DESAIN YANG KREATIF DAN INOVATIF KERAJINAN ANYAMAN BAMBU DI DESA TIGAWASA,BULELENG. Made Ida Mulyati

dokumen-dokumen yang mirip
DESAIN YANG KREATIF DAN INOVATIF KERAJINAN ANYAMAN BAMBU DI DESA TIGAWASA,BULELENG

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara. Dapat dikatakan sebagai kerajinan tradisional. Baik sebagai bentuk

PEMBINAAN KELOMPOK UPPKS WANITA MANDIRI DALAM

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Seperti yang dihasilkan oleh pengerajin karya Saf Handycraft yang ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Seni Budaya merupakan satu diantara mata pelajaran yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. Neolithikum diperkirakan rentang waktunya mulai dari 2500 SM 1000 SM.

BAB I PENDAHULUAN. Desain mebel termasuk dalam kategori desain fungsional, yaitu desain

IBM PENGRAJIN SEPATU DAN SANDAL KULIT

diatas sebuah kursi, sikap berdiri ketika didepan lemari, dan lain-lain.

DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Kerajinan dari limbah organik (kulit jagung dan pelepah pisang).

STRATEGI PEMASARAN HOME INDUSTRY PENGRAJIN ANYAMAN BAMBU DI DESA GINTANGAN KECAMATAN ROGOJAMPI KABUPATEN BANYUWANGI. Lilik Sunarsih *) & Umar HMS **)

BAB I PENDAHULUAN. tradisional di Sumatera Utara adalah seni tradisional etnis Batak Karo.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kerajinan merupakan suatu benda hasil karya seni manusia yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

I. PENDAHULUAN. 1 Waste (inggris) : limbah, sampah, ampas

PENGOLAHAN CENGPO KEMOCENG KELOPO UNTUK MENUNJANG PEREKONOMIAN MASYARAKAT DESA PLOSO KECAMATAN TEGALOMBO KABUPATEN PACITAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi

BAB IV KONSEP PERANCANGAN


BAB I DESKRIPSI KEGIATAN. 1.1 JUDUL Peningkatan Penataan Lingkungan di Desa Sulang, Klungkung

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PRAKTEK

BAB I PENDAHULUAN. Benda keramik sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehari hari, seperti

PENDAMPINGAN GURU SMPLB DALAM MEMANFAATKAN KULIT JAGUNG SEBAGAI MEDIA KREASIKHAS KOTA GARUT. Mudjiati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kartika Dian Pratiwi, 2013

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Lab. Penyuluhan dan Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar dan Indikator

PKM Perajin Tedung Desa Mengwi Di Kabupaten Badung, Bali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni rupa adalah salah satu dari cabang seni yang dapat dilihat dan

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper).

sebuah kursi, sikap berdiri ketika didepan lemari, dan lainlain.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Kerajinan modifikasi dari limbah organik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah hasil karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan

BAB I PENDAHULUAN. Seni terapan meliputi semua karya seni pada produk benda guna yang

BAB II METODE PERANCANGAN

PENGEMBANGAN USAHA BATIK MELALUI MESIN PEWARNAAN BATIK DI DESA PILANG KECAMATAN MASARAN KABUPATEN SRAGEN. Universitas Sebelas Maret

MATA PELAJARAN : KETERAMPILAN JENJANG PENDIDIKAN : SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

INDUSTRI KERAJINAN GEDEG SEBAGAI ALTERNATIF PEMANFAATAN WAKTU LUANG PETANI DI DESA KUBU KABUPATEN BANGLI. I Ketut Arnawa 1 * dan Dian Tariningsih 1)

PEMBERDAYAAN KELOMPOK PENGERAJIN BATOK KELAPA DI DESA TIYING GADING-TABANAN

PENINGKATAN PRODUKSI DAN WAWASAN PENGERAJIN TALENAN DI DESA TEMESI, GIANYAR. Keywords: chopping board, wood, production, Balinese cuisines.

