I. PENDAHULUAN. kegiatan usaha yang banyak bermunculan. Kegiatan usaha terbagi menjadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi menunjukkan capaian yang cukup menggembirakan akhirakhir. persen, sebagaimana tersaji dalam tebel berikut ini.

III. METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 62

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA

I. PENDAHULUAN. perekonomian. Kebutuhan masyarakat yang tinggi terhadap sektor masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. bukan suatu kebutuhan namun pada saat sekarang dapat menjadi suatu

Penerapan Klausula Baku Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perusahaan dirumuskan dalam Pasal 1 huruf b Undang-Undang Nomor

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat bertahan hidup sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak cukup pesat bagi perkembangan pertumbuhan dan perekonomian dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat salah satunya adalah SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Di

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU USAHA TERHADAP MIRAS TIDAK BERLABEL DI LIHAT DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan perlindungan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

BAB I PENDAHULUAN. tentang kecelakaan lalu lintas, bahkan pemberitaan tentang kecelakaan lalu lintas

SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR

PELAKSANAAN PENGAWASAN PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU OLEH BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN DI KOTA PADANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. angkutan yang tertib, nyaman, cepat, lancar dan berbiaya murah. 1

I. PENDAHULUAN. Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

A. Pengertian konsumen dan perlindungan konsumen. Istilah konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau

BAB II PENGERTIAN PELAKU USAHA, KONSUMEN, DAN PENGOPLOSAN. Konsumen menentukan bahwa pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

Tanggung Jawab Penjual/ Pelaku Usaha Dalam Transaksi Jual Beli Terhadap Kelebihan Pembayaran Menurut Peraturan Perundang Undangan Di Indonesia.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN JASA TRANSPORTASI ONLINE UBER DAN GRAB DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN PELAKU USAHA DALAM KONTEKS PERLINDUNGAN KONSUMEN. iklan, dan pemakai jasa (pelanggan dsb).

BAB IV ANALISIS HAK KEAMANAN PENGGUNA JALAN TOL DARI KABUT ASAP KEBAKARAN LAHAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PP NO 15 TAHUN

selamat, aman, tertib, lancar, dan efisien, serta dapat

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah, Imam Baehaqi, dkk, 1990, Menggugat Hak: Panduan. Konsumen bila dirugikan, YLKI Jakarta

I. PENDAHULUAN. pesat saat ini. Peningkatan ini dapat dilihat dari semakin tingginya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dibidang perindustrian dan perdagangan nasional telah. Mayoritas konsumen Indonesia sendiri adalah konsumen makanan, jadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Adi Setiawan Nurpratama, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi adalah salah satu bidang kegiatan yang sangat vital dalam

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa latin testamentum,

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap fasilitas-fasilitas umum dan timbulnya korban yang meninggal dunia.

Standar Kompetensi Lulusan. Mengemudi

BAB I PENDAHULUAN. yang melindungi kepentingan konsumen 1. Adapun hukum konsumen diartikan

PENERAPAN ALASAN PEMAAF DAN PEMBENAR TIDAK DAPAT DILAKSANAKANNYA SUATU PRESTASI OLEH DEBITOR DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN

POTENSI KEJAHATAN KORPORASI OLEH LEMBAGA PEMBIAYAAN DALAM JUAL BELI KENDARAAN SECARA KREDIT Oleh I Nyoman Gede Remaja 1

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Artinya, perlindungan menurut hukum dan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari manusia pasti saling membutuhkan satu sama lainnya. Oleh sebab itu diwajibkan

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi dapat memperluas ruang gerak transaksi barang dan/atau jasa. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia baik pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat maupun dari para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA JASA PENGIRIMAN BARANG DALAM HAL KETERLAMBATAN SAMPAINYA BARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian perlindungan konsumen, konsumen dan pelaku usaha. menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999

BAB II TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PDAM TIRTA MANGUTAMA KABUPATEN BADUNG. 2.1 Tinjauan Umum tentang Perlindungan Konsumen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013

Epidemiologi Kecelakaan Lalu Lintas PERTEMUAN 9 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya pengguna jasa. yang percaya untuk menggunakan jasa pengangkutan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan

PERLINDUNGAN HUKUM UNTUK KONSUMEN PENGGUNA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi Pasar Tavip Kota Binjai)

