KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 106/Kpts/SR.130/2/2004 TANGGAL 13 FEBRUARI 2004 TENTANG KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN MENTERI PERTANIAN Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan program Ketahanan pangan Nasional melalui peningkatan produksi komoditas pertanian, perlu didukung dengan penyediaan sarana produksi (pupuk) sampai di tingkat petani; b. bawa peranan pupuk sangat penting di dalam peningkatan produktivitas dan produksi komoditas pertanian, sehingga pemerintah menetapkan pemberian subsidi pupuk; c. bahwa untuk dapat mencapai sasaran tersebut, dipandang perlu menetapkan kebutuhan pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian Tahun Anggaran 2004 dengan Keputusan Menteri Pertanian. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2824); 2. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478); 3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478); 4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2001 tentang Pupuk Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4079); 7. Keputusan Presiden Nomor 228/M Tahun 2001 tentang Pembentukan Kabinet Gotong Royong; 8. Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tugas Departemen; 9. Keputusan Presiden Nomor 109 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Departemen; 10. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 01/Kpts/OT.210/1/2001 jis Keputusan Menteri Pertanian Nomor 354.1/Kpts/OT.210/6/2001 dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 354/Kpts/OT.210/2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian; 11. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 99/Kpts/OT.210/2/2001 jis Keputusan Menteri Pertanian Nomor 392/Kpts/OT.210/7/2001 dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 355/Kpts/OT.210/2003 tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian; 12. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 634/MPP/Kep/9/2002 tentang Ketentuan dan tatacara Pengawasan Barang dan atau Jasa yang Beredar di Pasar; 13. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 70/MPP/Kep/2/2003 juncto Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 306/MPP/Kep/4/2003 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian;
14. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 175/Kpts/KP.150/3/2003 tentang Pembentukan Tim Pengawas Pupuk Bersubsidi di Tingkat Pusat. Memperhatikan : Hasil kesepakatan antara Pemerintah dengan Panitia Anggaran DPR-RI pada tanggal 24 Oktober 2003. MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN TENTANG KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN. Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : Pasal 1 1. Pupuk adalah bahan kimia atau organisme yang berperand alam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara langsung atau tidak langsung. 2. Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya ditataniagakan dan ditetapkan dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) di tingkat petani. 3. Sektor Pertanian adalah sektor yang berkaitan dengan usaha budidaya tanaman yang meliputi Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan Hijauan Makanan Ternak. 4. Usaha Budidaya Tanaman adalah semua usaha untuk membudidayakan tanaman secara terus menerus. 5. Petani adalah orang yang mengusahakan lahan, milik sendiri atau bukan, untuk budidaya tanaman pangan dan atau tanaman hortikultura, dengan luasan kurang dari 500 Ha (untuk tanaman padi, palawija dan buahbuahan) atau kurang dari 100 Ha untuk tanaman sayuran dan tidak memerlukan izin usaha sesuai dengan praturan perundangan. 6. Pekebun adalah orang yang mengusahakan lahan, milik sendiri atau bukan, untuk budidaya tanaman perkebunan dengan luasan tidak melebihi 25 hektar dan tidak membutuhkan izin usaha perkebunan sebagaimana ketentuan peraturan perundangan. 7. Peternak adalah orang yang mengusahakan lahan, milik sendiri atau bukan, untuk budidaya tanaman hijauan makanan ternak, yang tidak memerlukan izin usaha sesuai dengan peraturan perundangan. 