BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu ingin maju dalam segala

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. individu, pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Firman Allah SWT. Dalam Surat Al-Mujaadilah [58:11]:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok manusia dapat berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita)

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan di Indonesia telah dijabarkan dalam Undang-Undang. Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengimbangi perkembangan tersebut dituntut adanya manusia-manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan

BAB I PENDAHULUAN. derajat dan kedudukan suatu negara tersebut menjadi lebih tinggi. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional merupakan pelaksanaan pendidikan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan akhirat. Selain itu, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap orang dan

BAB 1 PENDAHULUAN. rumusan fungsi dan tujuan pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini yang dapat. membantu manusia untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup secara tepat dimasa akan datang atau dapat juga didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan lulusan-lulusan yang dapat bersaing di zaman modern yang

BAB I PENDAHULUAN. kearah peningkatan yang lebih positif. Agar usaha-usaha tersebut dapat terwujud

BAB I PENDAHULUAN. orang berusaha membekali diri dengan iman, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dan Negara. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian, moral,

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia. Pemerintah selalu berupaya untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Matematika juga berkembang di bidang ilmu yang lain, seperti Kimia, Fisika, saat ini dengan penerapan konsep matematika tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, sampai kapan dan dimanapun ia berada. sebagaimana sabda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Di antara berbagai program kegiatan pembangunan nasional, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dibidang pendidikan merupakan sara dan wahana yang sangat baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang maju.pada Al-qur an surah ar-ra d ayat 11 Allah SWT berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Berbagai kajian dan pengalaman menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Pendidikan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Maju mundur suatu bangsa sebagian besar ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang fundamental dalam pembangunan

PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan nasional. Perkembangan zaman saat ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Definisi Operasional. membudayakan manusia. Melalui pendidikan segala potensi sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Selain berperan penting dalam kehidupan manusia secara individu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pendidikan Islam baik MI, MTs, MA, maupun PTAI sering

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bagi individu agar berkembang dan tumbuh menjadi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan. mengembangkan potensi dan kemampuan anak didik sesuai dengan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting untuk membekali siswa menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang dimiliki oleh bangsa tersebut. Setiap lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. penting. Oleh karena itulah dilakukan penyelenggaraan pendidikan, sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. termasuk hal yang sangat diperhatikan di Indonesia disamping bidang yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berfikir secara kritis dan mandiri serta menyeluruh dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam ajaran agama Islam, umat Islam diperintahkan untuk semangat

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan. dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman yang dilalui manusia

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya perkembangan dan kemajuan zaman, maka Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak, baik pemerintah, orang tua maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk. khusus memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. penanaman akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan peserta

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang RI Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 bab II pasal 3. disebutkan tujuan pendidikan nasional berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. jati diri dan membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Islam telah memberikan dorongan agar manusia menuntut ilmu, itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Pengesahan Judul. ini didasari oleh pandangan al-qur an dalam surah Al-Mujadalah, ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. dan Teknologi (IPTEK) merupakan salah satu faktor penunjang yang penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan judul

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal yang paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada zaman modern sekarang ini, tuntutan untuk mendapatkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. Atau dalam istilah lain yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang yang menentukan keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 pasal 3, yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, dan lewat

BAB I PENDAHULUAN pasal 31 yang menyatakan bahwa (1) setiap warga negara berhak

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. * Seluruh Teks dan terjemah Al-Qur`ān dalam skripsi ini dikutip dari Microsoft Word Menu Add-Ins

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar untuk menciptakan masa

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Sebagaimana Allah telah berfirman dalam Q.S. ar-ra d ayat 11

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sektor pendidikan sebagai andalan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. dan mendidik hingga pada akhirnya terjadi keseimbangan antara fisik dan mental.

