MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara

dokumen-dokumen yang mirip
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN TASIKMALAYA

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. dengan iklim tropis pada persilangan rute-rute pelayaran internasional antara

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Oleh, Nurin Fajrina Pada Tahun 2015 ABSTRAK. program pengelolaan hasil laut yang diberikan PT.Petrokimia kepada ibu-ibu nelayan di

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN

Konsepsi Pemberdayaan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan,

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEREKONOMIAN INDONESIA

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO

Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN DAN PEMBUDI DAYA IKAN

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

BAB 5 ARAH KEBIJAKAN DAN AGENDA PEMBANGUNAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial

DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MAWALI KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN USAHA KERAJINAN KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN NGAWI SKRIPSI

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG MERUPAKAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Nelayan dan Tengkulak

6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN POTENSI PARIWISATA DI DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93)

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

Upaya Pemberantasan Kemiskinann Masyarakat Pesisir MEMBERI NELAYAN KAIL, BUKAN UMPANNYA

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan

Indonesia yang dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

UU Nomor 16 Tahun 2006 Tentang SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN (SP3K)

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMEN-KP/2014 TENTANG

PENYULUHAN DAN KEBERADAAN PENYULUH

MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR

CONTRACT FARMING SEBAGAI SUMBER PERTUMBUHAN BARU DALAM BIDANG PETERNAKAN

- 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN, PEMBUDI DAYA IKAN, DAN PETAMBAK GARAM

Transkripsi:

MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara PEMBUKAAN PSB KOTA SURABAYA Oleh: Dr. Asmara Indahingwati, S.E., S.Pd., M.M

TUJUAN PROGRAM Meningkatkan pendapatan dan Kesejahteraan masyarakat Daerah. Mempertahankan atau menjaga kelestarian sumber daya alam agar bermanfaat bagi generasi sekarang dan generasi masa yang akan datang.

ENABLING Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. EMPOWERING Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat. PROTECTING Mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah.

STRATEGI UTAMA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PULAU BAWEAN 1 Pemberdayaan Masyarakat (Empowering Community) 2 Perluasan Kesempatan (Promoting Opportinity) 3 Pengembangan Perlindungan Sosial (Enhancing Social Security)

1 Pemberdayaan Masyarakat (Empowering Community) A. Pembentukan iklim demokrasi dan partisipasi secara umum di tingkat nasional sampai desa Sampai menjadi nilai yang inheren pada setiap tindakan dalam program pemberdayaan masyarakat; Demokrasi memungkinkan pelebaran makna permasalahan dari lapisan bawah kepada elite masyarakat B. Desentralisasi dan kemandirian dalam pengambilan keputusan Agar masalah dan penyelesaiannya memiliki akar empiris yang kuat; Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam upaya pemecahan masalah pembangunan

C. Peningkatan kemampuan pemerintah pusat dan daerah dalam melayani kebutuhan penduduk miskin dan marjinal; D. Keberlanjutan program atau kegiatan dengan memfasilitasi gerakan masyarakat dalam memelihara maupun meningkatkan hasil program dan kegiatan tersebut; E. Penyediaan fasilitator untuk menggerakkan kehidupan kelompok dan masyarakat lokal, serta memberi pengetahuan manajerial; Fasilitator juga berfungsi sebagai mediator untuk memungkinkan komunikasi yang setara dari penduduk miskin dan marjinal kepada pihak lainnya sehingga akses kepada penduduk miskin terbuka lebar

2 A. B. C. Perluasan Kesempatan (Promoting Opportinity) Penyusunan kebijakan publik dalam bidang ekonomi, politik, sosial, dan budaya dialokasikan kepada lapisan miskin dan marjinal; Pembangunan prasarana dan sarana fisik di bidang transportasi, komunikasi, perumahan, kesehatan, terutama untuk daerah- daerah tertinggal; pembangunan fisik diarahkan untuk meningkatkan dan mempercepat perolehan impak kepada perkembangan ekonomi wilayah; Pemberian akses kepada lembaga pendidikan, lembaga ekonomi, lembaga sosial, lembaga politik, lembaga budaya, terutama kepada keluarga miskin dan golongan perempuan; dengan demikian lapisan bawah dan kelompok marjinal memiliki modal untuk bersaing dalam kehidupan modern.

