RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHODAQOH (ZIS)

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang Undang. Nomor 23 Tahun Republik Indonesia ZAKAT PENGELOLAAN. Tentang

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA SERANG,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI

NOMOR 23 TAHUN Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 29, dan Pasal 34 ayat (1) Tahun 1945;

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2004

PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH

2014, No.38 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pengelolaan Zakat adalah kegiatan perencanaan, pela

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI PELALAWAN PROVINSI RIAU

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

isempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

BUPATI MERANGIN, Menimbang : a.

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 05 TAHUN 2007 T E N T A N G PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 200

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PADANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BUOL

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ZAKAT. BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 83 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.155, 2009 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5074)

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No (BAZNAS) yang secara kelembagaan mempunyai kewenangan untuk melakukan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat secara nasional

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 65 TAHUN 2017 SERI E.60 BUPATI CIREBON

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH DAN WAKAF

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PEDOMAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH TENTANG LAZISMU

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2010

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 9 Tahun 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22

.PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERTIMBANGAN KEPEGAWAIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

Transkripsi:

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHODAQOH (ZIS) Menimbang: a. bahwa Negara Republik Indonesia menjamin kemerdekaan setiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya. b. bahwa menunaikan zakat merupakan kewajiban umat Islam yang mampu (muzakki) berdasarkan syariat Islam sebagai sumber dana potensial untuk mewujudkan kesejahteraan umat (mustahik); c. bahwa sampai saat ini pengelolaan zakat belum dilaksanakan secara optimal oleh amil zakat, sehingga diperlukan penyempurnaan sistem pengelolaan zakat untuk meningkatkan pelaksanaan zakat yang tepat sasaran dan dapat dipertanggungjawabkan; d. bahwa Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat sudah tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat termasuk belum adanya pengaturan tentang infaq dan shodaqoh, sehingga perlu diganti dengan Undang-Undang yang baru; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shodaqoh (ZIS). Mengingat : a. Pasal 20 Ayat (1), Pasal 21, dan Pasal 29, dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Pasal 19 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan c. Pasal Undang-Undang Nomor 27 tahun 2009 tentang MPR, DPR RI, DPD RI dan DPRD DRAFT RUU HASIL TIM KECIL, Senin, 24 Mei 2010 1

Menetapkan : Undang-undang tentang Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shodaqoh (ZIS). BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1. Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan zakat, dan pengawasannya. 2. Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh orang Islam dan atau badan usaha dimiliki oleh orang Islam sesuai dengan ketentuan syariat Islam untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. 3. Infaq adalah harta yang dikeluarkan oleh perorangan dan atau badan usaha yang pemanfaatannya untuk kepentingan sosial. 4. Shodaqoh adalah harta yang dikeluarkan oleh perorangan atau badan usaha untuk kemaslahatan dhuafa. 5. Wajib zakat yang selanjutnya disebut Muzakki adalah orang yang beragama Islam atau badan usaha yang dimiliki oleh orang yang beragama Islam yang dinyatakan mampu berdasarkan syariat Islam untuk menunaikan zakat. 6. Penerima zakat yang selanjutnya disebut Mustahik adalah orang atau badan yang berhak menerima zakat. 7. Syariat Islam adalah ketentuan yang wajib dilaksanakan oleh umat Islam berdasarkan Al- Qur an dan Al-Hadits. 8. Badan Pengelola Zakat yang selanjutnya disingkat BPZ adalah badan yang melakukan koordinasi dan pengawasan atas pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat dan harta selain zakat yang dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat. 9. Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disingkat LAZ adalah badan hukum yang melakukan penerimaan, pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. 10. Unit Pengumpulan Zakat yang selanjutnya disingkat UPZ adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh LAZ untuk mengumpulkan zakat dan melayani Muzakki. 11. Setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi. 12. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama. DRAFT RUU HASIL TIM KECIL, Senin, 24 Mei 2010 2