BAB I PENDAHULUAN. berperan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di tingkat Madrasah Ibtidaiyah merupakan lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu ingin maju dalam segala bidang. Oleh karena itu, diperlukan sumber daya manusia yang handal, terampil dalam segala hal, dan berkualitas. Pendidikan adalah hal yang penting dan sangat berperan dalam membentuk sumber daya yang berkualitas. Dalam hal ini siswa adalah sumber daya yang siap untuk dididik, mengembangkan potensi yang dimilikinya, dan mampu berkompetensi dalam persaingan global. Sebagai fungsi pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pada Bab II Pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan sebagai ujung tombak kemajuan suatu bangsa. Pendidikan merupakan usaha untuk menyiapkan siswa melalui bimbingan, pengajaran atau latihan di masa yang akan datang. Setiap apa yang kita lakukan harus selalu mengarah pada perbaikan mutu pendidikan. Semakin tinggi kualitas keilmuaannya, maka semakin tinggi pula 1 Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2010), Cet. ke-1, h. 6. 1

2 derajatnya. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur an pada Surat Al-Mujaadilah ayat 11 yang berbunyi: ال ذ ين آم ن وا إ ذ ا ق ي ل ل ك م ت ف س ح و ا ف ال م ج ال س ف اف س ح و ا ي ف س ح الل و ل ك م ال ع ل م د ر ج ات و الل و ب ا ت ع م ل و ن خ ب ي ر و إ ذ ا ق يل ان ش ز و ا ف ان ش ز و ا ي ر ف ع الل و ال ذ ي ن آم ن و ا م ن ك م و ال ذ ي ن أ وت و ا Berdasarkan pendapat Miftahul A la yang menyatakan bahwa, Sesungguhnya pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya, hingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi dalam kehidupan. 2 Sehingga diperlukan adanya peningkatan mutu di bidang pendidikan agar dapat menjadi sarana dan wadah yang efektif dan efisien dalam pembinaan sumber daya manusia. Oleh karena itu, diharapkan pendidikan mendapat perhatian lebih dari berbagai kalangan baik dari pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Dengan pendidikan yang baik maka akan mewariskan generasi-generasi yang handal. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia telah lama dilakukan. Berbagai inovasi dan program pendidikan juga telah dilaksanakan, antara lain penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku ajar dan buku referensi lainnya, peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan lainnya melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi pendidikan mereka, peningkatan manajemen pendidikan serta pengadaan fasilitas pendidikan lainnya. Namun pada kenyataannya di lapangan, dunia pendidikan di Indonesia masih mengalami masalah yang cukup besar. Wina Sanjaya berpendapat bahwa, 2 Miftahul A la, Quantum Teaching, (Yogyakarta: DIVA Press, 2010), Cet. ke-1, h. 10.

3 salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran. 3 Hal ini dapat dilihat dari beberapa sekolah, dalam proses pembelajaran siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir tetapi malah dipaksa untuk menghapal informasi, sehingga menyebabkan mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi. Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran, tak terkecuali mata pelajaran matematika. Sebagai contoh nyata, ketika dalam kelas siswa memahami tentang materi permutasi, namun pada saat pemilihan pengurus OSIS mereka bingung ketika ditanya banyak susunan yang mungkin dipilih sebagai ketua dan sekretaris OSIS dari 10 orang calon. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan angka dan bilangan. Dari segi pengetahuan, matematika sangat luas dan dapat dikelompokkan dalam subsistem sesuai dengan semesta pembicaraannya. Pentingnya mempelajari matematika juga tersirat dalam Al-Qur an terutama pada Surat Yunus ayat 5: ى و ال ذ ي ج ع ل الش م س ض ي آء و ال ق م ر ن و ر ا و ق د ر ه م ن از ل ل ت ع ل م و ا ع د د الس ن ي و ا ل س اب م ا خ ل ق الل و ذ ل ك إ ال ب ا ل ق ي ف ل ا ي ات ل ق و ي ع ل م و ن Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan 3 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012), Cet. ke-9, h. 1.

