Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Urgensi Menjaga Lisan

dokumen-dokumen yang mirip
?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

E٤٢ J٣٣ W F : :

BAB VI PERILAKU TERCELA

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan

Gunakan Lisan Untuk Kebaikan

SIKAP MUSLIM MENGHADAPI MUSIBAH. Ust. H. Ahmad Yani, MA. Kondisi Manusia Menghadapi Musibah

P e n t i n g n y a T a b a y y u n

Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir (Qaaf:18 )

SALAM PADA TUHAN Oleh Nurcholish Madjid

: : :

1. Apabila seorang datang langsung berbicara sebelum memberi salam maka janganlah dijawab. (HR. Ad-Dainuri dan Tirmidzi)

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

Standar Kompetensi : 3. Membiasakan perilaku terpuji.

TAWASSUL. Penulis: Al-Ustadz Muhammad As-Sewed

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orangorang yang ruku (Al Baqarah : 43)

Berapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak didapatkan dari Puasanya itu kecuali lapar dan dahaga.

Tiga Yang Diridhai Allah dan Tiga Yang Dia Benci

Renungan Pergantian Tahun

Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang bukan urusan kami (tidak ada contohnya) maka (amalan tersebut) tertolak (Riwayat Muslim)

*** Tunaikanlah Amanah

Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya

Dan kemarahan itu sering menimbulkan perkara-perkara negatif, berupa perkataan maupun perbuatan yang haram.

Metode Bijak Memperbaiki Aib

Motivasi Agar Istiqomah

Mempraktikkan Akhlak Terpuji Dalam Kehidupan

Dosa-dosa Besar Yang Dianggap Biasa

Memahami Maksud dan Tujuan Persaudaraan Seiman

Umrah dan Haji Sebagai Penebus Dosa

Macam-Macam Dosa dan Maksiat

Pendidikan Agama Islam

ISTRI-ISTRI PENGHUNI SURGA

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : :

SUNNAH SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM

Khutbah Jum'at. Memaafkan Sesama Sebelum Ramadhan Tiba. Bersama Dakwah 1

Pendidikan Anak Dimulai dari Rumah

Standar Kompetensi : 4. Membiasakan perilaku terpuji.

Disebarluaskan melalui: website: TIDAK untuk tujuan KOMERSIL

ISLAM DAN TOLERANSI. ABDUL RACHMAN, S.S., M.Pd.I. Modul ke: Fakultas TEKNIK. Program Studi Teknik Industri.

Agar Nabi Muhammad Mencintai Kita

DAFTAR TERJEMAH No Halaman BAB Terjemah

Bahaya Zina dan Sebab Pengantarnya

Kekhususan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Yang Tidak Dimiliki Oleh Umatnya

Kejahatan Mengolok-olok Allah, Syariat-Nya, dan Rasul-Nya

Sahabat:"Dua orang yang saling mengasihi, dipertemukan karena ALLAH dan berpisah karena ALLAH

Istiqomah. Khutbah Pertama:

Jadilah Pembuka Pintu Kebaikan

Fadhilat Berbaik Sangka

Kewajiban berdakwah. Dalil Kewajiban Dakwah

Kedudukan Tauhid Bagi Seorang Muslim

KISAH ANAK MENDAMAIKAN DUA ORANG BERSELISIH LEWAT SMS

Pertanyaan Nabi (1) : Hai Iblis! Siapakah musuh besarmu?

Jihad Palsu, Amalan Yang Menipu

Bahaya Menyebarkan Isu

Perdamaian Itu Lebih Baik

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang

Perusak Hubungan Persaudaraan dan Pertemanan

Kewajiban Menunaikan Amanah

UKHUWAH ISLAMIYYAH Oleh : Agus Gustiwang Saputra

Bukti Cinta Kepada Nabi

Lailatul Qadar. Rasulullah SAW Mencontohkan beberapa amal khusus terkait Lailatul Qadar ini, di antaranya:

!!" #$ % &' &()*+&, -./ +0 &'!1 2 &3/" 4./" 56 * % &' &()*+&, " "# $ %! #78*5 9: ;<*% =7" >1?@*5 0 ;A " 4! : B C*5 0 D % *=75E& 2 >1?@* "/ 4!

Adab-adab Yang Wajib di Dalam Puasa

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

LAMPIRAN TERJEMAH. No Bab Surah/Hadis Terjemah. 1 I QS. al-baqarah: 132 Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan

Allah Itu Maha Indah dan Mencintai Keindahan

Barang Dagangan Yang Haram Diperjual-Belikan

Pengaruh Shalat dan Maksiat Terhadap Rezeki

Bismillahirrahmanirrahim

"Bersegeralah berhaji yakni haji yang wajib, sebab sesungguhnya seseorang tidak mengetahui apa yang akan menimpa kepadanya." (HR Ahmad dan lainnya)

DAFTAR TERJEMAH No. BAB Hal Terjemah

Kewajiban Pemerintah dan Rakyat

Desas-desus. 1 P a g e

Malu Kepada Allah. Khutbah Pertama:

Kekeliruan-Kekeliruan Umat Islam di Hari Jumat

Anuraga Jayanegara Tanda-tanda kiamat Tanda-tanda kiamat

Muhasabah dan Muraqabah, Jalan Menuju Takwa

Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada (Al-Hajj: 46).

