Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. asfiksia, hampir 1 juta bayi meninggal (WHO, 2002). Di Indonesia, dari

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. AKB sejak tahun Pada tahun 1991, diestimasikan AKB sebesar 68 per

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

Hubungan Antara Partus Lama Dan Kondisi Air Ketuban Dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir (Stady Kasus Di Rsud Kota Salatiga Tahun 2012)

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

HUBUNGAN PARITAS DAN RIWAYAT SC DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

FAKTOR KETUBAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU KLATEN TAHUN Sri Wahyuni 1), Titin Riyanti 2)

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan dan pertumbuhan bayi selanjutnya. Salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN PERINATAL DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2014

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA PERIODE NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

PENGARUH UMUR KEHAMILAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

FAKTOR-FAKTOR RESIKO KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN KEHAMILAN GANDA DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

KEHAMILAN LETAK SUNGSANG DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

HUBUNGAN PREMATURITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO TAHUN 2016

HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN UMUR KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RSI SULTAN HADLIRIN JEPARA. Asmawahyunita, Ita Rahmawati, Sri Sundarsih Pasni

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA. Endang Wahyuningsih, Saifudin Zukhri 1

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA DI RSIA NORFA HUSADA BANGKINANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD WATES KULON PROGO

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati*

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KOMPLIKASI PASSENGER PADA IBU BERSALIN DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK. Yayuk Norazizah, Ristitiati, Ummu Latifah

BAB III METODE PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG TAHUN 2009

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

Rendah. Veronica Magdalena Pinontoan 1, Sandra G.J Tombokan 2, 1. RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado 2,3, Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kodrat dari wanita yaitu mengandung, melahirkan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui derajat kesehatan disuatu negara seluruh dunia. AKB di

HUBUNGAN PERSALINAN KALA II LAMA DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU. LAHIR DI RSUD.Dr.H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN Husin :: Eka Dewi Susanti

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DENGAN JUMLAH PERSALINAN DI WILAYAH PUSKESMAS MAMBURUNGAN KOTA TARAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Maolinda et al.,persalinan Tindakan...

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. masih tingginya angka kematian bayi. Hal ini sesuai dengan target Millenium

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DI RSUD ABDOEL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), khususnya bayi kurang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu disebabkan karena abruptio plasenta, preeklampsia, dan eklampsia.

HUBUNGAN KELAINAN LETAK JANIN DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH SEBELUM WAKTUNYA DI KAMAR BERSALIN RSUD DR. IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baru dilahirkan (Saifuddin, 2010:1). Keberhasilan penyelenggaraan. gerakan keluarga berencana (Manuaba, 2010:10).

HUBUNGAN KEHAMILAN POST TERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR SOEDIRMAN KEBUMEN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN

HUBUNGAN HIPERTENSI DAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM

Prevalensi Kejadian Asfiksia Neonatorum Ditinjau Dari Faktor Risiko Intrapartum Di PONEK RSUD Jombang

BAB I PENDAHULUAN. fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI NEONATORUM DI RSUD UNGARAN TAHUN 2014 ABSTRAK

BAB IV METODE PENELITIAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK. Kata kunci: BBLR, kualitas, kuantitas, antenatal care. viii

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN Tri Rahyani Turede NIM

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM

HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RSU MEURAXA BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. adalah kematian ibu dan angka kematian perinatal. Di dunia, setiap menit

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

BAB I PENDAHULUAN. (Fraser, 2009 h. 635). Pada umumnya kehamilan berkembang dengan

Hubungan Antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RS Pendidikan Panembahan Senopati Bantul

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY K GIII P2101 DENGAN POST DATE DI POLI OBGYNE RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN TAHUN 2015

GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASFIKSIA NEONATURUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATALOGI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR. Nofi Yuliyati & Novita Nurhidayati Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

