LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI

dokumen-dokumen yang mirip
II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

II. TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI LARVA DAN NYAMUK AEDES, ANOPHELES, DAN CULEX

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.

BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Aedes sp. ,

Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes agypti yang

BAB II TINJAUAN UMUM AEDES AEGYPTI DAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI,VEKTOR DAN BINATANG PENGGANGGU SERTA PENGENDALIAN ANOPHELES ACONITUS SECARA SEDERHANA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit, menurut

KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit didik.dosen.unimus.ac.id

PENGENDALIAN VEKTOR NYAMUK OLEH KELOMPOK 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan nyamuk Aedes sp dalam klasifikasi hewan menurut Soegijanto (2006)

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi, Anatomi dan Morfologi Nyamuk

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Nyamuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi sirih (Piper bettle L.) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk

BAB II TINJAUAN PUSAKA. Mahoni merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat

Nyamuk sebagai vektor

BAB II PERANCANGAN VIDEO INFOGRAFIS MENGENAI PENYEBARAN DAN SIKLUS HIDUP NYAMUK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

Musca domestica ( Lalat rumah)

nyamuk bio.unsoed.ac.id

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kedudukan Taksonomi dan Morfologi Cabai Rawit (Capsicum frutescen)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di

Proses Penularan Penyakit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. 2.1 Tanaman Bunga Pagoda (Clerodendrum squamatum Vahl) Deskripsi Morfologi

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Tanggal / Tempat Lahir : 13 Agustus 1988 / Terengganu, Malaysia.

KUESOINER KECAMATAN :... NAMA SEKOLAH : SD... ALAMAT SEKOLAH :... WILAYAH PUSKESMAS :... TGL. SURVEY :... PETUGAS :...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

Anti Nyamuk Bakar dan Kampanye Rumah Bebas Nyamuk

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Nyamuk Aedes aegypti Klasifikasi Nyamuk Aedes aegypti

bio.unsoed.ac.id MENGENAT DAN MEMAHAMI NYAMUK DEMAM BERDARAH ( Aedes aegypti ) DTS,DARSONO,MSi KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAT

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Pengadaan dan Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

BAB 1 PENDAHULUAN. mempercepat persebaran penyakit perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Pengamatan Tempat Perindukan Aedes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Klasifikasi Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH

HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Kawin

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp.

TABEL HIDUP NYAMUK VEKTOR MALARIA Anopheles subpictus Grassi DI LABORATORIUM.

Keanekaragaman Jenis Nyamuk Di Sekitar Kampus. Universitas Hasanuddin Makassar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Iklim dan Cuaca Pesisir Selatan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bionomik Nyamuk Aedes aegypti 2.2 Klasifikasi Nyamuk Aedes aegypti

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit. Demam Berdarah Dangue (DBD) yaitu Aedes aegypti dan Aedes

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vektor. yang membawa penyakit demam berdarah dengue.

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

ANOPHELES. Vector penyakit malaria Vektor filariasis malayi dan timori (Anopheles barbirostris) Kepentingan dalam dunia kedokteran

IDENTIFIKASI JENIS KONTAINER DAN MORFOLOGI NYAMUK Aedes sp DI LINGKUNGAN SD AISYIAH KECAMATAN METRO SELATAN KOTA METRO

Transkripsi:

LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI PEMERIKSAAN JENTIK NYAMUK DAN NYAMUK DEWASA OLEH KELOMPOK 6 NARJUS SAFAAH NURRAHMAWATI NUR AFNI DEWI N.R NURYUHANIZ OPIALA PRITAWAHYU UTAMI QORY FITRAHTUL AQIDAH RAFII RIRIN ARIANTI RATNA ANGGUN SRIKANDI SANDIANA INRAJAT ZHOFARINI R. OVIANTIF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM ` 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Nyamuk Aedesaegepty atau yang sering juga di sebut nyamuk demam berdarah memiliki siklus hidup yang berbeda dengan nyamuk lainnya dimana nyamuk ini memiliki kebiasaan menghisap darah pada jam 08.00-12.00 WIB dan sore hari antara 15.00-17.00 WIB. Kebiasaan menghisap darah ini dilakukan berpindah-pindah dari individu satu keindividu lain (Ganda husada, 1998). Nyamuk ini biasanya hidup di dalam dan di sekitar rumah, seperti pada tempat-tempat yang cenderung bersih seperti pada air di bak kamar mandi, pada kaleng ataupun pada genangan air lainnya. Pada nyamuk betina lebih menyukai darah manusia (anthropophilic) daripada darah binatang yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi terutama pada daerah subtropics dan tropis oleh karena itu, tidak mengherankan apabila nyamuk ini menyukai lingkungan yang hangat untuk hidup. Nyamuk Aedesaegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuknyamuk tua (Nursakinah, 2008). Nyamuk Anopheles di seluruh dunia terdapat kira-kira 2000 spesies, sedangkan yang dapat menularkan malaria kira-kira 60 spesies. Di Indonesia menurut pengamatan terakhir di temukan 80 spesies Anopheles, sedangkan yang menjadi vector malaria adalah 22 spesiesdengantempatperindukan yang berbeda-beda. Nyamuk Anopheles sering orang mengenalnya sebagai salah satu jenis nyamuk yang menyebabkan penyakit malaria, karena dapat menyebabkan infeksi protozoa dari genus plasmodium. Ciri nyamuk ini adalah hinggap dengan posisi menukik atau membentuk sudut. sudut Warnanya bermacam-macam, ada yang hitam, ada pula yang kakinya berbercak-bercak putih. Waktu menggigit biasanya dilakukan malam hari (Gandahusada, 1998). Aktivitas menggigit nyamuk Anopheles di dalam rumah terjadi peningkatan pada pukul 23.00 WIB kemudian turun dan meningkat lagi pada pukul 02.00 dan 03.00 dini hari, sedangkan

aktivitas menggigit di luar rumah terjadi peningkatan pada pukul 24.00 WIB dan kemudian turun dan meningkat lagi pada pukul 05.00 dini hari.(rosa, 2009) 1.2.TUJUAN 1. Agar mahasiswa dapat mengidentifikasi telur, larva, pupa, nyamuk dewasa Aedesaegepty dan Anopheles Sp. 2. Agar mahasiswa dapat mengidentifikasi perbedaan telur, larva, pupa, nyamuk dewasa pada nyamuk Aedesaegepty dan Anopheles Sp.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Nyamuk a. Nyamuk sebagai Vektor Entomologi adalah ilmu yang mempelajari tentang serangga, dikhususkan kepada serangga yang merupakan vektor penyakit tertentu. Vektor adalah anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan. Serangga yang merupakan vektor penyakit adalah nyamuk. Nyamuk adalah serangga tergolong dalam order Diptera; genera termasukanopheles, Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeo myia,culiseta, dan Haemagoggus untuk jumlah keseluruhan sekitar 35 genera yang merangkum 2700 spesies (Gandahusada, 1998). b. Deskripsi Morfologi Nyamuk Berdasarkan Michigan Mosquito Control Association (2002) dalam Lestari (2009), nyamuk memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, memiliki kaki panjang dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan famili Culicidae. Nyamuk dewasa berbeda dari ordo Diptera

