KONSEP TUHAN DALAM ISLAM (Telaah Perbandingan)

dokumen-dokumen yang mirip
KONSEP ISLAM SEBAGAI AGAMA WAHYU. Oleh: H. Adian Husaini, MA

Apa bedanya menyebut Allah dengan kata Tuhan. Apa yang salah dengan kata Tuhan?

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

Tanggapan balik untuk tulisan Esra Alfred Soru Apakah Tuhan Yesus = Allah Sejati? (1)

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.

Buku yang Diberikan Allah kepada I(ita

Pelajaran ini akan menolong saudara... Menerangkan siapa Yesus. Mengerti tujuan kedatangan-nya yang pertama dan kedatangan-nya

Benarkah di Kitab Perjanjian Lama. tidak ada kata YAHWEH?

Basic Doctrine (Indonesian)

PENGAKUAN IMAN RASULI. Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi

Yesus yang Asli. oleh Kermit Zarley

BAB V PENUTUP. 1. Konsep Tuhan Dalam Perspektif Agama Islam, Kristen, Dan Hindu. berbilang tidak bergantung pada siapa-siapa melainkan ciptaan-nyalah

Firman Tuhan Datang Kepada Nabi William Marrion Branham

The State of Incarnation : Humiliation (KEHINAAN KRISTUS)

Rencana Allah untuk Gereja Tuhan

A: Sebagaimana kita telah rembuk kemarin malam, apakah akan dilanjutkan juga musyawarah kita ini?

Kebangkitan: Paskah Easter? atau Buah Pertama?

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

STUDI PERBANDINGAN ALIRAN KRISTEN: "KATOLIK ROMA"

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban)

Revelation 11, Study No. 39 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 39, oleh Chris McCann

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BEBERAPA PERSOALAN PENTING

Dasar Kebersatuan Umat Kristen. Efesus 2: Pdt. Andi Halim, S.Th.

Injil Dari Dosa menuju Keselamatan

Pokok-Pokok. Iman. Gereja. Pendalaman Teologis Syahadat. Emanuel Martasudjita, Pr

Keutamaan Kalimat Tauhid dan Syarat-Syaratnya

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB. Kasih Allah Untuk Orang Berdosa

Revelation 11, Study No. 22 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 22,oleh Chris McCann

ALLAH, UNIVERSALITAS, DAN PLURALITAS

Otentisitas Alkitab vs Quran

KARENA AKU TELAH MEMPERTUNANGKAN KAMU (2 KORINTUS 11 : 2) - Warta Jemaat, 23 September

Mat. 16: Ev. Bakti Anugrah, M.A.

MISTERI TUHAN ANTARA ADA DAN TIADA

YESUS KRISTUS, ANAK TUHAN

Apa yang telah Dipakukan di atas Salib? Sebuah Kajian terhadap Kolose 2

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #20 oleh Chris McCann

Roh Kudus. Penolong dan Penghibur HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Yesus Adalah Juru Selamat Manusia. pertanyaan : Mengapa manusia perlu seorang juru selamat? Apa artinya

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela.

HIDUP DALAM KEKUDUSAN 1 Petrus 1:14-19 Herman Yeremia

Revelation 11, Study No. 38 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No.38, oleh Chris McCann

Keterangan Dasar Tentang Alkitab

I. Allah Tritunggal Mahakudus 1 Petrus 1:3 4 Allah Tritunggal

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #33 oleh Chris McCann

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #38 oleh Chris McCann

SABAT MENURUT ALKITAB

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

Kerohanian Zakharia Luk 1:5 7, Ev. Andrew Kristanto

UKDW BAB I PENDAHULUAN

Gereja Membaptis Orang Percaya

Penjelasan mengenai Sepuluh Pasal Kepercayaan dari Syahadat Kerasulan Baru

Tauhid untuk Anak. Tingkat 1. Oleh: Dr. Saleh As-Saleh. Alih bahasa: Ummu Abdullah. Muraja ah: Andy AbuThalib Al-Atsary. Desain Sampul: Ummu Zaidaan

Allah Adalah Pola Bagi Hidup Kita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Paham Dosa Kekristenan

The State of incarnation : Exaltation

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #34 oleh Chris McCann

Terhadap pandangan ini, beberapa hal perlu kita pahami terlebih dahulu sebelum kita menyetujui atau menolaknya.

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus.

Pelajaran Enam. Yesus Adalah Kebenaran. mendengar kepalsuan, kesalahan, atau kebohongan; kita tidak mau hidup atau

Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A.

Dikutip dari ALKITAB Terjemahan Baru (TB) LAI 1974

Pekerja Dalam Gereja Tuhan

Pembaharuan.

Kedudukan Tauhid Bagi Seorang Muslim

Siapakah Yesus Kristus? (3/6)

Pertanyaan Alkitab (24-26)

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Permasalahan.

ALLAH SEBAGAI PENCIPTA

Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia.

Penulis : Yohanes Tema : Yesus, Putra Allah. Tanggal Penulisan: M Latar Belakang

Islam Satu-Satunya Agama Yang Benar

APAKAH YESUS ITU ALLAH? B A B 2

Yesus Itu Adalah Hakim Agung. ketika dunia ini berakhir, yaitu di akhir zaman, akhir segala sesuatu. " Tetapi

Allah dan Pelayan-Pelayan-Nya 1Tim.3:1-13 Ev. Calvin Renata

INDAHNYA PERSATUAN DARI MANA MENGENAL MAZHAB SYI'AH?

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan

WA H Y U 1 2. Pdt Gerry CJ Takaria

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan

TENTANG MITOS. Oleh Nurcholish Madjid. The Compact Edition of the Oxford English Dictionary (Oxford University Press, 1971), s.v. Myth dan Mythos.

Kitab Perjanjian Baru tidak memberikan informasi tanggal kelahiran Yesus sehingga pemunculan tanggal 25 Desember menimbulkan berbagai kontroversi

INJIL YESUS KRISTUS. Bagi Dunia

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #24 oleh Chris McCann

TERMINOLOGIS KONSEP AGAMA SECARA ETIMOLOGIS DAN

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

PL1 : Sebab TUHAN, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat, U : Raja yang besar atas seluruh bumi.

Buku buku Perjanjian Baru

INJIL YESUS KRISTUS BAGI DUNIA. melainkan beroleh hidup yang kekal Yohanes 3:16. (Bahasa Indonesian)

Kewajiban Seorang Muslim Terhadap Alquran

TATA IBADAH HARI MINGGU. Minggu TRINITAS

KRISTUS TURUN DALAM KERAJAAN MAUT

Studi Perbandingan Katolik Roma (5) API PENYUCIAN

Siapakah Yesus Kristus? (4/6)

Siapakah Yesus Kristus? (2/6)

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #45 oleh Chris McCann

In the beginning God created the heavens and the earth. Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. - Genesis 1:1.

Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini

Transkripsi:

