kekosongan hukum (rechtsvacuum)
Perkembangan masyarakat: lebih cepat dari perkembangan aturan peruuan sehingga: perkembangan dalam masyarakat tersebut menjadi titik tolak dari keberadaan suatu peraturan. Dalam kehidupan bermasyarakat: diperlukan suatu sistem hukum untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang harmonis dan teratur. Kenyataannya: hukum atau perat peruuan yang dibuat tidak mencakup seluruh perkara yang timbul dalam
Asas legalitas : kerap dianggap sebagai asas yang memberikan suatu kepastian hukum dihadapkan oleh realita: rasa keadilan masyarakat tidak dapat dipenuhi oleh asas ini karena masyarakat yang terus berkembang seiring kemajuan teknologi. Perubahan cepat yang terjadi: menjadi masalah berkaitan dengan hal yang tidak atau belum diatur dalam suatu perat peruuan, karena tidak mungkin suatu perat peruuan dapat mengatur segala kehidupan manusia secara tuntas sehingga adakalanya suatu perat peruuan tidak jelas atau
Tidak ada: pengertian atau definisi yang baku mengenai kekosongan hukum (rechtsvacuum) secara harafiah dapat diartikan secara sempit: kekosongan hukum suatu keadaan kosong atau ketiadaan perat peruuan (hukum) yang mengatur tata tertib (tertentu) dalam masyarakat, sehingga kekosongan hukum dalam Hukum Positif lebih tepat dikatakan
Mengapa Terjadi? à penyusunan perat peruuan pada kenyataannya memerlukan waktu yang lama à terjadi karena hal-hal atau keadaan yang terjadi belum diatur dalam suatu peraturan perundangundangan, atau sekalipun telah diatur dalam suatu peraturan perundang-undangan namun tidak jelas atau bahkan tidak lengkap. pameo : terbentuknya suatu perat peruuan senantiasa tertinggal atau terbelakang dibandingkan dengan kejadian-kejadian dalam perkembangan masyarakat. Perat peruuan (hukum positif) yang berlaku pada suatu negara dalam suatu waktu tertentu merupakan suatu sistem yang formal, yang tentunya agak sulit untuk mengubah atau
Akibat apa yang timbul? àdapat terjadi ketidakpastian hukum (rechtsonzekerheid) atau ketidakpastian perat peruuan di masyarakat àakan berakibat pada kekacauan hukum (rechtsverwarring), dalam arti bahwa selama tidak diatur berarti boleh, selama belum ada tata cara yang jelas dan diatur berarti bukan tidak boleh. menyebabkan kebingungan (kekacauan) dalam masyarakat mengenai aturan apa yang harus dipakai atau diterapkan. Dalam masyarakat menjadi tidak ada kepastian aturan yang diterapkan untuk
Solusi apabila terjadi kekosongan hukum Hukum yang stabil dan ajeg dapat menjadi ukuran yang pasti di masyarakat namun hukum yang berjalan ditempat pada kenyataannya akan menjadi hukum yang usang yang tertinggal jauh oleh perkembangan masyarakat yang acapkali menimbulkan kekosongan hukum (kekosongan perat peruuan) terhadap hal-hal atau keadaan yang berkembang dalam masyarakat yang pastinya belum diatur atau jika sudah diatur namun tidak jelas bahkan tidak lengkap atau sudah usang. diperlukan suatu hukum yang stabil dan
Upaya yang dapat dilakukan: mengatasi terjadinya kekosongan hukum àpenemuan hukum (rechtsvinding) oleh hakim terdapat suatu usaha interpretasi atau penafsiran perat peruuan bisa diberlakukan secara positif. Usaha penafsiran terhadap hukum positif yang ada bisa diterapkan pada setiap kasus yang terjadi, karena ada kalanya UU tidak jelas,
Pasal 22 A.B. (Algemene Bepalingen van Wetgeving voor Indonesia; Stb. 1847 : 23) Pasal 14 UU No. 14 Tahun 1970 (pokok-pokok kekuasaan Kehakiman) seorang hakim tidak boleh menangguhkan atau menolak memeriksa perkara dengan dalih UU tidak sempurna atau tidak adanya aturan hukum. Dalam kondisi UU tidak lengkap atau tidak jelas maka seorang hakim harus melakukan penemuan hukum (rechtsvinding). Penemuan hukum diartikan sebagai sebuah proses pembentukan hukum oleh hakim atau petugas hukum lainnya terhadap peristiwa-peristiwa hukum yang konkrit. upaya konkretisasi peraturan hukum yang bersifat umum dan abstrak berdasarkan peristiwa yang real terjadi. hakim harus menyesuaikan UU dengan hal-hal yang konkrit, oleh karena peraturan-peraturan yang ada tidak dapat mencakup segala peristiwa yang timbul dalam masyarakat.
à Kebijakan/prakarsa dari Pembentuk Perundangundangan Walaupun hakim ikut menemukan hukum, menciptakan peraturan perundangundangan, namun kedudukan hakim bukanlah sebagai pemegang kekuasaan legislatif ataupun eksekutif (sebagai badan pembentuk perundangundangan) sebagaimana DPR dan Pemerintah (Presiden). Keputusan Hakim tidak mempunyai kekuatan hukum yang berlaku seperti peraturan umum. Keputusan hakim hanya berlaku thdp pihak-pihak ybs Pasal 21 A.B.
diperlukan kebijakan atau prakarsa dari Badan Pembentuk Perundangundangan -- UUD Negara RITahun 1945 (telah diamandemen) Pasal 20 ayat (1) dan (2): DPR memegang kekuasaan membentuk undangundang dan setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. Pasal 5 Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR dan Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. berarti : prakarsa atau kebijakan (political will) dari DPR dan Pemerintah (Presiden) memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan atau membentuk suatu UU (lebih luas perat peruuan) baik mengatur halhal atau keadaan yang tidak diatur sebelumnya maupun perubahan atau penyempurnaan dari perat
à berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah proses pembuatan peraturan perundangundangan yang pada dasarnya dimulai dari perencanaan, persiapan, teknik penyusunan, perumusan, pembahasan, pengesahan, pengundangan, dan penyebarluasan. Pasal 15 ayat (1) UU No. 10 Tahun 2004 Perencanaan penyusunan Undang-Undang dilakukan dalam suatu Program Legislasi Nasional (Prolegnas). Prolegnas (Pasal 1 angka 9) instrumen perencanaan program pembentukan UU yang disusun secara berencana, terpadu dan sistematis. Prolegnas : menjadi salah satu dari mekanisme program legislasi. Karena disamping Prolegnas (pemerintah/eksekutif) yang
kehidupan bermasyarakat: diperlukan suatu sistem hukum untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang harmonis dan teratur. Namun perubahan cepat yang terjadi dalam masyarakat menjadi masalah berkaitan dengan hal yang tidak atau belum diatur dalam suatu perat peruuan, karena tidak mungkin suatu perat peruuan dapat mengatur segala kehidupan manusia secara tuntas sehingga adakalanya suatu perat peruuan tidak jelas atau bahkan tidak lengkap yang berakibat adanya kekosongan hukum di masyarakat. Kekosongan hukum dapat diatasi: à seorang hakim dapat melakukan penemuan hukum (rechtsvinding), à prakarsa dari Pembentuk Perundang-undangan,