lainnya karena nyamuk memiliki proboscis yang panjang dan sisik pada bagian tepi dan vena sayapnya Tubuh nyamuk terdiri atas tiga bagian yaitu kepala, dada dan perut. Nyamuk jantan berukuran lebih kecil daripada nyamuk betina. Nyamuk memiliki sepasang antena berbentuk filiform berbentuk panjang dan langsing serta terdiri atas 15 segmen. Antena dapat digunakan sebagai kunci untuk membedakan kelamin pada nyamuk dewasa. Antena nyamuk jantan lebih lebat daripada nyamuk betina. Bulu lebat pada nyamuk jantan disebut plumosesedangkan pada nyamuk betina yang jumlahnya lebih sedikit disebut pilose(lestari, 2009). Palpus dapat digunakan sebagai kunci identifikasi karena ukuran dan bentukpalpus masing-masing spesies berbeda. Sepasang palpus terletak diantara antena dan proboscis. Palpus merupakan organ sensorik yang digunakan untuk mendeteksi karbon dioksida dan mendeteksi tingkat kelembaban. Proboscismerupakan bentuk mulut modifikasi untuk menusuk. Nyamuk betina mempunyai proboscis yang lebih panjang dan tajam, tubuh membungkuk serta memiliki bagian tepi sayap yang bersisik (Lestari, 2009). Menurut Thielman dan Hunter (2007) dalam Lestari (2009), dada terdiri atas protoraks, mesotoraks dan metatoraks. Mesotoraks merupakan bagian dada yang terbesar dan pada bagian atas disebut scutum yang digunakan untuk menyesuaikan saat terbang. Sepasang sayap terletak pada mesotoraks. Nyamuk memiliki sayap yang panjang, transparan dan terdiri atas percabanganpercabangan (vena) dan dilengkapi dengan sisik. Kaki terdapat pada setiap segmen dan dilengkapi dengan sisik. Perut nyamuk tediri atas sepuluh segmen, biasanya yang terlihat segmen pertama hingga segmen ke delapan, segmen-segmen terakhir biasanya termodifikasi menjadi alat reproduksi. Nyamuk betina memiliki 8 segmen yang lengkap, akan tetapi segmen 9 dan 10 biasanya tidak terlihat dan

memiliki cerciyang melekat pada segmen ke 10. Beberapa jenis nyamuk, seperti Culex danmansonia memiliki ujung perut yang tumpul (Lestari, 2009). Nyamuk jantan dan betina dewasa perbandingan 1:1, nyamuk jantan keluar terlebih dahulu dari kepompong, baru disusul nyarnuk betina, dan nyamuk jantan tersebut akan tetap tinggal di dekat sarang, sampai nyamuk betina keluar dari kepompong, setelah jenis betina keluar, maka nyamuk jantan akan langsung mengawini betina sebelum mencari darah. Selama hidupnya nyamuk betina hanya sekali kawin. Dalam perkembangan telur tergantung kepada beberapa faktor antara lain temperatur dan kelembaban serta species dari nyamuk (Lestari, 2009). Bagian mulut pada nyamuk betina, membentuk probosis panjang untuk menembus kulit mamalia (atau dalam sebagian kasus, burung atau juga reptilia dan amfibi untuk menghisap darah. Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan telur dan kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan protein yang diperlukan. Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian mulut yang tidak sesuai untuk menghisap darah (Lestari, 2009). c. Ciri Dan Kebiasaan Menggigit Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap berbeda antar populasi, tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki perbedaan dalam hal ukuran, nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil dari betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang (Gandahusada, 1998). Waktu keaktifan mencari darah dari masing - masing nyamuk berbeda beda, nyamuk yang aktif pada malam hari menggigit, adalah anopheles dan culexsedangkan nyamuk yang aktif pada siang hari menggigit yaitu Aedes. Khusus untuk anopheles, nyamuk ini bila menggigit

mempunyai perilaku bila siap menggigit langsung keluar rumah. Pada umumnya nyamuk yang menghisap darah adalah nyamuk betina. (Nurmaini. 2003) Sesuai dengan buku Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor dari Depkes RI (2001) bahwa nyamuk yang aktif menghisap darah pada malam hari umumnya mempunyai dua puncak akitivitas, yaitu puncak pertama terjadi sebelum tengah malam dan yang kedua menjelang pagi hari, namun keadaan ini dapat berubah oleh pengaruh suhu dan kelembaban udara (Rosa, 2009). 2.1.1.1 Nyamuk Aedes aegypti Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan gari-garis putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua (Nursakinah, 2008). Nyamuk ini hidup di dalam dan di sekitar rumah. Nyamuk betina lebih menyukai darah manusia (anthropophilic) daripada darah binatang. Nyamuk ini memiliki kebiasaan menghisap darah pada jam 08.00-12.00 WIB dan sore hari antara