KONSEP TUHAN DALAM ISLAM (Telaah Perbandingan) Oleh: Adian Husaini, MA 1. Konsep Tuhan yang khas Konsep Tuhan merupakan konsep yang mendasar bagi setiap agama. Dari konsep Tuhan inilah, kemudian dijabarkan konsep konsep lain dalam agama, baik konsep tentang manusia, konsep tentang kenabian, konsep tentang wahyu, konsep tentang alam, dan sebagainya. Karena itu, setiap berbicara tentang agama, maka mau tidak mau, yang pertama kali perlu dipahami adalah konsep Tuhannya. Sebagaimana konsep Islamic worldview yang ditandai dengan karakteristiknya yang otentik dan final, maka konsep Islam tentang Tuhan, menurut Prof. Naquib al Attas 1, juga bersifat otentik dan final. Itu disebabkan, konsep Tuhan dalam Islam, dirumuskan berdasarkan wahyu dalam al Quran yang juga bersifat otentik dan final. Konsep Tuhan dalam Islam memiliki sifat yang khas yang tidak sama dengan konsepsi Tuhan dalam agama agama lain, tidak sama dengan konsep Tuhan dalam tradisi filsafat Yunani. Sebagai contoh, dalam konsepsi Aristotle, Tuhan disebut sebagai unmoved mover, yaitu penggerak yang tidak bergerak. Tuhan Aristotle adalah Tuhan filsafat, Tuhan yang ada dalam pikiran, karena ia harus ada secara logika sebagai penggerak alam semesta yang senantiasa berada dalam keadaan bergerak dan berubah. Karena itu, tidak ada catatan yang menunjukkan bahwa Aristotle menyembah Tuhan yang dikonsepsikannya. Tuhan Aristotle hanya tahu dirinya sendiri, dan tidak paham apa yang ada di luar dirinya.. Dalam metafisika Aristotle disebutkan: Consequently, the first heaven must be eternal. There is therefore also something which moves it. And since a moved mover is intermediate, there is, therefore, also an unmoved mover, being eternal, primary, and in act It is evident, then, from what has been said, that there is a primary being, eternal and unmovable and separate from sensible things. It has also been shown that this primary being can not have magnitude, but is without parts and indivisible. For the unmoved mover moves in unlimited time, and nothing limited has unlimited power. 2 Contoh lain dari tradisi filsafat Yunani adalah aliran filsafat Epicureans yang menyatakan bahwa "gods exist, since that is the common opinion of mankind, but they have no concern for the world and what happens in it, for that would disturb their divine happiness and tranquility." 3 Epicurus (m. 270 SM), mengajarkan bahwa "by teaching that the gods do not interfere and that the physical world is explained by natural causes, it frees us from the fear of the supernatural." 4 1 Syed Muhammad Naquib al Attas, Prolegomena to the Metaphysic of Islam, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1995), hal. 3 7. 2 (Metaphysics, Book Lambda, 1072a20 26, 1073a3 8. Lihat, Aristotle Metaphysics (translated by Richard Hope), (New York: Columbia University Press, 1952). 3 Dikutip dari diktat mata kuliah 'Greek Phylosophy' oleh Prof. Dr. Paul Letink, guru besar filsafat Yunani, bahasa Yunani dan bahasa Latin, di ISTAC IIUM Kuala Lumpur. 4 Lihat, Simon Price and Emily Kearns (ed), The Oxford Dictionary of Classical Myth and Religion, (Oxford:Oxford University Press, 2004), hal. 192. 1

Konsep Tuhan dalam Islam juga berbeda dengan konsep Tuhan dalam filsafat Barat modern. Prof. Frans Magnis Suseno, guru besar filsafat di Sekolah Tinggi Ilmu Filsafat Driyarkara, Jakarta, merangkum tantangan modernitas terhadap keimanan dan 'konsep Tuhan ' agama agama: "Modernitas sebagaimana menjadi kenyataan di Eropa sejak abad ke 17 mulai meragukan ketuhanan. Reformasi Protestan abad ke 16 sudah menolak banyak klaim Gereja. Dalam abad ke 17 empirisisme menuntut agar segala pengetahuan mendasarkan diri pada pengalaman inderawi. Pada akhir abad ke 18 muncul filosof filosof materialis pertama yang mengembalikan keanekaan bentuk kehidupan, termasuk manusia, pada materi dan menolak alam adi duniawi. Dalam abad ke 19 dasar dasar ateisme filosofis dirumuskan oleh Feurbach, Marx, Nietzsce, dan dari sudut psikologi, Freud. Pada saat yang sama ilmu ilmu pengetahuan mencapai kemajuan demi kemajuan. Pengetahuan ilmiah dianggap harus menggantikan kepercayaan akan Tuhan. Akhirnya, di abad ke 20, filsafat untuk sebagian besar menyangkal kemungkinan mengetahui sesuatu tentang hal ketuhanan, sedangkan dalam masyarakat sendiri ketuhanan semakin tersingkir oleh keasyikan budaya konsumistik. Sebagai akibat, manusia modern menjadi skeptis tentang ketuhanan kalau ia tidak menyangkalnya sama sekali. Maka apabila seseorang, atau sekelompok orang, tetap yakin akan adanya Tuhan, mereka mau tak mau harus menghadapi tantangan skeptisisme modernitas itu." 5 Begitu juga, konsep Tuhan dalam Islam berbeda dengan konsep Tuhan dalam tradisi Buddhisme, Hinduisme, atau tradisi mistik Timur dan Barat. Dalam konsep agama Budha, misalnya, seorang Buddhis memiliki enam keyakinan yang disebut Sad saddha, yang terdiri dari keyakinan tentang adanya: (1) Tuhan Yang Maha Esa (2) Tri Ratna (3) Bodhisattva, Arahat dan para Buddha, (4) Hukum Kasunyatan (5) Kitab Suci Tri Pitaka, dan (6) Nirvana. Buddha tidak menyebut nama Tuhannya dengan sebutan tertentu. Tentang "Tuhan Yang Maha Esa" tidak dijelaskan nama Nya secara khusus. Dalam buku Be Buddhist Be Happy, misalnya, ditulis: "Seorang umat Buddha meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa yang dikenal dengan sbeutan: "Atthi Ajatam Abhutam Akatam Asamkatam", yang artinya: Sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak dijelmakan, tidak diciptakan, Yang Mutlak. Tuhan Yang Maha Esa di dalam agama Buddha adalah Anatman (Tanpa Aku), suatu yang tidak berpribadi, suatu yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Hal ini diungkapkan dalam Kitab Suci Udana VIII ayat 3. Seorang Buddhis meyakini Tuhan Yang Maha Esa sebagai yang mendasari kehidupan dan alam semesta, dan juga sebagai tujuan atau citacitanya yang tertinggi atau tujuan hidup akhirnya, yakni yang akan dipahami sepenuhnya bila telah tercapai Nirvana." 6 Agama Hindu, pun memiliki konsep ketuhanan yang khas, yang berbeda dengan konsep konsep agama lain. Tentang Hindu, Alain Danielou, menulis dalam bukunya, Gods of India: Hindu Polytheism, (New York: Inner Traditions International, 1985): "Hinduism, or rather the "eternal religion" (sanata dharma), as it calls irself, recognizes for each age and each country a new form of revelation and 5 Lihat, Frans Magnis Suseno, Menalar Tuhan, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), hal. 44 45. 6 Lihat, Jo Priastana, Be Buddhist Be Happy, (Jakarta: Yasodhara Puteri Jakarta, 2005), hal. 28 29. 2