PENELITIAN HUBUNGAN PERSALINAN PRESENTASI BOKONG DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT KABUPATEN LAMPUNG UTARA Yeyen Putriana* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Pada persalinan presentasi bokong dengan cara pervaginam, kelahiran kepala yang lebih lama dari 8 menit setelah umbilicus dilahirkan, akan membahayakan kehidupan janin. Selain itu, bila janin bernafas sebelum hidung dan mulut lahir dapat membahayakan, karena mucus yang terhisap dapat menyumbat jalan nafas. Bahaya asfiksia janin juga terjadi akibat tali pusat yang menumbung. Di RS. M Yusuf Kotabumi Lampung Utara tahun 2012 sebanyak 291 (47,3%) kasus asfiksia dari 615 persalinan, dari 96 kasus presentasi bokong yang mengalami asfiksia 53 orang (55,2%). Tujuan penelitian adalah Mengetahui Hubungan persalinan presentasi bokong dengan kejadian asfiksia bayi baru lahir di RS M. Yusuf Kotabumi Lampung Utara tahun 2013. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan case control. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh bayi baru lahir pada tahun 2012 berjumlah 615 orang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 164 orang 82 untuk kasus dan 82 untuk kontrol. Hasil penelitian didapat Sebagian besar 53,5% ibu bersalin yang tidak mengalami letak sungsang. Sebagian besar 60,5% bayi baru lahir mengalami asfiksia. Terdapat hubungan antara presentasi sungsang (Letak bokong) dengan kejadian asfiksia bayi baru lahir yaitu dapat dilihat dari nilai p.value 0,005. Sedangkan odd rasio/ faktor resiko (OR) yaitu 4,101, artinya ibu yang bersalin dengan presentasi bokong kemungkinan 4,101 kali bayinya mengalami asfiksia bayi baru lahir dibandingkan dengan ibu yang tidak presentasi bokong. Adapun kegiatan yang mungkin dapat dilakukan yaitu penyuluhan tentang pentingnya ANC secara teratur sesuai standar. Untuk dapat mendeteksi secara dini angka kejadian Letak bokong, maka hendaknya ibu hamil selalu memeriksakan kehamilannya kepada tenaga kesehatan yang kompeten agar komplikasi dalam kehamilan dan persalinan dapat dideteksi secara dini dan dapat ditangani segera sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ataupun bayinya. Kata Kunci: Presentasi Bokong, Asfiksia bayi baru lahir. LATAR BELAKANG Indikator untuk menilai derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB). AKB masih tinggi merupakan hambatan utama dalam pencapaian derajat yang optimal. Pada saat ini AKB di Indonesia masih sangat tinggi, menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), tahun 2012 Angka Kematian Bayi adalah 32 per 1000 kelahiran hidup. Banyak faktor yang mempengaruhi angka kematian bayi, yaitu prematuritas dan BBLR (34%), asfiksia (37%), sepsis (12%), hipotermi (7%), Ikterus (6%), post matur (5%), kelainan kongenital (1%) (Kemenkes, 2012). Asfiksia keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan kadar oksigen (02) dan makin meningkatkan karbondioksida (CO2) yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. Penyebab dari asfiksia neonatorum yaitu prematuritas, presentasi sungsang, penyakit maternal, seperti hipertensi dan diabetes mellitus, riwayat kelainan obstetri atau neonatus sebelumnya, Persalinan dengan menggunakan alat seperti forsep dan vakum, Kegawatan obstetri, seperti prolaps tali pusat, perdarahan antepartum, distosia bahu dan eklampsia, persalinan cepat, sedasi berat pada ibu, misalnya karena overdosis obat, adanya mekonium segar dalam cairan amnion (Johnson R, 2005). Menurut WHO, setiap tahunnya, sekitar 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 38 % meninggal pada masa bayi baru lahir. Kematian bayi baru lahir ini disebabkan [251]