BAB I PENDAHULUAN. tangan atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui

INDUSTRI BATU BATA DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI DESA TULIKUP KECAMATAN GIANYAR KABUPATEN GIANYAR (TINJAUAN GEOGRAFI EKONOMI)

STRATEGI PEMASARAN HOME INDUSTRY PENGRAJIN ANYAMAN BAMBU DI DESA GINTANGAN, KECAMATAN ROGOJAMPI, KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan yang mewujud dalam bentuk keahlian tertentu

Pemanfaatan Limbah Kayu Kelapa dari CV. UNIQUE Furniture Cibarusah Kab. Bekasi Sebagai Wadah Alat Tulis Modular

Siapa Kami. Visi & Misi. Visi Menjadi Perusahaan Yang Bergerak di Bidang Kerajinan Tembaga Yang Professional. Misi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tema Memajukan Desa Demulih melalui Gerakan Indonesia Melayani, Gerakan Indonesia Bersih dan Gerakan Indonesia Tertib.

SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2017/2018. Mata Pelajaran : Prakarya dan KWU Kompetensi Keahlian : AP/TB/MM/KK/UPW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangMasalah. Pada era globalisasi yang semakin berkembang, terutama di kota-kota

BAB V APLIKASI HASIL EKSPERIMEN PADA PRODUK AKSESORIS

V. ULASAN PERANCANGAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEORI

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PROPOSAL KAGACI KARDUS GANTUNGAN KUNCI SEBAGAI PEMANFAATAN LIMBAH KARDUS DAN BERNILAI JUAL TINGGI BIDANG KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni budaya adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan pada


BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

IbM KELOMPOK PENGRAJIN GERABAH MELALUI PENGEMBANGAN DESAIN, ALAT PRODUKSI DAN MANAJEMEN PEMASARAN DI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. istilah keramik tradisional. Keramik gerabah dikenal sebagai produk benda pakai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perancangan

MOTIF HIAS PADA KERAJINAN ANYAMAN BAMBU DI KEJAPA BAMBOO HANDICRAFT, DESA TIGAWASA, KECAMATAN BANJAR, KABUPATEN BULELENG

KRIYA BAMBU KARYA ALI SUBANA

X. PRAKARYA : Kerajinan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mampu berkarya, menciptakan karya yang berguna baik untuk dirinya

I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan B. Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Keluarga Dampingan 1.2 Profil Keluarga Dampingan

Kerajinan Fungsi Hias

PENGRAJIN TIKAR PANDAN DI DESA ALUE O IDI RAYEUK

PELATIHAN MEMBUAT RAGAM HIAS KERAJINAN KERAMIK DI DESA SANDI KECAMATAN PATTALASSANG KABUPATEN TAKALAR

BAB II ESTETIKA DAN MOTIF BUNGA DALAM KAJIAN LITERATUR

PELATIHAN INOVASI DESAIN KESET DESA KARANGREJO KABUPATEN PASURUAN

PELUANG BISNIS KERAJINAN BAMBU. Wahyu Indriyani D3TI 2B. Abstrak

As'ari, et al., Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Ekonomi Kreatif...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PELATIHAN MEMBUAT ASESORIS RUMAH TANGGA DARI KERAJINAN ANYAMAN DAUN LONTAR PADA REMAJA PUTRI PUTUS SEKOLAH DI KECAMATAN MARIORIAWA KABUPATEN SOPPENG

Salah satu dari 6M yang dapat dipahami sebagai pasar sasaran dari produk yang dihasilkan oleh suatu usaha adalah... a. Mooney b.