for each man, according to his stage of development, a different path of realization, a different of worship, a different morality, different rituals, different gods." 7 Kaum Hindu Bali menyebut Tuhan Yang Maha Esa sebagai "Ida Sang Hyang Widhi Wasa", atau "Brahman". Sebuah buku menulis: Agama Hindu berkembang pertama kali di lembah sungai suci Sindhu di Bharatawarsa (India). Di lembah sungai suci Sindhu inilah para maharsi menerima wahyu Brahman, San Hyang Widhi Yasa, dan kemudian diabadikan dalam bentuk pusaka suci Weda Di antara sekian banyak gelar Sang Hyang Widhi, ada tiga yang paling terkenal yaitu Brahma, Wisnu, dan Siwa yang terkenal dengan sebutan Trimurti. 8 Tentang nama Tuhan Bait pertama dalam Aqidah Thahawiyah yang ditulis oleh Abu Ja'far ath Thahawi (239 321H), dan disandarkan pada Imam Abu Hanifah, Abu Yusuf, Imam Syaibani, menyatakan: "Naquulu fii tawqiidillaahi mu'taqidiina bitawfiqillaahi: Innallaaha waahidun laa syariikalahu." Dalam Kitab Aqidatul Awam yang biasa dimadrasah madrasah Ibtidaiyah ditulis bait pertama kitab ini: "Abda'u bismillaahi wa arrahmaani wa birrahiimi daa'imil ihsaani." Ayat pertama dalam al Quran juga berbunyi "Bismillahirrahmaanirrahiimi", dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tuhan, dalam Islam, dikenal dengan nama Allah. Lafaz 'Allah' ( االله ) dibaca dengan bacaan yang tertentu. Kata "Allah" tidak boleh diucapkan sembarangan, tetapi harus sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah saw, sebagaimana bacaan bacaan ayat ayat dalam al Quran. 9 Dengan adanya ilmul qiraat yang berdasarkan pada sanad yang sampai pada Rasulullah saw maka kaum Muslimin tidak menghadapi masalah dalam penyebutan nama Tuhan. Umat Islam juga tidak berbeda pendapat tentang nama Tuhan, bahwa nama Tuhan yang sebenarnya ialah Allah. Dengan demikian, "nama Tuhan", yakni "Allah" juga bersifat otentik dan final, karena menemukan sandaran yang kuat, dari sanad mutawatir yang sampai kepada Rasulullah saw. Umat Islam tidak melakukan 'spekulasi filosofis' untuk menyebut nama Allah, karena nama itu sudah dikenalkan langsung oleh Allah SWT melalui al Quran, dan diajarkan langsung cara melafalkannya oleh Nabi Muhammad saw. Dalam konsepsi Islam, Allah adalah nama diri (proper name) dari Dzat Yang Maha Kuasa, yang memiliki nama dan sifat sifat tertentu. Sifat sifat Allah dan namanama Nya pun sudah dijelaskan dalam al Quran, sehingga tidak memberikan 7 Alain Danielou, Gods of India: Hindu Polytheism, (New York: Inner Traditions International, 1985), hal. x. 8 Lihat, IB Suparta Ardhana, Sejarah Perkembangan Agama Hindu, (Denpasar: Paramita, 2002), hal. 1 4. 9 Salah satu syarat qiraah yang sahih dalam al Quran adalah bahwa bacaan itu harus ditetapkan berdasarkan sanad yang mutawatir atau shahih, bukan berdasarkan spekulasi akal. Qiraat ditetapkan berdasarkan sanad sanadnya sampai kepada Rasulullah saw. Karena itu, ketika bertemu dengan huruf Alif Lam Lam ha (Allah), orang Islam pasti akan membaca dengan "Alloh", bukan "Allah". Ketika bertemu dengan huruf Alif Lam Mim, maka akan dibaca dengan "Alim Lam Mim" dengan panjang pendek tertentu. Tentang ilmul Qiraat bisa dilihat dalam berbagai Kitab Ulumul Qur'an. Ali As Shabuni, misalnya, menulis bahwa qiraat "tsabitatun bi asanidiha ila Rasulillahi shallallahu 'alaihi wa sallam". (Lihat, Muhammad Ali as Shabuni, at Tibyan fi Ulumil Quran, (Beirut: Darul Irsyad, 1970), hal. 249). Tradisi Islam dalam qiraat berdasarkan sanad ini sangat menarik jika dibandingkan dengan tradisi Yahudi Kristen yang tidak mengenal 'sanad' sehingga mereka kehilangan jejak untuk menentukan bagaimana membaca satu manuskrip, termasuk dalam mengucapkan nama Tuhannya. 3

kesempatan kepada terjadinya spekulasi akal dalam masalah ini. Tuhan orang Islam adalah jelas, yakni Allah, yang SATU, tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. (QS 112). Ibn Katsir dalam Tafsir nya menulis bahwa Allah adalah al ismu al a dhamu. Allah juga merupakan nama yang khusus dan tidak ada sesuatu pun yang memiliki nama itu selain Allah Rabbul Alamin. Bahkan, sejumlah ulama seperti Imam Syafii, al Khithabi, Imam Haramain, Imam Ghazali, dan sebagainya menyatakan, bahwa lafaz Allah adalah isim jamid, dan tidak memiliki akar kata. Menurut para ulama ini, kata Allah bukan musytaq (turunan dari kata asal). 10 Dan syahadat Islam pun begitu jelas: "La ilaha illallah, Muhammadur Rasulullah" Tidak ada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah". Syahadat Islam ini juga bersifat final dan tidak mengalami perubahan sejak zaman Rasulullah saw sampai Hari Kiamat. Kaum Muslim di seluruh dunia dengan latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda juga menyebut dan mengucapkan nama Allah dengan cara yang sama. 11 Karena itu, umat Islam praktis tidak mengalami perbedaan yang mendasar dalam masalah konsep 'Tuhan'. Karen Armstrong menulis dalam bukunya: "al Quran sangat mewaspadai spekulasi teologis, mengesampingkannya sebagai zhanna, yaitu menduga duga tentang sesuatu yang tak mungkin diketahui atau dibuktikan oleh siapa pun. Doktrin Kristen tentang Inkarnasi dan Trinitas tampaknya merupakan contoh pertama zhanna dan tidak mengherankan jika umat Muslim memandang ajaran ajaran itu sebagai penghujatan." 12 Nama Tuhan dalam tradisi Yahudi Kristen Berbeda dengan tradisi Islam, dalam tradisi Yahudi dan Kristen, nama Tuhan masih merupakan perdebatan yang berkelanjutan. Kaum Yahudi, hingga kini, masih belum menemukan dan berspekulasi tentang nama Tuhan mereka. Dalam konsep Judaism (agama Yahudi), nama Tuhan tidak dapat diketahui dengan pasti. Kaum Yahudi modern hanya menduga duga, bahwa nama Tuhan mereka adalah Yahweh. The Concise Oxford Dictionary of World Religions menjelaskan 'Yahweh' sebagai "The God of Judaism as the tetragrammaton YHWH, may have been pronounced. By orthodox and many other Jews, God s name is never articulated, least of all in the Jewish liturgy." (Lihat, John Bowker (ed), The Concise Oxford Dictionary of World Religions, (Oxford University Press, 2000). Dr. D. L. Baker, menulis, bahwa: "Kata nama yang paling penting dalam PL ialah יהוה (yhwh), nama Allah Israel, yang ditemukan kurang lebih 6823 kali dalam PL. Nama tsb mungkin 10 Lihat, Ibn Katsir, Tafsir al Quran al Adhim, (Riyadh: Maktabah Darus Salam, 1994), 1:40. Salah satu bukti bahwa lafaz Allah tidak musytaq adalah jika ditambahkan huruf nida (huruf panggilan, seperti huruf ya nida maka tidak berubah menjadi Yaa ilah, tetapi tetap Yaa Allah. Sedangkan jika huruf nida ditambahkan pada kata al Rahman, misalnya, maka akan berubah menjadi Yaa Rahman (perangkat ta rif nya hilang). 11 Bandingkan konsep dan teks syahadat Islam ini dengan syahadat Kristen, seperti dibahas pada bagian berikutnya dari makalah ini. 12 Karen Armstrong, Sejarah Tuhan (Terj), (Bandung: Mizan, 2001), hal. 199 200. 4

dulu diucapkan Yahweh, tetapi menurut tradisi Yahudi, nama yang Mahasuci itu tidak boleh diucapkan untuk menghindari kemungkinan pelanggaran perintah ketiga ( Jangan menyebut nama, יהוה Allahmu,dengan יהוה sembarangan (Kel, 20:7). Oleh sebab itu,setiap kali terdapat kata dalam Alkitab, orang Yahudi membacanya dengan kata ) אדני adonay ( 13 Tuhan). Harold Bloom, dalam buku terkenalnya, Jesus and Yahweh, juga menulis, bahwa YHWH adalah nama Tuhan Israel yang tidak pernah bisa diketahui bagaimana mengucapkannya: The four letter YHWH is God s proper name in the Hebrew Bible, where it appears some six thousand times. How the name was pronounced we never will know. 14 Dalam Bibel edisi bahasa Arab (al Kitab al Muqaddas), Keluaran (Exodus) 6:2 3, ditulis: وقال الرب لموسى : ا نا هو الرب. قد ظهرت لابراهيم واسحق ويعقوب الها قديرا على كل شيء. اما اسمي يهوه ) ا ي الرب ( فلم ا علنه لهم. Terjemahan ayat tersebut dalam bahasa Inggrisnya adalah sebagai berikut: God also said to Moses: I am the LORD. I appeard to Abraham, to Isaac and to Jacob as God Almighty, but by my name the LORD I did not make my self known to them. 15 Dalam bukunya, The History of Allah, tokoh Kristen Ortodoks Syria, Bambang Noorsena menulis bab berjudul Bolehkah Nama YHWH (TUHAN) Diterjemahkan dalam Bahasa bahasa Lain?. Ia menulis: Sejak Kitab Suci Perjanjian Baru ditulis oleh para rasul Kristus, tetagram (keempat huruf suci YHWH, Yahwe) diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, Kyrios (TUHAN). Cara ini mengikuti kebiasaan Yahudi, yang juga diikuti oleh Yesus dan para Rasul Nya yang biasanya melafalkan Yahwe dengan Adonai (TUHAN) atau ha Shem (Nama segala nama). 16 Karena tidak memiliki tradisi sanad dan adanya problem otentisitas Kitab Sucinya, maka kaum Yahudi tidak tahu dengan pasti bagaimana cara melafazkan nama Tuhannya yang semuanya tertulis dalam empat huruf mati 'YHWH'. Tentang problem otentisitas Kitab Suci Yahudi yang juga dijadikan oleh kaum Kristen sebagai Perjanjian Lama nya Th. C. Vriezen menulis: 13 Dr. D.L. Baker et.al,. Pengantar Bahasa Ibrani,Jakarta: BPK, 2004), hal. 52. 14 Lihat, Harold Bloom, Jesus and Yahweh, (New York: Riverhead Books, 2005), hal. 127. 15 Lihat, Kitab al Hayat (Holy Bible) New International Version, Arabic/English Bible, 1999, terbitan International Bible Society. 16 Bambang Noorsena, The History of Allah, (Yogyakarta: Andi, 205), hal. 23. 5