oleh asfiksia sebanyak 36,9% (Kementrian Kesehatan RI, 2012) Angka Kematian Bayi di Provinsi Lampung tahun 2010 sebanyak 43/1000 kelahiran hidup dengan penyebab asfiksia sebanyak 34,19%, tahun 2011 sebanyak 34,27%, tahun 2012 sebanyak 34,56%, sedangkan data kematian bayi di Kabupaten Lampung Utara tahun 2010 adalah 114 kasus atau 8,60/1000 kelahiran hidup dengan penyebab asfiksia sebanyak 38%. Tahun 2011 kematian bayi sebanyak 109 kasus atau 9,89 per 1000 kelahiran hidup dengan penyebab asfiksia sebanyak 34,8%. Tahun 2012 kematian bayi sebanyak 119 kasus atau 9,98 per 1000 kelahiran hidup dengan penyebab asfiksia sebanyak 35,8% (Dinkes Kab. Lampung Utara, 2010-2012). Data dari RS. M Yusuf Kotabumi Lampung Utara berdasarkan data rekam medik tahun 2010 didapatkan 186 kasus asfiksia dari 486 persalian (69%) dan dari 65 kasus presentasi bokong yang mengalami Asfiksia 30 orang, tahun 2011 sebanyak 221 kasus asfiksia (42,8%) dari 514 persalinan dan dari 84 kasus presentasi bokong yang mengalami asfiksia 49 orang dan tahun 2012 sebanyak 291 (47,3%) kasus asfiksia dari 615 persalinan, dari 96 kasus presentasi bokong yang mengalami asfiksia 53 orang. Penyebab dari asfiksia neonatorum yaitu prematuritas, presentasi sungsang (bokong), penyakit maternal, seperti hipertensi dan diabetes mellitus, riwayat kelainan obstetri atau neonatus sebelumnya, persalinan dengan menggunakan alat seperti forsep dan vakum, kegawatan obstetri, seperti prolaps tali pusat, perdarahan antepartum, distosia bahu dan eklampsia, persalinan cepat, karena overdosis obat, adanya mekonium segar dalam cairan amnion (Johnson. R, 2005). Pada persalinan presentasi bokong dengan cara pervaginam, kelahiran kepala yang lebih lama dari 8 menit setelah umbilicus dilahirkan, akan membahayakan kehidupan janin. Selain itu, bila janin bernafas sebelum hidung dan mulut lahir dapat membahayakan, karena mucus yang terhisap dapat menyumbat jalan nafas. Bahaya asfiksia janin juga terjadi akibat tali pusat yang menumbung (Prawirohardjo, 2008) Persalinan letak bokong di Propinsi Lampung pada tahun 2010 yaitu 367 kasus, tahun 2011 terdapat 475 kasus dan pada tahun 2012 terdapat 591 kasus (Profil Dinas Provinsi Lampung, 2012). Di RS M. Yusuf Kotabumi Lampung Utara persalinan letak bokong pada tahun 2010 yaitu 65 kasus dan pada tahun 2011 terdapat 84 kasus tahun 2012 terdapat 96 kasus (RS. M. Yusuf Kotabumi Lampung Utara, 2012). Berdasarkan uraian dan data diatas peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Hubungan persalinan presentasi bokong dengan kejadian asfiksia bayi baru lahir di RS M. Yusuf Kotabumi Lampung Utara tahun 2013. Indikator untuk menilai derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB). AKB masih tinggi merupakan hambatan utama dalam pencapaian derajat yang optimal. Pada saat ini AKB di Indonesia masih sangat tinggi, menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), tahun 2012 Angka Kematian Bayi adalah 32 per 1000 kelahiran hidup. Banyak faktor yang mempengaruhi angka kematian bayi, yaitu prematuritas dan BBLR (34%), asfiksia (37%), sepsis (12%), hipotermi (7%), Ikterus (6%), post matur (5%), kelainan kongenital (1%) (Kemenkes, 2012). Asfiksia keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan kadar oksigen (02) dan makin meningkatkan karbondioksida (CO 2) yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. Penyebab dari asfiksia neonatorum yaitu prematuritas, presentasi sungsang, penyakit maternal, seperti hipertensi dan diabetes mellitus, riwayat kelainan obstetri atau neonatus sebelumnya, Persalinan dengan menggunakan alat seperti forsep dan vakum, Kegawatan obstetri, seperti prolaps tali pusat, perdarahan antepartum, distosia bahu dan eklampsia, persalinan cepat, sedasi berat pada ibu, misalnya karena overdosis obat, adanya mekonium segar dalam cairan amnion (Johnson R, 2005) [252]