4 melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber dan tempat di dunia. Dengan demikian siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran kritis, sistematis logis, kreatif dan kemauan bekerjasama yang efektif. Cara berfikir seperti ini dapat dikembangkan melalui belajar matematika karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan kita terampil berfikir rasional. Sebagaimana dijelaskan di atas, Nur mengakui bahwa, Pendidikan matematika di Indonesia pada umumnya masih berada pada pendidikan matematika konvensional yang banyak ditandai oleh strukturalistik dan mekanistik. 4 Hal ini dibuktikan dengan banyak guru-guru di sekolah yang masih sering menggunakan model pembelajaran langsung karena dianggap mudah dan praktis. Menurut Fajar Shadiq, Model pembelajaran langsung dapat dikatakan lebih menekankan kepada siswa untuk mengingat (memorizing) atau menghapal (rote learning) dan kurang atau malah tidak menekankan kepada siswa untuk bernalar (reasoning), memecahkan masalah (problem solving), ataupun pada pemahaman (understanding). 5 Dengan demikian, menyebabkan keaktifan siswa rendah karena guru lebih mendominasi pembelajaran. Apabila keaktifan siswa berkurang, maka motivasi dan minatnya pun akan berkurang dalam belajar dan pelajaran akan menjadi membosankan. 4 Fadjar Shadiq, Model-Model Pembelajaran Matematika SMP, (Yogyakarta: PPPPTK Matematika, 2009), Cet. ke-1, h. 9. 5 Ibid., h. 9.

5 Fajar Siddiq menghendaki adanya perubahan dalam pembelajaran ke arah yang lebih baik. Menurutnya diharapkan adanya perubahan dari mengingat dan menghafal menjadi proses berpikir. Selain perubahan pola pikir siswa menurutnya juga diharapkan perubahan paradigma pengetahuan dipindahkan dari otak guru ke otak siswa (knowledge transmitted) ke paradigma siswa sendiri yang membangun pengetahuan 6. Sehingga dengan begitu, siswa akan mengoptimalisasikan otaknya dalam proses berpikir yang kompleks untuk mencari atau membangun pengetahuan sendiri. Atas dasar itu, tidak mengherankan dalam beberapa tahun terakhir ini di Indonesia muncul berbagai falsafah dan metodologi pembelajaran yang dipandang baru meskipun sebenarnya sudah ada sebelumnya. Beberapa di antaranya adalah pembelajaran konstruktivis, pembelajaran kooperatif, pembelajaran terpadu, pembelajaran aktif, pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), pembelajaran berbasis projek (project based learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pembelajaran interaksi dinamis, dan pembelajaran Quantum Teaching. Dalam setiap situasi selalu ada jalan keluar untuk sebuah solusi dari permasalahan pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah Model Quantum Teaching. Menurut Bobbi DePorter. Quantum Teaching mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang 6 Ibid, h. 11.

6 kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar. 7 Dengan lingkungan belajar yang efektif diharapkan menjadikan pembelajaran bermakna. Menurut Miftahul Ala, Quantum Teaching menawarkan ide baru tentang bagaimana menciptakan lingkungan yang jauh lebih baik serta yang menjanjikan bagi siswa dan mendukung mereka dalam proses pembelajaran agar tidak terjadi ketidakseimbangan. 8 Beberapa penelitian yang berkaitan dengan model Quantum Teaching menyimpulkan bahwa Quantum Teaching mempunyai dampak yang positif dalam mengukur perkembangan hasil belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan skripsi yang disusun oleh Rasyid Ridha disimpulkan bahwa, Quantum Teaching dapat diterapkan ke dalam pembelajaran untuk membantu meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa, sebab ketika belajar siswa tidak hanya menggunakan IQ saja akan tetapi juga emosi dan bahkan spritualnya. 9 Sedangkan menurut skripsi yang disusun oleh Muthmainnah disimpulkan bahwa, Penerapan Quantum Teaching pada pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam memadukan konteks dan isi pembelajaran dapat 7 Bobbi DePorter, et. al., Quantum Teaching: Orchestrating Student Succes, diterjemahkan oleh Ary Nilandari dengan judul, Quantum Teaching: Mempraktikan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Bandung: Penerbit Kaifa, 2003), Cet. ke-3, h. 4. 8 Miftahul Ala, op. cit., h. 19. 9 Rasyid Ridha, Pembelajaran Bahasa Arab dengan Menggunakan Model Quantum Teaching (Sebuah Analisa untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah), Skripsi, (Banjarmasin: Perpustakaan Tarbiyah dan Keguruan IAIN Antasari, 2004), h. 100. t.d.