Ada beberapa kesulitan yang harus kita hadapi jika hendak membahas bahan sejarah Perjanjian Lama secara bertanggung jawab. Sebab yang utama ialah bahwa proses sejarah ada banyak sumber kuno yang diterbitkan ulang atau diredaksi (diolah kembali oleh penyadur). Proses penyaduran turun temurun itu ada untung ruginya. Salah satu keuntungannya ialah bahwa sumber sumber kuno itu dipertahankan dan tidak hilang atau terlupakan. Namun, ada kerugiannya yaitu adanya banyak penambahan dan perubahan yang secara bertahap dimasukkan ke dalam naskah, sehingga sekarang sulit sekali untuk menentukan bagian mana dalam naskah historis itu yang orisinal (asli) dan bagian mana yang merupakan sisipan. 17 Spekulasi Yahudi tentang nama Tuhan ini kemudian berdampak pada konsepsi Kristen tentang nama Tuhan yang beragam, sesuai dengan tradisi dan budaya setempat. Di Timur Tengah, kaum Kristen menyebut "Alloh" sama dengan orang Islam; di Indonesia melafazkan nama Tuhannya menjadi "Allah"; dan di Barat kaum Kristen menyebut Tuhan mereka dengan "God" atau "Lord". Bambang Noorsena menulis tentang hal ini: Kata Allah, meskipun di lingkungan Kristen Arab tidak dipahami sebagai nama diri (berbeda dengan pandangan sebagian umat Islam), sebutan ini begitu sentral kedudukannya dalam bahasa Arab. Satu satunya perkecualian adalah tradisi Arab Samaria yang tanpa ragu ragu menerjemahkan YHWH dengan Allah. Sementara itu dalam bahasa Aram, seperti juga tradisi Yahudi yang biasanya membaca YHWH menjadi ha syem, melafalkannya dengan de Syama (The Name, Sang Nama ). Dalam sebuah sumber berbahasa Aram dikenal ungkapan: Lait alaha ella de Syama. Artinya: Tidak ada ilah kecuali Sang Nama. Maksudnya, Tidak ada ilah kecuali TUHAN. Ungkapan ini mirip dengan syahadat pertama dalam Islam: La ilaha illallah (Tidak ada ilah selain Allah). 18 Jadi, karena dalam tradisi Kristen, Allah bukan merupakan nama diri (proper name), maka mereka diperbolehkan menyebut nama Tuhan dengan berbagai panggilan. Dalam buku kecil yang berjudul Wasapadalah terhadap Sekte Baru, Sekte Pengagung Yahweh, (2003:40 41), Pdt. A.H. Parhusip, menulis tentang masalah ini: Lalu mungkin ada yang bertanya: Siapakah Pencipta itu dan bagaimanakah kalau kita mau memanggil Pencipta itu? Jawabnya: Terserah pada Anda! Mau panggil; Pencipta! Boleh! Mau panggil: Perkasa! Silahkan! Mau panggil: Debata! Boleh! Mau panggil: Allah! Boleh! Mau panggil: Elohim atau Theos atau God atau Lowalangi atau Tetemanis...! Silakan! Mau memanggil bagaimana saja boleh, asalkan tujuannya memanggil Sang Pencipta, yang menciptakan langit dan bumi... Ya, silakan menyebut dan memanggil Sang Pencipta itu menurut apa yang ditaruh oleh Pencipta itu di dalam hati Anda, di dalam hati kita masing masing. Lihat Roma 2:14 15. Kontroversi soal nama Tuhan ini merebak ke permukaan, menyusul munculnya kelompok kelompok Kristen yang menolak penggunaan nama Allah dan menggantinya dengan Yahweh. Tahun 1999, muncul kelompok Kristen yang menemakan dirinya Iman Taqwa Kepada Shirathal Mustaqim (ITKSM) yang 17 Th.C.Vriezen,Agama Israel Kuno, (Jakarta: Badan Penerbit Kristen, 2001), hal. 7. 18 Bambang Noorsena, The History of Allah, hal. 38 39. 6

melakukan kampanye agar kaum Kristen menghentikan penggunaan lafaz Allah. Kelompok ini kemudian mengganti nama menjadi Bet Yesua Hamasiah (BYH). Kelompok ini mengatakan: "Allah adalah nama Dewa Bangsa Arab yang mengairi bumi. Allah adalah nama Dewa yang disembah penduduk Mekah.'' Kelompok ini juga menerbitkan Bibel sendiri dengan nama Kitab Suci Torat dan Injil yang pada halaman dalamnya ditulis Kitab Suci 2000. Kitab Bibel versi BYH ini mengganti kata "Allah" menjadi "Eloim", kata "TUHAN" diganti menjadi "YAHWE"; kata "Yesus" diganti dengan "Yesua", dan "Yesus Kristus" diubah menjadi "Yesua Hamasiah". Berikutnya, muncul lagi kelompok Kristen yang menamakan dirinya "Jaringan Gereja gereja Pengagung Nama Yahweh" yang menerbitkan Bibel sendiri dengan nama "Kitab Suci Umat Perjanjian Tuhan ini". Kelompok ini menegaskan, "Akhirnya nama "Allah" tidak dapat dipertahankan lagi." 19 Tentang kontroversi nama Tuhan dan penggunaan kata Allah dalam Bibel edisi bahasa Indonesia, Lembaga Alkitab Indonesia sebagai lembaga resmi penerjemah Bibel edisi bahasa Indonesia membuat penjelasan: el, elohim, aloah adalah nama pencipta alam semesta dalam bahasa Ibrani, bahasa asli Alkitab Perjanjian Lama. Dalam bahasa Arab, allah (bentuk ringkas dari al ilah) merupakan istilah yang seasal (cognate) dengan kata Ibrani el, elohim, aloah. Jauh sebelum kehadiran agama Islam, orang Arab yang beragama Kristen sudah menggunakan (baca: menyebut) allah ketika mereka berdoa kepada el, elohim, aloah. Bahkan tulisan tulisan kristiani dalam bahasa Arab pada masa itu sudah menggunakan allah sebagai padankata untuk el, elohim, aloah... Dari dahulu sampai sekarang, orang Kristen di Mesir, Libanon, Iraq, Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura dan berbagai negara di Afrika yang dipengaruhi oleh bahasa Arab, terua menggunakan (baca: menyebut) kata allah jika ditulis biasanya menggunakan hruf kapitak Allah untuk menyebut Pencipta Alam Semesta dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, baik dalam ibadah maupun dalam tulisan tulisan. Dalam terjemahanterjemahan bahasa Melayu dan bahasa Indonesia, kata Allah sudah digunakan terus menerus sejak terbitan Injil Matius dalam bahasa Melayu yang pertama (terjemahan Albert Cornelis Ruyl, 1692), begitu juga dalam Alkitab Melayu yang kedua (terjemahan Hillebrandus Cornelius Klinkert, 1879 sampai saat ini. Demikian penjelasan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). Tradisi tidak menyebut nama Tuhan, sebagaimana dalam Yahudi dan Kristen, kemudian dibawa ke dalam Islam oleh sebagian penerjemah al Quran ke dalam bahasa Inggris, yang mengganti semua kata Allah dengan God. 20 Di kalangan sebagian cendekiawan 19 Tentang kontroversi penggunaan nama Allah dalam Kristen lihat I.J. Setyabudi, Kontroversi Nama Allah, (Jakarta: Wacana Press, 2004); Bambang Noorsena, The History of Allah, (Yogya: PBMR Andi, 2005); juga Herlianto, Siapakah Yang Bernama Allah Itu? (Jakarta: BPK, 2005, cetakan ke 3), dan Pdt. A.H. Parhusip, Wasapadalah terhadap Sekte Baru, Sekte Pengagung Yahweh, (2003). 20 Beberapa terjemahan al Quran bahasa Inggris telah menerjemahkan lafaz Allah menjadi God. Misalnya, Abdullah Yusuf Ali dalam The Holy Qur'an menerjemahkan "Bismillah" dengan "In the name of God". Begitu juga, "Alhamdulillah" diterjemahkan dengan "Praise be to God", dan "Qul Huwallahu ahad" diterjemahkan dengan "Say: He is God, the One and Only", juga ayat " Innaniy Anallahu La ilaha illa Ana fa'budniy wa aqimish shalata li dzikriy" juga diterjemahkan "Verily, I am God: there is no god but I; so serve thou Me (only) and establish regular prayer for celebrating My praise." (QS 20:14). Jika dalam al Quran, Tuhan sudah memperkenalkan diri sebagai Allah, seperti dalam surat 20:14, maka dalam cerita tentang Moses di Gurun Sinai, Max L. Margolis dan Alexander 7

