PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN/PENDIRIAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM)

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN KERJASAMA DESA BUPATI TANAH BUMBU,

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI BEKASI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DI KABUPATEN BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KERJA SAMA DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TENTANG MUSYAWARAH DESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1

BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

KEPALA DESA JOJOGAN KECAMATAN WATUKUMPUL KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DESA JOJOGAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN PENYELENGGARAAN RAPAT ANGGOTA KOPERASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA/KELURAHAN (LPMD/K)

ANGGARAN DASAR BADAN USAHA MILIK DESA (BUM DESA OBOR SUDIMARA ) DESA SUDIMARA KECAMATAN CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR. TAHUN. TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI PAMEKASAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

SKRIPSI. Diajukan guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara FISIP UPN veteran Jawa Timur

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK

PERATURAN DESA SAMPANG KECAMATAN SAMPANG KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG. PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA ( BUMDes )

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KERJA SAMA DESA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 26 TAHUN 2006 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

KEPALA DESA KETEP KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KETEP NOMOR 4 TAHUN 2016 T E N T A N G BADAN USAHA MILIK DESA DESA KETEP KECAMATAN SAWANGAN

Anggaran Rumah Tangga Daihatsu Zebra Club (ZEC)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG KERJASAMA DESA MENTERI DALAM NEGERI,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA

PERATURAN DESA SUKARAJA NOMOR : TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN RT DAN RW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT KECAMATAN... DESA...

ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) ALIANSI MASYARAKAT ADAT NUSANTARA (AMAN)

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

BAB I PENDAHULUAN. berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman,

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN.

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SIAK KECAMATAN BUNGARAYA DESA BUNGARAYA

PERATURAN DESA SINDANGLAYA KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA (RKP DESA) TAHUN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

ANGGARAN DASAR ASOSIASI DOSEN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR INDONESIA PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan

LAMPIRAN IV. b. menyusun dan mengkoordinasikan petunjuk teknis pelaksanaan. sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas;

KUWU LIMPAS KECAMATAN PATROL KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DESA LIMPAS NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN. (Lembaran Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 2 Tahun 2014 Seri E BUPATI SLEMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KERJASAMA DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUPANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUPANG,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2017 NOMOR 23 PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 06 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN PEKON

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG KOMITE SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL, KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya diatur dalam undangundang.

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN/PENDIRIAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) I. SOSIALISASI Sebelum suatu PKBM didirikan di suatu komunitas/kampung/desa perlu dilakukan sosialisasi PKBM kepada seluruh anggota komunitas/kampung/ desa dengan tujuan : 1. Memahami PKBM secara utuh. 2. Memiliki kesadaran akan pentingnya peranan PKBM bagi peningkatan kualitas hidup mereka. 3. Memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam pendirian, pengelolaan dan pengembangan PKBM di komunitas/kampung/desanya. B. Materi Hal-hal yang harus diinformasikan dalam kegiatan sosialisasi PKBM adalah : 1. Konsep PKBM 2. Ruang lingkup dan prinsip-prinsip pendidikan luar sekolah, pendidikan untuk semua dan pendidikan sepanjang hayat. 3. Contoh-contoh PKBM yang sudah lebih dahulu berkembang. 4. Manfaat PKBM bagi masyarakat setempat. 5. Proses pendirian dan pengelolaan PKBM. C. Sasaran Yang menjadi sasaran sosialisasi PKBM adalah seluruh anggota komunitas/kampung/desa, terutama : 1. Tokoh-tokoh yang berpengaruh di komunitas/kampung/desa tersebut misalnya : tokoh agama, tokoh adat, pemimpin pemerintahan setempat, dan lain-lain. 2. Anggota masyarakat setempat yang selama ini menunjukkan keperdulian yang tinggi kepada orang lain dan aktif dalam kegiatan-kegiatan pembangunan masyarakat setempat. 3. Anggota masyarakat setempat yang selama ini aktif atau berprofesi dalam bidang pendidikan. D. Pelaksanaan 1. Pelaksana Kegiatan sosialisasi PKBM di suatu komunitas/kampung/desa dapat dilaksanakan oleh : a. Perseorangan atau kelompok anggota masyarakat setempat b. Perseorangan atau kelompok dari luar masyarakat setempat c. Lembaga-lembaga yang ada di komunitas/kampung/desa tersebut, misalnya : Gereja, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan lainnya. d. Instansi pemerintah. e. Dan berbagai pihak yang memiliki kemauan untuk mensosialisasikan PKBM. DPP FK PKBM Indonesia 1