ANALISIS HUKUM TENTANG UNDANG-UNDANG RAHASIA DAGANG DAN KETENTUAN KETERBUKAAN INFORMASI DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi

BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen

BAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan pada Pasal

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

BAB I PENDAHULUAN. transportasi, maka lalu lintas dan angkutan jalan harus ditata dalam suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan sarana dan prasarana transportasi itu sendiri.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK)

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Perjanjian dalam Pasal 1313

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN. REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 350/MPP/Kep/12/2001 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta data yang didapatkan

AKIBAT HUKUM ATAS PELANGGARAN MEREK OLEH PIHAK YANG BUKAN PEMEGANG LISENSI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa dan mewujudkan perkembangan nasional juga

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENGGUNA JASA ANGKUTAN TRANS SARBAGITA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

BAB I PENDAHULUAN. Hukum dan ekonomi merupakan dua variable yang tidak dapat dipisahkan dalam

1 Elma Yutiani Hasanah, 2016 HUBUNGAN PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DRILL AND PRACTICE DENGAN KETERAMPILAN PESERTA DIDIK

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mempunyai tiga arti, antara lain : 102. keadilanuntuk melakukan sesuatu. tindakansegera atau di masa depan.

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480]

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan untuk peduli akan hukumnya sangat rendah. Dalam hal ini,

Majelis Perlindungan Hukum (MPH) Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia (ILKI) BAB I KETENTUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB DAN PERJANJIAN JUAL BELI. konsumen. Kebanyakan dari kasus-kasus yang ada saat ini, konsumen merupakan

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian saat ini semakin pesat, hal ini diakibatkan oleh kegiatan usaha yang banyak bermunculan. Kegiatan usaha terbagi menjadi beberapa bidang, yaitu bidang pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya. Kegiatan usaha tersebut menghasilkan barang dan/atau jasa yang bervariasi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Kegiatan usaha di bidang pendidikan terbagi dalam beberapa jenis, yaitu jenis pendidikan formal, pendidikan nonformal dan pendidikan informal. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang tersturuktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pada pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat terlaksana secara terstruktur dan berjenjang, sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pasal 26 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk

2 mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal terdiri dari lembaga kurus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim. Pendidikan kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Contoh pendidikan kursus dan pelatihan adalah kursus mengemudi mobil, kursus memasak, kursus menjahit, kursus bahasa asing, kursus komputer, kursus menari dan sebagainya. Di Kota Bandar Lampung pendidikan kursus dan pelatihan yang semakin berkembang adalah kursus mengemudi mobil. Berkembangnya kursus mengemudi mobil ini dikarenakan banyak diminati konsumen. Minat konsumen sebagian besar berjenis kelamin wanita karena dalam kehidupan sehari-hari konsumen ini pada dasarnya memiliki kendaraan mobil namun tidak bisa mengemudikannya. Tidak bisa mengemudikan mobil disebabkan karena berbagai faktor, diantaranya faktor dari dalam diri sendiri yang memiliki rasa takut akan mengemudi mobil, faktor pengetahuan yang minim tentang cara mengemudi mobil yang baik dan benar, dan faktor lainnya. Faktor inilah yang membuat konsumen tertarik untuk belajar melalui kursus mengemudi mobil. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Mengemudi mengatur tentang pendidikan kursus mengemudi mobil tersebut, dimana pendidikan kursus mengemudi dapat diselenggarakan oleh Badan Hukum Indonesia, Koperasi atau Warga Negara Indonesia. Di Kota Bandar Lampung penyelenggara pendidikan kursus mengemudi mobil berbentuk Perusahaan