di Indonesia, Nurcholish Madjid tercatat yang aktif mensosialisasikan bolehnya menerjemahkan kata Allah ke dalam sebutan lain. Menurut Nurcholish Madjid: Karena itu sebenarnya, di Indonesia kata Allah itu bisa diterjemahkan menjadi kata Tuhan... Jadi tiada Tuhan dalam t kecil (tuhan), kecuali Tuhan, itu bisa. 21 Yang bisa disimpulkan dari pembahasan singkat tentang nama Tuhan dalam tradisi Islam, Yahudi, dan Kristen, ialah bahwa Allah memang merupakan nama Tuhan yang sudah digunakan oleh kaum kaum sebelum Islam, di kawasan Arab. Nama inilah yang dipilih oleh Allah untuk memperkenalkan diri Nya kepada manusia, melalui utusan Nya yang terakhir, yakni Nabi Muhammad saw. Meskipun nama Allah sudah digunakan oleh kaum Kristen maupun musyrik Arab, tetapi al Quran tetap menggunakan nama ini. Hanya saja, nama Allah yang digunakan oleh al Quran sudah dibersihkan konsepnya dari unsur unsur syirik, seperti dipahami oleh kaum Kristen dan musyrik Arab. Karena itu, bisa dipahami, untuk mengenal Allah secara murni (tauhid), maka tidak bisa tidak harus mengakui kenabian Muhammad saw. Sebab, Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah terakhir, yang bertugas menjelaskan siapa Allah, nama dan sifat saifat Nya, dan cara untuk beribadah kepada Nya. 2. Perkembangan Konsep Ketuhanan dalam Kristen Untuk lebih memahami "otentisitas dan finalitas" konsep Tuhan dalam Islam, ada baiknya kita telaah problema konsep Tuhan dalam Kristen. Dr. C. Groenen ofm, seorang teolog Belanda, mencatat, bahwa seluruh permasalahan kristologi di dunia Barat berasal dari kenyataan bahwa di dunia Barat, Tuhan menjadi satu problem. Setelah membahas perkembangan pemikiran tentang Yesus Kristus (Kristologi) dari para pemikir dan teolog Kristen yang berpengaruh, ia sampai pada kesimpulan, bahwa kekacauan para pemikir Kristen di dunia Barat hanya mencerminkan kesimpangsiuran kultural di Barat. Kesimpang siuran itu merupakan akibat sejarah kebudayaan dunia Barat, tulis Groenen. 21 Setelah membahas puluhan konsep para teolog besar di era Barat modern, Groenen memang akhirnya menyerah, lalu sampai pada kesimpulan bahwa konsep Kristen tentang Yesus memang misterius dan tidak dapat dijangkau oleh akal manusia. Sebab itu, jangan dipikirkan. Kata dia: iman tidak tergantung pada pemikiran dan spekulasi para teolog. Yesus Kristus, relevansi dan kebenaran abadi Nya, akhirnya hanya tercapai dengan hati yang beriman dan berkasih. Yesus Kristus, Marx mencatat: In Sinai, to Moses God made Himself known by a new name. I am that I am, the One whom no definition can exhaust, who is always with His people, a Helper evereaday, a Savior. (Max L. Margolis dan Alexander Marx, A History of the Jewish People, hal. 15.). Kasus yang sama penerjemahan nama Allah menjadi God juga bisa dilihat dalam Terjemah al Quran bahasa Inggris yang dilakukan oleh J.M. Rodwell (terbitan J.M. Dent Orion Publishing Group, London, 2002. Terbit pertama oleh Everyman tahun 1909). Kaum Kristen kadang salah menjelaskan tentang nama 'Allah' ini. Misalnya, Kamus Teologi yang ditulis Henk ten Napel, menjelaskan 'Allah' sebagai kata yang berasal dari bahasa Arab yang didefinisikan sebagai "Keberadaan Tertinggi dalam agama Islam". 21 Lihat pengantar Prof. Dr. Nurcholish Madjid untuk buku Islam Mazhab HMI, karya Drs. Azhari Akmal Tarigan M.Ag, (Ciputat: Kultura, 2007), hal. xx. 21 C. Groenen, Sejarah Dogma Kristologi: Perkembangan Pemikiran tentang Yesus Kristus pada Umat Kristen, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), hal. 286. 8

Kebenaran, selalu lebih besar dari otak manusia, meski otak itu sangat cerdas dan tajam sekali pun. 22 Sepanjang sejarah peradaan Barat, terjadi banyak problema serius dalam perdebatan teologis. Di zaman pertengahan, rasio harus disubordinasikan kepada kepercayaan Kristen. Akal dan filosofi di zaman pertengahan tidak digunakan untuk mengkritisi atau menentang doktrin doktrin kepercayaan Kristen, tetapi digunakan untuk mengklarifikasi, menjelaskan, dan menunjangnya. Sejumlah ilmuwan seperti Saint Anselm, Abelard, dan Thomas Aquinas mencoba memadukan antara akal (reason) dan teks Bible (revelation). Sikap para ilmuwan dan pemikir abad pertengahan digambarkan: They did not reject Christian beliefs that were beyond the grasp of human reason and therefore could not be deduced by rational argument. Instead, they held thst such truths rested entirely on revelation and were to be accepted on faith. To medieval thinkers, reason did not have an independent existence but ultimately had to acknowledge a supra rational, superhuman standard of truth. They wanted rational thought to be directed by Christian ends and guided by scriptural and ecclesiastical authority. 23 Problema yang kemudian muncul ialah, ketika para ilmuwan dan pemikir diminta mensubordinasikan dan menundukkan semua pemikirannya kepada teks Bible dan otoritas Gereja, justru pada kedua hal itulah terletak problema itu sendiri. Disamping menghadapi problema otentisitas, Bible juga memuat hal hal yang bertentangan dengan akal dan perkembangan ilmu pengetahuan. Sejumlah ilmuwan mengalami benturan dengan Gereja dalam soal ilmu pengatahuan, seperti Gelileo Galilei (1546 1642) dan Nicolaus Copernicus (1473 1543). Bahkan Giordano Bruno (1548 1600), pengagum Nicolaus Copernicus, dibakar hidup hidup. 24 Jika para ilmuwan dipaksa tunduk kepada doktrin teologis yang mereka sendiri sulit memahaminya, tentu muncul benturan pemikiran. Padahal, konsepsi teologis Kristen terutama fakta dan posisi ketuhanan Yesus telah menjadi ajang perdebatan ramai di kalangan Kristen, sepanjang sejarahnya. Kelompok kelompok yang tidak menyetujui doktrin resmi Gereja dicap sebagai heretics dan banyak diantaranya yang diburu dan dibasmi. Contohnya, adalah satu kelompok yang bernama Cathary yang hidup di Selatan Perancis. Kelompok Cathary adalah penganut Catharism, satu kelompok heresy radikal di Zaman Pertengahan. Cathary percaya bahwa karena daging adalah jahat, maka Kristus tidak mungkin menjelma dalam tubuh manusia. Karena itu, Kristus tidaklah disalib dan dibangkitkan. Dalam ajaran Cathary, Yesus bukanlah Tuhan, tapi Malaikat. Untuk memperhambakan manusia, tuhan yang jahat menciptakan gereja, yang mempertontonkan sihirnya dengan mengejar kekuasaan dan kekayaan. Ketika kaum ini tidak dapat disadarkan dengan 22 C. Groenen, Sejarah Dogma Kristologi, hal. 285. 23 Marvin Perry, Western Civilization: A Brief History, (New York: Houghton Mifflin Company, 1997), hal. 185 186. 24 E.A. Livingstone, Oxford Concise Dictionary of Christian Church, (Oxford: Oxford University Press, 1996). 9