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

SILABUS PRAKARYA SMPN 2 BANJAR KELAS VIII TAHUN 2016/2017

PENGOLAHAN JAJAN BEGINA DAN ULI DENGAN MENGGUNAKAN MESIN VACUUM FRYER BAGI PEMBUAT JAJAN BEGINA & ULI

BAB I PENDAHULUAN. rumahtangga pertanian berjumlah (Anonim, 2013). Pertanian di wilayah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang


PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENCATATAN DAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN USAHA BAGI PARA PENGRAJIN DI KELURAHAN PADANGSARI

BAB IV KONSEP PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN TUGAS AKHIR KATA PENGANTAR

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

Pemanfaatan limbah kulit telur sebagai motif hias pada gerabah, kayu dan bambu Eveline C.S. 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai jual. Karya kerajinan biasanya terbuat dari berbagai bahan dan hasil

DAUR ULANG SAMPAH PLASTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Tema: Perancangan Buku Scrapbook untuk Karya Seni

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tingkat kemajuan di berbagai bidang perekonomian dan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PRAKTEK. : Kerajinan dari Bahan Tekstil (Kai Flanel).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tema Kegiatan 1.2 Lokasi Kegiatan 1.3 Bidang Kegiatan 1.4 Latar Belakang

PENYULUHAN DAN PELATIHAN MENGOLAH SAMPAH MENJADI PRODUK DEKORASI RUANG BAGI MASYARAKAT SIWALANKERTO SURABAYA

Transkripsi:

DESAIN YANG KREATIF DAN INOVATIF KERAJINAN ANYAMAN BAMBU DI DESA TIGAWASA,BULELENG Made Ida Mulyati Program Pendampingan Pengabdian Masyarakat Yang diselenggarakan oleh : Pusat Pengembangan Desain Kerajinan Bali(d/h.DDO Bali), berkerja sama dengan ISI Denpasar Ringkasan Eksekutif Tigawasa yang terletak Kabupaten Buleleng ( Bali Utara), merupakan salah satu desa penghasil bambu di Bali. Hasil perkebunan bambu memberi penghidupan bagi masyarakat Tigawasa, sehingga sebagian besar penduduk Tigawasa bermata pencaharian sebagai pengerajin anyaman bambu. Tigawasa sangat dikenal sebagai salah satu pusat kerajinan anyaman bambu. Pada mulanya hasil kerajinan anyaman bambu di desa Tigawasa ini adalah gedeg dan sokasi (jenis bakul berbentuk bujursangkar dilengkapi dengan tutup) biasanya digunakan untuk tempat sesajen. Kendala yang dihadapi pengerajin di desa Tigawasa adalah ketidakmampuan dalam melahirkan suatu desain baru dan beberapa masalah dibidang produksi. Melihat kecenderungan di atas maka perlu diberikan pelatihan dibidang desain dan dibidang produksi untuk menghasilkan karya- karya yang kreatif dan inovatif. Metode yang dipergunakan dalam pelatihan antara lain ceramah,penyuluhan dan peraktek. Dengan metode yang diberikan dalam pelatihan maka kelompok pengerajin mampu mendesain, mampu memahami gambar desain dengan benar dan mampu memproduksi benda pakai yag kreatif dan inovatif sehingga mampu bersaing di pasaran. Kata- Kunci : Tigawasa, anyaman bambu, kreatif dan inovatif Tigawasa is bamboo produce village that located in North Bali precisely in Buleleng regency. The results bamboo plantations provide livelihood for the community, so most residents Tigawasa livelihood as woven bamboo craftsmen. Tigawasa very well know as one of the centers of woven bamboo crafts. At first bamboo handicrafts in this village is gedeg(woven bamboo sheet), wovwn bamboo boxes including the cover that useful in Balinese offerings. Obstacles that faced the craftsmen in this village is the inability to a new design and some problems in the field of production, herefore it is necessary to provide training in design and production to produce more creative and innovative job. Methods used in the training include lectures, counseling and practice, so that the group of craftsmen able to design, understand the design drawings correctly,as well as producing disposable item that are creative, innovative and competitive in the market. Keyword: Tigawasa, woven bamboo, creative and innovative