2. Waktu Waktu pelaksanaan kegiatan sosialisasi PKBM dapat dilakukan kapan saja yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang paling memungkinkan seluruh pihak yang menjadi sasaran sosialisasi PKBM. Disarankan penetapan waktu sosialisasi ini dilakukan setelah berkonsultasi atau berdasarkan kesepakatan dengan tokoh-tokoh masyarakat setempat. 3. Tempat/Lokasi Lokasi dan tempat pelaksanaan kegiatan sosialisasi PKBM diupayakan agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 4. Dana a. Memiliki kapasitas yang dapat menampung semaksimal mungkin sasaran. b. Mudah dijangkau oleh semua pihak. c. Dapat menciptakan suasana kondusif bagi pencapaian tujuan sosialisasi. Pendanaan kegiatan sosialisasi dapat berasal dari : a. Sumbangan sukarela anggota masyarakat b. Dukungan pendanaan dari Gereja, lembaga swadaya masyarakat atau perusahaan yang memiliki kepedulian. c. Alokasi dana dari anggaran pemerintah. II. MUSYAWARAH PEMBENTUKAN Musyawarah pembentukan PKBM bertujuan untuk menghasilkan kesepakatan warga masyarakat yang menjadi anggota dari suatu komunitas/kampung/desa untuk membentuk/mendirikan PKBM di komunitas/kampung/desa tersebut. B. Materi Materi pokok yang harus dibahas dalam musyawarah pembentukan PKBM adalah : 1. Kesepakatan pembentukan/pendirian PKBM di komunitas/kampung/ desa tersebut. 2. Nama PKBM, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PKBM. 3. Tim Penyusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PKBM (jika dianggap perlu). 4. Kepengurusan awal PKBM. 5. Dana dan harta/aset awal PKBM. 6. Program prioritas PKBM. C. Peserta Pada dasarnya yang menjadi peserta dalam musyawarah pembentukan PKBM adalah seluruh anggota masyarakat di komunitas/kampung/desa tersebut. Apabila kondisi tersebut sulit diwujudkan maka musyawarah pembentukan PKBM dapat dilakukan tanpa harus dihadiri oleh semua anggota masyarakat tersebut. Yang penting diperhatikan dalam kepesertaan Musyawarah pembentukan PKBM adalah kualitas keterwakilan aspirasi dan kualitas keputusan yang dihasilkan. Peserta musyawarah pembentukan PKBM setidaknya terdiri dari : DPP FK PKBM Indonesia 2

1. Tokoh-tokoh yang berpengaruh di komunitas/kampung/desa tersebut misalnya : tokoh agama, tokoh adat, pemimpin pemerintahan setempat, dan lain-lain. 2. Anggota masyarakat setempat yang selama ini menunjukkan keperdulian yang tinggi kepada orang lain dan aktif dalam kegiatan-kegiatan pembangunan masyarakat setempat. 3. Anggota masyarakat setempat yang selama ini aktif atau berprofesi dalam bidang pendidikan. 4. Perwakilan dari kelompok-kelompok masyarakat tertentu di komunitas/kampung/desa tersebut yang dianggap penting kehadirannya. D. Pelaksanaan 1. Pelaksana Musyawarah pembentukan PKBM di suatu komunitas/kampung/desa dapat dilaksanakan oleh : a. Perseorangan atau kelompok anggota masyarakat setempat b. Lembaga-lembaga masyarakat yang ada di komunitas/ kampung/desa tersebut, misalnya : Gereja, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan lainnya. 2. Waktu Waktu pelaksanaan musyawarah pembentukan PKBM dapat dilakukan kapan saja yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang paling memungkinkan seluruh peserta musyawarah untuk hadir. Disarankan penetapan waktu musyawarah ini dilakukan setelah berkonsultasi atau berdasarkan kesepakatan dengan tokoh-tokoh masyarakat setempat. 3. Tempat/Lokasi Lokasi dan tempat pelaksanaan musyawarah diupayakan agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Memiliki kapasitas yang dapat menampung semua peserta. b. Mudah dijangkau oleh semua peserta. c. Dapat menciptakan suasana kondusif bagi pencapaian tujuan musyawarah. DPP FK PKBM Indonesia 3