3 Perseorangan. Perusahaan Perseorangan merupakan perusahaan swasta yang didirikan dan dimiliki oleh pengusaha perseorangan. Kota Bandar Lampung terdapat 8 (delapan) perusahaan jasa kursus mengemudi mobil, diantaranya Princess, KING S JAYA, Widi Mandiri, Arjuna, Adila, Gajah Mada, Gemilang, dan Insani Jaya. Delapan perusahaan jasa kursus mengemudi mobil tersebut tidak hanya memberikan pendidikan jasa kursus mengemudi mobil saja, namun memberikan jasa lain, yaitu jasa pengurusan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK), Mutasi, Biaya Balik Nama (BBN), Biaya Balik Nama (BBN) kendaraan baru, dan sebagainya. Namun yang menjadi pembahasan dalam penelitian adalah jasa kursus mengemudi mobil. Kursus mengemudi mobil dapat diartikan sebagai bimbingan pendidikan belajar terkait keterampilan dalam mengemudikan mobil. Tujuannya adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada pengguna jasa kursus mengemudi mobil dalam berlalu lintas dan angkutan jalan, terampil, disiplin dan bertanggung jawab, serta bertingkah laku dan bersikap mental yang baik dalam berlalu lintas jalan. Hukum Perlindungan Konsumen pengguna jasa kursus mengemudi mobil diartikan sebagai konsumen, pengertian konsumen dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain tidak untuk diperdagangkan. Sedangkan penyelenggara kursus mengemudi mobil adalah pelaku usaha, dimana dalam Pasal 1 angka 3 pelaku usaha diartikan setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan

4 dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersamasama melalui perjanjian menyelenggarkan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Pada prakteknya konsumen yang ingin menggunakan jasa kursus mengemudi mobil dapat datang langsung ke Perusahaan Perseorangan Princess di Kota Bandar Lampung, selanjutnya konsumen tersebut dapat mengawali dengan melakukan pendaftaran. Dalam pengisian formulir pendaftaran konsumen mengisi data diantaranya mengisi identitas nama, kendaraan yang dipilih, dan waktu bimbingan yang dipilih. Formulir pendaftaran tersebut sekaligus dijadikan kartu belajar untuk pelaksanaan pelatihan kursus mengemudi mobil. Maka kartu belajar merupakan bukti perikatan yang pernah terjadi antara konsumen dan perusahaan jasa kursus mengemudi mobil Princess. Perikatan dalam hukum perdata adalah hubungan hukum yang terjadi di antara 2 (dua) orang atau lebih, yang terletak dalam harta kekayaan, dimana pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu. 1 Perikatan dapat bersumber dari sebuah perjanjian dan juga bersumber dari undang-undang. Selanjutnya setelah terjadi hubungan hukum antara konsumen dan perusahaan jasa kursus mengemudi mobil maka terdapat akibat hukum. Akibat hukum tersebut berupa hak dan kewajiban antara konsumen dan pelaku usaha. Hak dan kewajiban pelaku usaha bertimbal balik dengan hak dan kewajiban konsumen. Ini berarti hak bagi konsumen adalah kewajiban yang harus dipenuhi 1 Mariam Darus Badrulzaman et.al., Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm 1.

5 oleh pelaku usaha. Demikian pula dengan kewajiban konsumen merupakan hak yang akan diterima pelaku usaha. 2 Hak dan kewajiban tersebut pengaturannya terdapat dalam Pasal 4-7 Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Secara umum dikenal ada 4 (empat) hak dasar konsumen, yaitu hak untuk mendapatkan keamanan (the right to sefety), hak untuk mendapatkan informasi (the right to safety), hak untuk memilih (the right to choose), hak untuk didengar (the right to be heard). 3 Hak pelaku usaha antara lain hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan, hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik, hak untuk melakukan pembelaaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen, hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan, dan hak-hak yag diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan lainnya. Salah satu hak dari konsumen ialah berhak mengikuti pelatihan kursus mengemudi mobil sesuai dengan jadwal yang ditentukan dan dalam proses kursus tersebut konsumen didampingi oleh instruktur. Instruktur sebagai orang yang memberikan bimbingan belajaran terkait kemahiran dalam mengemudikan mobil. Konsumen dalam proses belajar mengemudi mobil yang didampingi instruktur ini akan dihadapkan dengan peristiwa tidak terduga. Peristiwa tersebut salah satunya terjadi kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas dalam Undang-Undang No. 2 M. Sadar, et.al., Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Penerbit Akademi, Kembangan Utara-Jakarta Barat, 2012, hlm 65. 3 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm 30-31.