persuasif, Paus Innocent III menyerukan kepada raja raja untuk memusnahkan mereka dengan senjata, sehingga ribuan orang dibantai. 25 Doktrin teologi Kristen mengalami proses 'perkembangan sejarah yang panjang'. Doktrin ini tidak selesai dan tersusun di masa Yesus, tetapi beratus tahun sesudahnya, melalui Konsili konsili Gereja. Dalam Konsili tahun 325 di Nicea, Kaisar Konstantin menyatukan atau memilih teologi resmi Gereja. Konsili menjadikan Roma sebagai pusat resmi Christian orthodoxy. Kepercayaan yang berbeda dengan yang resmi dipandang sebagai heresy. Dalam Konsili ini, aspek aspek Ketuhanan Yesus diputuskan melalui voting. Buku The Messianic Legacy, mencatat, bahwa Kristen memang berhutang pada Konstantine, yang cerita tentang konversinya ke Kristen masih diperdebatkan. Disebutkan dalam buku ini, ia tetaplah penganut paganisme. Tuhannya adalah Sol Invictus, dewa matahari kaum pagan. Paganisme juga menjadi agama resmi Romawi ketika itu. Buku ini menyebut pengaruh paganisme Constantine terhadap Kristen. Tahun 321 M, keluar Edict yang menetapkan hari Minggu sebagai hari istirahat. Padahal, sebelumnya, Kristen tetap menghormati hari Sabtu. Sampai abad ke 4, hari kelahiran Yesus diperingati pada 6 Januari. Tapi, pada tradisi persembahan Sol Invictus, hari terpenting adalah 25 Desember. 26 The Interpreter s Dictionary of the Bible menjelaskan, bahwa istilah trinitas (Latin: trinitas, Inggris: trinity) merujuk pada pengertian: the coexistence of Father, Son, and Holy Spirit in the Unity of the Godhead. Istilah ini bukan merupakan istilah Biblical. Tapi, mewakili kristalisasi dari ajaran Perjanjian Baru. Dalam Matius 3:17 disebutkan: "Maka suatu suara dari langit mengatakan, "Inilah anakku yang kukasihi. Kepadanya Aku berkenan." Juga, Lukas 4:41 menyebutkan bahwa Yesus itu adalah Anak Allah." Konsep Trinitas memang tidak mungkin dipahami dengan akal. Tokoh pemikir Kristen abad ke 13, Thomas Aquinas mengungkapkan dengan kata kata: deum esse trinum et unum est solum creditum, et nullo modo potest demonstrative probari (That God is three and one is only known by belief, and it is in no way possible for this to be demonstratively proven by reason). 27 Sejak Konsili Nicea, problem serius dan kontroversial memang masalah ketuhanan Yesus. 28 Bagaimana menjelaskan kepada akal yang sehat, bahwa Yesus adalah Tuhan dan sekaligus manusia. Apa yang disebut kaum Katolik sebagai 25 Marvin Perry, Western Civilization, hal. 175; The Encyclopedia Britannica, (London: The Encyclopaedia Britannica Company Ltd., 1926). 26 Michael Baigent, Richard Leigh, Henry Lincoln, The Messianic Legacy, (New York: Dell Publishing, 1986), hal. 36 42. Masalah konversi Konstantine memang masih menjadi perdebatan. Buku Who's Who in Christianity (ed. by. Lavinia Cohn Sherbok), (London: Routledge, 1998), menulis tentang Konstantin: "The authenticity of his conversion is much debated, but in any event, he was greatly involved in Church affairs and he established the precedent that secular monarch sholud be the arbiter in ecclesiastical dispute." 27 The Interpreter s Dictionary of the Bible, (Nashville: Abingdon Press, 1989; Douglas C. Hall, The Trinity, (Leiden: EJ Brill, 1992), hal. 67 68. 28 Selain masalah Ketuhanan Yesus, masalah posisi dan hakekat Roh Kudus juga menjadi perdebatan sengit sepanjang sejarah Kristen. Buku Iman Katolik (KWI, 1996), hal. 319 mencatat: "Konsili Konstantinopel I (381) menambahkan pada syahadat Konsili Nicea (325) kata kata ini: (dan akan Roh Kudus), Tuhan yang menghidupkan, yang berasal dari Bapa, yang serta Bapa dan Putra disembah dan dimuliakan, yang bersabda degan perantaraan para nabi". Di kemudian hari, di Barat (dalam Bahasa Latin), masih ditambahkan satu kata lagi: "berasal dari Bapa dan Putra". Tambahan ini menimbulkan banyak kesulitan dan pertikaian antara Gereja Barat dan Gereja Timur (Ortodoks). Soal ini rumit sekali dan tidak dari semula disadari arti dan akibatnya." 10