4. Dana Pendanaan musyawarah dapat berasal dari : a. Sumbangan sukarela anggota masyarakat b. Dukungan pendanaan dari Gereja, lembaga swadaya masyarakat atau perusahaan yang memiliki kepedulian. c. Alokasi dana dari anggaran pemerintah. E. Hasil Musyawarah pembentukan PKBM setidaknya harus menghasilkan hal-hal sebagai berikut : 1. Nama PKBM 2. Naskah deklarasi 3. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PKBM. 4. Kepengurusan awal PKBM. 5. Dana dan harta/aset awal PKBM. 6. Program-program prioritas yang perlu diselenggarakan oleh PKBM. III. DEKLARASI PEMBENTUKAN Deklarasi pembentukan PKBM memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Menjadi dokumen resmi pembentukan PKBM secara historis. 2. Untuk mengumumkan keberadaan PKBM kepada seluruh anggota masyarakat di komunitas/kampung/desa tersebut. 3. Memperkenalkan keberadaan PKBM dan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak di luar komunitas/kampung/desa tersebut. B. Bentuk Deklarasi pembentukan PKBM dapat dilakukan baik secara tertutup maupun terbuka. Secara tertutup dilakukan dalam musyawarah pembentukan PKBM. Secara terbuka dapat dilakukan dalam suatu acara khusus yang diselenggarakan untuk deklarasi pembentukan PKBM baik dilakukan hanya di lingkungan masyarakat tersebut saja atau dapat juga dilakukan dengan melibatkan masyarakat yang lebih luas. C. Deklarator Yang dapat menjadi deklarator pembentukan PKBM adalah beberapa orang yang dipilih dan ditetapkan oleh peserta musyawarah pembentukan PKBM. DPP FK PKBM Indonesia 4

IV. PENYUSUNAN DAN PENETAPAN ANGGARAN DASAR / ANGGARAN RUMAH TANGGA A. Tim Penyusun Untuk membantu dalam penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PKBM, musyawarah pembentukan PKBM dapat membentuk Tim Penyusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PKBM. Namun musyawarah pembentukan PKBM dapat saja menyusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PKBM tanpa harus membentuk Tim Penyusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan Tim Penyusun adalah sebagai berikut : 1. Kecepatan dalam penyusunan. 2. Kualitas hasil rumusan. 3. Keterwakilan aspirasi. B. Isi Anggaran Dasar Anggaran Dasar suatu PKBM berisikan hal-hal yang mendasar dan bersifat jangka panjang yang menggambarkan jatidiri PKBM. Contoh di bawah ini dapat saja dikurangi atau dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan situasi dan kondisi masing-masing PKBM : 1. Pembukaan 2. Nama, Waktu dan Kedudukan 3. Azas 4. Maksud dan Tujuan 5. Pengertian dan Bentuk Organisasi 6. Program/Kegiatan/Usaha 7. Keuangan dan Kekayaan 8. Perubahan dan Pembubaran 9. Penutup C. Isi Anggaran Rumah Tangga Anggaran Rumah Tangga PKBM berisikan aturan-aturan atau tata tertib organisasi yang dianggap perlu untuk mengatur penyelenggaraan dan pengelolaan PKBM. Contoh di bawah ini dapat saja dikurangi atau dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan situasi dan kondisi masing-masing PKBM. 1. Kepengurusan a. Badan Musyawarah i. Wewenang dan Tanggungjawab ii. iii. iv. b. Badan Pengurus Struktur Organisasi Kriteria dan Penetapan Keanggotaan dan Kepemimpinan Periode Keanggotaan dan Kepemimpinan i. Wewenang dan Tanggungjawab ii. iii. iv. Struktur Organisasi Kriteria dan Penetapan Keanggotaan dan Kepemimpinan Periode Keanggotaan dan Kepemimpinan c. Badan Pengawas i. Wewenang dan Tanggungjawab ii. Struktur Organisasi DPP FK PKBM Indonesia 5