3 Pengembangan Perlindungan Sosial (Enhancing Social Security) A. Pemberian legalitas kepada properti penduduk miskin agar bisa digunakan sebagai modal kerja dan perolehan kredit mikro/kecil; B. Pembentukan atau penguatan kelompok atau organisasi secara modern agar penduduk miskin dapat memanfaatkan akses ekonomi, politik, sosial dan budaya bagi peningkatan ketahanan sosial dan kesejahteraan masyarakat; C. Pembangunan jaringan kerjasama antara individu, lembaga/ kelompok swadaya masyarakat, lembaga pemerintahan, dan lembaga ekonomi; Jaringan berguna untuk memperluas batas kemampuan individu atau kelompok, serta sebagai pertahanan dari krisis yang mungkin menghadang secara mendadak.

1. PRINSIP BERKELOMPOK Kelompok tumbuh dari, oleh dan untuk kepentingan masyarakat. Selain dengan anggota kelompoknya sendiri, kerjasama juga dikembangkan antar kelompok dan mitra kerja lainnya agar usaha mereka berkembang, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan serta mampu membentuk kelembagaan ekonomi. 2. PRINSIP KEBERLANJUTAN Seluruh kegiatan penumbuhan dan pengembangan diorientasikan pada terciptanya sistem dan mekanisme yang mendukung pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan. Berbagai kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan yang memiliki potensi untuk berlanjut di kemudian hari.

3. PRINSIP KESWADAYAAN Masyarakat diberi motivasi dan didorong untuk berusaha atas dasar kemauan dan kemampuan mereka sendiri dan tidak selalu tergantung pada bantuan dari luar. 4. PRINSIP KESATUAN KELUARGA Kepala keluarga beserta anggota keluarga merupakan pemacu dan pemicu kemajuan usaha. Prinsip ini menuntut para pendamping untuk memberdayakan seluruh anggota keluarga masyarakat berperan serta dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan. 5. PRINSIP BELAJAR MENEMUKAN SENDIRI Kelompok dalam masyarakat tumbuh dan berkembang atas dasar kemauan dan kemampuan mereka untuk belajar menemukan sendiri apa yang mereka butuhkan dan apa yang akan mereka kembangkan, termasuk upaya untuk mengubah penghidupan dan kehidupannya

3. SISI PEMBERDAYAAN Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Di sini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena jika demikian akan sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasikan, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.

MEMPERKUAT POTENSI ATAU DAYA YANG DIMILIKI MASYARAKAT (EMPOWERING). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya. Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar.

MEMBERDAYAKAN MENGANDUNG PULA ARTI MELINDUNGI. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity).

1. Masyarakat nelayan tangkap, adalah kelompok masyarakat pesisir yang mata pencaharian utamanya adalah menangkap ikan dilaut. Kelompok ini dibagi lagi dalam dua kelompok besar: Nelayan tangkap modern dan nelayan tangkap tradisional. Kedua kelompok ini dapat dibedakan dari jenis kapal/peralatan yang digunakan dan jangkauan wilayah tangkapannya. 2. Masyarakat nelayan tambak, masyarakat nelayan pengolah, dan kelompok masyarakat nelayan buruh.

3. Masyarakat nelayan pengumpul/bakul, adalah kelompok masyarakat pesisir yang bekerja disekitar tempat pendaratan dan pelelangan ikan. mengumpulkan ikan hasil tangkapan baik melalui pelelangan maupun dari sisa ikan yang tidak terlelang yang selanjutnya dijual ke masyarakat sekitarnya atau dibawah ke pasar-pasar lokal. Umumnya yang menjadi pengumpul ini adalah kelompok masyarakat pesisir perempuan. 4. Masayarakat nelayan buruh, adalah kelompok masyarakat nelayan yang paling banyak dijumpai dalam kehidupan masyarakat pesisir. Tidak memiliki modal atau peralatan yang memadai untuk usaha produktif, bekerja sebagai buruh/anak buah kapal pada kapal-kapal juragan dengan penghasilan yang minim.

