TANAH LEMPUNG NON EKSPANSIF

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Penambahan Clean Set Cement terhadap Potential Swelling pada Tanah Lempung Kembang Susut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

COMPARISON ADDITION CEMENT AND LIME IN CLAY SOIL EXPANSIVE OF SWELLING POTENTIAL

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU DAN SERBUK GYPSUM TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN ANALISIS

PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS (UNCONFINED COMPRESSION TEST) PADA STABILITAS TANAH LEMPUNG DENGAN CAMPURAN SEMEN DAN ABU CANGKANG SAWIT

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di

STABILISASI TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN ABU-SEKAM DAN KAPUR

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu dan Semen Terhadap Karakteristik Tanah Lempung Ekspansif Di Bojonegoro

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak

Rekayasa Teknik Sipil Vol 2 Nomer 2/rekat/15 (2015), 25-32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan

THE INFLUENCE OF WETTING AND DRYING CYCLE TO EXPANSIVE CLAY WITH HIGH SWELLING SHRINKAGE POTENTIAL OF UNCONFINED COMPRESSION STRENGHT VALUE (qu)

BAB III METODOLOGI. terhadap obyek yang akan diteliti, pengumpulan data yang dilakukan meliputi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 1. Pendahuluan Pengaruh variasi kepadatan awal terhadap perilaku kembang susut tanah lempung ekspansif di Godong -Purwodadi

STABILISASI TANAH DASAR ( SUBGRADE ) DENGAN MENGGUNAKAN PASIR UNTUK MENAIKKAN NILAI CBR DAN MENURUNKAN SWELLING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. TUGAS AKHIR... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN PENDADARAN... iii. PERNYATAAN... iv. PERSEMBAHAN... v. MOTTO...

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH LAMA WAKTU CURING TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO DENGAN CAMPURAN 6% ABU SEKAM PADI DAN 4% KAPUR

BAB 4. HASIL DAN ANALISIS PENYELIDIKAN TANAH

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Kata kunci: Kemampuan Kembang Susut Sedang, Siklus Pembasahan dan Pengeringan, Kuat Tekan Bebas

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GYPSUM DENGAN LAMANYA WAKTU PENGERAMAN (CURING) TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

PENGARUH JARAK DAN PANJANG KOLOM DENGAN DIAMETER 5CM PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG EKSPANSIF MENGGUNAKAN METODE DSM BERPOLA TRIANGULAR

TINJAUAN SIFAT PLASTISITAS TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR ABSTRAKSI

TINJAUAN KUAT DUKUNG, POTENSI KEMBANG SUSUT, DAN PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG PEDAN KLATEN. Abstraksi

kelompok dan sub kelompok dari tanah yang bersangkutan. Group Index ini dapat

STABILISASI TANAH DASAR ( SUBGRADE ) DENGAN MENGGUNAKAN PASIR UNTUK MENAIKKAN NILAI CBR DAN MENURUNKAN SWELLING

KOMPOSISI TANAH. Komposisi Tanah 2/25/2017. Tanah terdiri dari dua atau tiga fase, yaitu: Butiran padat Air Udara MEKANIKA TANAH I

PENGARUH SIKLUS BASAH KERING PADA SAMPEL TANAH TERHADAP NILAI ATTERBERG LIMIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebanyakan masalah tanah dalam bidang keteknikan adalah tanah lempung yang

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR

ANALISIS PEMAKAIAN TANAH SUMENEP MADURA YANG MENGANDUNG GARAM SEBAGAI TIMBUNAN DAN TANAH DASAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Seminar Nasional : Peran Teknologi di Era Globalisasi ISBN No. :

PENGARUH PENGGUNAAN ABU CANGKANG KELAPA SAWIT GUNA MENINGKATKAN STABILITAS TANAH LEMPUNG

Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu dan Kapur Terhadap Karakteristik Tanah Lempung Ekspansif Di Bojonegoro

BAB III METODOLOGI. langsung terhadap obyek yang akan diteliti, pengumpulan data yang dilakukan meliputi. Teweh Puruk Cahu sepanajang 100 km.

