Abstrak. Kata Kunci: Praktik shalat id, metode demonstrasi. A. Pendahuluan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang ditanamkan agar iman dan taqwa menjadi tumpuan harapan bagi

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek yang mempunyai peranan yang sangat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tarbiyatut Thaibah Kecamatan Kertak Hanyar Kabupaten Banjar. Subjek dalam

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia yang sedang membangun sehingga dapat. bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah peradaban manusia terlihat jelas bahwa kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. (beribadah) kepada penciptanya. Oleh karena itu Islam memandang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. satuan pendidikan, dimana anak didik belajar. Proses belajar di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

3BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bagi rakyatnya, sehingga mampu mandiri dan dapat membangun bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangakan kegiatan belajar siswa. Hal ini mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. menyelenggarakan suatu kehidupan yang penuh kedamaian dan kebahagiaan

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa. Dalam konteks Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. persoalan pendidikan bangsa pada saat ini adalah mengenai kompetensi mengajar

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I. tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

Pendidikan merupakan bentuk perkembangnya potensi menjadi. manusia yang peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Dalam Undang-undang. tentang pengertian pendidikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya

Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

B A B I PENDAHULUAN. khususnya proses pembelajaran di sekolah terus di lakukan seiring dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan membawa anak ke arah

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang bersangkutan di mana anak didik belajar. Di sekolah inilah anak

BAB I PENDAHULUAN. seluruh kalangan, keberadaannya yang multifungsional menjadikan pendidikan. merupakan tolak ukur yang utama dalam kehidupan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tarbiyatut Thaibah Kecamatan Kertak Hanyar Kabupaten Banjar. Subjek dalam

BAB I PENDAHULUAN. estafet perjuangan untuk mengisi pembangunan. Hal ini sesuai dengan rumusan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memeluknya. Namun, manusia dengan segala kelemahan yang ada padanya

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan adalah suatu uraian yang lengkap dan tersusun tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya, termasuk di dalamnya belajar Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. peran di lingkungannya secara tepat di masa yang akan datang. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan nasional tersirat dalam undang-undang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan Gerakan Peningkatan Mutu Pendidikan pada tanggal 2 Mei

BAB I PENDAHULUAN. dengan usaha dan kerja keras melalui jalur pendidikan, sekolah, keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB II KAJIAN TEORI. Lebih lanjut strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 ditegaskan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi anak didik sehingga menjadi orang yang dewasa fisik,

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana firman Allah swt dalam surah Al-Mujadalah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Sumarni

Oleh: Siti Muawanah SD Negeri 2 Sumberejo, Durenan, Trenggalek

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Masalah. perkembangan zaman yang berdasarkan Undang-undang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga pendidikan mampu mencetak sumber daya manusia yang handal tidak hanya secara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) beserta

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas guru sebagai tenaga pendidik dan siswa sebagai peserta didik, oleh karena

Evi Puji Rahayu, Nuraedah, dan Jamaludin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. Di negara kita Indonesia pendidikan formal seperti sekolah adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. hampir disemua aspek kehidupan manusia, dimana berbagai permasalahan hanya

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, meningkatkan kualitas manusia dalam membentuk watak bangsa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. manusia itulah menjadi sasaran hidup manusia yang pencapaiannya sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. penting karena dapat menentukan perkembangan dan kemajuan suatu kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengimbangi perkembangan tersebut dituntut adanya manusia-manusia

BAB I PENDAHULUAN. datang. Pendidikan bukan hanya belajar dari tidak tahu untuk menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN. karena dari pendidikan menggambarkan betapa tingginya peradaban suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. didik. Untuk menghadapi dampak negatif globalisasi, agar anak didik berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. Nasional, (Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi,2003), hlm Pasal 3 Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan. Melalui berbagai pendekatan pembelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepibadian yang utama. 1. professional yang dituntut untuk melakukan transformasi pengetahuan agar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. kemajuannya. Disamping itu tiap-tiap individu manusia mempunyai kepentingan dari

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan suatu Sistem Pendidikan Nasional yang dicantumkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, penanganan, dan prioritas secara intensif baik oleh

BAB I PENDAHULUAN. guru agar anak didik mudah memahami materi yang diberikan. Jika guru kurang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan globalisasi sekarang ini sangat sekali diperlukan sumber

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN ALAT PERAGA BATANG NAPIER. Nur Waqi ah

BAB I PENDAHULUAN. dalam kelompok yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang, dalam kelompok kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. 1. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, melatih kecakapan, keterampilan, memberikan bimbingan, arahan,

BAB I PENDAHULUAN. mengambil peran sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang. tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 berikut ini:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen

BAB I PENDAHULUAN. belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) anggapan dasar

Transkripsi:

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PRAKTIK SHALAT ID MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA MATA PELAJARAN FIQIH SISWA KELAS IV MI MUHAMMADIYAH KERTAK HANYAR KABUPATEN BANJAR Oleh: H. Abdul Basir dan Ramaji 1 Abstrak Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di MI Muhammadiyah Kertak Hanyar Kabupaten Banjar mata pelajaran Fiqih dengan subjek penelitian kelas IV tahun pelajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 13 orang perempuan. Alat pengumpulan data meliputi tes, observasi, kuesioner, dan diskusi. Temuan penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa tentang bacaan dan gerakan shalat id dengan menerapkan metode demonstrasi, yaitu rata-rata post tes 6,63 pada siklus I naik menjadi rata-rata post test 7,15 pada siklus II diatas indikator ketuntasan belajar. Begitu pula presentasi ketuntasan siswa meningkat dari 62,50% atau 12 anak pada siklus I menjadi 100% atau 20 anak pada siklus II. Kata Kunci: Praktik shalat id, metode demonstrasi. A. Pendahuluan Kegiatan pembelajaran di kelas IV MI Muhammadiyah Kertak Hanyar Kabupaten Banjar pada 1 H. Abdul Basir adalah Dosen Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI dan Ramaji adalah mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin Angkatan 2009.

mata pelajaran Fiqih diberikan materi pokok pelajaran praktik tata cara shalat id dengan indikator yaitu (1) Siswa dapat menunjukkan gerakan shalat id, (2) Siswa dapat mendemonstrasikan tata cara shalat shalat id. Pada kenyataan pada kelas IV ini pemahaman siswa terhadap tata cara shalat id ini masih belum maksimal. Siswa belum menunjukkan disiplin dalam tahapan-tahapan gerakan shalat id begitu pula dengan keserasian bacaannya. Hal ini dikarenakan shalat id sangat jarang dialaksanakan, sehingga pengalaman siswa sangat kurang tentang shalat id. Dengan penerapan metode demonstrasi banyak manfaat yang diperoleh, diantaranya mendorong anak memiliki kreatifitas, keterampilan atau kemampuan mengamati, mengklasifikasi, menarik kesimpulan menerapkan dan mengkomunikasikan. Proses penerimaan pembelajaran melalui metode demonstrasi akan lebih berkesan dan mendalam, sehingga dapat membentuk pengertian dengan baik dan sempurna, karena siswa dapat mengamati dan memperhatikan selama pelajaran berlangsung. Berdasarkan temuan tersebut akan diupayakan pembelajaran Fiqih dengan menerapkan metode demonstrasi terhadap praktik gerakan dan bacaan shalat id sebagaimana tuntunan Rasulullah Saw untuk dipahami siswa secara individu maupun kelompok. Permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Berdasarkan pengamatan penulis diketahui bahwa kemampuan siswa dalam gerakan dan bacaan shalat id sebagaimana ditentukan dalam rukun shalat masih belum tepat 2. Mengingat usia yang relatif muda, maka dalam pelaksanaan shalat id sebagian siswa melakukan gerakan dan bacaan shalat secara serasi masih belum tepat

3. Pengetahuan tentang rukun dan bacaan shalat id dalam setiap gerakan masih kurang fasih 4. Sebagian siswa belum termotivasi untuk belajar gerakan shalat id secara baik dan benar karena kurangnya pengetahuan tentang rukun shalat 5. Belum ditemukannya strategi pembelajaran yang relevan terhadap upaya peningkatan kemampuan praktik gerakan dan bacaan shalat Berdasarkan temuan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan dalam praktik shalat id siswa kelas IV MI Muhammadiyah Kertak Hanyar Kabupaten Banjar pada pembelajaran gerakan dan bacaan shalat id? 2. Bagaimana aktivitas siswa terhadap penerapan metode demonstrasi pada pelajaran Fiqih siswa kelas IV MI Muhammadiyah Kertak Hanyar Kabupaten Banjar pada pembelajaran gerakan dan bacaan shalat id? Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran Fiqih terhadapnya rendahnya kemampuan siswa terhadap bahan ajar praktik gerakan dan bacaan shalat id, maka dilakukan tindakan kelas dengan menerapkan metode demonstrasi. Tindakan kelas dilaksanakan di kelas IV MI Muhammadiyah Kertak Hanyar Kabupaten Banjar selama 2 siklus dengan 4 kali pertemuan tatap muka di kelas. Tindakan kelas yang dilaksanakan terhadap tahapantahapan gerakan shalat id serta menserasikan dengan bacaan shalat ini dilakukan dengan demonstrasi oleh guru maupun siswa. Selama pelaksanaan pembelajaran dilakukan pengamatan melalui observer teman sejawat (kolaborasi) baik aktivitas guru maupun kegiatan siswa belajar. Pada akhir kegiatan diberikan tes tertulis.