8. Produsen adalah perusahaan yang memproduksi pupuk Urea, SP-36, ZA dan NPK di dalam negeri yang terdiri dari PT Pupuk Sriwijaya, PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Kalimantan Timur, PT Pupuk Iskandar Muda dan PT Petrokimia Gresik. 9. Distributor pupuk adalah badan usaha yang syah yang ditunjuk oleh produsen pupuk untuk melakukan pembelian, penyimpanan, penjualan serta pemasaran pupuk bersubsidi dalam partai besar untuk dijual kepada konsumen akhir melalui pengecernya. 10. Pengecer adalah perorangan atau badan usaha yang kegiatan pokoknya melakukan penjualan pupuk bersubsidi secara langsung kepada konsumen akhir. 11. Pengadaan adalah proses penyediaan pupuk oleh produsen. 12. Penyaluran adalah proses pendistribusian pupuk dari tingkat produsen sampai dengan tingkat konsumen. 13. Lini I adalah lokasi gudang pupuk di wilayah pabrik pupuk dalam negeri atau di wilayah pelabuhan tujuan untuk pupuk impor. 14. Lini II adalah lokasi gudang produsen pupuk di wilayah ibukota Provinsi dan Unit Pengantongan Pupuk (UPP) atau di luar wilayah pelabuhan. 15. Lini III adalah gudang distributor pupuk dan atau produsen di wilayah Kabupaten/Kota yang ditunjuk/ditetapkan oleh Produsen. 16. Lini IV adalah lokasi gudang pengecer yang ditunjuk/ditetapkan oleh Distributor. Pasal 2
Pupuk bersubsidi diadakan dan disalurkan untuk kegiatan usaha budidaya tanaman oleh petani, pekebun dan peternak, bukan untuk perusahaan perkebunan, perusahaan tanaman pangan, perusahaan hortikultura atau perusahaan peternakan. Pasal 3 (1) Kebutuhan pupuk yang akan disubsidi dihitung berdasarkan usulan kebutuhan pupuk dari seluruh Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan di Provinsi serta mempertimbangkan kemampuan penyerapan pupuk selama 5 (lima) sampai dengan 10 (sepuluh) tahun terakhir di masing-masing Provinsi. (2) Pupuk yang diberi subsidi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yaitu hanya pupuk Urea, SP-36, ZA dan NPK dengan komposisi 15:15:15 yang disediakan oleh produsen pupuk untuk pertanian yang meliputi Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan atau Hijauan Makanan Ternak. (3) Pupuk yang diberi subsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus diberi label tambahan yang berbunyi "Pupuk Bersubsidi Pemerintah" yang mudah dibaca dan tidak mudah hilang/terhapus. Pasal 4 Kebutuhan pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 untuk Tahun Anggaran 2004 (1 Januari sampai dengan 31 Desember 2004) berdasarkan jenis dan lokasi/wilayah, provinsi, seperti tercantum pada Lampiran Keputusan ini. Pasal 5 Ketentuan mengenai pengadaan, penyaluran dan peredaran pupuk bersubsidi dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perindustrian dan perdagangan : a. Pengadaan pupuk bersubsidi mulai dari Lini I sampai Lini IV menjadi tanggung jawab produsen pupuk. b. Penyaluran pupuk bersubsidi di Lini III dilaksanakan oleh distributor yang ditunjuk, dan dibawah pengawasan produsen pupuk sesuai wilayah tanggung jawabnya. c. Penyaluran pupuk bersubsidi di Lini IV dilaksanakan oleh pengecer resmi yang ditunjuk dan dibawah pengawasan distributor pupuk sesuai wilayah tanggung jawabnya. Pasal 6 Untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan pupuk bersubsidi sesuai dengan prinsip 6 tepat yaitu tepat jumlah, waktu, jenis, harga, tempat dan mutu : a. Pihak Produsen berkewajiban melakukan monitoring/pengawasan penyediaan dan penyaluran pupuk di masing-masing wilayah tanggung jawabnya. b. Komisi Pengawasan Pupuk di Provinsi dan Kabupaten/Kota melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap penyaluran dan penggunaan pupuk bersubsidi di wilayahnya. Pasal 7 (1) Komisi Pengawasan pupuk di Kabupaten/Kota wajib menyampaikan laporan pemantauan dan pengawasan pupuk bersubsidi di wilayah kerjanya kepada Bupati/Walikota. (2) Bupati/Walikota menyampaikan laporan hasil pemantauan dan pengawasan pupuk bersubsidi tersebut kepada Gubernur. (3) Komisi Pengawasan Pupuk di Provinsi menyampaikan laporan hasil pemantauan dan pengawasan pupuk bersubsidi kepada Gubernur.