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN DENGAN KOMPOSISI 75% FLY ASH DAN 25% SLAG BAJA PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG YANG DITAMBAHKAN SEMEN DAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI SUBGRADE JALAN. (Studi Kasus: Desa Carangsari - Petang - Badung)

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova

KATA PENGANTAR. Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP NILAI KUAT TEKAN BEBAS PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI DAERAH MAGETAN JAWA TIMUR

PENGARUH PENAMBAHAN TANAH GADONG PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN SEMEN (Studi Kasus Kerusakan Jalan Desa Jono, Tanon, Sragen)

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA PEMANFAATAN KLELET ( LIMBAH PADAT INDUSTRI COR LOGAM ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT PADA BETON KEDAP AIR

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X. PENGARUH GARAM DAPUR (NaCl) TERHADAP KEMBANG SUSUT TANAH LEMPUNG

TINJAUAN VARIASI DIAMETER BUTIRAN TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG KAPUR (STUDI KASUS TANAH TANON, SRAGEN)

UJI PERILAKU MENGEMBANG PADA TANAH LEMPUNG AIE PACAH DENGAN METODA FREE SWELL TEST

KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF (Studi Kasus di Desa Tanah Awu, Lombok Tengah)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN KAPUR SEBAGAI BAHAN STABILISASI TERHADAP PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN VARIASI UKURAN BUTIRAN TANAH

KAJIAN EFEKTIFITAS SEMEN DAN FLY ASH DALAM STABILITAS TANAH LEMPUNG DENGAN UJI TRIAXIAL CU DAN APLIKASI PADA STABILISASI LERENG ABSTRAK

Hansdy Wicaksono 1, Pendidikan Teknik Bangunan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

Puspita Anggraeni )1, Machfud Ridwan )2. Abstrak

Pengaruh Kandungan Material Plastis Terhadap Nilai CBR Lapis Pondasi Agregat Kelas S

BAB II TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DAN SILICA FUME

PENGARUH VARIASI DIAMETER SOIL CEMENT COLUMN SKALA LABORATORIUM UNTUK STABILISASI TANAH LEMPUNG PLASTISITAS TINGGI PADA INDEKS LIKUIDITAS 1 DAN 1.

METODE PENELITIAN. Lampung yang telah sesuai dengan standarisasi American Society for Testing

DAFTAR ISI... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... HALAMAN UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... ABSTRACT...

PENGARUH KADAR LEMPUNG DAN KADAR AIR PADA SISI BASAH TERHADAP NILAI CBR PADA TANAH LEMPUNG KEPASIRAN (SANDY CLAY)

2. Kekuatan Geser Tanah ( Shear Strength of Soil ), parameternya dapat diperoleh dari pengujian : a. Geser Langsung ( Direct Shear Test ) b.

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GYPSUM

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang berasal dari

STABILISASI TANAH DASAR DENGAN PENAMBAHAN SEMEN DAN RENOLITH

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN SEMEN SEBAGAI BAHAN STABILISASI PADA TANAH LEMPUNG DAERAH LAMBUNG BUKIT TERHADAP NILAI CBR TANAH

PENGARUH PENAMBAHAN KAPUR DENGAN LAMANYA WAKTU PERAWATAN (CURING) TERHADAP KEKUATAN DAN PENGEMBANGAN (SWELLING) TANAH LEMPUNG EKSPANSIF

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A.S.P Jurnal Volume 1 Nomor 1, Mei 2012

TUGAS AKHIR PENGUJIAN CBR (CALIFORNIA BEARING RATIO) PADA STABILITAS TANAH LEMPUNG DENGAN CAMPURAN SEMEN PORTLAND TIPE I DAN ABU VULKANIK

TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : GIOVANNI RAMADHANY GINTING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN PROSES PEMERAMAN TERHADAP STABILITAS TANAH EKSPANSIF

BABII TINJAUAN PUSTAKA

Seminar Nasional : Peran Teknologi di Era Globalisasi ISBN No. :