iii. iv. Kriteria dan Penetapan Keanggotaan dan Kepemimpinan Periode Keanggotaan dan Kepemimpinan 2. Rapat-Rapat a. Rapat Badan Musyawarah i. Jenis-jenis Rapat ii. Persyaratan Rapat iii. Prosedur Pengambilan Keputusan b. Rapat Badan Pengurus i. Jenis-jenis Rapat ii. Persyaratan Rapat iii. Prosedur Pengambilan Keputusan c. Rapat Badan Pengawas i. Jenis-jenis Rapat ii. Persyaratan Rapat iii. Prosedur Pengambilan Keputusan 3. Keuangan dan Kekayaan a. Sumber Keuangan dan Kekayaan b. Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan 4. Penutup D. Penetapan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PKBM ditetapkan pada saat musyawarah Pembentukan PKBM. Untuk selanjutnya perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dilakukan oleh Badan Musyawarah sesuai dengan perkembangan kebutuhan yang ada dengan memperhatikan ketentuan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PKBM. V. Penetapan Pengurus Pada awal pembentukan PKBM, penetapan pengurus dilakukan pada saat musyawarah pembentukan PKBM. Pergantian dan penetapan kepengurusan selanjutnya ditetapkan oleh Badan Musyawarah sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PKBM. DPP FK PKBM Indonesia 6

VI. PEMBENTUKAN BADAN HUKUM Mengingat berbagai kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh PKBM dan adanya kelembagaan PKBM yang menimbulkan adanya interaksi hukum baik secara internal antara pihak-pihak dalam lembaga PKBM maupun secara eksternal antara PKBM dengan pihak-pihak lain, maka dibutuhkan adanya badan hukum PKBM sebagai identitas hukum PKBM. B. Akta Pendirian Untuk membentuk badan hukum PKBM dibutuhkan adanya akta pendirian PKBM. Pada dasarnya akta pendirian PKBM berisi komitmen para pendiri untuk mendirikan badan hukum PKBM serta aturan kelembagaan yang mengatur penyelenggaraan dan pengelolaan PKBM sebagaimana tertuang dalam Deklarasi Pembentukan PKBM serta dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PKBM. Penerbitan akta pendirian dilakukan oleh Notaris atau Pejabat yang diberi wewenang oleh negara. C. Ijin Operasional Sebagai suatu satuan pendidikan non formal menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PKBM membutuhkan adanya ijin operasional dari pemerintah. Ijin operasional oleh pemerintah berdasarkan ketentuan tertulis resmi yang dikeluarkan oleh lembaga berwenang. Dalam situasi adanya permasalahan dalam memperoleh ijin operasional PKBM tanpa adanya alasan yang jelas dan objektif, maka dapat dilakukan konsultasi dengan Forum Komunikasi PKBM setempat, lembaga konsultasi dan bantuan hukum pendidikan non formal yang disediakan oleh Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal dan lembaga-lembaga lain yang terkait. D. Rekening Lembaga Mengingat perkembangan masyarakat modern, interaksi dengan berbagai pihak yang melibatkan adanya transaksi keuangan seringkali menuntut adanya rekening bank atas nama lembaga yang dalam hal ini atas nama PKBM. E. NPWP Lembaga Mengingat perkembangan masyarakat modern, interaksi dengan berbagai pihak yang melibatkan adanya transaksi keuangan seringkali menuntut adanya Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama lembaga yang dalam hal ini atas nama PKBM. DPP FK PKBM Indonesia 7