ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ASMA BRONCHIALE

dokumen-dokumen yang mirip
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut.

Asma sering diartikan sebagai alergi, idiopatik, nonalergi atau gabungan.

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang

mekanisme penyebab hipoksemia dan hiperkapnia akan dibicarakan lebih lanjut.

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,

- Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.

ASMA BRONKHIAL. inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ASMA BRONKIAL

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ASIDOSIS RESPIRATORI

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan

BAB I PENDAHULUAN. bronkus. 3 Global Initiative for Asthma (GINA) membagi asma menjadi asma

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN. Setiawan, S.Kp., MNS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS/ RS Dr M DJAMIL PADANG

BAB I PENDAHULUAN. berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam

BAB I PENDAHULUAN. negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global

BAB II TINJAUAN TEORI. Asma bronkiale adalah penyakit jalan napas abstruktif intermitten

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

KELOMPOK III. Siti Rafidah K Sri Rezkiana andi L Nadia Intan tiara D Arsini Widya Setianingsih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease)

BAB I PENDAHULUAN. maju maupun di negara-negara sedang berkembang. berbagai sel imun terutama sel mast, eosinofil, limposit T, makrofag, neutrofil

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)

BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah

PENATALAKSANAAN ASMA MASA KINI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

D. Patofisiologi Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung dan mulut, melalui kotak suara (laring) ke dalam tenggorokan

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG ANGGREK BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

A. Pengertian B. Etiologi

VENTRIKEL SEPTAL DEFECT

2006 Global Initiative for Asthma (GINA) tuntunan baru dalam penatalaksanaan asma yaitu kontrol asma

ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONCHIAL

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah

BAB I PENDAHULUAN. batuk, mengi dan sesak nafas (Somatri, 2009). Sampai saat ini asma masih

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN

M.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007.

kekambuhan asma di Ruang Poli Paru RSUD Jombang.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive

BAB I PENDAHULUAN. dan paling banyak ditemui menyerang anak-anak maupun dewasa. Asma sendiri

Suradi, Dian Utami W, Jatu Aviani

PENGARUH PEMBERIAN SENAM ASMA TERHADAP FREKWENSI KEKAMBUHAN ASMA BRONKIAL

HIPOGLIKEMIA PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

BAB II TINJAUAN TEORI. disebabkan oleh virus, dan merupakan suatu peradangan yang menyebabkan. lumen pada bronkiolus (Suriadi & Rita, 2006).

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN GANGGUAN PERNAFASAN : ASMA BRONKIAL DI BANGSAL CEMPAKA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN: ASMA BRONCHIALE DI BANGSAL BOUGENVILLE III RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten yang ditandai dengan

BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah hidup di zaman yang semakin berkembang, banyaknya inovasi yang telah bermunculan, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. mengi, sesak nafas, batuk-batuk, terutama malam menjelang dini hari. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA EFUSI PLEURA

BAB I PENDAHULUAN. maka masa balita disebut juga sebagai "masa keemasan" (golden period),

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001)

GANGGUAN NAPAS PADA BAYI

LAPORAN PENDAHULUAN ASTHMA ATTACK

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dispnea, batuk dan mengi (Burnner and Sudarth's, 2000). keadaan normal (Price and Willson, 1995)

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan manusia, kesehatan merupakan hal yang sangat

Thalassemia. Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N

SINDROM GANGGUAN PERNAFASAN

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

. Konsep Dasar Asthma Bronkial Untuk menambah pemahaman tentang konsep asthma bronchial, berikut ini akan di bahas tentang pengertian, etiologi,

OKSIGENASI DALAM SUATU ASUHAN KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial

BAB I PENDAHULUAN. Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat perlu

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

ASIDOSIS RESPIRATORIK

INSUFISIENSI PERNAFASAN. Ikbal Gentar Alam ( )

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN TBC PADA Sdr. H DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAJAHAN KOTA SURAKARTA