7 mengubah suasana kelas menjadi nyaman dan menyenangkan sehingga siswa lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran secara langsung. 10 Pada umumnya, penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut hanya terbatas pada siswa normal pada umumnya. Oleh karena itu, penelitian ini dapat dikembangkan pada pendidikan inklusif. Pendidikan inklusif merupakan penyelenggaraan pendidikan yang memadukan antara siswa normal dan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam satu kelompok belajar. Pada observasi awal di SMAN 1 Salam Babaris, peneliti melakukan wawancara terhadap guru matematika dan mengajar langsung di kelas. Ketika diberikan soal dan disuruh beberapa siswa maju ke depan untuk menjawab soal tersebut, ternyata banyak siswa yang belum memahami dan tidak bisa menjawab soal tersebut pelajaran matematika. Hal ini disebabkan oleh penyampaian materi materi yang kurang menyenangkan dan ketidaknyamanan dalam belajar, disertai dengan penyampaian materi yang terbilang masih konvensional. Sebagai sekolah Inklusif, maka berbeda penanganannya jika dibandingkan sekolah biasa dikarenakan terdapat anak-anak yang berkebutuhan khusus yang memerlukan penanganan khusus dan anak-anak yang normal membaur jadi satu dalam sistem pembelajaran. Berdasarkan beberapa masalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada Sekolah Inklusif dengan mengadakan percobaan pada model pembelajaran langsung dan model Quantum Teaching untuk mengetahui apakah ada perbedaan dari kedua model tersebut setelah dilihat dari hasil belajarnya. 10 Muthmainnah, Penerapan Model Quantum Teaching dalam Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP Islam Terpadu Ukhuwah Banjarmasin Tahun Pelajaran 2011/2012, Skripsi, (Banjarmasin: Perpustakaan Pusat IAIN Antasari Banjarmasin, 2012), h.109-110. t.d.

8 Untuk itu, peneliti menentukan lokasi penelitian di SMAN 1 Salam Babaris yang merupakan salah satu penyelenggara Pendidikan Inklusif. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul Perbandingan Hasil Belajar antara Model Quantum Teaching dan Model Pembelajaran Langsung dalam Materi Permutasi pada Siswa Inklusif Kelas XI IPS SMAN 1 Salam Babaris Tahun Pelajaran 2013/2014. B. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan Model Quantum Teaching dalam materi Permutasi pada Siswa Inklusif Kelas XI IPS SMAN 1 Salam Babaris Tahun Pelajaran 2013/2014? 2. Bagaimana hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan Model Pembelajaran Langsung dalam materi Permutasi pada siswa Inklusif Kelas XI IPS SMAN 1 Salam Babaris Tahun Pelajaran 2013/2014? 3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan Model Quantum Teaching dan Model Pembelajaran Langsung dalam materi Permutasi pada Siswa Inklusif Kelas XI IPS SMAN 1 Salam Babaris Tahun Pelajaran 2013/2014?

9 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan Model Quantum Teaching dalam materi Permutasi pada Siswa Inklusif Kelas XI IPS SMAN 1 Salam Babaris Tahun Pelajaran 2013/2014. 2. Mengetahui hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan Model Pembelajaran Langsung dalam materi Permutasi pada Siswa Inklusif Kelas XI IPS SMAN 1 Salam Babaris Tahun Pelajaran 2013/2014. 3. Mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan Model Quantum Teaching dan Model Pembelajaran Langsung dalam materi Permutasi pada Siswa Inklusif Kelas XI IPS SMAN 1 Salam Babaris Tahun Pelajaran 2013/2014. D. Kegunaan (Signifikasi) Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan bisa diambil dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan informasi bagi guru dalam mengembangkan model pembelajaran Quantum Teaching pada pendidikan inklusif sehingga dapat meningkatkan sistem pengajaran matematika untuk mencapai tujuan maksimal.