Syahadat Nicea, secara eksplisit mengutuk pemikiran Arius, seorang imam Alexandria yang lahir tahun 280. Arius didukung sejumlah Uskup menyebarkan pemahaman bahwa Yesus bukanlah Tuhan yang tunggal, esa, transenden, dan tak tercapai oleh manusia. Yesus adalah Firman Allah yang secara metafor boleh disebut Anak Allah bukanlah Tuhan, tetapi makhluk, ciptaan, dan tidak kekal abadi. 29 Syahadat Nicea menyatakan: Kami percaya pada satu Allah, Bapa Yang Mahakuasa, Pencipta segala yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Dan pada satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah, Putra Tunggal yang dikandung dari Allah, yang berasal dari hakikat Bapa, Allah dari Allah, terang dari terang, Allah benar dari Allah Benar, dilahirkan tetapi tidak diciptakan, sehakikat dengan Bapa, melalui dia segala sesuatu menjadi ada 30 Soal Syahadat Katolik memang menjadi perbincangan dan kontroversi hebat dalam sejarah Kristen. Konsili Efesus, tahun 431, melarang perubahan apa pun pada Syahadat Nicea, dengan ancaman kutukan Gereja (anathema). Namun, Konsili Kalsedon, tahun 451, mengubah Syahadat Nicea. Kutukan terhadap Arius dihapuskan. Naskah syahadat Konsili Kalsedon berasal dari konsili lokal di Konstantinopel tahun 381. Sebab, naskah edisi tahun 325 dianggap sudah tidak memadai untuk berhadapan dengan situasi baru. Kalangan teolog Kristen ada yang menyebut bahwa naskah tahun 381 adalah penyempurnaan naskah tahun 325, tanpa mengorbankan disiplin teologisnya. Naskah syahadat itu di kalangan sarjana disebut Syahadat dari Nieca dan Konstantinopel disingkat N C. Naskah syahadat N C ini hingga sekarang masih menjadi naskah syahadat penting dari kebanyakan Gereja 29 Dalam buku Sejarah Gereja (Jakarta: BPK, 1987), karya H. Berkhof dan IH Enklaar, ditulis bahwa Arius menyatakan: "Tak mungkin Yesus dapat disebut "setengah Allah!" Apabila kita percaya kepada satu Allah saja, tentulah Yesus Allah juga atau Ia bukan Allah, melainkan makhluk saja." Arius mengajarkan bahwa Anak atau Logos, adalah makhluk Tuhan yang sulung dan yang tertinggi derajatnya. Rumusan dalam Konsili Nicea yang diprakarsai oleh Kaisar dan panasehatnya adalah rumus kompromi, dan masih terus menimbulkan perdebatan. Ditulis dalam buku ini: "Pertikaian theologia yang hebat dan lama ini baru berakhir sesudah Theodosius Agung, yang anti Arian, naik kaisar pada tahun 379. Konsili oikumenis yang kedua, yang diadakan di Constantinopel pada tahun 381, memutuskan bahwa Anak itu homo usios dengan Bapa. Dengan demikian keputusan Nicea ditetapkan, tetapi dengan pengertian yang lebih terang dan dalam. Konsili Constantinopel mengakui pula, bahwa Roh Kudus juga sezat dengan Bapa, menurut ajaran Athanasius." (hal. 53 55). 30 C. Groenen, Sejarah Dogma Kristologi, hal. 126 127. Teks Syahadat Nicea dikutip dari buku Konsili konsili Gereja karya Norman P. Tanner, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), hal. 36 37. Bandingkan teks ini dengan buku Tanya Jawab Syahadat Iman Katolik: Kami percaya akan satu Allah, Bapa yang Mahakuasa, Pencipta hal hal yang kelihatan dan tak kelihatan, Dan akan satu Tuhan Yesus Kristus, Sang Sabda dari Allah, Terang dari Terang, Hidup dari Hidup, Putra Allah yang Tunggal Yang pertama lahir dari semua ciptaan, Dilahirkan dari Bapa, Sebelum segala abad... (Alex I. Suwandi PR, Tanya Jawab Syahadat Iman Katolik, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hal. 9 10. Dalam Protestan, juga dikenal konsep Syahadat Nicea, yang disebut sebagai 'Sahadat rasuli', 'pengakuan iman rasuli', atau 'dua belas pengakuan iman'..( 1 ) Aku percaya kepada Allah Bapa, yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi.(2) Dan kepada Yesus Kristus, Anak Nya yang tunggal, Tuhan kita, (3) yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria, (4) yang menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut (5) pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati, (6) naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang Mahakuasa, (7) dan akan datang dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati, (8) Aku percaya kepada Roh Kudus; (9) gereja yang kudus dan am; persekutuan orang kudus; (versi Katolik: Gereja Katolik yang kudus, persekutuan para kudus) (10) pengampunan dosa; (11) kebangkitan daging; (12) dan hidup yang kekal. (Dr. Harun Hadiwijono,Inilah Sahadatku ), Jakarta: BPK, 2001), hal. 11. 11

Kristiani. Namun, pada Konsili Toledo III di Spanyol tahun 589, Gereja Barat melakukan tambahan frasa dan Putra (Filioque), pada penggal kalimat dan akan Roh Kudus yang berasal dari Bapa. Penambahan itu dimaksudkan untuk menekankan keilahian dan kesetaraan antara Putra dengan Bapa. Paus, yang mulanya menolak penambahan itu, akhirnya menerima dan mendukungnya. Namun, Gereja Timur menolak, karena melanggar Konsili Efesus. Penambahan ini kemudian menjadi penyebab utama terjadinya skisma perpecahan antara dua Gereja (Barat dan Timur) pada abad ke 11. Konsili Vatikan II juga membuat perubahan kecil pada Syahadat N C, dengan mengganti kata pembuka Aku percaya menjadi Kami percaya. 31 Perkembangan dan problema konsep Ketuhanan dalam tradisi Kristen itu menunjukkan adanya perbedaan yang fundamental dengan konsep Tuhan dalam Islam yang bersifat final. Huston Smith menyebutkan, "Christianity is basically a historical religion it is founded not in abstract principles, but in concrete events, actual historical happenings. 32 Dalam perspektif Kristen, Frans Magnis Suseno memberikan penjelasan tentang 'perkembangan konsep Tuhan' agama agama Abrahamistik. Mengutip Bernard Lang, dalam bukunya, "The Hebrew God: Portrait of an Ancient Deity" (London: Yale University Press, 2002), Frans Magnis Suseno mencatat bahwa iman akan Yahwe berkembang dalam proses komunikasi erat dengan budaya budaya sekelilingnya." Frans Magnis menulis: "Yahweh mengadakan perjanjian dengan bangsanya, menyertainya selama 40 tahun dalam pengembaraannya di padang gurun dan akhirnya mengantarnya ke dalam tanah yang dijanjikan kepadanya. Yahweh kemudian memperhatikan, membimbing serta bertanggung jawab atas bangsa itu secara personal. Yahweh semula belum Allah satu satunya. Tetapi dewa dewi lain tidak berarti disbanding dengan Nya. Yahweh, itulah yang baru, tidak lagi terikat pada tempat tertentu. Ia adalah Tuhan atas segala bangsa dan atas sejarah. Ia mempunyai sebuah rencana keselamatan dan akan melaksanakannya Dari kepercayaan bahwa hanya Yahwehlah Tuhan Israel, umat Yahudi mulai percaya bahwa Allah hanyalah satu, Yahweh. Penghayatan Yang Ilahi sebagai Allah Yang Esa kemudian mendasari dua agama monoteis besar yang menyempal dari rumpun Yahudi, agama Kristiani dan agama Islam." 33 3. Konsep Tuhan dalam 'Pluralisme Agama' Pluralisme Agama didasarkan pada satu asumsi bahwa semua agama adalah jalan yang sama sama sah menuju Tuhan yang sama. Jadi, menurut penganut paham ini, semua agama adalah jalan yang berbeda beda menuju Tuhan yang sama. Tuhan siapa pun nama Nya tidak menjadi masalah. Tokoh Pluralis Agama, Prof. John Hick, lebih suka menyebutnya "The Eternal One". Tuhan inilah yang menjadi tujuan dari semua agama. Seorang tokoh Yahudi, Claude Goldsmid Montefiore, dalam The 31 Norman P. Tanner, Konsili konsili Gereja, hal. 35 41 32 Huston Smith, The World s Religion, (New York: Harper CollinsPubliser, 1991), hal. 317. 33 Lihat, Frans Magnis Suseno, Menalar Tuhan, hal. 37 38. 12

