuk pembiayaan musha>rakah dimana usaha apa yang akan dikelola anggota untuk mengembangkan dana pinjaman, dengan nisbah bagi hasil 40:60 (40% untuk BMT, 60% untuk anggota. 2. Modal Usaha Modal usaha anggota adalah nilai yang diberikan BMT kepada anggota untuk usahanya yang mana dengan nilai tersebut BMT akan menetapkan bagi hasil yang ditentukan. 3. Laba Usaha Anggota Laba usaha anggota adalah keuntunga yang diberikan anggota setelah perputaran dana dari hasil usaha. 4. Karakteristik Anggota Karakteristik anggota adalah meliputi pengalaman kerja yang dimiliki oleh anggota. Tekun serta bagaimana usaha anggota dalam pengembangan bisnis yang dijalankan. 5. Kapabilitas Anggota Kapabilitas anggota adalah kompetensi yang dimiliki oleh anggota yang meliputi skill atau kemampuan usaha dengan baik serta berkompeten dalam bidangnya.

65 6. Prospektif Usaha Anggota Prospektif usaha anggota haruslah tepat sasaran sesuai dengan kemampuan serta tujuan awal penentuan usaha anggota. Pemilihan usaha yang tepat dan keinginan apa yang akan dijalankan oleh anggota. Faktor penentu diatas merupakan faktor penetapan bagi hasil dalam pembiayaan musha>rakah yang digunakan BMT An-Nur Rewwin Waru Sidoarjo. Adapun jika salah satu faktor tersebut tidak dimiliki ataupun belum dimiliki anggota maka pihak BMT akan terjun langsung ke lapangan untuk memastikan kebenaran dari usaha anggota. B. Analisis Hukum Islam Terhadap Penerapan Sistem Bagi Hasil Dalam Pembiayaan Musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Waru Sidoarjo Nisbah bagi hasil atau keuntungan adalah suatu hal penting dalam pembiayaan musha>rakah yang nantinya akan diterima oleh BMT An-Nur Rewwin Waru Sidoarjo yang mana selain untuk kesejahteraan masyarakat adalah untuk perkembangan lembaga BMT itu sendiri. Nisbah bagi hasil yang ditetapkan haruslah bersifat adil dan sesuai dengan keuntungan yang dihasilkan dari usaha anggota. Islam mengajarkan berperilaku adil dalam setiap usaha Islam juga mengajarkan kepada umatnya untuk saling membantu dan meringankan beban orang lain. Hal ini telah dilakukan pihak BMT An-Nur Rewwin kepada nasabahnya seperti yang dijelaskan dalam al-qur an surat al-maida>h ayat 2 sebagai berikut:

66 Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-nya. (Q.S al maida>h ayat 2). Dalam prakteknya produk pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Waru Sidoarjo telah membantu masyarakat untuk mengembangkan usaha bisnis yang halal dan menguntungkan, namun juga diimbangi oleh timbal balik nasabah ke BMT dalam pembagian hasil usaha atau laba usaha. BMT An-Nur Rewwin dalam menetapkan nisbah bagi hasil adalah sebesar 40:60 ( 40% untuk BMT, 60% untuk BMT) yang mana nisbah tersebut dapat berubah sesuai kesanggupan dan kesepakatan kedua belah pihak. Perhitungan keuntungan diawal atau taksiran laba keuntungan merupakan tahapan pertama serta patokan yang digunakan pihak BMT kepada nasabah untuk menentukan bagi hasil yang akan diperoleh. Taksiran keuntungan ini dilakukan dengan cara menanyai langsung berapa besar laba yang diperoleh perharinya lalu dikalkulasikan selama satu bulan dan dibayarkan sama di setiap bulannya tanpa mengikuti laju serta perputaran laba keuntungan. Setelah itu pihak BMT akan menawarkan prosentase nisbah bagi hasil dan jika anggota atau nasabah menyetujui sanggup untuk membayar bagi hasil yang ditentukan oleh pihak BMT maka akad bagi hasil telah sah sesuai apa yang menjadi ketentuan perjanjian musha>rakah, yang mana seperti perjanjian yang dilakukan Bapak Jurianto,Bapak Faiz, Ibu Sri, Ibu Suryati, dan Ibu Sunarti.