Transkripsi:

1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ASMA BRONCHIALE KONSEP TEORI A. Definisi Asma bronkial merupakan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan napas, dan gejala pernafasan (mengi dan sesak). Obstruksi jalan nafas umumnya bersifat reversibel tergantung berat dan lamanya penyakit. (Kapita Selekta Kedokteran, 1999) B. Etiologi Asma selalu dihubungkan dengan bronko spasme yang reversibel dan sebagai faktor pencetus adalah : 1. Alergi 2. Infeksi dan iritasi 3. Ketidakseimbangan saraf otonom 4. Perubahan lingkungan dan suhu C. Manifestasi Klinis Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversibel secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala-gejala asma antara lain : 1. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop. 2. Batuk produktif, sering pada malam hari. 3. Nafas atau dada seperti tertekan. Gejalanya bersifat paroksismal,yaitu membaik pada siang hari dan memburuk pada malam hari. Penyebabnya tidak mengerti dengan jelas, tetapi mungkin berhubungan dengan variasi sirkadian, yang mempengaruhi ambang reseptor jalan nafas. Serangan asma biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak dalam dada, disertai dengan pernafasan lambat dan mengi. Ekspirasi selalu lebih susah dan lebih panjang dari inspirasi membuat pasien untuk duduk tegak dan

2 menggunakan otot-otot aksesori pernafasan jalan nafas yang tersumbat menyebabkan dispnea. Batuk semula ringan makin lama makin berat. Sputum makin kental dan susah dibatukkan sianosis sekunder bila terjadi hipoxia berat dan gejalagejala retensi karbondioksida. Serangan asma dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan dapat hilang secara spontan, kadang terjadi reaksi kontinue yang lebih berat yang disebut status asmatekus. Kondisi ini dapat mengancam kehidupan.

3 D. Patofisiologi (Pohon Masalah) Alergi Infeksi dan iritasi Ketidakseimbangan saraf otonom Perubahan lingkungan dan suhu ` Inflamasi Hiperekskresi Akumulasi sekret (hiperskresi) Obstruksi jalan nafas Demam Infeksi saluran nafas atas Bersihan jalan nafas tidak efektif Kompensasi tubuh banyak mengeluarkan keringat Resti defisit vol. cairan Bronko spasme Edempada saluran nafas Sesak Suplai O 2 turun Ischemic Kelemahan Intoleransi aktivitas Kerusakan dinding alveoli Berkurangnya area permukaan alveoli yang kontak langsung dengan kapiler paru secara kontinue Gangguan difusi O 2 Gangguan perfusi jaringan Hiperventilasi Tidak ada pertukaran gas Gangguan difusi O 2 Hipoksemia Rusaknya eliminasi O 2 Peningkatan tekanan CO 2 (hiperkapnea)

4 E. Pemeriksaan Penunjang Melakukan pemeriksaan laboratorium antara lain : 1. Pemeriksaan sputum Pada pemeriksaan sputum ditemukan : a. Kristal-kristal charcot legden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil. b. Terdapatnya spiral curshmann, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel cabang-cabang bronkus c. Terdapatnya creole yang merupakan fragmen dari epithel bronkus d. Terdapatnya neutrofil eosinofil 2. Pemeriksaan darah untuk melihat a. Gas analisa darah Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat peninggian PaCO 2 maupun peningkatan Ph menunjukkan kondensasi prognosis yang buruk. b. Kadang-kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi c. Hiponatremia, kadang-kadang PMN meningkat di atas 15.000/mm 3 menandakan terdapatnya infeksi d. Pada pemeriksaan alergi terdapat IgE yang meningkat pada waktu serangan dan menurun waktu bebas serangan 3. Foto rontgen untuk melihat keadaan paru-paru apakah terdapat komplikasi atau tidak. 4. Pemeriksaan faal paru, untuk melihat adanya perubahan ventilasi perfusi, difusi udara selama serangan asma. 5. Elektrokardiografi untuk melihat perubahan aksis jantung, melihat tanda-tanda hipertrofi jantung, melihat adanya tanda-tanda hipoksemia. 6. Skaning paru untuk melihat ada tidaknya perubahan rasio ventilasi paru.