Jewish Quarterly Review, tahun 1895, menulis: "Many pathways may all lead Godward, and the world is richer for that the paths are not new." 35 Bagi kaum Pluralis seperti disebutkan dalam makalah Pengantar Kuliah Umum siapa pun nama Tuhan tidak menjadi masalah, karena mereka memandang, agama adalah bagian dari ekspresi budaya manusia yang sifatnya relatif. Karena itu, tidak manjadi masalah, apakah Tuhan disebut Allah, God, Lord, Yahweh, dan sebagainya. Mereka juga mengatakan, bahwa semua ritual dalam agama adalah menuju Tuhan yang satu, siapa pun nama Nya. Nurcholish Madjid, misalnya, menyatakan, bahwa: "... setiap agama sebenarnya merupakan ekspresi keimanan terhadap Tuhan yang sama. Ibarat roda, pusat roda itu adalah Tuhan, dan jari jari itu adalah jalan dari berbagai Agama." 36 Jalaluddin Rakhmat juga menulis: Semua agama itu kembali kepada Allah. Islam, Hindu, Budha, Nasrani, Yahudi, kembalinya kepada Allah. Adalah tugas dan wewenang Tuhan untuk menyelesaikan perbedaan di antara berbagai agama. Kita tidak boleh mengambil alih Tuhan untuk menyelesaikan perbedaan agama dengan cara apa pun, termasuk dengan fatwa. 37 Pandangan yang menyatakan, bahwa semua agama menyembah Tuhan yang sama, yaitu Allah, adalah pandangan yang keliru. Hingga kini, sebagaimana dipaparkan sebelumnya, di kalangan Kristen saja, muncul perdebatan sengit tentang penggunaan lafal "Allah" sebagai nama Tuhan. Sebagaimana kaum Yahudi, kaum Kristen sekarang juga tidak memiliki 'nama Tuhan' secara khusus. Kaum Hindu, Budha, dan pemeluk agama agama lain juga tidak mau menggunakan lafaz "Allah" sebagai nama Tuhan mereka. Kaum musyrik dan Kristen Arab memang menyebut nama Tuhan mereka dengan "Allah" sama dengan orang Islam. Nama itu juga kemudian digunakan oleh al Quran. 38 Tetapi, perlu dicatat, bahwa al Quran menggunakan kata yang sama namun dengan konsep yang berbeda. Bagi kaum musyrik Arab, Allah adalah salah satu dari Tuhan mereka, disamping tuhan Lata, Uza, Hubal, dan sebagainya. Karena itu, mereka melakukan tindakan syirik. Sama dengan kaum Kristen, yang dalam pandangan Islam, telah melakukan tindakan syirik dengan mengangkat Nabi Isa sebagai Tuhan. Karena itulah, Nabi Muhammad saw sesuai dengan ketentuan QS al Kafirun menolak ajakan kaum musyrik Quraisy untuk melakukan penyembahan kepada Tuhan masing masing secara bergantian. Jadi, tidak bisa dikatakan, bahwa orang Islam menyembah Tuhan yang sama dengan kaum kafir Quraisy. Jika menyembah Tuhan yang sama, tentulah Nabi Muhammad saw akan memenuhi ajakan kafir Quraisy. 35 John Hick, God Has Many Names, (Pennsylvania: The Westminter Press, 1982), hal. 40 45. 36 Lihat, buku Tiga Agama Satu Tuhan, (Bandung: Mizan, 1999), hal. xix., 37 Jalaluddin Rakhmat, Islam dan Pluralisme: Akhlak Quran Menyikapi Perbedaan, (Jakarta: Serambi, 2006), hal. 34. 38 Al Quran memang menyebutkan, jika kaum musyrik Arab ditanya tentang siapa yang menciptakan langit dan bumi, maka mereka akan menyebut "Allah". (Lihat QS 29:61, 43:87). Karen Armstrong menyebut, ketika Islam datang, 'Allah' dianggap sebagai 'Tuhan Tertinggi dala keyakinan Arab kuno'. (Lihat, Karen Armstrong, Sejarah Tuhan, hal. 190). 13

"Katakan, hai orang orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi peyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku." (QS 109). QS al Kafirun ini menjadi dalil bahwa karena konsep Tuhan yang berbeda meskipun namanya sama, yaitu Allah dan cara beribadah yang tidak sama pula, maka tidak bias dikatakan bahwa kaum Muslim dan kaum kafir Quraisy menyambah Tuhan yang sama. Itu juga menunjukkan, bahwa konsep Tuhan kaum Quraisy dipandang salah oleh Allah dan Rasul Nya. Begitu juga cara (jalan) penyembahan kepada Allah. Karena itulah, nabi Muhammad dilarang mengikuti ajakan kaum kafir Quraisy untuk secara bergantian menyembah Tuhan masing masing. Kaum Pluralis Agama biasanya mengambil dalil QS 2:62 dan 5:69 untuk menyatakan bahwa semua pemeluk agama apa pun, asalkan "beriman kepada Allah", "percaya kepada Hari Akhir" dan "beramal saleh", pasti akan selamat. Padahal, yang dimaksud dengan "beriman kepada Allah" dalam kedua ayat tersebut, adalah "iman" yang sesuai dengan konsep iman Islam, bukan konsep iman kaum musyrik Arab, kaum Kristen, atau agama agama lain. Ada yang menyatakan bahwa karena kedua ayat tersebut tidak mewajibkan "beriman kepada Nabi Muhammad" maka untuk meraih keselamatan, kaum Yahudi dan Kristen (Ahlul Kitab) tidak perlu beriman kepada Nabi Muhammad saw. 39 Pendapat semacam itu yang disandarkan kepada Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha dalam Tafsir Al Manar adalah pendapat yang salah dan menipulasi data, yang hanya mengutip sebagian pendapat dalam Al Manar Jld I: 336 338. Dijelaskan dalam bagian Tafsir Al Manar lainnya, bahwa QS 2:62 dan 5:69 adalah membicarakan keselamatan Ahlul Kitab yang kepada mereka dakwah Nabi (Islam) tidak sampai menurut yang sebenarnya dan kebenaran agama tidak tampak bagi mereka. Karena itu, mereka diperlakukan seperti Ahlul Kitab yang hidup sebelum kedatangan Nabi, yakni tidak wajib beriman kepada kenabian Muhammad saw. 40 Sedangkan bagi Ahli Kitab yang dakwah Islam sampai kepada mereka (sesuai rincian QS 3:199), Abduh dan Ridha menetapkan lima syarat keselamatan, yaitu: (1) beriman kepada Allah dengan iman yang benar, yakni iman yang tidak bercampur dengan kemusyrikan dan disertai dengan ketundukan yang mendorong untuk melakukan kebaikan, (2) beriman kepada al Quran yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Mereka mengatakan bahwa syarat ini disebutkan lebih dahulu daripada tiga syarat yang lainnya, karena al Quran merupakan landasan untuk berbuat dan menjadi pemberi koreksi serta kata putus ketika terjadi perbedaan. Hal ini lantaran kitab itu terjamin keutuhannya, tidak ada yang hilang dan tidak mengalami pengubahan, (3) beriman kepada kitab kitab yang diwahyukan bagi mereka, (4) rendah hati (khusyu') yang merupakan buah dari iman yang benar dan membantu 39 Pendapat semacam ini, misalnya, dikemukakan oleh Prof. Abdul Aziz Sachedina, yang menulis: Rashid Rida does not stipulate belief in the prophethood of Muhammad for the Jews and Christians desiring to be saved, and hence implicitly maintains the salvific validity of both the Jewish and Christian revelation. Lihat Abdul Aziz Sachedina, Is Islamic Revelation an Abrogation of Judaeo Christian Revelation? Islamic Self identification in the Classical and Modern Age, dalam Hans Kung and Jurgen Moltman, Islam: A Challenge for Christianity, (London: SCM Press, 1994), hal. 99. 40 Lihat, M. Rasyid Ridha, Tafsir Al Manar, (Beirut: Darul Fikr, 1354 H), Jld. IV, hal. 318. 14

untuk melakukan perbuatan yang dituntut oleh iman, (5) tidak menjual ayat ayat Allah dengan apapun dari kesenangan dunia. 41 Terakhir, argumentasi kaum Pluralis Agama bahwa "semua agama adalah jalan yang sama sama sah menuju Tuhan yang sama" jelas jelas juga pendapat yang bathil. Jika semua jalan adalah benar, maka tidak perlu Allah memerintahkan kaum Muslim untuk berdoa "Ihdinash shirathal mustaqim!" (Tunjukkanlah kami jalan yang lurus!). Jelas, dalam surat al Fatihah disebutkan, ada jalan yang lurus dan ada jalan yang tidak lurus, yaitu jalannya orang orang yang dimurkai Allah dan jalannya orangorang yang tersesat. Jadi, tidak semua jalan adalah lurus dan benar. Ada jalan yang bengkok dan jalan yang sesat. 42 Lagi pula, jumlah agama di dunia ini begitu banyak, ribuan jumlahnya. Agama yang manakah yang dimaksud oleh kaum Pluralis itu sebagai agama yang benar? Apakah kaum Muslim yang beriman kepada Allah dan Rasul Nya bisa membenarkan semua agama benar termasuk agama Gatholoco dan Darmogandhul yang jelas jelas melakukan pelecahan terhadap Allah dan Nabi Muhammad saw? Perkataan "semua agama benar" atau "semuanya benar" juga tidak secara konsisten diikuti oleh penganjur paham Pluralisme Agama, karena pada saat yang sama, mereka juga merasa benar sendiri, dan menyalahkan para pemeluk agama yang meyakini kebenaran agamanya masing masing. Wallahu a'lam. (Depok, 1 Maret 2008). 41 Ibid, hal. 317. 42 Dalam Sunan Tirmidzi bab Tafsir al Quran 'an Rasulillah hadits No. 2878 dan Musnad Imam Ahmad hadits No 18572 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan "al maghdhub" adalah "al yahuud" dan "al dhallin" adalah "al nashara". 15