67 Pembagian porsi keuntungan yang dilakukan pihak BMT adalah sudah sesuai dengan mestinya. Namun dalam teori perbankan syariah hal ini sama dengan penerpan bagi hasil ekonomi konvensional yang mana menetapkan bagi hasil keuntungan tetap tanpa mengikuti perputaran laba keuntungan usaha anggota. Jika BMT hanya mengikuti perputaran keuntungan pada awal bulan saja dan hanya mendapatkan keteranngan taksiran laba dari nasabah maka akan terjadi ketidakstabilan angsuran perputaran usaha. Imam Malik dan Imam Syafi i berpendapat bahwa proporsi keuntungan dibagi dengan mereka menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam akad dan sesuai dengan proporsi modal yang disertakan. 1 Hal ini bukan berarti proporsi yang harus dibagi hanya berpacu pada proporsi awal bulan usaha saja namun perputaran keuntungan yang diperoleh atas usaha tersebut. Keuntungan atau bagi hasil yang diberikan oleh nasabah/anggota pada setiap bulan kepada BMT An-Nur Rewwin waru Sidoarjo sebenarnaya juga tidak diketahui apakah bagi hasil yang diperoleh dari usahanya mengalami keuntungan ataupun kerugian. Karena pihak BMT tidak selalu mengawasi apakah usaha nasabahnya mengalami keuntungan ataupun sebaliknya. Seperti pendapat oleh Muhammad Al-Shyarbini al- Khatib bawasanya Shirkah adalah ketetapan hak pada sesuatu untuk dua orang atau lebih dengan cara yang masyhur (diketahui). Diketahui laba 1 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah (Fiqh Muamalah) (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 222.

68 perputaran usaha yang dihasilkan dan diketahui peningkatan hasil usaha yang dijalankan. Dengan diketahuinya perputaran usaha akan lebih meringankan anggota dalam angsuran pembiayaan bagi hasil Musha>rakah. Meskipun dalam konteks ini pihak BMT tidak mau ambil resiko jika suatu saat terjadinya kredit mancet dikarenakan mengikuti naik turunnya laba usaha adalah alasan mengapa BMT An-Nur Rewwin menetapkan perhitungan tetap pendapatan usaha pada pembiayaan musha>rakah ini. Dalam kaidah fiqh yang dijelaskan penulis di bab sebelumnya bahwa: د ر أ ال م ف اس د أ و ل ى ع ن ج ل ب ال م ص ال ح Menolak kerusakan lebih diutamakan dari pada menarik kemaslahatan. 2 Sesuai dengan kaidah fiqh diatas yang mana menolak kerusakan lebih diutamakan dari pada menarik kemaslahatan. Tolong-menolong dan saling membantu yang dilakukan BMT untuk memberikan suatu pinjaman usaha adalah suatu kemaslahatan, namun jika tidak diimbangi dengan bagi hasil yang sesuai dengan hukum Islam maka akan terjadi suatu kerusakan pada perputaran sistem ekonomi. Hal ini sesuai dengan kaidah menolak kerusakan lebih diutamakan dari pada menarik kemaslahatan. Berkembangnya produk pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Waru Sidoarjo yang dilakukan oleh bapak Jurianto,bapak Faiz, ibu sri, ibu suryati dan ibu sunarti yang mana terdapat kesepakatan-kesepakatan 2 A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih; Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalahmasalah yang Praktis (Jakarta : Kencana, 2006), 80.