B. Landasan Teori Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan dengan jelas bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional bangsa Indonesia sebagaimana kutipan berikut: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab 2. Berdasarkan fungsi dan tujuan tersebut dapat dinyatakan bahwa komponen pendidikan dan pengajaran atau dikenal dengan istilah proses pembelajaran merupakan bagian integral yang mendominasi aktivitas subjek belajar dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam bentuk kemampuan atau penguasaan pengetahuan, sikap dan tingkah laku serta keterampilan, yang terjadi karena adanya usaha dan bukan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan secara alamiah. Belajar merupakan aktivitas yang menumbuhkan pengalaman belajar bagi siswa secara langsung terhadap lingkungan belajarnya 3. 2 Depdiknas, UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, 2006), h. 8 3 Setiawati Lilis dan Uzer Usman, Optimalisasi Kegiatan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 6

Pendidikan dalam konteks pembelajaran agama Islam menekankan bahwa pembekalan ilmu pengetahun yang ditanamakan agar iman dan taqwa menjadi tumpuan harapan bagi pengembangan individu-individu terdidik di masyarakat sebagaimana dijanjikan oleh Allah Swt untuk mengangkat derajat orang-orang berilmu pengetahuan melalui firman- Nya dalam Alquran surah Al Mujadalah ayat 11 berikut:!"#$, %&' )* + 0"./ 566723.4 Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam bentuk kemampuan atau penguasaan pengetahuan, sikap dan tingkah laku serta keterampilan, yang terjadi karena adanya usaha dan bukan karena perkembangan secara alamiah. Sama halnya dengan belajar, mengajar pada hakekatnya adalah suatu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak didik, sehingga dapat mendorong anak didik melakukan proses belajar. Menurut Sudjana ditegaskan bahwa: Mengajar adalah proses pemberian bimbingan atau bantuan kepada anak d idik dalam melakukan proses belajar. 4 Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan, mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses 4 Nana Sudjana, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran, (Jakarta: Djambatan, 2000), h. 3

belajar. Kegiatan mengajar bagi seorang guru menghendaki hadirnya sejumlah anak d idik. Menurut Sardiman (2003:65) dinyatakan bahwa: Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan itu kepada anak didik dengan suatu harapan terjadi proses pengalaman. 5 Kegiatan pembelajaran adalah satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar yang optimal adalah suatu situasi dimana siswa dapat berinteraksi dengan guru. Komponen-komponen yang membentuk kegiatan pembelajaran tersebut adalah (1) Tujuan, (2) Isi/bahan Pelajaran, (3) Metode dan alat, serta (4) Penilaian hasil belajar. Komponen-komponen kegiatan pembelajaran tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lainnya disebut sebagai sistem instruksional. Untuk mengoptimalkan interaksi antara siswa dengan komponen yang lain dari sistem instruksional, maka guru harus mengkonsistensikan tiap-tiap aspek dari komponen yang membentuk sistem instruksional. Memikirkan dan mengupayakan konsistensi aspek-aspek komponen pembentuk sistem instruksional dengan siasat tertentu dinamakan strategi pembelajaran. 6 Proses belajar sebagai upaya mempelajari ilmu pengetahuan juga diamanahkan Rasulullah Saw dalam Hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah ra sebagaimana dinyatakan Barang siapa yang mempelajari ilmu pengetahuan yang seharusnya ditujukan hanya untuk mencari keridhaan Allah Swt. Kemudian ia tidak mempelajarinya untuk mencari ridha Allah bahkan hanya untuk mendapatkan kedudukan/keka- 5 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta 2006), h. 47 6 Ibid., h.12

yaan dunia, maka ia tidak akan mendapatkan baunya surga nanti pada hari kiamat. 7 Istilah demonstrasi dalam pengajaran dipakai untuk menggambarkan suatu cara mengajar yang pada umumnya menggabungkan penjelasan verbal dengan dengan suatu kerja fisik atau pengoperasian peralatan, barang atau benda. Kerja fisik itu telah dilakukan atau peralatan itu telah dicoba lebih dahulu sebelum didemonstrasikan. 8 Yunus Namsa mengutip pendapat Abu Ahmadi merumuskan bahwa metode demonstrasi adalah metode mengajar, dimana guru atau orang lain yang sengaja diminta, atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh lulusan proses (proses cara mengambil air wudhu, proses jalannya shalat dan sebagainya). Ramayulis mengemukakan suatu cara mengajar yang pada umumnya penjelasan verbal dengan suatu cara kerja fisik atau pengoperasian peralatan barang atau benda. 9 Dapat dipahami bahwa metode demonstrasi menurut praktik atau peragaan dengan menggunakan media atau alat bantu berupa benda fisik, tergantung atas materinya. Menurut Hendy metode demonstrasi ialah cara mengajar dengan mempertunjukkan sesuatu atau mendemonstrasikan sesuatu. Hal yang dipertunjukkan dapat berupa rangkaian percobaan, model alat, atau keterampilan tertentu. Siswa dituntut memperhatikan suatu objek atau proses yang didemonstrasikan dengan mengamati, mengklasifikasi, mem- 7 Maslich Shabir, 400 Hadits Pilihan. Al Ma arif, (Bandung: Al Ma arif, 1997), h. 20 8 Ibid., h. 144 9 Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Ternate: Pustaka Firdaus, 2000), h.77

