PENGARUH KEGIATAN PEMBINAAN ROHANI TERHADAP PERKEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY MAKASSAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Dalam Menyelesaikan Stratum Satu (S1) Program Studi Pendidikan Agama Kristen Protestan Pada Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Makassar Oleh MAXI FERNANDO BENYAMIN NPM: 10202021 SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY MAKASSAR 2016
Abstrak Maxi Fernando Benyamin. Pengaruh Kegiatan Pembinaan Rohani Terhadap Makassar. (Dibimbing oleh Pdt. Dr. Daniel Ronda, Th.M) Tujuan penulisan skripsi ini Adalah untuk menjelaskan pengaruh kegiatan pembinaan rohani terhadap perkembangan kecerdasan spiritual mahasiswa mahasiswa STT Jaffray Makassar. Adapun hasil penelitian adalah sebagai berikut: Pertama, kecerdasan spiritual adalah kecerdasan utama yang mampu mengoptimalkan kecerdasan-kecerdasan lainnya karena kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang berhubungan dengan pencarian makna hidup. Individu yang dapat memaknai hidupnya dengan baik adalah individu yang memunyai peluang untuk menikmati hidup dengan lebih baik karena keberhasilan dan kebahagiaan hidupnya tidak ditentukan oleh apa yang dimiliki atau apa yang dicapai, melainkan oleh kemampuan untuk memaknai setiap hal dalam hidupnya sebagai sesuatu yang baik dan melahirkan rasa ketenangan dalam batinnya. Kedua, Kecerdasan ini dimiliki oleh setiap individu, sebagaimana kecerdasan lainnya seperi IQ dan EQ yang juga dimiliki oleh setiap individu. Ketiga, Kecerdasan spiritual seperti kecerdasan lainnya dapat berkembang. Oleh karena itu ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi perkembangannya. Salah satunya adalah faktor relasi spiritual-keagamaan yang dikemukakan oleh Khalil A. Khavari bahwa semakin harmonis hubungan atau relasi seseorang dengan Tuhan maka semakin tinggi pula kualitas kecerdasan spiritualnya. Keempat, Aspek perkembangan kecerdasan spiritual tidak terlepas dari unsur-unsur pengajaran keagaaman. Khususnya dalam iman Kristen dapat dilihat bahwa aspek perkembangan kecerdasan spiritual berkorelasi erat dengan indikator kedewasaan iman Kristen, seperti yang terdapat dalam Galatia 5:22-23 atau Filipi 2:3-17 yang merefleksikan sikap hidup Yesus. Hal ini menunjukkan bahwa dasar dari perkembangan kecerdasan spiritual adalah bersumber dari hubungan dengan Tuhan, Sang Pecipta, yang memberikan kecerdasan tersebut kepada manusia. Kelima, oleh karena kecerdasan spiritual itu dimiliki oleh setiap individu dan perlu untuk dikembangkan, maka mahasiswa STTJ juga perlu untuk mengembangkan kecerdasan spiritualnya. Keenam, metode pengem bangan yang dapat dan sudah diterapkan di STTJ adalah lewat pelaksanaan kegiatan pembinaan kerohanian. Pelaksanaan kegiatan tersebut terbukti memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan aspek-aspek kecerdasan spiritual mahasiswa. Kata kunci: Pembinaan Rohani, Kecerdasan Spiritual, STTJ Makassar
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall yang mempopulerkan tentang konsep kecerdasan mengatakan bahwa Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. 1 Artinya, seseorang yang memunyai tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi akan dapat menunjukkan perilaku yang bertanggung jawab terhadap setiap tanggung jawabnya baik secara spiritual maupun sosial, proses adaptasi yang baik terhadap pola kehidupan di lingkungannya (fleksibel) dan memiliki kemampuan untuk mencapai visi atau memaknai hidup lebih baik. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Abdul Halim Fathani dalam artikelnya: Mereka yang memunyai kecerdasan spiritual tinggi akan mampu memaknai setiap peristiwa dan masalah yang dihadapi dalam hidupnya, bahkan dalam penderitaan sekalipun. Dengan memberi makna yang positif, mereka akan mampu membangkitkan jiwanya untuk bersikap dan bertindak secara positif pula. Dan kecerdasan ini juga memungkinkan manusia untuk berpikir secara kreatif, berwawasan jauh kedepan, intuitif, tambah cerdas dan semakin berkesadaran. 2 Dengan demikian, kecerdasan spiritual (SQ: spiritual quentient) dapat dimengerti sebagai salah satu bentuk kecerdasan yang memampukan seseorang untuk 1 Danah Zohar, dan Ian Marshall, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan (Bandung: Mizan Pustaka, 2001), 4. 2 Abdul Halim Fathani, Kecerdasan Spiritual, diakses 3 Maret 2016, https://masthoni.wordpress.com/2012/01/25/kecerdasan-spiritual.