A. PENDAHULUAN Tigawasa adalah sebuah desa tradisional(baliaga) yang terletak di daerah pegunungan,kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng ( Bali Utara). Desa Tigawasa sangat dikenal sebagai salah satu pusat kerajinan anyaman bambu. Desa Tigawasa ini berjarak 19 km sebelah barat kota Singaraja dan 97 km sebelah Utara kota Denpasar, terletak 500-700m dari permukaan laut dan topografi daerahnya berbukit. Jumlah penduduknya 4.608 jiwa. Di desa tersebut ada sebagian bambu tumbuh secara alami, tetapi ada juga yang sengaja ditanam di pekarangan, tegalan dan tepi sungai yang bertofografi miring hingga curam (Arinasa,2005). Hasil perkebunan bambu memberi penghidupan bagi masyarakat desa Tigawasa. Hutan bambu yang ada di desa Tigawasa menghasilkan batang bambu dengan jumlah yang sangat banyak, hal ini member manfaat ekonomi pada masyarakat desa Tigawasa (Koran Buleleng,2016}.Mata pencaharian penduduk desa Tigawasa sebagian besar sebagai pengerajin anyaman bambu, ju sebagai petani cengkeh, kopi dan coklat. Disela- sela kesibukan mereka sebagai petani, di saat bersantai dan disaat menunggu panen tiba mereka mengerjakan kerajinan anyaman bambu untuk menujang perekonomian mereka terutama yang hanya berkerja sebagai buruh perkebunan. Pada mulanya hasil kerajinan anyaman bambu di desa Tigawasa ini adalah gedeg sokasi (jenis bakul berbentuk bujursangkar dilengkapi dengan tutup) biasanya digunakan untuk tempat sesajen. Anyaman gedeg di Tigawasa sangat khas dan kaya akan variasi dibuat dari jenis- jenis bambu buluh seperti Schizostachyum Lima (Blanco)Merr, Schizostachyum Zollingeri Steud dan Schizostachyum Silicatum Widjaja. Sedangkan sokasi dibuat dari jenis- jenis bambu Bali (Giigantochloa sp) (Arinasa,2005). Produk sokasi yang dibuat oleh kelompok mitrai dipasarkan sampai ke luar Kabupaten Buleleng. Pembelinya kebanyakan dari umat hindu dan tetapi tidak setiap hari mereka membeli sokasi, setelah rusak konsumen biasanya baru membeli. Keinginan memproduksi barang yang banyak diminati oleh kalangan umum sangat sulit mereka lakukan disebabkan karena sangat terbatas. Maka untuk lebih memajukan usaha dibidang anyaman bambu terutama terhadap desain benda pakai maka perlu dilakukan pelatihan bagi kelompok pengerajin di Tigawasa untuk dapat menghasilkan desain yang kreatif dan inovatif. Begitu juga pada manajemen produksi sering terjadi masalah kelompok pengerajin tidak begitu faham dalam membaca gambar kerja yang dibawa oleh konsumen, sehingga sering sekali barang yang sudah dibuat dalam jumlah banyak tidak diterima oleh konsumen karena tidak sesuai dengan gambar kerja yang dibawanya (hasil wawancara dari kelompok mitra binaan). Hal ini sering merugikan kelompok pengerajin. Melihat kecenderungan di atas maka perlu diberikan pelatihan dalam membaca gambar kerja disamping pelatihan desain.