(4) Gubernur menyampaikan laporan hasil pemantauan dan pengawasan pupuk bersubsidi tersebut serta laporan dari Bupati/Walikota kepada Menteri Pertanian dan Menteri Perindustrian dan Perdagangan. (5) Tim Pengawasan Pupuk Bersubsidi Tingkat Pusat melakukan pemantauan secara sampling, memproses laporan dari Gubernur serta menyiapkan bahan laporan kepada Menteri Pertanian dan Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Pasal 8 Dengan ditetapkannya keputusan ini, maka Keputusan Menteri Pertanian Nomor 08/Kpts/TP.260/1/2003 tentang Kebutuhan Pupuk Bersubsidi untuk sektor Pertanian Tahun Anggaran 2003 dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 9 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan berlaku surut sejak tanggal 1 Januari 2004. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 13 Februari 2004 MENTERI PERTANIAN, ttd. BUNGARAN SARAGIH SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada Yth. 1. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; 2. Menteri Perindustrian dan Perdagangan; 3. Menteri Keuangan; 4. Gubernur di seluruh Indonesia; 5. Bupati/Walikota di seluruh Indonesia; 6. Para Pejabat Eselon I di lingkungan Departemen Pertanian.
LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 106/Kpts/SR.130/2/2004 TENTANG : KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TANGGAL : 13 FEBRUARI 2004 RENCANA KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2004 NO. SUB SEKTOR UREA SP-36 Z A N P K 1. Tanaman Pangan dan 3.358.106 595.222 456.352 400.000 Hortikultura 2. Perkebunan Rakyat 869.076 202.400 142.613 0 3. Peternakan 11.543 2.377 1.035 0 Jumlah 4.238.724 800.000 600.000 400.000 Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 13 Februari 2004 MENTERI PERTANIAN, ttd. BUNGARAN SARAGIH
RENCANA KEBUTUHAN PUPUK UREA BERSUBSIDI SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA MENURUT PROPINSI DAN SEBARAN BULAN No. Propinsi/ Kabupaten Kebutuhan Pupuk Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nop Des 1. N A D 75.069 7.507 7.507 7.507 5.005 5.005 5.005 5.005 5.005 5.005 7.507 7.507 7.507 2. Sumatera Utara 218.935 21.894 21.894 21.894 14.596 14.596 14.596 14.596 14.596 14.596 21.894 21.894 21.894 3. Sumatera Barat 91.017 9.102 9.102 9.102 6.068 6.068 6.068 6.068 6.068 6.068 9.102 9.102 9.102 4. Jambi 40.602 4.060 4.060 4.060 2.707 2.707 2.707 2.707 2.707 2.707 4.060 4.060 4.060 5. Riau 35.170 3.517 3.517 3.517 2.345 2.345 2.345 2.345 2.345 2.345 3.517 3.517 3.517 6. Bengkulu 31.872 3.187 3.187 3.187 2.125 2.125 2.125 2.125 2.125 2.125 3.187 3.187 3.187 7. Sumatera Selatan 123.758 12.376 12.376 12.376 8.251 8.251 8.251 8.251 8.251 8.251 12.376 12.376 12.376 8. Bangka Belitung 2.132 213 213 213 142 142 142 142 142 142 213 213 213 9. Lampung 204.075 20.407 20.407 20.407 13.605 13.605 13.605 13.605 13.605 13.605 20.407 20.407 20.407 10. DKI Jakarta 1.143 114 114 114 76 76 76 76 76 76 114 114 114 11. Banten 92.857 9.286 9.286 9.286 6.190 6.190 6.190 6.190 6.190 6.190 9.286 9.286 