10 2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi siswa dalam: a. Meningkatkan hasil belajar matematika, khususnya pada materi Permutasi. b. Meningkatkan keaktifan, motivasi, dan minat belajar siswa dalam proses pembelajaran, terutama bagi anak berkebutuhan khusus. 3. Sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan bagi sekolah dalam rangka inovasi sistem pengajaran, akselarasi mutu dan kualitas pendidikan pada pendidikan inklusif. 4. Sebagai pengalaman langsung bagi peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model Quantum Teaching dan Model Pembelajaran Langsung di Sekolah Inklusif. 5. Sebagai bahan informasi dan wawasan bagi mahasiswa atau peneliti lain dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. 6. Memperkaya khazanah dan ilmu pengetahuan khususnya di IAIN Antasari Banjarmasin. E. Definisi Operasional dan Lingkup Pembahasan 1. Definisi Operasional a. Perbandingan Dalam bahasa Indonesia istilah perbandingan berasal dari kata banding, kemudian mendapat awalan per- dan akhiran -an sehingga menjadi rangkaian kata perbandingan yang berarti imbang, pertimbangan, sebanding, dan dalam Kamus

11 Besar Bahasa Indonesia, Perbandingan adalah perbedaan selisih kesamaan. 11 Jadi perbandingan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penelitian ilmiah yang bersifat membandingkan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model Quantum Teaching dengan siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran langsung dalam materi Permutasi pada siswa inklusif Kelas XI IPS SMAN 1 Salam Babaris Tahun Pelajaran 2013/2014. b. Evaluasi Hasil Belajar Menurut Nana Sudjana, Evaluasi hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. 12 Artinya penilaian hasil yang dicapai siswa berupa kecakapan atau kemampuan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. Evaluasi hasil belajar dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa menjawab soal tentang Permutasi dan sejauh mana keefektifan model Quantum Teaching dan model pembelajaran langsung. c. Pendidikan Inklusif Menurut Modjito, Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua siswa yang memiliki kelainan dan memiliki potensi dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama 11 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Cet. Ke-1, h. 860. 12 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdikarya, 2008), Cet. ke-11, h. 3.

12 dengan siswa-siswa pada umumnya. 13 Jadi, pendidikan inklusif merupakan pendidikan terpadu yang diharapkan dapat mengakomodasi pendidikan bagi semua, terutama anak-anak yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus yang selama ini masih banyak yang belum terpenuhi haknya untuk memperoleh pendidikan seperti anak-anak normal lainnya. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada umumnya. Pada penelitian ini, sekolah inklusif yang dijadikan lokasi penelitian adalah SMAN 1 Salam Babaris, di mana terdapat anak berkebutuhan khusus dan siswa normal dipadukan dalam satu kelompok belajar. Sehingga peneliti ingin membandingkan hasil belajar yang diajarkan dengan model Quantum Teaching dan model pembelajaran langsung pada kelas yang terdapat siswa inklusif khususnya anak berkebutuhan khusus (ABK). d. Model Quantum Teaching Menurut Bobbi DePorter, Quantum Teaching adalah model pembelajaran yang dapat mengubah bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi yang dimaksud Bobbi DePorter adalah unsurunsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksiinteraksi tersebut mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain. 14 Maksud cahaya h. 36. 13 Mudjito, et. al., Pendidikan Inklusif, (Jakarta: Baduose Media Jakarta, 2012), Cet. ke-1, 14 Bobbi DePorter et. al., op. cit., h. 5.

13 artinya ilmu atau pengetahuan. Pada penelitian ini, model Quantum Teaching digunakan untuk mengajarkan materi permutasi di kelas eksperimen. e. Model Pembelajaran Langsung Model pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar di kelas dengan mengalirkan informasi dari guru ke siswa dan guru memfokuskan diri pada upaya penuangan pengetahuan kepada para siswa tanpa memperhatikan pemahaman siswa atau gagasan-gagasan yang telah ada dalam diri siswa sebelum mereka belajar secara formal di sekolah. Dalam model pembelajaran langsung, menurut Martinis Yamin, Guru merupakan orang yang mempunyai banyak informasi, bekerja untuk memindahkan pengetahuan, bertanggung jawab untuk mengajar siswa. 15 Pada penelitian ini, model pembelajaran langsung digunakan untuk mengajarkan materi permutasi pada kelas kontrol. f. Permutasi Menurut Sri Retnaningsih, Permutasi adalah susunan elemen-elemen dari suatu himpunan yang memperhatikan urutannya. 16 Menurut Renaldi Munir, Permutasi merupakan jumlah urutan berbeda dari pengaturan objek-objek. 17 h. 182-183. 15 Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Referensi, 2013), Cet. ke-1, 16 Sri Retnaningsih, et al., Matematika XI IPS Untuk Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, (Jakarta: Pusat Perbukuan: Departemen Pendidikan Nasional, 2009), Cet. ke-1, h. 63. 17 Rinaldi Munir, Matematika Diskrit, (Bandung: Informatika, 2003), Cet. ke-2, h. 176.