Dalam proses produksi yang terkadang terjadi kendala di dalam menentukan konstruksi yang digunakan dan terkadang kelompok pengerajin binaan menolak apabila ada order atau pesanan dengan jumlah besar karena kelompok pengerajin kesulitan dalam menyediakan bahan baku d pendukung yang digunakan sebagai elemen dekorasi, untuk itu perlu kelompok pengerajin diberikan penyuluhan mengenai teknik pengumpulan dan penyimpanan bahan, sehingga apabila ada pesanan dalam jumlah besar maka kelompok pengerajin dapat memenuhinya. B. SUMBERISPIRASI Kendala yang dihadapi kelompok pengerajin dalam mengembangkan usaha kerajinan anyaman dengan bahan dasar bambu meliputi: (1) aspek desain dimana sebelum diadakan pelatihan desain mereka hanya sebatas sokasi (jenis bakul berbentuk bujursangkar dilengkapi dengan tutup). Sering sekali mereka mengalami kerugian apabila mendapatkan pesanan dengan desain- desain berupa gambar kerja yang dibawa oleh pemesan karena sering salah dalam produksi hal ini disebabkan karena mitra kurang faham dalam membaca gambar kerja. (2) Aspek menejemen produksi dimana sebelum diadakan pelatihan hasil dari pewarnaan tidak rapi karena mereka hanya mengadalkan kuas untuk pengecetan, barang- barang yang mereka buat kalau tidak cepat laku dan disimpan terlalu lama maka akan timbul jamur dan timbul bubuk- bubuk tepung dari potongan bambu (yang tidak dianyam), disamping itu sering sekali mereka menolak order dengan jumlah besar karena kesulitan dalam menyediakan bahan baku kendala- kendala seperti itulah yang menghambat mereka untuk maju. C. METODE Metode yang digunakan adalah dengan memberikan pelatihan IPTEK kepada kelompok pengerajin di desa Tigawasa. Metode pelatihan yang digunakan adalah yang pertama memberikan ceramah kepada para pengerajin mengenai perkembangan desain anyaman bambu baik di Bali maupun di luar Bali, disertai dengan menayangkan image- image dari hasil- hasil desain produk yang sudah ada. Disamping menjelaskan data- data tersebut diperlukan juga penjelasan pentingnya data- data siapa yang akan memakai produk yang akan didesain, fungsi dari produk tersebut dan siapa sasaran dari konsumennya. Peran data dalam proses perencanaan yang berupa asumsi atau perkiraan dan bersifat nyata atau informasi yang dapat dipercaya sangat diperlukan untuk menghasilkan desain yang dapat bersaing dipasaran(palgunadi, 2007). Selanjutnya memberika ceramah mengenai pentingnya desain yang kreatif dan inovatif terhadap perkembangan usaha mereka, kemudian memberika ceramah dasar- dasar mendesain untuk melahirkan desain kreatif dan inovatif,dengan tujuan agar pengerajin dapat membuat desain sendiri atau setidaknya bias membaca gambar kerja yang dibawa oleh konsumen. Selanjutnya diberikan metode praktik, kelompok pengerajin dilatih secara langsung untuk

membuat berberapa gambar gagasan desain yang berupa gambar prespektif dan dilanjutkan dengan praktek pembuatan gambar tampak(depan,samping,atas dan bawah) dari barang yang didesain. Disamping itu memberika pelatihan proses produksi dengan mendampingi kelompok pengerajin dalam memproduksi desain- desain yang mereka telah buat. Memberi penyuluhan mengenai konstruksi yang tepat digunakan dan bagaimana cara mengemas konstruksi tersebut sehingga dapat menambah nilai estetis dari desain- desain yang mereka telah buat. Disamping itu juga member penyuluhan dan praktek mengenai teknik finishing yang tepat diterapkan untuk bahan bambu. memberikan penyuluhan mengenai teknis pengumpulan dan penyimpanan bahan yang akan digunakan dalam produksi sehingga apabila permintaan pasar bertambah pengerajin mampu memenuhinya karena bahan sudah D. KARYA UTAMA Program ini menghasilan karya kreatif dan inovatif berupa produk- produk barang jadi berupa benda pakai yang menggunakan bahan dasar bambu yang merupakan hasil desain dari kelompok mitra binaan. Beberapa contoh hasil produk dari hasil pelatihan antara lain: Gambar 1. Kotak anyaman berfungsi untuk tempat perhiasan, permen atau tempat cerutu. Gambar 2. Wadah berbentuk tabung berfungsi untuk tempat tissue dan vas bunga di meja makan dan tempat pensil dan vas bunga untuk di meja belajar atau meja kerja kantor. Gambar3. Keranjang berbentuk tas berfungsi untuk tempat buah atau wadah peralatan SPA.