Menurut WHO, setiap tahunnya, sekitar 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 38 % meninggal pada masa bayi baru lahir. Kematian bayi baru lahir ini disebabkan oleh asfiksia sebanyak 36,9% (Kementrian Kesehatan RI, 2012) Angka Kematian Bayi di Provinsi Lampung tahun 2010 sebanyak 43/1000 kelahiran hidup dengan penyebab asfiksia sebanyak 34,19%, tahun 2011 sebanyak 34,27%, tahun 2012 sebanyak 34,56%, sedangkan data kematian bayi di Kabupaten Lampung Utara tahun 2010 adalah 114 kasus atau 8,60/1000 kelahiran hidup dengan penyebab asfiksia sebanyak 38%. Tahun 2011 kematian bayi sebanyak 109 kasus atau 9,89 per 1000 kelahiran hidup dengan penyebab asfiksia sebanyak 34,8%. Tahun 2012 kematian bayi sebanyak 119 kasus atau 9,98 per 1000 kelahiran hidup dengan penyebab asfiksia sebanyak 35,8% (Dinkes Kab. Lampung Utara, 2010-2012). Data dari RS. M Yusuf Kotabumi Lampung Utara berdasarkan data rekam medik tahun 2010 didapatkan 186 kasus asfiksia dari 486 persalian (69%) dan dari 65 kasus presentasi bokong yang mengalami Asfiksia 30 orang, tahun 2011 sebanyak 221 kasus asfiksia (42,8%) dari 514 persalinan dan dari 84 kasus presentasi bokong yang mengalami asfiksia 49 orang dan tahun 2012 sebanyak 291 (47,3%) kasus asfiksia dari 615 persalinan, dari 96 kasus presentasi bokong yang mengalami asfiksia 53 orang. Penyebab dari asfiksia neonatorum yaitu prematuritas, presentasi sungsang (bokong), penyakit maternal, seperti hipertensi dan diabetes mellitus, riwayat kelainan obstetri atau neonatus sebelumnya, persalinan dengan menggunakan alat seperti forsep dan vakum, kegawatan obstetri, seperti prolaps tali pusat, perdarahan antepartum, distosia bahu dan eklampsia, persalinan cepat, karena overdosis obat, adanya mekonium segar dalam cairan amnion (Johnson. R, 2005). Pada persalinan presentasi bokong dengan cara pervaginam, kelahiran kepala yang lebih lama dari 8 menit setelah umbilicus dilahirkan, akan membahayakan kehidupan janin. Selain itu, bila janin bernafas sebelum hidung dan mulut lahir dapat membahayakan, karena mucus yang terhisap dapat menyumbat jalan nafas. Bahaya asfiksia janin juga terjadi akibat tali pusat yang menumbung (Prawirohardjo, 2008) Persalinan letak bokong di Propinsi Lampung pada tahun 2010 yaitu 367 kasus, tahun 2011 terdapat 475 kasus dan pada tahun 2012 terdapat 591 kasus (Profil Dinas Provinsi Lampung, 2012). Di RS M. Yusuf Kotabumi Lampung Utara persalinan letak bokong pada tahun 2010 yaitu 65 kasus dan pada tahun 2011 terdapat 84 kasus tahun 2012 terdapat 96 kasus (RS. M. Yusuf Kotabumi Lampung Utara, 2012). Berdasarkan uraian dan data diatas peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Hubungan persalinan presentasi bokong dengan kejadian asfiksia bayi baru lahir di RS M. Yusuf Kotabumi Lampung Utara tahun 2013. METODE Penelitian ini menggunakan metoda penelitian analitik dengan pendekatan case control yaitu suatu penelitian pengambilan data efek diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor resiko diidentifikasi pada waktu yang lalu. Rancangan penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara persalinan presentasi bokong dengan kejadian asfiksia Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi baru lahir pada tahun 2012 berjumlah 615 orang. Berdasarkan hasil perhitungan dengan derajat kepercayaan 95% dan kekuatan uji 90% didapatkan jumlah sampel 82 orang, dengan perbandingan 1:1 antara kelompok kasus dan kelompok kontrol, sehingga total responden 164 orang, terdiri dari 82 kelompok kasus dan 82 kelompok kontrol. Teknik sampling dalam peenelitian ini purposive sampel yaitu pengambilan sampel berdasarkan tujuan tertentu. [253]