buat inferensi, menarik kesimpulan, menerapkan, dan mengkomunikasikan. 10 Metode demonstasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang digunakan tidak bisa diamati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alatnya terlalu kecil atau penjelasannya tidak jelas. Tujuan penggunaan metode demonstrasi antara lain: 1. Mengajarkan suatu proses, misalnya proses pengaturan, proses pembuatan, proses kerja, proses mengerjakan, dan menggunakan sesuatu. 2. Menginfornasikan tentang bahan yang diperlukan untuk membuat produk tertentu. 3. Meningkatkan kepercayaan bahwa suatu prosedur memungkinkan bagi siswa untuk melakukannya sendiri. Prosedur menggunakan metode demonstrasi yang efektif dikemukakan oleh Purwendarti sebagai berikut: 1. Adanya suatu penjelasan (eksplanation) 2. Jalinan pertanyaan-pertanyaan sesuai prosedur kegiatan. 3. Lembar-lembar instruksi tentang sesuatu yang didemonstrasikan. 4. Alat bantu visual, berupa gambar atau foto. 5. Periode diskusi atau tanya jawab. 11 Adapun keunggulan dari penerapan metode demonstrasi dalam kegiatan belajar-mengajar dinyatakan sebagai berikut: 1. Memperkecil kemungkinan salah interpretasi materi. 2. Memungkinkan para siswa terlibat secara langsung untuk memperoleh pengalaman langsung. 10 Za idan Hendy, Metode Mengajar, (Jakarta: Media Komunikasi, 2002), h. 74 11 Purwendarti, Op. Cit., h. 138

3. Memudahkan pemusatan perhatian siswa pada pembahasan tertentu. 4. Memberi kesempatan siswa bertanya secara khusus. Sedangkan kekurangan dari penerapan metode demonstrasi ini dinyatakan antara lain: 1. Memerlukan persiapan yang teliti dan waktu lama 2. Menuntut peralatan secara tepat 3. Ada kegiatan lanjutan oleh siswa setelah demonstrasi 4. Ada kemungkinan terjadi kesalahan tindakan, proses, atau prosedur dari sebenarnya. 12 Berdasarkan keunggulan dan kelemahan penggunaan metode demonstrasi tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep belajar manapun yang diterapkan sebenarnya memiliki unsur keaktifan siswa belajar, namun kadar masing-masing konsep dalam mengaktifkan siswa yang berbeda. C. Hasil Penelitian 1. Penyajian Data Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kertak Hanyar Kab. Banjar terletak di Jalan A. Yani KM 7.400 dengan jumlah ruang belajar sebanyak 5 kelas dengan jumlah guru 10 orang. Sementara jumlah murid sebanyak 144 orang. Keadaan siswa pada Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kertak Hanyar Kab. Banjar tahun pelajaran 2010/2011 adalah sebagai berikut: Tabel 1. Keadaan Siswa MI. Muhammadiyah Kertak Hanyar Kab. Banjar Tahun Pelajaran 2010/2011 No Kelas Siswa Laki-laki Perempuan Jumlah 12 Uzer Usman, Op. Cit., h. 67

1 2 3 4 5 6 Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV Kelas V Kelas VI 19 8 12 7 17 10 8 18 16 13 3 15 27 26 28 20 20 25 Jumlah 72 73 146 Sumber : MI. Muhammadiyah Kertak Hanyar, 2011 a. Tindakan Kelas Siklus I 1) Perencanaan Perencanaan meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran beserta Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan materi praktik gerakan dan bacaan shalat id pada siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kertak Hanyar Kab. Banjar. Berdasarkan KTSP 2006 diketahui standar kompetensi membiasakan shalat id pada hari raya, kompetensi dasar mempraktekkan shalat id secara tertib serta indikator (1) menjelaskan macam-macam shalat Id, (2) menjelaskan ketentuan shalat Id (3) mendemonstrasikan tata cara shalat Id. Kemudian menyusun tes untuk pelaksanaan pre tes dan post tes beserta kunci jawaban dan kriteria penilaiannya. Kemudian menyiapkan format observasi pembelajaran guru dan observasi kegiatan siswa. Penelitian ini terdiri atas 2 siklus dengan 3 kali pertemuan yaitu siklus I terdiri atas pertemuan pertama dan pertemuan kedua selanjutnya siklus II terdiri atas pertemuan ketiga. Kegiatan pembelajaran siklus I mempelajari tentang Siswa dapat menjelaskan tahapan-tahapan gerakan dan bacaan shalat. Sedangkan pada siklus II membahas perbaikan pembelajaran siklus I untuk 1 kali pertemuan dengan