15.00-17.00 WIB. Kebiasaan menghisap darah ini dilakukan berpindah-pindah dari individu satu ke individu lain (Gandahusada, 1998). 2.1.1.2 Nyamuk Anopheles Sering orang mengenalnya sebagai salah satu jenis nyamuk yang menyebabkan penyakit malaria. Ciri nyamuk ini adalah hinggap dengan posisi menukik atau membentuk sudut Warnanya bermacam-macam, ada yang hitam, ada pula yang kakinya berbercak-bercak putih. Waktu menggigit biasanya dilakukan malam hari (Gandahusada, 1998). Aktivitas menggigit nyamuk Anopheles di dalam rumah terjadi peningkatan pada pukul 23.00 WIB kemudian turun dan meningkat lagi pada pukul 02.00 dan 03.00 dini hari, sedangkan aktivitas menggigit di luar rumah terjadi peningkatan pada pukul 24.00 WIB dan kemudian turun dan meningkat lagi pada pukul 05.00 dini hari.(rosa, 2009) d. Siklus Hidup Nyamuk Nyamuk termasuk serangga yang mengalami metamorfosis sempurna (holometabola) karena mengalami empat tahap dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Tahapan yang dialami oleh nyamuk yaitu tahap telur, larva, pupa dan dewasa. Telur nyamuk akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2 hari pada suhu 20-40 C. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh suhu, tempat, keadaan air dan kandungan zat makanan yang ada di tempat perindukan. Pada kondisi optimum, larva berkembang menjadi pupa dalam waktu

4-9 hari, kemudian pupa menjadi nyamuk dewasa dalam waktu 2-3 hari sehingga waktu yang dibutuhkan dari telur hingga dewasa yaitu 7-14 hari (Gandahusada, 1998). Nyamuk biasanya meletakkan telur di tempat yang berair, pada tempat yang keberadaannya kering telur akan rusak dan mati. Kebiasaan meletakkan telur dari nyamuk berbeda beda tergantung dari jenisnya : a. Nyamuk Aedes meletakkan telur dan menempel pada yang terapung diatas air atau menempel pada permukaan benda yang merupakan tempat air pada batas permukaan air dan tempatnya b. Nyamuk anopeles akan meletakkan telurnya dipermukaan air satu persatu atau bergerombolan tetapi saling lepas, telur anopeles mempunyai alat pengapung. e. Perkembangbiakkan Nyamuk Perkembangbiakan nyamuk selalu memerlukan tiga macam tempat yaitu tempat berkembang biak (breeding places), tempat untuk mendapatkan unpan/darah (feeding places) dan tempat untuk beristirahat (reesting palces). Nyamuk mempunyai tipe breeding palces yang berlainan seperti culex dapat berkembang di sembarangan tempat air, sedangkan Aedes hanya dapat berkembang biak di air yang cukup bersih dan tidak beralaskan tanah langsung, mansonia senang berkembang