5 F. Penatalaksanaan Tujuan terapi asma yaitu : 1. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma 2. Mencegah kekambuhan 3. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankanny 4. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise 5. Menghindari efek samping obat asma 6. Mencegah obstruksi jalan nafas yang irreversibel Penatalaksanaan Therapi : 1. Oksigen 4 6 liter/menit 2. Agonis B 2 (salbutamol 5 mg atau fereterol 2,5 mg atau terbutalin 10 mg) inhalasi nebulasi dan pemberiannya dapat diulang setiap 20 menit sampai 1 jam. Pemberian agnosis B 2 dapat secara subkutan atau IV dengan dosis salbutamol 0,25 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dekstrosa 5% dan diberikan perlahan. 3. Aminofilin bolus IV 5 6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam sebelumnya maka cukup diberikan ½ dosis. 4. Kortikosteroid hidrokortison 100 200 mg IV jika tidak ada respon segera atau pasien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat. G. Masalah Keperawatan dan Data Pendukung 1. Pertukaran gas, kerusakan Data Dispnea, sianosis Takikardia Gelisah/perubahan mental Hipoksia 2. Bersihan jalan nafas, tak efektif Data Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan Bunyi nafas tidak normal, penggunaan otot aksesori Dispnea, sianosis Batuk efektif atau tak efektif, dengan/tanpa produksi Sputum

6 3. Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap Data Tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual 4. Cemas/ansietas/ketakutan (uraikan tingkatan) Data Gelisah, peka rangsang Menolak atau perilaku menyerang Rangsangan simpatis, misal : eksitasi kardiovaskuler, dilatasi Repil, berkeringat, muntah, diare Menangis, suara menggigit H. Diagnosa Keperawatan 1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi mukus, spasme bronkus. 2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkus spasme, peningkatan produksi mukus, mukus bertahan tebal dan kental, penurunan energi/kelemahan untuk batuk. 3. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan demam, diaforesis dan hiperventilasi. 4. Cemas berhubungan dengan hiperventilasi, ancaman kehidupan perubahan status kesehatan, hipoksemia. I. Rencana Asuhan Keperawatan 1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi mukus, spasme bronkus. Tujuan : Mempertahankan suplai O 2 dan ventilasi alveolus yang adekuat. Kriteria hasil : Bebas gejala distress pernafasan. Intervensi dan rasional : a. Kaji frekuensi, ke dalam pernafasan, catat penggunaan otot aksesori, nafas, bibir, ketidakmampuan berbicara. R/ : Untuk mengevaluasi derajat distrees pernafasan b. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas. R/ : Distribusi O 2 dapat diperbaiki dengan posisi duduk. c. Dorong pasien untuk mengeluarkan sputum, bila perlu lakukan penghisapan.

7 R/ : Sputum yang tebal dan kental adalah sumber utama gangguan pertukaran gas, penghisapan dilakukan bila batuk tidak efektif d. Auskultasi bunyi nafas secara periodik. R/ : Masih adanya mengi mengidentifikasikan masih adanya spasmebronkus/tertahannya sekret e. Awasi tanda-tanda vital dan irama jantung R/ : Takikardia, disritmia, dan perubahan tekanan darah menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung f. Kolaborasi berikan O 2 sesuai hasil GDA dan toleransi pasien R/ : Untuk memperbaiki hipoksia 2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkus spasme, peningkatan produksi mukus, mukus bertahan tebal dan kental, penurunan energi/kelemahan untuk batuk. Tujuan : Mampu mengeluarkan sekret lebih efektif. Kriteria hasil : - Sekresi dapat diluluhkan atau dihisap minimal - Bunyi nafas terdengar bersih Intervensi dan rasional : a. Auskultasi bunyi nafas R/ : Mengetahui derajat spasme b. Kaji pantau frekuensi pernafasan R/ : Takipnea sering terjadi c. Catat adanya/derajat distres, misal : keluhan air hungry, gelisah, ansietas, distres pernafasan, penggunaan otot bantu R/ : Disfungsi pernafasan adalah indikator kegagalan nafas d. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman untuk bernafas R/ : Pasien dengan distress pernafasan akan mencari posisi yang nyaman dan mudah untuk bernafas, membantu menurunkan kelemahan otot dan mempermudah ekspansi dada