materi demonstrasi untuk mempraktikkan gerakan dan bacaan shalat id, baik secara individu maupun kelompok. 2) Pelaksanaan Dari hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan metode demonstrasi untuk mempelajari gerakan dan bacaan shalat id pada siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kertak Hanyar Kab. Banjar dapat disajikan pada tabel di bawah ini : Tabel 2. Hasil Observasi Aktivitas Guru Mempraktikkan Gerakan Shalat Id Melalui Metode Demonstrasi Pada Pertemuan Pertama N o Aspek yang diamati Dilakukan Skor Ya Tidak Pertemuan 1 1 Persiapan a. Menyiapkan perangkat pembelajaran - 3 b. Menyiapkan media belajar - 2 c. Melaksanakan pre tes - 2 2 Pelaksanaan a. Pendahuluan - Menggali pengetahuan awal siswa - 2 - Memotivasi siswa - 3 - Menyampaikan tujuan pembelajaran b. Kegiatan Inti - Menjelaskan kompetensi dasar tentang pelaksanaan shalat id - Mendemonstrasikan gerakan dan bacaan shalat id - Membimbing siswa melakukan demonstrasi gerakan dan bacaan shalat id - Memberi penguatan siswa yang berhasil - Menganalisis dan mengevaluasi temuan dalam demonstrasi c. Penutup - Membimbing siswa menyimpulkan materi pelajaran - 2-3 - 4-3 - 3-3 - 2 - Melaksanakan post tes - 2

- Memberikan tugas - 3 Jumlah 37 Rata-rata 2,6 Kategori cukup baik Keterangan: Kurang Baik (0-1,0), Cukup Baik (1,1 2,9), Baik (3,0 3,9), Amat Baik (4,0 ke atas) Berdasarkan data tabel tersebut di atas dapat diketahui kegiatan pembelajaran guru belum efektif karena terdapat skor pada tahapan-tahapan mengajar melalui metode demonstrasi dalam pertemuan 1 siklus I ini adalah 2,6 kualifikasi cukup baik. Guru secara intensif memberikan bimbingan terhadap demonstrasi yang dilakukan siswa mempraktikkan gerakan dan bacaan shalat id, namun banyaknya siswa membuat setiap gerakan shalat yang diperagakan belum maksimal. Dari kegiatan tersebut diketahui pula bahwa gerakan dan bacaan shalat id yang didemonstrasikan guru dan diikuti siswa terasa lamban, karena ada sebagian siswa yang meminta guru mempraktikkan berulang-ulang satu gerakan sampai dipahami benar letak dan posisi gerakan tersebut, seperti duduk antara dua sujud dan duduk sujud terakhir. Selain itu, sebagian kecil siswa lainnya ada yang belum fasih membaca bacaan setiap gerakan ada pula siswa yang belum hafal. Berdasarkan temuan pada pertemuan 1 ini direkomendasikan untuk perbaikan kualitas tahapan-tahapan mengajar, khususnya kegiatan inti membimbing siswa dalam gerakan dan bacaan shalat Id yang masih memperoleh skor 3 agar ditingkatkan. Setelah dilaksanakan tindakan kelas pertemuan 2, maka dapat diuraikan hasil pengamatan observer secara kolaborasi terhadap proses pembelajaran guru tentang gerakan dan bacaan shalat melalui metode demonstrasi pada pertemuan 2 siklus I ini dapat disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3. Hasil Observasi Aktivitas Guru Mempraktikkan Gerakan Dan Bacaan Shalat Id Melalui Metode Demonstrasi Pada Pertemuan Kedua N o Aspek yang diamati 1 Persiapan a. Menyiapkan perangkat pembelajaran Dilakukan Ya Tidak Skor Pertemuan 2-4 b. Menyiapkan media belajar - 4 c. Melaksanakan pre tes - 3 2 Pelaksanaan a. Pendahuluan - Menggali pengetahuan awal siswa - 3 - Memotivasi siswa - 4 - Menyampaikan tujuan - 3 pembelajaran b. Kegiatan Inti - Menjelaskan kompetensi dasar tentang pelaksanaan shalat id - 4 - Mendemonstrasikan gerakan dan bacaan shalat id - Membimbing siswa melakukan demonstrasi gerakan dan bacaan shalat id - Memberi penguatan siswa yang berhasil - Menganalisis dan mengevaluasi temuan dalam demonstrasi c. Penutup - Membimbing siswa menyimpulkan materi pelajaran - 4-4 - 4-4 - 3 - Melaksanakan post tes - 3 - Memberikan tugas - 3 Jumlah 50 Rata-rata 3,6