biak di kolam-kolam, rawa-rawa danau yang banyak tanaman airya dan Anopeheles bermacam breeding places, sesuai dengan jenis anophelesnya sebagai berikut : 1. Anopheles Sundaicus, Anopheles subpictus clan anopheles vagus senang berkembang biak di air payau. 2. Tempat yang langsung mendapat sinar matahari disenangi nyamuk anopheles sundaicus, anopheles mucaltus dalam berkembang biak. 3. Breeding palces yang terlindung dari sinar matahari disenangi anopheles vagus, anopheles barbumrosis untuk berkembang biak. 4. Air yang tidak mengalir sangat disenangi oleh nyamuk anopheles vagus, indefinitus, leucosphirus untuk tempat berkembang biak. 5. Air yang tenang atau sedikit mengalir seperti sawah sangat disenangi anopheles acunitus, vagus, barbirotus, anullaris untuk berkembang biak (Nurmaini, 2003). Tempat beristirahat (resting places) biasanya setelah nyamuk betina menggigit orang/hewan, nyamuk tersebut akan beristirahat selama 2 3 hari, misalnya pada bagian dalam rumah sedangkan diluar rumah seperti gua, lubang lembab, tempat yang berwarna gelap dan lain lain merupakan tempat yang disenangi nyamuk untuk berisitirahat (Nurmaini, 2003). 2.2 LANDASAN KERJA 2.2.1 ALAT dan BAHAN a. Alat : 1. Objek Glass 2. Cover Glass 3. Pipet Tetes 4. Beker Glass 5. Pinset 6. Mikroskop

b. Bahan : 1. Telur Nyamuk 2. Larva Nyamuk 3. Pupa Nyamuk 4. Nyamuk dewasa 5. Larutan Kloroform 6. Kapas 7. Tissue 2.2.2 CARA KERJA a. IDENTIFIKASI TELUR LARVA DAN PUPA NYAMUK 1. Sampel telur larva dan pupa nyamuk dimasukkan kedalam beker glass 2. Ambil telur, larva dan pupa dengan menggunakan pipet tetes 3. Letakkan masing-masing diatas objek glass yang berbedan, kemudian tutup dengan menggunakan cover glass 4. Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x b. IDENTIFIKASI NYAMUK DEWASA 1. Ambil sedikit kapas dan basahi dengan larutan kloroform kemudian masukkan ke dalam wadah / bungkus nyamuk 2. Diamkan beberapa saat sampai semua nyamuk mati 3. Ambil dengan pinset kemudian letakkan nyamuk tersebut dekat objek glass 4. Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x

BAB III HASIL PENGAMATAN 3.1 HASIL PENGAMATAN Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan diketahui bahwa No Jenis Nyamuk Bentuk Gambar 1 Aedes Aegypti Jantan Nyamuk Dewasa 2 Aedes AegyptiBetina Nyamuk Dewasa

3. Anopheles SP Larva 4. Aedes Aegypti Pupa

3.2 PEMBAHASAN Gambar 3.1. Morfologi nyamuk

Nyamuk Betina Dewasa Nyamuk Muda Telur (1-2 hari) Pupa (2-4 hari) Jentik (7-9 hari) Gambar 3.2..Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti. Gambar 3.3..Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti.

Pada praktikum parasitologi kali ini kami mengamati salah satu vector lingkungan, yaitu nyamuk pada fase larva, pupa dan nyamuk dewasa. Larva, pupa dan nyamuk dewasa yang kami temukan berasal dari halaman belakang laboraturium FK UNIZAR, Sidakarya. Sebelum dilakukan pengamatan larva terlebih dahulu ditetesi dengan kloroform yang bertujuan agar larva yang diamati dalam keadaan mati namun diusahakan dalam menetesi kloroform tidak tepat pada larva melainkan disekitar larva tersebut agar tidak merusak struktur dari larva tersebut, serta supaya tidak menyulitkan pengamatan. Kemudian larva yang telah mati, dipindahkan ke objek glass dan ditutup dengan cover glass. Usahakan larva pada objek glass dalam posisi vertical dan tidak ada bagian tubuh yang terlipat agar memudahkan identifikasijenis larva. Berikut merupakan morfologidari larva nyamuk. Gambar 3.4 Morfologi dari Larva Nyamuk. Selanjutnya dilakukan pengamatan, pada lokasi tersebut ditemukan jenis larva sebagai berikut :