9.286 12. Jawa Barat 405.967 40.597 40.597 40.597 27.064 27.064 27.064 27.064 27.064 27.064 40.597 40.597 40.597 13. D.I. Yogyakarta 52.223 5.222 5.222 5.222 3.482 3.482 3.482 3.482 3.482 3.482 5.222 5.222 5.222 14. Jawa Tengah 471.428 47.143 47.143 47.143 31.429 31.429 31.429 31.429 31.429 31.429 47.143 47.143 47.143 15. Jawa Timur 691.167 69.117 69.117 69.117 46.078 46.078 46.078 46.078 46.078 46.078 69.117 69.117 69.117 16. Bali 39.376 3.938 3.938 3.938 2.625 2.625 2.625 2.625 2.625 2.625 3.938 3.938 3.938 17. Kalimantan Barat 80.142 8.014 8.014 8.014 5.343 5.343 5.343 5.343 5.343 5.343 8.014 8.014 8.014 18. Kalimantan Tengah 36.030 3.603 3.603 3.603 2.402 2.402 2.402 2.402 2.402 2.402 3.603 3.603 3.603 19. Kalimantan Selatan 94.735 9.474 9.474 9.474 6.316 6.316 6.316 6.316 6.316 6.316 9.474 9.474 9.474 20. Kalimantan Timur 30.066 3.007 3.007 3.007 2.004 2.004 2.004 2.004 2.004 2.004 3.007 3.007 3.007 21. Sulawesi Utara 34.591 3.459 3.459 3.459 2.306 2.306 2.306 2.306 2.306 2.306 3.459 3.459 3.459 22. Gorontalo 19.294 1.929 1.929 1.929 1.286 1.286 1.286 1.286 1.286 1.286 1.929 1.929 1.929 23. Sulawesi Tengah 45.040 4.504 4.504 4.504 3.003 3.003 3.003 3.003 3.003 3.003 4.504 4.504 4.504 24. Sulawesi Tenggara 28.835 2.883 2.883 2.883 1.922 1.922 1.922 1.922 1.922 1.922 2.883 2.883 2.883 25. Sulawesi Selatan 231.868 23.187 23.187 23.187 15.458 15.458 15.458 15.458 15.458 15.458 23.187 23.187 23.187 26. Nusa Tenggara 70.376 7.038 7.038 7.038 4.692 4.692 4.692 4.692 4.692 4.692 7.038 7.038 7.038 Barat 27. Nusa Tenggara 91.833 9.183 9.183 9.183 6.122 6.122 6.122 6.122 6.122 6.122 9.183 9.183 9.183 Timur 28. Maluku 2.606 261 261 261 174 174 174 174 174 174 261 261 261 29. Papua 1.521 152 152 152 101 101 101 101 101 101 152 152 152 30. Maluku Utara 14.377 1.438 1.438 1.438 958 958 958 958 958 958 1.438 1.438 1.438 Jumlah Propinsi 3.358.106 335.811 335.811 335.811 223.874 223.874 223.874 223.874 223.874 223.874 335.811 335.811 335.811 Bulan
RENCANA KEBUTUHAN PUPUK SP-36 BERSUBSIDI SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA MENURUT PROPINSI DAN SEBARAN BULAN No. Propinsi/ Kabupaten Kebutuhan Pupuk Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nop Des 1. N A D 10.908 1.091 1.091 1.091 727 727 727 727 727 727 1.091 1.091 1.091 2. Sumatera Utara 36.156 3.616 3.616 3.616 2.410 2.410 2.410 2.410 2.410 2.410 3.616 3.616 3.616 3. Sumatera Barat 13.059 1.306 1.306 1.306 871 871 871 871 871 871 1.306 1.306 1.306 4. Jambi 6.574 657 657 657 438 438 438 438 438 438 657 657 657 5. Riau 5.868 587 587 587 391 391 391 391 391 391 587 587 587 6. Bengkulu 5.890 589 589 589 393 393 393 393 393 393 589 589 589 7. Sumatera Selatan 22.967 2.297 2.297 2.297 1.531 1.531 1.531 1.531 1.531 1.531 2.297 2.297 2.297 8. Bangka Belitung 1.118 112 112 112 75 75 75 75 75 75 112 112 112 9. Lampung 77.015 7.702 7.702 7.702 5.134 5.134 5.134 5.134 5.134 5.134 7.702 7.702 7.702 10. DKI Jakarta 84 8 8 8 6 6 6 6 6 6 8 8 8 11. Banten 13.677 1.368 1.368 1.368 912 912 