6 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan diartikan sebagai peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda. Kecelakaan dibedakan dalam beberapa golongan, yaitu kecelakaan lalu lintas ringan, kecelakaan lalu lintas sedang, dan kecelakaan lalu lintas berat. Tentunya, apabila terjadi kecelakaan pihak konsumen tidak ingin mengalaminya, karena kejadian kecelakaan lalu lintas tersebut identik dengan kerugian. Kerugian dapat berupa kerugian secara materil dan imateril. Dengan adanya kerugian akibat kecelakaan terjadi tersebut, maka masalah yang akan timbul siapa yang bertanggung jawab atas kerugian kecelakan yang terjadi, serta bagaimana tanggung jawab dan bentuk pertanggungjawaban atas kerugian tersebut. Hal ini dikarenakan konsumen merupakan pengguna dari jasa kursus mengemudi mobil pada Perusahaan Perseorangan Princess, dan Perusahaan Perseorangan Princess sebagai pelaku usaha menunjuk instrukturnya untuk mendampingi konsumen dalam proses bimbingan belajar mengemudi mobil. Serta apakah konsumen bahkan pihak lain yang juga mengalami kerugian akibat kecelakaan lalu lintas dapat menuntut kerugian kepada Perusahaan Perseorangan Princess karena bukti dari hubungan hukum yang terjadi antara konsumen dan perusahaan jasa kursus mengemudi mobil hanya melalui kartu belajar, dimana kartu tersebut tidak mencantumkan secara jelas bagaimana ketentuan apabila terjadi kecelakaan lalu lintas dan untuk pihak lain tidak ada hubungan hukum yang sebelumnya terjadi dengan perusahaan Perusahaan Perseorangan Princess. Kamus Bahasa Indonesia mengartikan tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga tanggung jawab dapat diartikan

7 berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan tanggung jawab dan menanggung akibatnya. Pasal 19 Undang- Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. 4 Tanggung jawab dengan pemberian ganti rugi tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara dengan nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 5 Penelitian ini dilakukan guna menjelaskan tentang tanggung jawab perusahaan jasa kursus mengemudi mobil Princess terhadap kecelakaan lalu lintas setelah terjadinya hubungan hukum antara keduanya. Sehingga terdapat kepastian hukum bagi Konsumen dan Pelaku Usaha, serta solusi hukum yang dapat diberikan apabila muncul permasalahan akibat kecelakaan lalu lintas yang terjadi. Berdasarkan latar belakang di atas penulis mengangkat judul penelitian Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Kursus Mengemudi Mobil Terhadap Kecelakaan Lalu Lintas (Studi Pada Perusahaan Perserorangan Princess di Bandar Lampung) yang akan penulis uraikan pada karya tulis ini. 4 Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, Kencana Prenanda Media Group, Jakarta, 2013, hlm 1. 5 M. Sadar, et.al., Loc.cit.

8 B. Rumusan Masalah Rumusan masalah berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana hubungan hukum yang terjadi antara perusahaan jasa kursus mengemudi mobil Princess dan pengguna jasa kursus mengemudi mobil Princess? 2. Bagaimana tanggung jawab perusahaan jasa kursus mengemudi mobil Princess terhadap kecelakaan lalu lintas? C. Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup permasalahannya adalah: 1. Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup kajian materi penelitian ini adalah ketentuan hukum mengenai tanggung jawab perusahaan jasa kursus mengemudi mobil terhadap kecelakaan lalu lintas pada Perusahaan Perseorangan Princess di Bandar Lampung dengan implementasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Bidang ilmu ini adalah hukum keperdataan, khususnya Hukum Perdata Ekonomi. 2. Ruang lingkup pembahasan Ruang lingkup pembahasan adalah hubungan hukum yang terjadi antara perusahaan jasa kursus mengemudi mobil Princess dengan pengguna jasa kursus mengemudi mobil Princess, dan tanggung jawab perusahaan jasa kursus mengemudi mobil Princess terhadap kecelakaan lalu lintas.

9 D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis hubungan hukum yang terjadi antara perusahaan jasa kursus mengemudi mobil Princess dan pengguna jasa kursus mengemudi mobil Princess. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis tanggung jawab perusahaan jasa kursus mengemudi mobil Princess terhadap kecelakaan lalu lintas. E. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis Kegunaan teoritis penelitian ini adalah sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan ilmu hukum yang berkaitan dengan Hukum Perlindungan Konsumen. 2. Kegunaan Praktis a. Sebagai upaya pengembangan kemampuan dan pengetahuan hukum bagi peneliti, khususnya mengenai tanggung jawab Perusahaan Perseorangan Princess di Bandar Lampung sebagai perusahaan jasa kursus mengemudi mobil terhadap kecelakaan lalu lintas. b. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang memerlukan, khususnya bagi mahasiswa Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung. c. Sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana di Fakultas Hukum Universitas Lampung.