Kategori baik Keterangan: Kurang Baik (0-1,0), Cukup Baik (1,1 2,9), Baik (3,0 3,9), Amat Baik (4,0 ke atas) Berdasarkan data tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan skor pada tahapantahapan mengajar melalui metode demonstrasi tentang gerakan dan bacaan shalat Id dalam pertemuan 2 siklus I ini, khususnya tahapan kegiatan inti dengan skor 4 kualifikasi amat baik. Guru berusaha secara intensif memberikan bimbingan terhadap demonstrasi yang dilakukan siswa mempraktikkan gerakan dan bacaan shalat. Begitu pula siswa yang belum hafal doa dari setiap gerakan shalat diberikan bimbingan individu agar dapat membaca secara fasih. 3) Observasi Aktivitas Siswa Hasil observasi terstruktur kegiatan siswa melakukan demonstrasi gerakan dan bacaan shalat pada saat kegiatan belajar mengajar pada siklus I disajikan pada tabel berikut: Tabel 4. Observasi Terstruktur Kegiatan Siswa Melakukan Demonstrasi Gerakan dan Bacaan Shalat Variabel yang diukur Observasi terstruktur kegiatan demonstrasi gerakan dan bacaan shalat Indikator F % Menyebutkan urutan 14 77,78 pelaksanaan shalat Mempraktikkan gerakan 12 66,67 shalat dengan benar Melafalkan bacaan gerakan 10 55,56 shalat dengan fasih Rata-rata 12 66,67 Berdasarkan data tabel di atas diketahui bahwa 14 anak (77,78%) mampu menyebutkan urutan pelaksanaan shalat melakukan demonstrasi, kemudian 12 anak (66,67%)

telah mempraktikkan gerakan shalat dengan benar. Berikutnya 10 anak (55,56%) mampu melafalkan bacaan gerakan shalat dengan fasih. Secara keseluruhan rerata skor yang diperoleh dalam aktivitas demonstrasi terhadap materi gerakan dan bacaan shalat ini adalah 66,67% atau 12 anak dari 18 anak saja yang mampu tuntas. Hasil ini menghendaki adanya perbaikan proses pembelajaran pada pertemuan berikutnya. 4) Hasil Tes Belajar Data hasil belajar siklus I berupa nilai pretest dan post test pada pembelajaran tentang gerakan dan bacaan shalat melalui metode demonstrasi disajikan pada tabel berikut : Tabel 5. Nilai Pretest dan Post Test Siklus I Pada Pembelajaran Gerakan dan Bacaan Shalat Melalui Metode Demonstrasi No Nama Siswa Test Siklus I Pretest Ketuntasan Post Ketuntasan 1 Alya 6 TT 7 T 2 Rizka 7 T 7 T 3 Arbainah 6 TT 6 TT 4 Purnamasari 7 T 7 T 5 Rahmah 6 TT 6 TT 6 Nida 6 TT 7 T 7 Maulida 6 TT 7 T 8 Nabila 6 TT 6 TT 9 Raudatul Jannah 6 TT 6 TT 10 Nor Fitriah 6 TT 7 T 11 St. Rusimah 6 TT 6 TT 12 Mirayanti 7 T 7 T 13 Sahrida 7 T 7 T 14 Amat 6 TT 6 TT Ramansyah 15 Hanafi 6 TT 6 TT 16 Sirujul Huda 7 T 7 T 17 Norfansyah 7 T 7 T 18 Feri 7 T 7 T 19 Mansyur 6 TT 6 TT

20 Aldi 6 TT 7 T Jumlah Nilai 166-172 - Rata-rata 6,38-6,63 - Presentasi Tuntas 9 37,50% 15 62,50 Keterangan: T = Tuntas, TT = Tindak Tuntas Berdasarkan data nilai hasil belajar tersebut dapat digambarkan kecenderungan peningkatan hasil belajar tentang gerakan dan bacaan shalat melalui metode demonstrasi pertemuan pertama siklus I yaitu rerata 6,38 pada pre tes dan meningkat menjadi rerata 6,63 pada post tes, namun masih berada di bawah indikator ketuntasan belajar minimal yang ditetakan kurikulum. Temuan nilai tes hasil belajar ini secara lebih jelas dapat dilihat pada perbandingan grafik berikut : 6.65 6.6 6.55 6.5 6.45 6.4 6.35 6.3 6.25 6.38 pre tes 6.63 post tes Gambar 1 : GRAFIK PERBANDINGAN RERATA NILAI TES SIKLUS I Sementara ketuntasan belajar yang ditetapkan berdasarkan nilai tes hasil belajar pertemuan pertama siklus I ini dapat disajikan pada grafik berikut :