Berhati-Hati Dalam Menjawab Permasalahan Agama

Keutamaan Puasa Ramadhan


Khutbah Jumat Masjid Nabawi: Bagaimana Setelah Ramadhan?

Tauhid Yang Pertama dan Utama

Jangan Taati Ulama Dalam Hal Dosa dan Maksiat

Mutiara Introspeksi Diri

AKHLAQ. Materi Akhlaq Studi Islam Intensif (SII) YISC Al Azhar

Jangan Mudah Melaknat dan Mencela

Al-Qur an Al hadist Ijtihad

Modul ke: KESALEHAN SOSIAL. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Drs. SUMARDI, M. Pd. Program Studi AKUNTANSI.

[ Indonesia Indonesian

Nilai Harta Seorang Muslim

Puasa sesuai Al Qur'an dan Hadist

Bismillahirrahmaanirrahiim MUDAH MARAH

Seribu Satu Sebab Kematian Manusia

Bicara Tanpa Pahala. Khutbah Pertama:

Cahaya di Wajah Orang-Orang Yang Memahami Ilmu Agama

TAFSIR AL QUR AN UL KARIM

DO'A PENGUAT IMAN. Pertanyaan Dari: Mulyadi, Laren, Lamongan, Jawa Timur. (disidangkan pada hari Jum at, 9 Muharram 1434 H / 23 November 2012)

Umur Untuk Amal Shaleh

Muhasabah *) Dari firman Allah di atas tersirat suatu perintah untuk senantiasa melakukan muhasabah supaya hari esok akan lebih baik.

Ceramah Ramadhan 1433 H/2012 M Keutamaan Puasa

Transkripsi:

Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA Urgensi Menjaga Lisan Satu waktu Rasulullah saw pernah ditanya: keislamanan bagaimana yang utama? Beliau menjawab: siapa yang perkataan dan perbuatannya menjadikan orang Islam selamat (tidak terganggu). (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam hadits lain Rasulullah menegaskan diantara keutamaan dan kesempurnaan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat. Sabdanya berbunyi: Diantara sifat orang mukmin adalah ia menjaga lisannya dalam membahas aib seseorang dan menghindari perkataan kotor. (HR. At Tirmidzi). D an apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. (QS. Furqaan: 72). Rasulullah bersabda: Siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia berkata baik atau berdiam. (HR. Bukhari dan Muslim). Menjaga lisan menjadi perbuatan yang amat mulia dalam islam. Secara sederhana, kebaikan berislam seseorang bisa dilihat dan diketahui dari ucapannya. Karena itu siapa mampu menjaga lisannya, ia berpeluang besar mendapat jaminan rumah di Surga Allah SWT. Sahal bin Sa ad meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang menjamin untukku (menjaga) antara dua jenggotnya dan antara dua kakinya, niscaya aku jamin untuknya surga. (HR. Bukhari). 1 / 6

Satu waktu Rasulullah sedang berkumpul bersama para Sahabat, tiba-tiba datang seseorang mencaci Abu Bakar, Abu Bakar diam dan tidak mengomentari. Kemudian kembali ia mencaci Abu Bakar, Abu Bakar tetap diam dan tidak mengomentari. Ketiga kali ia kembali mencaci, maka Abu Bakar mengomentarinya. Kemudian Rasulullah beranjak meninggalkan majelis. Abu Bakar mengikuti Rasulullah dan bertanya: Apakah engkau marah kepadaku wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: Malaikat turun dari langit yang menyalahkan perkataan orang tadi, namun saat engkau mengomentarinya datanglah setan, dan aku tidak mendatangi tempat jika di sana setan hadir. (HR. Abu Dawud). Betapa pentingnya menjaga lisan, hingga bisa diumpamakan lisan bagai simbol dan icon dari beragam amal perbuatan seseorang. Rasulullah bersabda: Setiap kali manusia memasuki pagi hari maka seluruh anggota tubuh merendahkan lisan dan berkata kepadanya: takutlah kepada Allah dalam bersama kami, karena kami tergantung kepadamu, jika kamu baik kami ikut baik, dan jika kamu menyimpang kami jadi menyimpang juga. (HR. At-Tirmidzi). Sebagaimana hati, sejauh mana penjagaan dan pengendalian terhadap lisan, hal tersebut bisa menjadi ukuran amal perbuatan seseorang. Maka, antara hati dan lisan saling berkaitan dan mempengaruhi amal perbuatan. Rasulullah saw bersabda: Tidak lurus iman seseorang hingga lurus hatinya, dan tidak lurus hati seseorang hingga lurus lisannya. (HR. Ahmad). Menjaga lisan berarti tidak berbicara atau berugkap kecuali dengan baik, menjauhi perkataan buruk seperti kata kotor, menggossip (ghibah), fitnah dan adu domba. 2 / 6