BAB II ASAS, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP Pasal 2 Pengelolaan zakat dilaksanakan berdasarkan syariat Islam dengan berasaskan: a. kepercayaan; (catatan : ini dipending, kaji kata amanah) b. kemanfaatan; c. keadilan; d. kepastian hukum; e. keterbukaan; dan f. akuntabilitas. Pasal 3 Pengelolaan zakat bertujuan: a. meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat; b. meningkatkan efektivitas pengelolaan zakat, baik dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; dan c. meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat dalam rangka memberdayakan masyarakat dan memajukan pembangunan nasional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pasal 4 Ruang Lingkup dalam Undang-Undang ini adalah: (1) Pengelolaan zakat, infaq, dan shodaqoh dilakukan melalui kegiatan: a. perencanaan dan pengawasan; dan b. pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, infaq, dan shodaqoh. (2) Pengelolaan zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah zakat mal. (3) Zakat mal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) antara lain: a. emas, perak, dan uang; b. perniagaan; c. hasil pertanian, hasil perkebunan, dan hasil perikanan; d. hasil pertambangan; e. hasil peternakan; f. hasil pendapatan dan jasa; dan g. rikaz. (4) Penghitungan zakat mal menurut nishab, kadar, dan waktunya ditetapkan berdasarkan syariat Islam. DRAFT RUU HASIL TIM KECIL, Senin, 24 Mei 2010 3

BAB III ORGANISASI PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH Bagian Kesatu BADAN PENGELOLA ZAKAT INFAQ DAN SHODAQOH (BPZIS) Paragraf 1 Umum Pasal 5 (1) Untuk melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, Pemerintah membentuk BPZIS. (2) BPZIS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden. (3) BPZIS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkedudukan di ibukota negara. Pasal 6 BPZIS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) terdiri atas: a. BPZ IS Pusat; b. BPZIS Provinsi; dan c. BPZIS Kabupaten/Kota. Paragraf 2 Syarat dan Keanggotaan Pasal 7 Syarat-syarat untuk menjadi anggota BPZIS meliputi: a. warga negara Republik Indonesia; b. beragama Islam; c. berpendidikan paling rendah S1(strata satu); d. mempunyai pengetahuan dan pemahaman tentang zakat; e. memiliki kecakapan dan pengalaman dalam pengelolaan zakat; f. dapat melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dan penuh waktu; dan g. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun. DRAFT RUU HASIL TIM KECIL, Senin, 24 Mei 2010 4

Pasal 8 (1) Anggota BPZIS Pusat berjumlah 7 (tujuh) orang dengan memperhatikan keterwakilan perempuan. (2) Anggota BPZIS Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. (3) Anggota BPZIS Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih melalui uji kelayakan dan kepatutan yang dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. (4) Anggota BPIS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan. Pasal 9 (1) Susunan keanggotaan BPZIS terdiri atas: a. ketua merangkap anggota; b. wakil ketua merangkap anggota; dan c. anggota. (2) Ketua dan wakil ketua BPZIS dipilih dari dan oleh anggota. Pasal 12 Anggota BPZIS berhenti dari jabatannya karena: a. berakhir masa jabatannya; b. mengundurkan diri; atau c. meninggal dunia. Pasal 13 Anggota BPZIS diberhentikan sebelum masa jabatannya berakhir karena: a. berhalangan tetap atau secara terus menerus selama lebih dari 3 (tiga) bulan tidak dapat melaksanakan tugasnya; b. melanggar sumpah atau janji jabatan; c. dipidana karena bersalah melakukan tindak pidana kejahatan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Pasal 14 (1) Anggota BPZIS Provinsi dan BPZIS Kabupaten/Kota berjumlah 7 (tujuh) orang dengan memperhatikan keterwakilan perempuan. (2) Anggota BPZ Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh BPZIS Pusat. DRAFT RUU HASIL TIM KECIL, Senin, 24 Mei 2010 5