Gambar 4. Tempat CD yang biasanya diletakan di atas rak TV. Gambar 5. Wadah bertutup, berfungsi untuk tempat kue atau permen yang ada bungkusnya. E. ULASAN KARYA 1. Aspek Desain Dalam program ini, kami selaku pelatih membantu kelompok pengerajin dalam meningkatkan pengetahuan mengenai desain yang kreatif dan inovatif, untuk itu perlu mengetahui beberapa pertimbangan dalam mendesain antara lain pertimbangan fungsional, pertimbangan teknik, pertimbangan ergonomic, pertimbangan ekonomis,pertimbangan lingkungan, pertimbangan social budaya,pertimbangan visual(estetika) Bagas,2002). Zainuddi,2010 mengatakan di dalam karya desain baik hasilnya yang berupa benda pakai maupun benda pajang unsure estetika harus dimasukan di dalam pemikiran desain, hal ini berhubungan dengan setiap manusia mendambakan keindahan, karena di dalam keindahan kita menemukan kesenangan, ketentraman, keharmonisan, dan keberaturan atau order. Maka untuk memenuhi unsure estetika maka salah satu pertimbangan mengenai bahan- bahan sebagai pendukung elemen dekorasi dan dapat dipadukan dengan bahan bambu, antara lain batok kelapa, manik- manik dari bahan kayu atau kerang, kancing baju (dari bahan batok kelapa kerang atau kayu), kulit jagung yang sudah dikeringkandan banyak lagi bahan- bahan yang lainnya yang dapat digunakan sebagai bahan dekorasi pada kerajinan benda pakai anyaman bambu. Hal ini berkaitan dengan pertimbangan ekonomi, pertimbangan teknis, dan pertimbangan visual(estetika). Disamping itu juga untuk meningkatkan pengetahuan konstruksi sesuai diterapkan pada bahan bambu, hal ini berkaitan dengan pertimbangan teknis,pertimbangan ergonomi. Sedangkan pengetahuan mengenai finishing berkaitan dengan pertimbangan pertimbangan lingkungan dan pertimbangan teknik. Disamping itu juga pengerajin diajarkan membuat gambar gagasan yang berupa prespektif dengan ide dari mereka masing- masing dan membuat gambar kerja yang berupa gambar- gambar tampak. Dengan mendapatkan pengetahuan tersebut maka pengerajin