Setiap manusia dimintai pertanggungjawaban atas setiap perkataan dan ungkapannya. Firman Allah berbunyi: Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (QS. Qaaf: 18). Batasan (Adab) berbicara dalam Islam: a. Tidak berbicara kecuali dengan apa yang bisa mendatangkan kebaikan dan manfaat atau mencegah keburukan bagi dirinya atau orang lain. b. Mencari waktu yang tepat, sebagaimana kata hikmah: Setiap tempat dan waktu ada pembicaraannya tersendiri c. Memilih bahasa yang digunakan. Bahasa bisa menjadi tanda dan cermi bagi akal dan adab seseorang d. Tidak berlebihan dalam memuci dan mencela. Belebihan dalam memuji adalah bentuk dari riya dan mencari muka, dan berlebihan dalam mencela adalah bentuk dari permusuhan dan balas dendam. e. Tidak membuat manusia menjadi senang dengan mengucapkan apa-apa yang mengundang murka Allah. Sabda Rasulullah saw berbunyi: Siapa yang membuat manusia senang dengan melakukan perkara yang mendatangkan amarah Allah SWT, maka ia dan urusannya akan diserahkan kepada manusia, dan siapa yang membuat manusia marah karena ia melakukan perkara yang membuat Allah ridha, maka Allah akan menjamin baginya 3 / 6

perlindungan dari perlakuan manusia. (HR. At-Tirmidzi). f. Tidak mengobral janji-janji yang sangat sulit ditepati. Allah SWT berfirman: "Wah ai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (QS. As Shaff:2-3). g. Tidak berbicara keji dan kotor, dan tidak menyimak orang yang berbicara keji dan kotor. h. Menyibukkan lisan untuk berzikir. Bagaimana dengan gosip atau ngomongin aib orang atau dalam bahasa agama disebut ghib ah? Memang dalam kondisi tertentu ghibah diperbolehkan. Gosip atau dalam bahasa Islam adalah ghibah pada dasarnya merupakan diantara penyakit lisan yang sangat berbahaya, sehingga Allah SWT mengumpamakan siapa yang menjelekkan dan membicarakan aib seseorang dengan memakan bangkai saudaranya sendiri. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang. Jangan pula menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al Hujurat: 12). 4 / 6

Rasulullah pernah menerangkan maksud dari ghibah: Apakah kalian mengetahui apa itu ghibah? Sahabat menjawab: Allah dan rasulnya yang mengetahui itu. Maka Rasul bersabda: engkau menyebut tentang saudaramu dengan apa yang ia benci. Sahabat bertanya: Jika pada dirinya benar apa yang aku katakan. Rasul menjawab: jika yang engkau sebutkan benar-benar ada pada dirinya, itulah ghibah, dan jika apa yang engkau sebutkan tidak ada pada dirinya itu adalah kedustaanmu atasnya. (HR. Muslim). Ghibah menghantarkan kepada permusuhan, terputusnya hubungan silaturahim, menanam benih kebencian dan iri hati. Ghibah bisa merusak ibadah seorang Muslim. Muslim yang berpuasa namun melakukan ghibah, pahala puasanya akan lenyap, begitu juga dengan ibadah lainnya. Diriwayatkan bahwa dua orang perempuan berpuasa pada zaman Rasul saw membicarakan aib seseorang. Rasulullah mengetahui hal itu dan berkata tentang mereka: Mereka berpuasa dari apa yang dihalalkan, tetapi berbuka dengan apa yang diharamkan. (HR. Ahmad). Maksudnya mereka berdua berpuasa dari makan dan minum yang hukum awalnya adalah halal, tetapi ketika membicarakan aib seseorang Allah SWT tidak menerima ibadah puasa tersebut, seakan mereka membatalkannya. Namun demikian ada beberapa kondisi seseorang diperbolehkan menyebut aib seseorang, meski dalam batasan yang diperlukan. Kondisi tersebut: 1. Dalam rangka menyampaikan dakwaan perlakuan zalim kepada hakim. 5 / 6

2. Untuk merubah kemunkaran dan mengarahkan seseorang yang berbuat munkar kepada kebaikan, agar ia kembali ke jalan yang benar dan enggan melakukan keburukan. Hal ini boleh dilakukan jika cara nasehat biasa dan upaya menutupi kemungkaran tidak lagi memberi pengaruh baginya untuk merubah perbuatannya. 3. Berbuat dosa dan kemunkaran secara terang-terangan. Siapa yang melakukan kemunkaran secara terang-terangan, maka boleh dilaporkan agar ia bisa tercegah melakukannya. 4. Dalam rangka menjelaskan seseorang. Jika ada orang yang tidak bisa dikenal kecuali dengan menyebut julukan, misalnya fulan si buta, fulan si hitam, dan lainnya. Itu bokeh dilakukan karena tujuan untuk mengenal seseorang, tetapi tidak boleh jika bertujuan menghina dan meremehkan. Imam Hasan Al-Bashri berkata: Ghibah tidak boleh dilakukan kecuali tentang tiga orang; orang fasik yang berbuat dosa secara terang-terangan, orang yang menyebarkan bid ah dan pemimpin yang sewenang-wenang. Wallahu a lam. 6 / 6