1. Larva Anopheles Padafase larva, nyamuk anopheles berifat akuatik yakni mempunyai habitat hidup di air. Larva nyamuk Anopheles ditempat per indukannya tampak mengapung sejajar dengan permukaan air dan spirakelnya selalu kontak dengan udara luar. Sekali - sekali larva Anopheles mengadakan gerakan naik turun kedalam dan kebawah untuk menghindari predator atau karena adanya rangsangan dipermukaan air seperti gerakan-gerakan lain. Perkembangan hidup larva ini memerlukan kondisi lingkungan yang mengadung makanan antara lain mikroorganisme terutama bakteri, ragi, dan protozoa kecil sehingga dapat dengan mudah untuk dimakan. Apabila larva Anopheles ini dia mati maka akan terlihat pada mikroskop bahwa larva ini tidak memiliki sifon sehingga larva anopheles sp menggantungkan dirinya sejajar dengan permukaan air (Prianto. 2004). Dalam praktikum ini sangat mudah mengidentifikasi larva anopheles, karena larva ini memiliki ciri khas yaitu tidak memiliki sifon pada bagian abdomen. Larva ini mengalami metamorfosis sempurna dan merupakan vektor utama penyakit malaria. Berikut adalah morfologi larva nyamuk Anopheles. Gambar 3.5 Larva Nyamuk

Penemuan Pupa Aedes Aegypti pada pengamatan praktikum kali ini. Pupa tidak akan makan apapun dan akan keluar dari larva menjadi nyamuk yang dapat terbang dan keluar dari air. Stadium pupa pada nyamuk Aedes berada dibawah permukaan air dengan melingkarkan badannya. Ekor pupa agak lurus dengan kepala melingkar dan menempel dibadan nya namun tidak bertemu dengan ekor. Ciri morfologi yang khas yaitu memiliki tabung atau terompet pernafasan yang berbentuk segitiga. Setelah berumur 1 2 hari, pupa menjadi nyamuk dewasa (jantan atau betina). Pada pupa terdapat kantong udara yang terletak diantara bakal sayap nyamuk dewasa dan terpasang sayap pengayuh yang saling menutupi sehingga memungkinkan pupa untuk Ekor pupa agak lurus dengan kepala melingkar dan menempel dibadannya namun tidak bertemu dengan ekor. Setelah berganti kulit, nyamuk berada pada fase transisi. Fase ini dinamakan "fase pupa". Pada fase ini, nyamuk sangat rentan terhadap kebocoran pupa. Agar tetapbertahan, sebelum pupa siap untuk perubahan kulit yang terakhir kalinya, 2 pipa nyamuk muncul keatas air. Pipa itu digunakan untuk alat pernafasan. Kepala dan dada digabung menjadi cephalo thorax dengan perut melengkung di bawahnya.. Seperti halnya larva, pupa harus dating kepermukaan sering untuk bernapas, yang mereka lakukan melalui sepasang terompet pernafasan pada cephalothorax tersebut. Selama tahap ini pupa tidak makan. Setelah beberapa hari, pupa naik kepermukaan air, nyamuk dewasa muncul. Nyamuk harus keluar dari air tanpa kontak langsung dengan air, sehingga hanya kakinya lah menyentuh permukaan air. Dan pada pengamatan nyamuk dewasa, diamati dua nyamuk Aedes Aegypti yaitu Aedes Aegypti Jantan dan Aedes Aegypti Betina. Yang memiliki struktur yang bebeda. Nyamuk memiliki mulut yang disesuaikan untuk menembus kulit tumbuhan dan hewan. Sementara laki-laki biasanya nektar dan jus tanaman, wanita perlu mendapatkan gizi dari menghisap darah sebelum dia dapat menghasilkan telur. Durasi dari telur menjadi dewasa bervariasi antara spesies dan sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan..nyamuk dapat berkembang dari telur menjadi dewasa dalam sebagai hanya lima hari, tetapi biasanya 10-14 hari dalam kondisi tropis. Variasi ukuran tubuh nyamuk dewasa tergantung pada kerapatan populasi larva dan suplai makanan di dalam air. Panjang dewasa bervariasi tetapi jarang lebih besar dari 16