Sampel pada kelompok kasus mempunyai kriteria: bayi dengan berat badan kurang, apgar kurang dari 6 dan lahir dengan tindakan/vacuum, sedangkan kelompok kontrol mempuyai kriteria: bayi dengan berat badan normal, apgar 7-10 dan lahir normal. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah cheklist berdasarkan data rekam medik. Selanjutnya data yang terkumpul akan dilakukan pengolahan data dan analisis data. Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan proporsi asfiksia dan persalinan letak sungsang, sedangkan analisis bivariat menggunakan uji Chi square dengan bantuan komputerisasi. HASIL Analisis Univariat Tabel 1: Distribusi Frekuensi Presentasi Persalinan Presntasi Persalinan f % Presensasi Bokong 79 48,2 Presentasi Normal 85 51,8 Jumlah 164 100 Berdasarkan table 1 di atas menunjukan bahwa sebagian besar ibu bersalin normal sebanyak 85 orang (51,8%). Tabel 2: Distribusi Frekuensi Asfiksi pada Bayi Baru Lahir Asfiksia f % Asfiksia 82 50 Tidak asfiksia 82 50 Jumlah 164 100,0 Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukan bahwa separuh bayi baru lahir yang mengalami asfiksia sebanyak 50 orang (82%). Analisa Bivariat Tabel 3: Hubungan Presentasi Bokong Dengan Kejadian Asfiksia Keadaan bayi Persalinan Tidak Jumlah Asfiksia Asfiksia f % f % f % Presentasi 49 62,0 30 38,0 79 100 Bokong Normal 33 38,8 52 61,2 85 100 Jumlah 82 50,0 82 50,0 164 100 p value 0.005 OR 95% CI 2.574 Berdasarkan tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa dari 79 responden yang bersalin dengan presentasi bokong yang bayinya mengalami asfiksia yaitu 49 orang (62,0%) sedangkan yang tidak asfiksia yaitu 30 (38,0%). Dan dari 85 responden yang bersalin presentasi normal yang bayinya mengalami asfiksia yaitu 33 orang (38,8%) sedangkan yang tidak asfiksia yaitu 52 orang (61,2%). Hasil uji statistik ada hubungan antara presentasi bokong dengan kejadian asfiksia bayi baru lahir yaitu dapat dilihat dari nilai p.value 0,005. Sedangkan odd rasio/ faktor resiko (OR) yaitu 2.574 ibu bersalin dengan presentasi bokong kemungkinan 2.574 kali bayinya mengalami asfiksia bayi baru lahir dibandingkan dengan ibu yang tidak presentasi bokong. PEMBAHASAN Presentasi Persalinan Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar 48,2% ibu bersalin dengan letak bokong. Hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Munzolifah, di RSUD dr. M. Soewandhie Surabaya (2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 255 ibu bersalin di RSUD Surabaya, sebanyak 63 orang (24,70%) mengalami letak sungsang. Perbedaan ini disebabkan karena jumlah populasi di RS M. Yusuf lebih besar. [254]

Faktor faktor etiologi Letak sungsang meliputi prematuritas, hydraminon, kehamilan ganda, placenta previa, panggul sempit, hydrosefalus, dan janin besar (Hakimi, 2010). Menurut Mochtar (2005) etiologi letak bokong adalah panggul sempit, hidrosepalus, anensepalus, placenta previa. hidramnion, multiparitas, premature, gemeli, kelainan uterus. Penyebab persalinan letak bokong di RS M. Yusuf sebagian besar disebabkan oleh multiparitas. Pada Multiparitas rahimnya sudah sangat elastis dan membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-37 dan seterusnya (Jenis, 2006). Pada grandemultipara sering didapatkan perut gantung, akibat regangan uterus yang berulang-ulang karena kehamilan dan longgarnya ligamentum yang memfiksasi uterus, sehingga uterus menjadi jatuh ke depan, disebut perut gantung. Perut gantung dapat mengakibatkan terjadinya gangguan his karena posisi uterus yang menggantung ke depan sehingga bagian bawah janin tidak dapat menekan dan berhubungan langsung serta rapat dengan segmen bawah rahim. Akhirnya janin dapat mengalami kelainan letak, seperti letak sungsang. Asfiksia Berdasarkan tabel 2 menunjukan sebagian besar 50% bayi baru lahir yang mengalami asfiksia. Hasil penelitian ini hampir sama, hubungan asfiksia bayi baru lahir dengan letak sungsang pada ibu bersalin di RSUD dr. M. Soewandhie Surabaya tahun 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar 63,2% bayi baru lahir mengalami asfiksia. Penyebab asfiksia adalah prematuritas, presentasi sungsang (bokong), penyakit maternal, seperti hipertensi dan diabetes mellitus, riwayat kelainan obstetri atau neonatus sebelumnya, persalinan dengan menggunakan alat seperti forsep dan vakum, kegawatan obstetri, seperti prolaps tali pusat, perdarahan antepartum, distosia bahu dan eklampsia, persalinan cepat, sedasi berat pada ibu, misalnya karena overdosis obat, adanya mekonium segar dalam cairan amnion (Johnson. R, 2005). Sebagian besar bayi baru lahir di RS M. Yusuf mengalami asfiksia disebabkan karena persalinan letak bokong. Bila sebagian besar tubuh janin sudah lahir, terjadi pengecilan rongga uterus yang menyebabkan gangguan sirkulasi dan menimbulkan anoksia. Keadaan ini merangsang janin untuk bernafas dalam jalan lahir sehingga menyebabkan terjadinya aspirasi. Asfiksia, Selain hal diatas, anoksia juga disebabkan oleh terjepitnya talipusat pada fase cepat. Hubungan Persalinan Letak Bokong dengan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir Hasil penelitian ini menemukan bahwa dari 79 responden yang bersalin dengan presentasi bokong yang bayinya mengalami asfiksia yaitu 49 orang (62,0%) sedangkan yang tidak asfiksia yaitu 30 (38,0%). Dan dari 85 responden yang bersalin presentasi normal yang bayinya mengalami asfiksia yaitu 33 orang (38,8%) sedangkan yang tidak asfiksia yaitu 52 orang (61,2%). Hasil uji statistik ada hubungan antara presentasi sungsang (letak bokong) dengan kejadian asfiksia bayi baru lahir yaitu dapat dilihat dari nilai p.value 0,005. Sedangkan odd rasio/ faktor resiko (OR) yaitu 2.574 ibu bersalin dengan presentasi bokong kemungkinan 2.574 kali bayinya mengalami asfiksia bayi baru lahir dibandingkan dengan ibu yang tidak presentasi bokong. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Maryani, 2012 yang hubungan persalinan letak bokong dengan kejadian asfiksia di Rumah sakit Islam YAKSSI didapatkan ada hubungan persalinan letak bokong dengan kejadian asfiksia nilai p value 0,002. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Munzolifah, hubungan antara letak bokong dengan asfiksia di RSUD dr. M. Soewandhie Surabaya nilai p value, 0,005. Kompresi tali pusat akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah tali pusat dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat [255]

ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan plasenta yang sering ditemukan pada persalinan bokong (Manuaba, 2010). Pada persalinan letak sungsang dengan cara pervaginam, kelahiran kepala yang lebih lama dari 8 menit setelah umbilicus dilahirkan, akan membahayakan kehidupan janin. Selain itu, bila janin bernafas sebelum hidung dan mulut lahir dapat membahayakan, karena mucus yang terhisap dapat menyumbat jalan nafas. Bahaya asfiksia janin juga terjadi akibat tali pusat yang menumbung (Prawirohardjo, 2007). Faktor faktor yang berhubungan letak sungsang meliputi prematuritas, hydraminon, kehamilan ganda, placenta previa, panggul sempit, hydrosefalus, dan janin besar (Prawirohardjo, 2010). Menurut Mochtar (2005) etiologi letak bokong adalah panggul sempit, hidrosepalus, anensepalus, placenta previa. hidramnion, multiparitas, premature, gemeli, kelainan uterus. Menurut Towel faktor yang berhubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum ada empat yaitu : faktor ibu, faktor bayi, faktor persalinan, dan factor plasenta. Dalam penelitian ini akan difokuskan pada faktor ibu dan faktor persalinan karena kedua faktor tersebut memberikan kontribusi yang besar terhadap kejadian asfiksia neonatorum. Faktor ibu yang diteliti adalah : umur ibu, masa gestasi, paritas, dan penyakit ibu. Sedangkan dari faktor persalinan yaitu ketuban pecah dini, partus lama, dan jenis persalinan (Dewi, 2010). Adapun kegiatan yang mungkin dapat dilakukan yaitu penyuluhan tentang pentingnya ANC secara teratur sesuai standar. Hendaknya ibu hamil selalu memeriksakan kehamilannya kepada tenaga kesehatan agar komplikasi dalam kehamilan dan persalinan letak sungsang dapat dideteksi secara dini dan pelatihan petugas tentang penanganan kegawat daruratan dapat sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ataupun bayinya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dari 164 responden, maka peneliti menyimpulkan yaitu terdapat hubungan antara presentasi Letak bokong dengan kejadian asfiksia bayi baru lahir yaitu dapat dilihat dari nilai p.value 0,005. Saran kepada bidan di RS M Yusuf Kotabumi agar melakukan antenatal care yang sesuai standar yaitu minimal 4 kali ANC selama kehamilan pada ibu hamil, serta peningkatan kompetensi bidan tentang penanganan aspixia sesuai standar untuk mencegah kematian atau kecacatan pada bayi. DAFTAR PUSTAKA Hakimi, 2010, Ilmu kebidanan fatologi dan fisiologi, Yayasan esentia medika, Yogyakarta Jhonson R, 2005, Buku Ajar Praktik Kebidanan, EGC, Jakarta. Mochtar, 2005, Sinopsis Obstetri fisiologi Fatologi, EGC, Jakarta Manuaba, 2010, Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan KB, EGC, Jakarata Prawirohardjo, 2005, Ilmu Kebidanan, YBPSP, Jakarta. [256]