8 3. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan demam, diaforesis dan hiperventilasi Tujuan : Mempertahankan keseimbangan volume cairan dan elektrolit yang adekuat. Kriteria hasil : - Tekanan darah dan nadi dalam batas normal - Turgor kulit dalam batas normal - Asupan dan haluaran seimbang - BB stabil - Berat jenis urine dalam batas normal (1,010 1,025) Intervensi dan rasional : a. Kaji perubahan tanda vital, contoh : suhu meningkat, takikardia, hipotensi ortostatik R/ : Indikator kekurangan cairan sistemik b. Kaji turgor kulit, membran mukosa R/ : Indikator kekurangan cairan c. Pantau masukan dan hantaran R/ : Indikator keadekuatan volume cairan tubuh d. Timbang BB setiap hari R/ : Indikator kekurangan cairan bila kehilangan berat BB secara individu e. Tingkatkan asupan oral 2.500 ml/hari atau sesuai kondisi individu R/ : Untuk pemenuhan kebutuhan dasar mengurangi resiko dehidrasi lebih lanjut f. Kolaborasi : - Berikan cairan perparenteral sesuai indikasi R/ : Penggunaan cairan parenteral berguna memperbaiki dehidrasi - Pantau BJ urine R/ : Indikator kekurangan cairan bila BJ urine meningkat - Pantau kadar elektrolit R/ : Indikator adanya asidosis akibat dehidrasi 4. Cemas berhubungan dengan hiperventilasi, ancaman kehidupan perubahan status kesehatan, hipoksemia. Tujuan : Mengalami penurunan tingkat kecemasan.

9 Kriteria hasil : Melaporkan penurunan tingkat kecemasan sampai tingkat yang dapat ditangani dengan managemen koping. Intervensi dan rasional : a. Kaji tingkat ansietas dan yakinkan bahwa perasaannya adalah normal dan dorong pasien/orang terdekat untuk mengungkapkan perasaannya. R/ : Dapat membantu untuk mengontrol emosinya sendiri. b. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman R/ : Dapat menurunkan tingkat ansietas c. Bantu pasien mencari posisi yang nyaman untuk bernafas, fokus bernafas, relaksasi R/ : Untuk mengontrol dan menurunkan tingkat ansietas d. Dukung pasien/orang terdekat untuk menerima situasi dan libatkan pasien dalam perencanaan keperawatan R/ : Merupakan mekanisme koping yang adaptif

10 Daftar Pustaka Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (2005). Dasar Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya. Amin muhammad, Hood Alsagaff. (2009). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya. Blac,MJ Jacob. (2003). l.uckman & Sorensen s Medical surgical Nursing A Phsycopsicologyc Approach. W.B. Saunders Company. Philapidelpia. Barbara Engram. (2009). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1. Penerbit EGC. Jakarta. Marylin E doengoes. (2004). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan /pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta. Mansjoer, Arif M (dkk). (2009). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius. Rab. Tabrani. (2006). Prinsip Gawat Paru ed. 2. Jakarta : EGC. Soeparman, Sarwono Waspadji. (2004). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. EGC. Jakarta. Yunus Faisal. (2006). Pulmonologi Klinik. Bagian Pulmonologi FKUI. Jakarta.