Pengaruh Lama Waktu Curing Terhadap Nilai CBR Dan Swelling Pada Tanah Lempung Ekspansif Di Bojonegoro Dengan Campuran 15% Fly Ash

KARAKTERISASI BAHAN TIMBUNAN TANAH PADA LOKASI RENCANA BENDUNGAN DANAU TUA, ROTE TIMOR, DAN BENDUNGAN HAEKRIT, ATAMBUA TIMOR

POTENSI PENAMBAHAN DOLOMIT DAN BOTTOM ASH TERHADAP PENINGKATAN NILAI CBR TANAH EKSPANSIF

ANALISA PERKUATAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN DALAM MENINGKATKAN NILAI CBR PADA TANAH LEMPUNG

TINJAUAN PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG KECAMATAN SUKODONO YANG DISTABILISASI DENGAN GARAM DAPUR (NaCl) PUBLIKASI ILMIAH

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR

TINJAUAN KUAT TEKAN BEBAS DAN PERMEABILITAS TANAH LEMPUNG TANON YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR DAN FLY ASH. Tugas Akhir

BAB II LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN LIMBAH KARBIT UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR TANAH LEMPUNG DESA COT SEUNONG (172G)

III. METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah

Transkripsi:

TANAH LEMPUNG NON EKSPANSIF Tanah ekspansif atau tanah kembang susut adalah tanah yang mempunyai potensi swelling yang tinggi, sehingga sering menimbulkan masalah pada struktur bangunan di atasnya. Hasil tes awal pada tanah lempung yang diambil dari Citra Land Surabaya didapatkan nilai Index Plasticity (IP) kategori potential swelling yang sangat tinggi. Cara yang dipakai untuk proses stabilisasi tanah tersebut dengan stabilisasi kimia menggunakan clean set cement. A. Pengertian Tentang Lempung Tanah lempung (clay) Sebagian besar terdiri dari partikel mikroskopis dan submikroskopis yang berbentuk lempenganlempengan pipih dan merupakan partikel-partikel dari mika, mineral-mineral lempung (clay minerals) dan mineral-mineral yang sangat halus lain. Tanah lempung didefinisikan sebagai golongan partikel yang ukuran butirannya kurang dari 0,002 mm (2 碌 ), namun demikian dibeberapa kasus partikel yang berukuran antara 0,002 mm sampai 0,005 mm masih digolongkan sebagai partikel lempung, dalam hal ini tanah diklasifikasikan sebagai lempung (hanya berdasarkan pada ukurannya saja), (Braja M Das, 1985). Tanah dengan ukuran partikel lempung lebih kecil dari dua micron (= 2 碌 ), atau <5 mikron, belum tentu mengandung mineral-mineral lempung (clay minerals). Untuk itu akan lebih tepat disebut saja sebagai partikel berukuran lempung dari pada disebut sebagai lempung saja. Dari segi mineral (bukan ukurannya), yang disebut tanah lempung (dan mineral lempung) ialah yang mempunyai partikel-partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air. Jadi dari segi mineral tanah dapat juga disebut sebagai tanah bukan lempung meskipun terdiri dari partikel-partikel yang sangat kecil. Partikel-partikel dari mineral lempung umumnya berukuran koloid (<1 碌 ) dan ukuran 2 碌 merupakan batas atas (paling besar) dari ukuran partikel mineral lempung (Braja M Das, 1985). B. Mineral Lempung (clay mineral) Mineral Lempung (clay mineral) Mineral lempung merupakan senyawa aluminium silikat kompleks yang terdiri dari satu atau dua unit dasar, yaitu silica tetrahedra dan aluminium octahedral. Setiap unit tetrahedra terdiri dari empat atom oksigen mengelilingi satu atom silikon. Kombinasi dari unit-unit silika tetrahedra membentuk lembaran silika. Tiga atom oksigen pada dasar setiap tetrahedra tersebut dipakai bersama oleh tetrahedratetrahedra yang bersebelahan. Unit-unit oktahedra terdiri dari enam gugus ion hidroksil yang mengelilingi sebuah atom aluminium, dan kombinasi dari unit-unit hidroksi aluminium berbentuk oktahedra itu membentuk lembaran oktahedra (lembaran gibbsite). Kadang atom magnesium menggantikan kedudukan atom aluminium pada unit-unit oktahedra, jika demikian Pengaruh Penambahan Clean Set Cement terhadap Potential Swelling pada Tanah Lempung