(3) Anggota BPZIS Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh BPZIS Provinsi. Pasal 15 Ketentuan mengenai tata cara seleksi, pengangkatan, dan pemberhentian anggota BPZIS Pusat, BPZIS Provinsi, dan BPZIS Kabupaten/Kota diatur dalam Peraturan Presiden. Paragraf 3 Tugas dan Wewenang Pasal 16 BPZIS Pusat berwenang: a. menetapkan kebijakan pengelolaan zakat di setiap tingkatan; b. mengangkat dan memberhentikan anggota BPZISProvinsi; c. memberikan atau mencabut akreditasi LAZ Nasional; d. menetapkan pedoman tentang pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat dan harta selain zakat; dan e. memberikan Nomor Pokok Wajib Zakat kepada setiap Muzakki. Pasal 17 BPZIS Pusat bertugas: a. melakukan pendataan, penelitian, dan pemetaan untuk menyusun database Muzakki dan Mustahik secara nasional; b. menyusun kebijakan pengelolaan zakat di setiap tingkatan; c. mengoordinasi BPZIS Provinsi, BPZIS Kabupaten/Kota, dan LAZ daerah; d. melakukan pengawasan terhadap BPIS Provinsi, BPZIS Kabupaten/Kota, dan LAZ Nasional; e. melakukan pembinaan terhadap BPZIS Provinsi, BPZIS Kabupaten/Kota, dan LAZ Nasional; dan f. menyampaikan laporan pengelolaan zakat per tahun kepada Presiden dengan tembusan ke Dewan Perwakilan Rakyat. Pasal 18 BPZIS Provinsi berwenang: a. menyusun program dan kebijakan pengelolaan zakat provinsi; b. mengangkat dan memberhentikan anggota BPZIS Kabupaten/Kota; dan c. memberikan atau mencabut akreditasi LAZ Provinsi. DRAFT RUU HASIL TIM KECIL, Senin, 24 Mei 2010 6

Pasal 19 BPZIS Provinsi bertugas: a. melakukan pendataan, penelitian, dan pemetaan untuk menyusun database Muzakki dan Mustahik provinsi; b. melaksanakan pengawasan terhadap BPZIS Kabupaten/Kota, dan LAZ Provinsi; c. melaksanakan kebijakan BPZIS Pusat; d. mengoordinasi BPZIS Kabupaten/Kota; e. melakukan pembinaan terhadap BPZIS Kabupaten/Kota, dan LAZ Kabupaten/Kota; dan f. menyampaikan laporan pengelolaan zakat per tahun kepada BPZIS Pusat dan gubernur dengan tembusan ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi. Pasal 20 BPZIS Kabupaten/Kota berwenang sebagai berikut : a. menyusun program dan kebijakan pengelolaan zakat kabupaten/kota; b. memberikan dan mencabut izin operasional terhadap LAZ; dan c. memberikan atau mencabut akreditasi LAZ Kabupaten/Kota. Pasal 21 BPZIS Kabupaten/Kota bertugas: a. melakukan pendataan, penelitian, dan pemetaan untuk menyusun database Muzakki dan Mustahik kabupaten; b. melakukan koordinasi dengan BPZIS Pusat, BPZIS Provinsi dan LAZ Kabupaten/Kota; c. melaksanakan pengawasan terhadap LAZ Kabupaten/Kota; d. melakukan pembinaan terhadap LAZ Kabupaten/Kota; dan d. menyampaikan laporan pengelolaan zakat per tahun kepada BPZ Provinsi dan bupati/walikota dengan tembusan ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota. Pasal 22 Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas BPZIS dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). DRAFT RUU HASIL TIM KECIL, Senin, 24 Mei 2010 7

Pasal 23 (1) Dalam melaksanakan tugasnya, BPZIS dibantu oleh sebuah Sekretariat. (2) Sekretariat BPZ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di bawah koordinasi Menteri. (3) Sekretariat BPZIS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang pejabat dari unsur Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diangkat oleh Menteri. Pasal 24 Susunan organisasi dan tata kerja BPZIS Pusat, BPZIS Provinsi dan BPZIS Kabupaten/Kota diatur lebih lanjut dalam Peraturan Presiden. Bagian Kedua Lembaga Amil Zakat (LAZ) Pasal 25 (1) Untuk melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b, didirikan LAZ. (2) Pendirian LAZ harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. berbentuk badan hukum; b. memiliki data potensi Muzakki dan Mustahik; c. memiliki program kerja dan wilayah operasional; dan d. melampirkan surat persyaratan bersedia diaudit oleh akuntan publik. (3) LAZ sebagamana dimaksud pada ayat (1) didirikan dengan izin dari BPZIS kabupaten/kota. Pasal 26 (1) LAZ terdiri dari LAZ Nasional, LAZ Provinsi, dan LAZ Kabupaten/Kota. (2) Untuk mendapatkan status LAZ sesuai tingkatannya sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dilakukan akreditasi oleh BPZIS Pusat. (3) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan untuk menentukan tingkatan LAZ. DRAFT RUU HASIL TIM KECIL, Senin, 24 Mei 2010 8