rentang nilai Berdasarkan data grafik di atas dapat dinyatakan bahwa tingkat ketuntasan belajar pada pre test sebanyak 9 orang (37,50%) sementara pada post tes diketahui tingkat ketuntasan belajar adalah 15 orang (62,50%) b. Tindakan Kelas Siklus II 1) Observasi Aktivitas Guru Dari hasil observasi aktivitas guru mendemonstrasikan gerakan dan bacaan shalat pada pertemuan 3 dalam siklus II dapat disajikan pada tabel di bawah ini: Tabel 6. Hasil Observasi Aktivitas Guru Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Tentang Gerakan dan Bacaan Shalat Melalui Metode Demonstrasi N o 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 Aspek yang diamati 1 Persiapan a. Menyiapkan perangkat pembelajaran 9 15 Gambar 2 : Grafik Perbandingan Ketuntasan Belajar Siklus I Dilakukan Ya Tidak Skor Pertemuan 3-4

b. Menyiapkan media belajar - 3 c. Melaksanakan pre tes - 4 2 Pelaksanaan a. Pendahuluan - Menggali pengetahuan awal - 3 siswa - Memotivasi siswa - 4 - Menyampaikan tujuan - 4 pembelajaran b. Kegiatan Inti - Menjelaskan kompetensi dasar - 4 tentang pelaksanaan shalat id - Mendemonstrasikan gerakan - 4 dan bacaan shalat id - Membimbing siswa melakukan - 4 demonstrasi gerakan dan bacaan shalat id - Memberi penguatan siswa - 4 yang berhasil - Menganalisis dan mengevaluasi - 4 temuan dalam demon- strasi c. Penutup - Membimbing siswa menyimpulkan - 4 materi pelajaran - Melaksanakan post tes - 4 - Memberikan tugas - 4 Jumlah 54 Rata-rata 3,9 Kategori baik Keterangan: Kurang Baik (0-1,0), Cukup Baik (1,1 2,9), Baik (3,0 3,9), Amat Baik (4,0 ke atas) Berdasarkan data tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan skor pada tahapantahapan mengajar materi gerakan dan bacaan shalat melalui metode demonstrasi dalam siklus II ini, khususnya tahapan kegiatan inti dengan skor 4 kualifikasi amat baik.

2) Observasi Aktivitas Siswa Hasil observasi terstruktur kegiatan siswa melakukan demonstrasi tentang gerakan dan bacaan shalat melalui metode demonstrasi pada siklus II pertemuan 3 ini disajikan pada tabel berikut Tabel 7. Observasi Terstruktur Kegiatan Siswa Melakukan Demonstrasi Gerakan dan Bacaan Shalat Variabel yang diukur Indikator F % Observasi terstruktur Menyebutkan urutan 18 100 kegiatan demonstrasi gerakan dan bacaan pelaksanaan shalat Mempraktikkan gerakan 18 100 shalat shalat dengan benar Melafalkan bacaan gerakan 17 91,67 shalat dengan fasih Rata-rata 17 95,33 Berdasarkan data tabel di atas diketahui bahwa seluruh siswa yaitu 24 anak (100%) mampu menyebutkan urutan pelaksanaan shalat Id melakukan demonstrasi. Begitu pula yang mampu mempraktikkan gerakan shalat dengan benar telah seluruhnya dikuasai siswa (100%). Berikutnya 22 anak (91,67%) mampu melafalkan bacaan gerakan shalat dengan fasih, sementara 2 anak masih belum fasik beberapa bacaan gerakan shalat Id. Secara keseluruhan rerata skor yang diperoleh dalam aktivitas demonstrasi gerakan dan bacaan shalat ini adalah 95,33% atau 23 anak dari 24 anak mampu tuntas. Hasil ini menunjukkan tujuan pembelajaran tentang pelaksanaan gerakan dan bacaan shalat melalui metode demonstrasi tercapai. 3) Hasil Belajar Data hasil belajar siklus II berupa nilai pretest dan post test pada pertemuan 3 tentang gerakan dan bacaan shalat melalui metode demonstrasi dapat disajikan pada tabel berikut:

Tabel 8. Nilai Pretest dan Post Test Siklus II Pada Pembelajaran Gerakan dan Bacaan Shalat Melalui Metode Demonstrasi Siklus II No Nama Siswa Post Pretest Ketuntasan Test Ketuntasan 1 Alya 6 TT 7 T 2 Rizka 7 T 8 T 3 Arbainah 6 TT 7 TT 4 Purnamasari 7 T 7 T 5 Rahmah 6 TT 7 TT 6 Nida 7 T 7 T 7 Maulida 7 T 7 T 8 Nabila 6 TT 7 TT 9 Raudatul Jannah 6 TT 7 TT 10 Nor Fitriah 6 TT 7 T 11 St. Rusimah 6 TT 7 TT 12 Mirayanti 7 T 7 T 13 Sahrida 7 T 7 T 14 Amat Ramansyah 6 TT 7 TT 15 Hanafi 6 TT 7 TT 16 Sirujul Huda 7 T 8 T 17 Norfansyah 7 T 8 T 18 Feri 6 TT 7 T 19 Mansyur 7 T 7 T 20 Aldi 7 T 8 T Jumlah Nilai 129-144 - Rata-rata 6,44-7,17 - Presentasi Tuntas 8 44,44% 18 100 Keterangan: T = Tuntas, TT = Tindak Tuntas Berdasarkan data nilai tes hasil belajar tentang gerakan dan bacaan shalat melalui metode demonstrasi tersebut dapat digambarkan kecenderungan peningkatan hasil belajar pertemuan 3 siklus II yaitu rerata 6,44 pada pre tes dan meningkat menjadi rerata 7,17 pada post tes sebagaimana digambarkan pada grafik berikut:

rentang nilai 7.4 7.2 7 6.8 6.6 6.4 6.2 6 pre tes, 6.44 post tes, 7.17 Gambar 3 : GRAFIK PERBANDINGAN RERATA NILAI TES SIKLUS II Sementara ketuntasan belajar yang ditetapkan berdasarkan rerata nilai tes hasil belajar pertemuan kedua siklus II ini dapat disajikan pada grafik berikut: 20 15 18 rentang nilai 10 5 8 0 Gambar 4 : GRAFIK KETUNTASAN BELAJAR SIKLUS II Berdasarkan data grafik di atas dapat dinyatakan bahwa tingkat ketuntasan belajar pada pre test sebanyak 8 orang (54,17%) dari 18 orang sementara pada post tes diketahui tingkat ketuntasan belajar adalah 18 orang (100%)

C. Pembahasan 1. Refleksi Aktivitas Guru. Berdasarkan analisa data terhadap hasil observasi aktivitas guru dapat dinyatakan bahwa metode demonstrasi yang diterapkan guru terhadap materi gerakan dan bacaan shalat pada siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kertak Hanyar Kab. Banjar bila dinilai dari tahapan-tahapan mengajar guru dapat dikualifikasikan berhasil baik. 2. Refleksi Aktivitas Siswa Berdasarkan data tabel tentang hasil observasi terstruktur terhadap aktivitas demonstrasi tentang gerakan dan bacaan shalat pada siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kertak Hanyar Kab. Banjar yang dilakukan secara individu maupun kelompok terlihat semakin baik dan aktivitan belajar siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kertak Hanyar Kab. Banjar pada siklus II dengan rerata 17 anak dari 18 anak (95,33%) dapat dikategorikan aktif karena siswa sudah memahami tahapantahapan gerakan dan bacaan shalat Id setelah dilakukan demonstrasi oleh guru dan siswa yang sudah baik gerakannya. Begitu pula pengucapan bacaan setiap gerakan shalat diajarkan secara berulang sehingga sebagian besar siswa mampu menghafalnya, hanya 2 anak yang belum fasih membacanya. 3. Refleksi Hasil Belajar Siswa Berdasarkan analisa data dari pencapaian hasil belajar yang diperoleh siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kertak Hanyar Kab. Banjar menggambarkan bahwa penerapan metode demonstrasi untuk mempelajari gerakan dan bacaan shalat Id dapat diterima siswa dengan baik karena dapat mengoptimalkan pemaha-

man siswa tentang materi pelajaran yang diukur melalui pretest, postest dan keterampilan proses. D. Kesimpulan Dari uraian data hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas IV MI. Muhammadiyah Kertak Hanyar pada materi Fiqih tentang bacaan dan gerakan shalat id dengan menerapkan metode demonstrasi, yaitu dari rata-rata post tes 6,63 pada siklus I naik menjadi rata-rata post test 7,15 pada siklus II di atas indikator ketuntasan belajar. Begitu pula presentasi ketuntasan siswa meningkat dari 62,50% atau 12 anak pada siklus I menjadi 100% atau 20 anak pada siklus II. 2. Hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar terhadap bacaan dan gerakan shalat Id melalui metode demonstrasi diketahui berlangsung baik karena terjadi peningkatan dari kualifikasi cukup baik (2,6) pada siklus I menjadi baik (3,6) pada siklus II. Hal ini menggambarkan bahwa kemampuna guru menerapkan tahapan-tahapan metode demonstrasi terhadap bahan ajar tata cara shalat id di kelas IV MI. Muhammadiyah Kertak Hanyar berhasil dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA Depdiknas, UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Jakarta, Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, 2006. Hendy, Zaidan, Metode Mengajar, Jakarta, Media Komunikasi, 2002 Namsa, Yunus, Metodologi Pengajaran Agama Islam. Ternate, Pustaka Firdaus, 2000 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta, Rineka Cipta, 2006 Setiawati, Lilis dan Uzer Usman, Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001 Shabir, Maslich, 400 Hadits Pilihan. Bandung, Al Ma arif, 1997 Sudjana, Nana, Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Proses Belajar Mengajar. Jakarta, Djambatan, 2000. Usman, Uzer, Mejadi Guru Profesional. Bandung, Remaja Rosdakarya, 2001