C. Tanah Lempung Kembang-Susut Tanah lempung kembang susut sering mengalami perubahan volume tanah karena akibat perubahan kadar air pada tanah yang mengandung mineral lempung tertentu. Tanah lempung kembang susut juga disebut dengan istilah swelling soil, yaitu fenomena shrink-swell yang hebat karena akibat adanya perubahan kadar air di dalam tanah lempung tersebut. Shrink adalah suatu keadaan dimana berkurangnya kadar air pada pori-pori tanah yang mengakibatkan volume tanah menjadi berkurang, kemudian swell adalah fenomena dimana volume tanah bertambah dan nilai kohesi menurun karena air berpenetrasi masuk ke dalam ruang pori antar partikel sehingga volume tanah meningkat, terutama pada lempung montmorillonite. Berbeda dengan lempung kaolinite yang non expansive karena air tidak dapat berpenetrasi masuk ke dalam ruang pori inter layer, dari hal ini sudah dapat dilihat perbedaan antara tanah ekspansif dan tanah non ekspansif. Klasifikasi tanah yang didasarkan pada parameter indeks plastisitas seperti kandungan lempung dan plastisitas merupakan hal umum yang sering diterapkan dalam praktek untuk mengidentifikasi tanah lempung ekspansif. Indeks Plastisitas (IP) dijadikan parameter karena karakteristik plastisitas dan sifat perubahan volume tanah berkaitan erat dan dipengaruhi juga oleh jumlah partikel berukuran koloid dalam bidang rekayasa. Koloid adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan butiran yang perilakunya ditentukan oleh gaya-gaya permukaan (gaya elektrostatik) bukan oleh gaya gravitasi. Koloid mempunyai bentuk tidak beraturan dan mempunyai luas permukaan yang besar serta berukuran < 0.001 mm. Menurut Skempton (1953) mendefinisikan sebuah parameter yang disebut aktifitas (A), dengan menggunakan hubungan antara Atterberg Limit (IP) dengan kandungan butiran lempung. A = (Skempton, 1953) Skempton menggunakan tiga kategori aktifitas yaitu: Dalam penelitian After Holtz and Gibbs (1956), menjelaskan tentang beberapa parameter yang terkait dalam karakteristik fisis dan mekanis swelling soil. Parameter-parameter tersebut antara lain: free swelling atau swelling potential (S, %), plasticity index (PI, %), shrinkage limit (SL, %), dan colloid content. Korelasi antar parameter tersebut dikaitkan dengan klasifikasi swelling tanah ekspansif seperti yang terlihat pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Karakteristik fisis dan mekanis swelling soil Degre Swelli ng Plasti city Shrin kage Colloi d e of Potent Index Limit conte expan sion ial (%) (%) (%) nt (%) Very High > 25 5-25 > 41 28 - >30 20 > 31 23 - High Medi 1.5-5 41 18 - -30 10-31 15 -