Pasal 27 Untuk mendapatkan akreditasi sebagai LAZ Nasional, LAZ memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. memiliki wilayah operasional secara nasional minimal 10 (sepuluh) provinsi; dan b. telah mampu mengumpulkan dana Rp2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah) dalam 1 (satu) tahun. Pasal 28 Untuk mendapatkan akreditasi sebagai LAZ Provinsi, LAZ memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. memiliki wilayah operasional minimal 40% (empat puluh persen) dari jumlah kabupaten/kota di provinsi tempat lembaga berada; dan b. telah mampu mengumpulkan dana Rp1000.000.000,00 (satu milyar rupiah) dalam 1 (satu) tahun. Pasal 29 Untuk mendapatkan akreditasi sebagai LAZ Kabupaten/Kota, LAZ memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. memiliki wilayah operasional minimal 40% (empat puluh persen) dari jumlah kecamatan di kabupaten tempat lembaga berada; dan b. telah mampu mengumpulkan dana Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun. Pasal 30 (1) Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, LAZ dapat membentuk UPZ. (2) UPZ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas mengumpulkan zakat untuk melayani Muzakki. Pasal 31 Ketentuan mengenai susunan organisasi dan tata kerja LAZ diatur dalam Peraturan BPZIS Pusat. DRAFT RUU HASIL TIM KECIL, Senin, 24 Mei 2010 9

BAB IV PENGUMPULAN, PENDISTRIBUSIAN, PENDAYAGUNAAN, DAN PELAPORAN Bagian Kesatu Pengumpulan Pasal 32 Pengumpulan zakat dilakukan oleh LAZ dengan mengambil dari Muzakki dan/atau menerima atas dasar pemberitahuan Muzakki. Pasal 33 (1) LAZ dapat bekerja sama dengan bank dalam pengumpulan zakat harta Muzakki yang berada di bank. (2) Kerja sama dengan bank dalam pengumpulan zakat harta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan atas permintaan Muzakki yang bersangkutan. (3) Kerja sama dengan bank dalam pengumpulan zakat harta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 34 (1) Muzakki melakukan penghitungan sendiri atas harta dan kewajiban zakatnya berdasarkan syariat Islam. (2) Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri harta dan kewajiban zakatnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Muzakki dapat meminta bantuan kepada LAZ untuk menghitungnya. Pasal 35 (1) Pembayaran zakat oleh Muzakki, mengurangi pajak penghasilan. (2) Ketentuan mengenenai zakat sebagai pengurang pajak penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 36 (1) LAZ wajib memberikan bukti setoran pembayaran zakat kepada setiap Muzakki. (2) Bukti setoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai pengurang pajak penghasilan. DRAFT RUU HASIL TIM KECIL, Senin, 24 Mei 2010 10

Pasal 37 Pengumpulan zakat terhadap Muzakki yang berada atau menetap di luar negeri dilakukan oleh LAZ yang memiliki kantor perwakilan di luar negeri. Bagian Kedua Pendistribusian Pasal 39 (1) Pendistribusian zakat diperuntukkan bagi Mustahik berdasarkan syariat Islam. (2) Pendistribusian dan pemberdayaan infaq diperuntukkan bagi kepentingan sosial. (3) Pendistribusian dan pemberdayaan shodaqoh diperuntukkan untuk kemaslahatan dhuafa. Pasal 40 LAZ mendistribusikan dan mendayagunakan zakat, infaq, dan shodaqoh yang terkumpul berpedoman kepada database Mustahik yang dibuat BPZIS. Bagian Ketiga Pendayagunaan Pasal 41 Pendayagunaan zakat, infaq, dan shodaqoh berdasarkan skala prioritas kebutuhan Mustahik dan dapat dimanfaatkan untuk usaha produktif sesuai pedoman pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang ditetapkan BPZIS Pusat. Bagian Keempat Pelaporan Pasal 42 LAZ wajib mencatat pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan harta zakat, infaq, dan shodaqoh. Pasal 43 (1) LAZ memberikan laporan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat kepada BPZIS sesuai dengan tingkatannya. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara berkala per tahun yang diaudit oleh akuntan publik. DRAFT RUU HASIL TIM KECIL, Senin, 24 Mei 2010 11