mampu mendesain benda pakai dengan bahan dasar bambu serta didukung dengan bahan- bahan lainnya sehingga menghasilkan desain yang kreatif dan inovatif, serta dapat membaca gambar kerja dengan jelas. 2. Aspek Produksi Berkait dengan aspek produksi, kami selaku pelatih membantu kelompok pengerajin dengan memberikan penyuluhan mengenai teknik pengumpulan dan penyimpanan bahan yang akan digunakan dalam produks sehingga apabila permintaan pasar bertambah pengerajin mampu memenuhinya karena bahan sudah tersedia, hal ini berkait dengan pertimbangan teknik dan ekonomi. Membantu kelompok pengerajin dalam mengimplementasikan konstruksi yang akan digunakan sehingga barang yang diproduksi bisa lebih tahan lama dalam pemakaiannya, hal ini berhubungan dengan pertimbangan teknis,disamping itu membantu memberikan penjelasan bagaiman konstruksi bisa dikemas sedemikian rupa sehingga dapat menambah nilai estetis dari produk tersebut, hal ini berhubungan dengan pertimbangan teknis dan visual(estetis). Membantu kelompok pengerajin dengan memberikan penyuluhan dalam memilih finishing yang tepat sehingga finishing lebih tahan lama(tidak mudah berjamur), warnanya lebih cemerlang dan tidak meracuni makanan yg disimpan dalam produk yang berupa benda pakai tersebut, hal ini berhubungan dengan pertimbangan teknis, ergonomic dan lingkungan. Untuk memberikan praktek teknis finishing kami dibantu dari perusahaan IMPRA yang disamping memberikan pengarahaan mengenai proses finishing yang benar dan memperagakan teknik dari proses finishing tersebut, hal tersebut berhubungan dengan pertimbangan teknis,ekonomi dan lingkungan. Pada waktu itu sekaligus pihak IMPRA memperkenalkan produksi- produksi mereka yang dapat dan aman digunakan untuk finishing benda- benda pakai yang sesuai dengan bahan bambu. F. KESIMPULAN Hasil kegiatan program pelatihan ini terdiri dari dua aspek, yaitu aspek pembuatan desain yang kreatif dan inovatif dan perbaikan aspek menejemen produksi. Dengan kedua aspek tersebut kelompok pengerajin telah memiliki kemampuan untuk mendesain produk benda pakai yang menggunakan bahan dasar bambu dan menggunakan bahan- bahan lain sebagai ebagai elemen pendukung sehingga dapat melahirkan desain- desain yang kreatif dan inovatif. Disamping itu kelompok pengerajin mampu menghasilkan produk dengan desain yang lebih beragam, konstruksi yang lebih kuat dan hasil yang lebih berkwalitas. Untuk itu produk yang dihasilkan memiliki keunggulan yang berkwalitas, memuaskan dan memiliki banyak peminat. G. DAMPAK DAN MANFAAT Peningkatan wawasan, pengetahuan serta keterampilan dalam menejemen produksi yang diperoleh kelompok

pengerajin dalam memproduksi benda pakai dengan bahan dasar bambu yang lebih kreatif dan inovatif, aman digunakan sebagai benda pakai sehingga lebih berkwalitas, memuaskan dan banyak diminati. Hal tersebut nantinya dapat memotivasi kelompok pengerajin anyaman bambu dalam menjalankan usaha mereka dengan lebih profesional karena kelompok pengerajin tersebut telah memahami aspek desain, dapat mendesain sendiri, dapat membaca gambar desain dan menguasai aspek produksi dengan baik untuk dapat menghasilkan hasil produksi benda pakai yang kreatif dan inovatif sehingga mampu bersaing dipasaran. H. DAFTAR PUSTAKA Arinasa, I. B. K.(2005). Jurnal Biodiversitas, volume 6.Nomor1 Bagas, P.(2002).Manajemen Desain, Bandung: Yayasan Delapan Sepuluh Palgunadi, B.(2007),Desain Produk, Penerbit ITB Bandung Koran Buleleng, April, 27, 2016. Anyaman Bambu Tigawasa, Lesu di Tanah Sendiri Laris di Tanah Orang Lain, Singaraja: Redaksi Koran Buleleng Zainuddin,I.B.(2010). Wacana Desain, Bandung: ITB Bandung

DESAIN YANG KREATIF DAN INOVATIF KERAJINAN ANYAMAN BAMBU DI DESA TIGAWASA,BULELENG Program Pendampingan Pengabdian Masyarakat Yang diselenggarakan oleh : Pusat Pengembangan Desain Kerajinan Bali(d/h.DDO Bali), berkerja sama dengan ISI Denpasar OLEH : Made Ida Mulyati NIP. 196909131997022001 FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN ISTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016/2017

PENERAPAN ASPEK 5S INTERIOR BENGKEL KENDARAAN RODA EMPAT ABK DI DENPASAR OLEH : Made Ida Mulyati NIP. 196909131997022001 FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN ISTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016/2017