912 912 912 912 1.368 1.368 1.368 12. Jawa Barat 68.243 6.824 6.824 6.824 4.550 4.550 4.550 4.550 4.550 4.550 6.824 6.824 6.824 13. D.I. Yogyakarta 9.253 925 925 925 617 617 617 617 617 617 925 925 925 14. Jawa Tengah 81.513 8.151 8.151 8.151 5.343 5.343 5.343 5.343 5.343 5.343 8.151 8.151 8.151 15. Jawa Timur 96.538 9.654 9.654 9.654 6.436 6.436 6.436 6.436 6.436 6.436 9.654 9.654 9.654 16. Bali 5.785 579 579 579 386 386 386 386 386 386 579 579 579 17. Kalimantan Barat 15.505 1.550 1.550 1.550 1.034 1.034 1.034 1.034 1.034 1.034 1.550 1.550 1.550 18. Kalimantan Tengah 7.395 739 739 739 493 493 493 493 493 493 739 739 739 19. Kalimantan Selatan 15.510 1.551 1.551 1.551 1.034 1.034 1.034 1.034 1.034 1.034 1.551 1.551 1.551 20. Kalimantan Timur 7.270 727 727 727 485 485 485 485 485 485 727 727 727 21. Sulawesi Utara 5.006 501 501 501 334 334 334 334 334 334 501 501 501 22. Gorontalo 3.033 303 303 303 202 202 202 202 202 202 303 303 303 23. Sulawesi Tengah 6.701 670 670 670 447 447 447 447 447 447 670 670 670 24. Sulawesi Tenggara 6.720 672 672 672 448 448 448 448 448 448 672 672 672 25. Sulawesi Selatan 35.809 3.581 3.581 3.581 2.387 2.387 2.387 2.387 2.387 2.387 3.581 3.581 3.581 26. Nusa Tenggara 11.836 1.184 1.184 1.184 789 789 789 789 789 789 1.184 1.184 1.184 Barat 27. Nusa Tenggara 18.568 1.857 1.857 1.857 1.238 1.238 1.238 1.238 1.238 1.238 1.857 1.857 1.857 Timur 28. Maluku 1.693 169 169 169 113 113 113 113 113 113 169 169 169 29. Papua 2.382 238 238 238 159 159 159 159 159 159 238 238 238 30. Maluku Utara 3.145 315 315 315 210 210 210 210 210 210 315 315 315 Jumlah Propinsi 595.222 59.522 59.522 59.522 39.681 39.681 39.681 39.681 39.681 39.681 59.522 59.522 59.522 Bulan
RENCANA KEBUTUHAN PUPUK ZA BERSUBSIDI SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA MENURUT PROPINSI DAN SEBARAN BULAN No. Propinsi/ Kabupaten Kebutuhan Pupuk Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nop Des 1. N A D 11.655 1.165 1.165 1.165 777 777 777 777 777 777 1.165 1.165 1.165 2. Sumatera Utara 33.028 3.303 3.303 3.303 2.202 2.202 2.202 2.202 2.202 2.202 3.303 3.303 3.303 3. Sumatera Barat 14.454 1.445 1.445 1.445 964 964 964 964 964 964 1.445 1.445 1.445 4. Jambi 6.497 650 650 650 433 433 433 433 433 433 650 650 650 5. Riau 5.397 540 540 540 360 360 360 360 360 360 540 540 540 6. Bengkulu 4.241 424 424 424 283 283 283 283 283 283 424 424 424 7. Sumatera Selatan 19.685 1.968 1.968 1.968 1.312 1.312 1.312 1.312 1.312 1.312 1.968 1.968 1.968 8. Bangka Belitung 259 26 26 26 17 17 17 17 17 17 26 26 26 9. Lampung 21.790 2.179 2.179 2.179 1.453 1.453 1.453 1.453 1.453 1.453 2.179 2.179 2.179 10. DKI Jakarta 338 34 34 34 23 23 23 23 23 23 34 34 34 11. Banten 14.992 1.499 1.499 1.499 999 999 999 999 999 999 1.499 1.499 1.499 12. Jawa Barat 63.123 6.312 6.312 6.312 4.208 4.208 4.208 4.208 4.208 4.208 6.312 6.312 6.312 13. D.I. Yogyakarta 6.183 618 618 618 412 412 412 412 412 412 618 618 618 14. Jawa Tengah 64.361 6.436 6.436 6.436 4.291 4.291 4.291 