(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipublikasikan di media cetak dan media elektronik. Pasal 44 (1) BPZIS Pusat memberikan laporan pengelolaan zakat tahunan kepada Presiden dengan tembusan Dewan Perwakilan Rakyat. (2) BPZIS Provinsi memberikan laporan pengelolaan zakat tahunan kepada BPZIS Pusat dan gubernur dengan tembusan kepada Dewan Perwakilan Rakyat provinsi. (3) BPZIS Kabupaten/Kota memberikan laporan pengelolaan zakat tahunan kepada BPZIS Provinsi dan bupati/walikota dengan tembusan kepada Dewan Perwakilan Rakyat kabupaten/kota. BAB V PENGAWASAN Pasal 45 (1) Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas LAZ dilakukan oleh BPZIS sesuai tingkatannya. (2) Dalam rangka pengawasan, BPZIS memeriksa laporan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat oleh LAZ yang telah diaudit oleh akuntan publik. BAB VI PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 46 Dalam pengelolaan zakat, infaq, dan shodaqoh masyarakat berperan serta: a. mengawasi pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat infaq, dan shodaqoh yang dilakukan oleh LAZ; b. mengumpulkan zakat, infaq, dan shodaqoh melalui LAZ; dan c. meningkatkan kesadaran umat Islam untuk melakukan pembayaran zakat, infaq, dan shodaqoh melalui LAZ. Pasal 47 Majelis Ulama Indonesia dan/atau organisasi kemasyarakatan Islam berperan serta: a. meningkatkan kesadaran umat Islam untuk membayar zakat, infaq, dan shodaqoh melalui LAZ; dan b. mengawasi pengelolaan zakat, infaq, dan shodaqoh oleh BPZIS dan LAZ. DRAFT RUU HASIL TIM KECIL, Senin, 24 Mei 2010 12

BAB VII SANKSI DAN LARANGAN Pasal 47 (1) Setiap Lembaga Pengelola Zakat, Infaq, dan Shodaqoh wajib mendaftarkan ke BPZIS sesuai dengan wilayah kewenagnnya. (2) Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan cepat, mudah, dan tanpa biaya. (3) Lembaga Pengelola Zakat, Infaq, Shodaqoh melaporkan kegiatannya kepada BPZIS sesuai dengankewenangannya. (4) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) dan ayat (3) dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. penghentian sementara dari kegiatan; c. pencabutan izin; dan/atau d. denda administratif. Pasal 48 Setiap orang dilarang melakukan tindakan pemilikan, menjaminkan, menghibahkan, menjual, dan/atau mengalihkan harta zakat, infaq, dan shodaqoh yang ada dalam pengelolaannya. Pasal 49 Setiap orang dilarang menggunakan dan/atau mengambil manfaat atas harta zakat, infaq, dan shodaqoh yang ada dalam pengelolaannya melebihi jumlah yang ditentukan berdasarkan syariat Islam. BAB VIII KETENTUAN PIDANA Pasal 50 Setiap pengelola zakat, infaq, dan shodaqoh yang dengan sengaja tidak mencatat atau mencatat dengan tidak benar harta zakat, infaq, dan shodaqoh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). DRAFT RUU HASIL TIM KECIL, Senin, 24 Mei 2010 13

Pasal 51 Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum melakukan tindakan pemilikan, menjaminkan, menghibahkan, menjual, dan/atau mengalihkan harta zakat, infaq, dan shodaqoh ada dalam pengelolaannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 dipidana karena penggelapan dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Pasal 52 Setiap orang dilarang menggunakan dan/atau mengambil manfaat atas harta zakat, infaq, dan shodaqoh yang ada dalam pengelolaannya melebihi jumlah yang ditentukan berdasarkan syariat Islam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 53 Semua peraturan pelaksanaan di bidang pengelolaan zakat, infaq, dan shodaqoh masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti dengan peraturan yang baru berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini. Pasal 54 (1) Paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak diundangkannya Undang-Undang ini, organisasi pengelola zakat, infaq, dan shodaqoh yang telah ada wajib menyesuaikan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini. (2) Paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak diundangkannya Undang-Undang ini, setiap orang yang selama ini melakukan pengelolaan zakat, infaq, dan shodaqoh wajib bergabung atau membentuk LAZ berdasarkan ketentuan dalam Undang- Undang ini. DRAFT RUU HASIL TIM KECIL, Senin, 24 Mei 2010 14

BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 55 Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 164; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3885) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 56 Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta pada tanggal.. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta pada tanggal MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA PATRIALIS AKBAR LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN... NOMOR... DRAFT RUU HASIL TIM KECIL, Senin, 24 Mei 2010 15