um Low 0-1.5 28 < 18 20 < 10 23 < 15 D. Test Konsistensi Tanah Konsistensi tanah menurut (Braja M. Das terjemahan Indrasurya B. Mochtar) adalah kadar air dimana keadaan tanah melewati keadaan lainnya. Apabila tanah lempung kering ditambahkan air sedikit demi sedikit maka tanah tersebut akan berubah sifatnya, yaitu dari keadaan padat menjadi agak padat, plastis dan akhirnya menjadi liquid (cair). Apabila campuran tanah lempung + air sudah berupa menjadi liquid (cair) tersebut kemudian dipanaskan secara perlahan-lahan, campuran tersebut akan berubah dari keadaan liquid (cair) menjadi keadaan plastis, kalau pemanasan diteruskan keadaan plastis tersebut akan berubah menjadi semi solid (agak padat) dan kemudian berubah menjadi solid (padat). Urutan dari keadaaan ini digambarkan dengan diagram seperti pada gambar 3. Batas-batas konsistensi tanah ini disebut juga dengan Atterberg Limit. Padat Batas Kerut Batas Plastis Batas Cair Kadar Air Cair Plastis Semi padat Batas-batas tersebut dinyatakan sebagai berikut: 1. Batas cair (liquid limit): Kadar air dimana tanah berubah dari keadaan cair menjadi keadaan plastis. 2. Batas plastis (plastic limit): Kadar air dimana tanah berubah dari keadaan plastis menjadi keadaan semi solid. 3. Batas kerut (shringkage limit): Kadar air dimana tanah berubah dari keadaan semi solid menjadi solid. E. Test Kepadatan Tanah Pemadatan tanah menurut (Braja M. Das, 1998) bertujuan untuk meningkatkan kekuatan tanah, sehingga dengan demikian dapat meningkatkan daya dukung tanah tersebut. Pemadatan juga dapat mengurangi besarnya penurunan tanah yang tidak diinginkan dan memampatkan kemiringan lereng timbunan. Pemadatan tanah berat dapat memperkecil volume pori dari suatu tanah atau memperbesar berat volume tanah. Tingkat kepadatan tanah yang dipadatkan dapat dilihat dari harga volume kering (γd) dari tanah yang dipadatkan, semakin besar harga γd maka semakin padat tanah tersebut. Test pemadatan standart (Standart Proctor Test) merupakan test yang akan digunakan dalam penelitian ini, karena dapat menghemat waktu dan peralatan yang digunakan tidak terlalu rumit. Standart Proctor Test merupakan test yang digunakan

untuk mencari harga kepadatan maksimum (γd maks) dan kadar air optimum (Wopt). Kadar air optimum adalah kadar air dimana harga berat volume kering maksimum telah dicapai. Pada setiap percobaan, kadar air dapat ditentukan di laboratorium. Bila kadar air sudah diketahui, berat volume kering dapat dihitung sebagai berikut : γd = dimana: γ = berat volume tanah W = kadar air (%) Modified Standart Grafik 1: Grafik hasil test pemadatan dengan carastandart Proctor Test Dan Modified Proctor Test

F. Test Pengembangan Tanah (Swelling) Test pengembangan tanah dilakukan dengan menggunakan alat konsolidasi (Oedometer) pada tiap-tiap benda uji. Fungsi dari test pengembangan ini yaitu untuk mengetahui besarnya volume pengembangan pada tanah dalam waktu tertentu. Benda uji test pengembangan ini didapatkan dari hasil proctor test yang dipotong sesuai dengan ukuran cincin dari alat konsolidasi, yaitu dengan tinggi 1,6 cm dan diameter 5.2 cm. Uji ini hanya untuk satu arah (pengembangan ke arah samping ditahan oleh ring), tanah dibiarkan mengembang sambil menyerap air dengan beban kecil tertentu yaitu (1 Psi ~ 6,9 Kpa atau menggunakan 0,1 kg/cm2 ~ 10 Kpa). Uji ini selesai bila tanah berhenti mengembang. Waktu yang dibutuhkan untuk pengamatan jarum potensi pengembangan tanah adalah 8 jam. 16 jam, 24 jam, 48 jam, 72 jam, 96 jam, 120 jam, 144 jam, 168 jam, dan 192 jam dan Pengaruh Penambahan Clean Set Cement terhadap Potential Swelling pada Tanah Lempung bila dalam 192 jam tanah masih mengembang, maka pengamatan jarum potensi pengembangan tanah diteruskan/ditambah sampai pengembangan tanah berhenti atau sudah tidak berarti lagi. Besarnya swelling (potensial swelling) pada percobaan ini adalah perbandingan antara selisih perubahan tinggi setelah perendaman terhadap tinggi semula yang didapatkan dalam prosen. Potential Swelling = x 100 %