Masalah Teknis, Kultural, dan Struktural

Permasalahan yang sering terjadi Belum teroptimalkannya pemanfaatan sumber daya perikanan dan kelautan MASALAH TEKNIS 1. Masalah yang berkaitan dengan kepemilikan alat tangkap atau lebih tegasnya perahu bermotor; 2. Sistem bagi hasil atas sewa yang kurang proporsional 3. Akses terhadap modal khususnya menyangkut persyaratan kredit; 4. Persyaratan pertukaran hasil tangkapan yang tidak berpihak pada buruh nelayan; 5. Hak pengusahaan kawasan tangkap; 6. Bergantung pada musim

MASALAH KULTURAL 1. 2. 3. Masalah etos kerja masyarakat nelayan yang sebagian besar belum sesuai dengan etos kemajuan dan kesejahteraan (Mis. Perilaku boros, enggan menabung, menolak bekerja di sekotor lainnya ketika musim paceklik laut) Masih banyak nelayan yang menolak inovasi teknologi baru tentang penangkapan ikan, pengelolaan hasil tangkap dan lingkungan hidup, dan manajemen keuangan keluarga. Perusakan sistem organisasi masyarakat pesisir. MASALAH STRUKTRURAL 1. 2. 3. 4. 5. Masalah kebijakan dan program pemerintah yang kurang kondusif bagi kesejahteraan masyarakat nelayan Harga BBM, peralatan tangkap ikan, beras, dan perbekalan melaut (sumber modal) yang tergolong kurang mendukung. Masalah persyaratan kredit perbankan (Kapal tradisional dari kayu sebesar apapun tidak dapat dijadikan jaminan/ agunan modal pinjaman) Masalah pendaratan hasil tangkap yang kurang dilengkapi sanitasi Masalah kapal asing berbendera Indonesia dan Pengusaha Nakal

Permasalahan Umum Belum teroptimalkannya Pemasaran dan Modal pengembangan Produk kerajinan masih dalam potensi industri Rumah Tangga sehingga menyulitkan Pengrajin untuk memasarkan produknya. Kendala modal untuk mengembangkan kreasi dan pengadaan peralatan yang mendukung proses produksi Keterbatasan teknologi informasi yang memungkinkan Pengrajin melebarkan sayap melalui dunia maya. Masalah pendaftaran merek

UPAYA PEMBERDAYAAN NELAYAN DAN PENGRAJIN PULAU BAWEAN

UPAYA PEMBERDAYAAN NELAYAN 1. Menata ulang dan memastikan bahwa jumlah upaya tangkap dan laju penangkapan di suatu wilayah perairan laut. 2. Mengupayakan jenis dan ukuran kapal ikan beserta alat tangkapnya yang tergolong efisien dan ramah lingkungan sehingga memungkinkan bagi nelayan atau ABK mendapatkan penghasilan yang mensejahterakan atau ratarata Rp. 2,5 juta/ bulan. 3. Memotivasi untuk pengalihan mata pencaharian, dari melaut ke budidaya tambak, garam, perairan air tawar, dan industri pengolahan hasil laut, serta industri jasa penunjang lainnya, terutama pada musim paceklik.

UPAYA PENDAMPINGAN PENGRAJIN Pengembangan variasi dan kualitas produk yang memenuhi syarat untuk di promosikan di pasaran nasional dan internasional Perlu dilakukan pendampingan kusus bidang pemasaran, dalam bentuk penyelenggaraan pameran produksi dan pengembangan jaringan pemasaran, setidaknya hingga 3-4 kali berhasil mengikuti Pameran Produk maka dipandang sudah cukup matang untuk melakukan pemasaran. Memberikan kesempatan layanan promosi melalui dunia maya yang dapat diakomodir melalui website Pemerintah, Koperasi, Unit Usaha, atau LSM

SOSIAL NETWORKING Mengembangkan Kerja sama dengan Pemerintah, Koperasi, dan LSM

PERANAN PEMERINTAH KECAMATAN YANG DIHARAPKAN 1. Membangun partisipasi masyarakat. Memberi sebanyak-banyaknya kepercayaan pada masyarakat untuk memperbaiki dirinya sendiri. Aparat pemerintah membantu memecahkan masalah yang tidak dapat diatasi oleh masyarakat sendiri. 2. Menyiapkan masyarakat dengan sebaiknya, baik pengetahuannya maupun cara bekerjanya, agar upaya pemberdayaan masyarakat dapat efektif. Ini merupakan bagian dari upaya pendidikan sosial untuk memungkinkan masyarakat membangun dengan kemandirian. 3. Membuka dialog dengan masyarakat. Keterbukaan dan konsultasi ini amat perlu untuk meningkatkan kesadaran (awareness) masyarakat, agar aparat dapat segera membantu jika ada masalah yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh rakyat. 4. Membuka jalur informasi dan akses yang diperlukan oleh masyarakat yang tidak dapat diperolehnya sendiri. 5. Menciptakan instrumen peraturan dan pengaturan mekanisme pasar yang memihak golongan masyarakat yang lemah.