69 yang merugikan salah satu pihak walaupun salah satu pihak tersebut menerima kesepakatan dalam perjanjian yang dilakukan. Sesuai firman Allah dalam Q.S As-Sha>d Ayat 24: Dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. (Q.S Sha>d ayat 24) Pembiayaan bagi hasil musha>rakah yang ditetapkan BMT An-Nur Rewwin Waru Sidoarjo sudah sesuai dengan syariat hukum Islam yang mana 40:60 (40% untuk BMT dan 60% untuk anggota), 3 namun prosentase bagi hasil tersebut bukan menjadi patokan keseluruhan angsuran usaha selama perjanjian tetapi prosentase tersebut sebagai patokan keuntungan perputaran usaha pada setiap bulannya. Musha>rakah adalah salah suatu pembiayaan penunjang stabilitas ekonomi umat Islam dan diperbolehkan oprasionalnya sesuai hadist riwayat Abu Dawud sebagai berikut: ع ن أ ب ي ه ر ي ر ة رضي اهلل عنه ق ال : ق ال ر س ول ا لل ه صلى اهلل عليه وسلم (ق ال ا لل ه : أ ن اث ال ث ك ي ن م ال م ي خ ن أ ح د ه م ا ص اح ب ه, ف إ ذ ا خ ان خ ر ج ت م ن ب ي ن ه م ا( ر و اه أ ب و د او د, و ص ح ح ه ا ل ح اك م ا لش ر ي Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Allah berfirman: Aku menjadi orang ketiga dari dua orang yang bersekutu selama salah 3 Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana, 2011), 181.

70 seorang dari mereka tidak berkhianat kepada temannya. Jika ada yang berkhianat, aku keluar dari (persekutuan) mereka. (Hadist Riwayat Abu Dawud dan dinilai shahih oleh Hakim. Hadits No. 903). 4 Dari segi pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Waru Sidoarjo keuntungan modal awal merukapan hal yang terpenting dalam penentuan bagi hasil besarnya nisbah yang akan diproyeksikan. Namun apabila BMT An-Nur Rewwin hanya mengacu pada perhitungan ataupun taksiran keuntungan awal bulan tanpa melihat perputaran laba usaha setelahnya akan terjadi penetapan yang akan memberatkan anggota karena laba yang disetorkan haruslah sesuai dengan prosentase awal bulan tersebut. Sistem ini pula yang dipakai pada perbankan konvensional dalam menerapkan bagi hasil keuntungan usaha, yang mana tanpa mengikuti laju perputaran pembiayaan usaha. Dari penetapan inilah anggota akan merasa terbebani dalam bagi hasil yang akan disetorkan ke BMT. Seperti halnya Bapak jurianto sebagai pedagang bakso yang setiap bulannya harus menyetorkan angsuran pokok beserta bagi hasil Rp. 762.500,00 per bulannya sampai selesai akad, tanpa adanya perhitungan setelahnya. Jika bualan Agustus bapak jurianto menyetorkan Rp. 762.500,00 sesuai keuntungan bulan itu, namun pada bulan september laba yang dihasilkan tidak sesuai dengan proyeksi awal perjanjian, tentu saja akan sangat memberatkan bapak jurianto dalam angsuran musha>rakah ini. Karena tidak semua usaha berjalan lancar sesuai dengan apa yang diharapkan (ditaksir sebelumnya) Begitupula dengan nasabah lainnya. 4 Bulughu>lmara>m kitab Jual Beli Bab Shirkah dan Wakalah Hadist No 903.

71 Peneliti juga membahas bawasanya bagi hasil akad musha>rakah ini bukan mengacu pada perhitungan prakiraan awal saja namun, sesuai dengan laporan siklus perputaran laba keuangan anggota/nasabah perbulannya tetapi tetap menggunakan prosentase perjanjian awal (40% untuk BMT dan 60% untuk anggota). Dalam perjanjian pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Waru Sidoarjo apabila diterapkan pendapatan yang hanya mengacu pada pembiayaan awal bulan tanpa melihat perputaran naik turunnya laba usaha, maka akan menjadi tidak sahnya akad musha>rakah karena pendapatan tetap ini sangat memberatkan dan tidak sesuai dengan hukum Islam yang mana mengacu pada perputaran usaha anggota. Karena bagi hasil musha>rakah tidaklah harus sama setiap bulannya, adapun mengikuti laba usaha yang telah dijalankan. Serta dapat merugikan pihak BMT itu sendiri karena jika terjadi kenaikan keuntungan laba usaha, BMT akan lebih banyak mendapatkan keuntungan dari perjanjian pembiayaan musha>rakah sesuai dengan perjanjian.