4.291 4.291 4.291 6.436 6.436 6.436 15. Jawa Timur 74.512 7.451 7.451 7.451 4.967 4.967 4.967 4.967 4.967 4.967 7.451 7.451 7.451 16. Bali 5.692 569 569 569 379 379 379 379 379 379 569 569 569 17. Kalimantan Barat 11.153 1.115 1.115 1.115 744 744 744 744 744 744 1.115 1.115 1.115 18. Kalimantan Tengah 5.659 566 566 566 377 377 377 377 377 377 566 566 566 19. Kalimantan Selatan 15.466 1.547 1.547 1.547 1.031 1.031 1.031 1.031 1.031 1.031 1.547 1.547 1.547 20. Kalimantan Timur 3.807 381 381 381 254 254 254 254 254 254 381 381 381 21. Sulawesi Utara 4.202 420 420 420 280 280 280 280 280 280 420 420 420 22. Gorontalo 2.286 229 229 229 152 152 152 152 152 152 229 229 229 23. Sulawesi Tengah 7.075 708 708 708 472 472 472 472 472 472 708 708 708 24. Sulawesi Tenggara 3.786 379 379 379 252 252 252 252 252 252 379 379 379 25. Sulawesi Selatan 34.167 3.417 3.417 3.417 2.278 2.278 2.278 2.278 2.278 2.278 3.417 3.417 3.417 26. Nusa Tenggara 10.831 1.083 1.083 1.083 722 722 722 722 722 722 1.083 1.083 1.083 Barat 27. Nusa Tenggara 9.555 955 955 955 637 637 637 637 637 637 955 955 955 Timur 28. Maluku 131 13 13 13 9 9 9 9 9 9 13 13 13 29. Papua 209 21 21 21 14 14 14 14 14 14 21 21 21 30. Maluku Utara 1.823 182 182 182 122 122 122 122 122 122 182 182 182 Jumlah Propinsi 456.352 45.635 45.635 45.635 30.423 30.423 30.423 30.423 30.423 30.423 45.635 45.635 45.635 Bulan
RENCANA KEBUTUHAN PUPUK NPK BERSUBSIDI SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA MENURUT PROPINSI DAN SEBARAN BULAN No. Propinsi/ Kabupaten Kebutuhan Pupuk Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nop Des 1. N A D 2. Sumatera Utara 4.145 415 415 415 276 276 276 276 276 276 415 415 415 3. Sumatera Barat 1.524 152 152 152 102 102 102 102 102 102 152 152 152 4. Jambi 5. Riau 6. Bengkulu 7. Sumatera Selatan 2.722 272 272 272 181 181 181 181 181 181 272 272 272 8. Bangka Belitung 9. Lampung 2.248 225 225 225 150 150 150 150 150 150 225 225 225 10. DKI Jakarta 11. Banten 7.920 792 792 792 528 528 528 528 528 528 792 792 792 12. Jawa Barat 74.377 7.438 7.438 7.438 4.958 4.958 4.958 4.958 4.958 4.958 7.438 7.438 7.438 13. D.I. Yogyakarta 6.493 649 649 649 433 433 433 433 433 433 649 649 649 14. Jawa Tengah 106.055 10.606 10.606 10.606 7.070 7.070 7.070 7.070 7.070 7.070 10.606 10.606 10.606 15. Jawa Timur 185.951 18.595 18.595 18.595 12.397 12.397 12.397 12.397 12.397 12.397 18.595 18.595 18.595 16. Bali 17. Kalimantan Barat 1.845 184 184 184 123 123 123 123 123 123 184 184 184 18. Kalimantan Tengah 19. Kalimantan Selatan 2.267 227 227 227 151 151 151 151 151 151 227 227 227 20. Kalimantan Timur 21. Sulawesi Utara 22. Gorontalo 23. Sulawesi Tengah 24. Sulawesi Tenggara 25. Sulawesi Selatan 4.064 406 406 406 271 271 271 271 271 271 406 406 406 26. Nusa Tenggara 390 39 39 39 26 26 26 26 26 26 39 39 39 Barat 27. Nusa Tenggara Timur 28. Maluku 29. Papua 30. Maluku Utara Jumlah Propinsi 400.000 40.000 40.000 40.000 26.667 26.667 26.667 26.667 26.667 26.667 40.000 40.000 40.000 Bulan