PERANAN KOPERASI 1. Koperasi dapat merupakan wahana yang efektif bagi upaya pemberdayaan masyarakat, dengan mendirikan/ mengoptimalkan peran koperasi berarti telah membangun manusia modern dengan dasar-dasar kekeluargaan dan kegotongroyongan yang menjadi ciri demokrasi Indonesia. 2. Koperasi harus menjadi sasaran bagi pengembangan kelompok masyarakat yang sudah dapat melampaui tahap awal kerjasama dan kerja bersama dalam kelompok. 3. Kelompok dan anggotaanggotanya harus benar-benar dipersiapkan, agar bentuk koperasi dapat sungguhsungguh menunjang upaya meningkatkan kegiatan usaha para anggota yang dilakukan secara bersama.

OPTIMALISASI PERANAN DAN KERJASAMA DENGAN LSM LSM dapat berperan sebagai: Pelaksana program pemerintah (mewakili pemerintah), Dapat menjadi konsultan pemerintah, dan dapat juga menjadi konsultan masyarakat dalam program pemerintah. LSM dapat pula mengembangkan programnya sendiri dan bersinergi dengan program pemerintah. LSM diposisikan sebagai mitra pemerintah dalam upaya pemberdayaan masyarakat.

PEMERINTAH, KOPERASI DAN LSM MENINGKATKAN PERAN PENDAMPINGAN Masyarakat pada umumnya mempunyai keterbatasan dalam mengembangkan dirinya. Oleh karena itu, diperlukan pendamping untuk membimbing dalam upaya memperbaiki kesejahteraannya. Pendamping bertugas menyertai proses pembentukan dan penyelenggaraan kelompok masyarakat sebagai fasilitator, komunikator, ataupun dinamisator. Lingkup pembinaan yang dilakukan para pendamping meliputi upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, yakni kualitas para anggota dan pengurus kelompok serta peningkatan kemampuan usaha anggota. Untuk maksud tersebut, pendamping perlu mengenal dan mengadakan komunikasi yang intensif dengan kelompok (Nelayan dan Pengrajin).

Pendamping yang paling efektif adalah dari anggota masyarakat itu sendiri, yaitu anggota masyarakat yang telah lebih sejahtera dan telah berhasil dalam kehidupan dan kegiatan ekonominya. Selain itu, pendamping dapat diambil dari petugas lapangan pada tingkat kecamatan dan desa dari berbagai departemen dan lembaga kemasyarakatan, seperti Koperasi maupun LSM Untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif, pendamping harus siap bekerja setiap waktu, menghadiri pertemuan kelompok, mengorganisasikan program latihan, serta membantu kelompok dalam memperoleh akses terhadap berbagai pelayanan yang dibutuhkan.

5 PRINSIP PEMBERDAYAAN KELOMPOK YANG PERLU DIJADIKAN PEDOMAN PRINSIP BERKELOMPOK Kelompok tumbuh dari, oleh dan untuk kepentingan masyarakat. Selain dengan anggota kelompoknya sendiri, kerjasama juga dikembangkan antar kelompok dan mitra kerja lainnya agar usaha mereka berkembang, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan serta mampu membentuk kelembagaan ekonomi. PRINSIP KEBERLANJUTAN Seluruh kegiatan penumbuhan dan pengembangan diorientasikan pada terciptanya sistem dan mekanisme yang mendukung pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan. Berbagai kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan yang memiliki potensi untuk berlanjut di kemudian hari.

PRINSIP KESWADAYAAN Masyarakat diberi motivasi dan didorong untuk berusaha atas dasar kemauan dan kemampuan mereka sendiri dan tidak selalu tergantung pada bantuan dari luar. PRINSIP KESATUAN KELUARGA Kepala keluarga beserta anggota keluarga merupakan pemacu dan pemicu kemajuan usaha. Prinsip ini menuntut para pendamping untuk memberdayakan seluruh anggota keluarga masyarakat berperan serta dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan. PRINSIP BELAJAR MENEMUKAN SENDIRI Kelompok dalam masyarakat tumbuh dan berkembang atas dasar kemauan dan kemampuan mereka untuk belajar menemukan sendiri apa yang mereka butuhkan dan apa yang akan mereka kembangkan, termasuk upaya untuk mengubah penghidupan dan kehidupannya