mm (0,6 in),dan berat sampai dengan 2,5 mg. Semua nyamuk memiliki tubuh langsing dengan tiga bagian: kepala, dada dan perut. Nyamuk betina juga akan memakan sum bergula untuk energi tetapi biasanya memerlukan darah untuk pengembangan telur. Setelah menghisap darah, nyamuk betina akan beristirahat selama beberapa hari untuk pematangan telur. Proses ini tergantung pada suhu, namun biasanya berlangsung 2-3 hari dalam kondisi tropis.. Kepala memiliki mata, banyak- tersegmentasi antena. antenna ini untuk mendeteksi bau host. Pada nyamuk betina, bagian mulutnya memiliki probosis panjang untuk menembus kulit untuk menghisap darah. Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan telur, kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan protein yang diperlukan. Nyamukjantanberbedadengannyamukbetina, denganbagianmulut yang tidak sesuaiuntukmenghisapdarah. Nyamukbetinadarisatu genus, Toxorhynchites, tidak pernah menghisap darah. Larva nyamuk besar ini merupakan pemangsa jentik-jentik nyamuk yang lain. Gambar 3.6. Perbedaan Gambaran nyamuk Dewasa Betina dan Jantan.

Dari pengamatan yang dilakukan pada dari halaman belakang laboraturium FK UNIZAR Dari paparan diatas pada lingkungan pengambilan sampel perlu dilakukan tindakan sebagai berikut : 1. Pengendalian melalui sanitasi lingkungan Pengendalian melalui sanitasi lingkungan merupakan pengendalian secara tidak langsung, yaitu membersihkan atau mengeluarkan tempat-tempat pembiakan nyamuk seperti kaleng-kaleng bekas, plastik-plastik bekas, ban mobil atau motor bekas, dan wadah-wadah lain yang dapat menampung air bersih atau genangan air hujan. Barang-barang tersebut dapat dipendam atau dibakar. Tempat-tempat lain yang bias menampung air hujan seperti konstruksi bangunan harus dibersihkan dan air yang tergenang harus dikeluarkan. Selain itu tempat penampungan air seperti sumur juga harus selalu dibersihkan untuk mengeluarkan atau membunuh telur, larva, dan pupa nyamuk. Program yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan RI ialah menguras, menimbun dan mengubur (3M). Menguras berarti membersihkan tempat penampungan air untuk mengeluarkan larva. Menimbun berarti mengumpulkan wadah-wadah yang dapat menampung air yang menjadi tempat biakan nyamuk serta mengubur yaitu mengumpulkan wadah-wadah penampungan air dan menguburnya dalam tanah (Normitasari. 2012). 2. Pengendalian dengan insektisida Penyemprotan dengan malathion (fogging) masih merupakan cara yang umum dipakai untuk membunuh nyamuk dewasa, tetapi cara ini tidak dapat membunuh larva nyamuk dalam air (Sembiring. 2009). Pengendalian yang umum dipergunakan untuk larva nyamuk adalah dengan menggunakan insektisida seperti abate (Sembel. 2009).

BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN 1. Pada pratikum ini dilakukan pemeriksaan Jentik nyamuk dan nyamuk dewasa Aedes Aegypti dan juga Anopheles sp 2. Dari pemeriksaan yang telah dilakukan menunjukkan gambaran dari pupa dan juga nyamuk dewasa Jantan maupun betina secara jelas pada mikroskop

DAFTAR PUSTAKA 1. Corwin, Elisabeth J.2001.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC. (Halaman 518-519) 2. Sutanto, I. 2009. Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat. Jakarta: FKUI. 3. Silvia and Wilson. 2006. Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC. 4. Setyohadi, Bambang (dkk). 2006. Ilmu penyakit Dalam (edisi keempat). Jakarta. Departememen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.