14 Jadi, Permutasi adalah banyaknya susunan unsur-unsur himpunan yang memperhatikan urutannya. Permutasi dinotasikan dengan n P r atau P( n, r) atau n P r. Pada penelitian ini, materi permutasi akan diajarkan di kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan distribusi jam sama. Materi Permutasi yang diajarkan adalah tentang permutasi yang berbeda unsurnya dan permutasi yang beberapa unsurnya sama. 2. Lingkup Pembahasan Karena adanya keterbatasan dana, waktu, tenaga, teori-teori, dan supaya penelitian dapat dilakukan secara mendalam, maka peneliti memberikan lingkup pembahasan sebagai berikut: a. Penelitian dilakukan di Sekolah Inklusif yaitu SMAN 1 Salam Babaris. b. Siswa yang diteliti adalah siswa inklusif khususnya siswa ABK di kelas XI IPS SMAN 1 Salam Babaris Tahun Pelajaran 2013/2014. c. Penelitian dilaksanakan dengan diterapkannya model Quantum Teaching dan model pembelajaran langsung. d. Penelitian ini dilakukan pada materi Permutasi yang dikhususkan pada submateri permutasi yang berbeda unsurnya dan permutasi yang beberapa unsurnya sama.

15 F. Anggapan Dasar dan Hipotesis 1. Anggapan Dasar Dalam penelitian ini, peneliti mengasumsikan bahwa: a. Peneliti mempunyai pengetahuan tentang model Quantum Teaching dan model pembelajaran langsung serta mampu menerapkannya dalam pembelajaran matematika. b. Setiap siswa memiliki kemampuan dasar, tingkat intelektual dan usia yang relatif sama. c. Tidak ada diskriminasi dalam pendidikan inklusif d. Pembelajaran yang dilakukan berdasarkan kurikulum KTSP. e. Distribusi jam belajar antara kelas eksperimen dan kontrol relatif sama. f. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes yang memenuhi kriteria alat ukur yang baik. 2. Hipotesis Adapun hipotesis yang diambil dalam penelitian ini terdiri atas: a. H a : Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model Quantum Teaching dan model pembelajaran langsung dalam materi Permutasi pada siswa inklusif kelas XI IPS SMAN 1 Salam Babaris Tahun Pelajaran 2013/2014. b. H o : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model Quantum Teaching dan model pembelajaran langsung dalam materi Permutasi pada siswa inklusif kelas XI IPS SMAN 1 Salam Babaris Tahun Pelajaran 2013/2014.

16 G. Sistematika Penulisan Sebagai gambaran dari penelitian ini, maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut : Bab I adalah pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, definisi operasional dan lingkup pembahasan, anggapan dasar dan hipotesis, serta sistematika penulisan. Bab II adalah landasan teori yang berisi belajar Matematika dan faktorfaktor yang mempengaruhinya, evaluasi hasil belajar Matematika, Pendidikan Inklusif, pengajaran Matematika di SMA Inklusif, model pembelajaran, model Quantum Teaching, model pembelajaran langsung, serta permutasi. Bab III adalah metode penelitian yang berisi jenis dan pendekatan, desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, desain pengukuran, teknik analisis data, serta prosedur penelitian. Bab IV adalah penyajian dan analisis data yang berisi deskripsi lokasi penelitian, pelaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol, deskripsi kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol, analisis kemampuan awal siswa inklusif, deskripsi hasil belajar siswa inklusif, analisis hasil belajar siswa inklusif, serta pembahasan hasil penelitian. Bab V adalah penutup yang berisi simpulan dan saran.