dapat mengembangkan dirinya secara utuh sehingga terciptalah kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai hidup yang positif bagi kehidupannya. 3 Penekanan pada kemungkinan menghasilkan nilai-nilai yang positif tersebut adalah kata kunci yang membedakan kecerdasan spiritual dengan kecerdasan lainnya. Sebab, kecerdasan spiritual tanpa kemungkinan menghasilkan nilai-nilai yang positif akan sulit dibedakan dengan aspek-aspek dari kecerdasan emosi. Secara sederhana kecerdasan spiritual adalah salah satu dari bentuk kecerdasan, yang memengaruhi perilaku hidup seorang manusia untuk dapat mengembangkan kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosinya (EQ). Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan tertinggi manusia yang merupakan landasan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif dan optimal. Adanya kesadaran tentang pengaruh kecerdasan spiritual terhadap pengembangan kemampuan manusia untuk menghasilkan karya membuat konsep pengembangan dan pengukuran kecerdasan spiritual telah banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar dunia guna memiliki sumber daya manusia yang lebih berkualitas. 4 Dalam dunia pendidikan sendiri, khususnya perguruan tinggi. Kecerdasan spiritual juga sebenarnya sangat memiliki pengaruh terhadap tingkat kesuksesan mahasiswa dalam setiap bidang ilmu yang ditekuni dan penerapan ilmu tersebut ke 3 Kecerdasan Spiritual, diakses 15 Februari 2016, https://id.wikipedia.org/wiki/kecerdasan_spiritual 4 Spiritual Intelligence, diakses 15 Februari 2016, https://personalityeginugraha.wordpress.com
dalam kehidupannya. Hal ini termasuk juga di dalam dunia pendidikan teologi, yaitu pendidikan yang memang pada dasarnya lebih banyak meneliti tentang bidang spiritual manusia. Karena kecerdasan spiritual adalah salah satu bentuk dari teori kecerdasan yang berasal dari kemampuan otak manusia, 5 maka kecerdasan ini dapat dikembangkan dengan menggunakan metode tertentu. Salah satu metode tersebut ialah melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembinaan rohani yang merupakan salah satu dari aspek dasar pengembangan kecerdasan spiritual. Kegiatan pembinaan rohani meningkatkan nilai-nilai rohani seseorang sehingga orang tersebut semakin memiliki sikap hidup atau perbuatan-perbuatan yang baik dan bermakna bagi orang lain (2 Tim. 3:16-17). Menurut Khavari semakin harmonis relasi spiritual-keagamaan seseorang kehadirat Tuhan, semakin tinggi pula tingkat dan kualitas kecerdasan spiritualnya. 6 Hal ini menunjukkan bahwa untuk mencapai tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi diperlukan kerohanian yang baik (hubungan relasi yang harmonis antara manusia dan Tuhan). Tentunya untuk mencapai kerohaniam yang baik maka diperlukan usaha untuk membentuk atau mengembangkannya, yaitu salah satunya dengan melaksanakan kegiatan pembinaan rohani. 5 Spiritual Intelligence, diakses 15 Februari 2016, https://personalityeginugraha.wordpress.com 6 Muchlisin Riadi, Pengertian dan Pengukuran Kecerdasan Spiritual, diakses 15 Februari 2016, http://www.kajianpustaka.com/2014/01/kecerdasan-spiritual.html.
Namun, di sisi lain Abdul Halim Fathani dalam artikelnya mengatakan bahwa keberagamaan atau kerohanian seseorang tidak berbanding lurus dengan tingkat kecerdasan spiritualnya. Menurutnya, Orang yang taat menjalankan ibadah agama bisa jadi kecerdasan spiritualnya rendah, sedangkan seorang ateis bisa jadi malah memiliki kecerdasan spiritual tinggi. Contohnya, orang beragama sering tidak memiliki toleransi kepada penganut agama lain. 7 Artinya, dalam pandangan Fathani, dia melihat bahwa adanya fakta bahwa orang yang tidak beragama justru dapat menunjukkan sikap yang lebih baik dari pada orang yang menganggap dirinya beragama. Dengan kata lain dapat diartikan bahwa kegiatan pembinaan rohani seperti ketaatan mengikuti ibadah agama tidak menjamin seseorang memiliki tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi, sedangkan menurut khavari aspek pembinaan rohani memiliki peranan penting dalam meningkatnya kecerdasan spiritual seseorang. Perbedaan pandangan menimbulkan sebuah kontradiksi dengan pertanyaan apakah kegiatan pembinaan rohani memunyai pengaruh terhadap perkembangan kecerdasan spiritual suatu individu atau tidak? Melalui sebuah observasi sederhana yang dilakukan oleh penulis terhadap salah satu bentuk kegiatan pembinaan rohani yang dilaksanakan di perguruan tinggi tempat penulis menempuh pendidikan Strata 1-nya. Penulis memerhatikan dan 7 Abdul Halim Fathani, Kecerdasan Spiritual, diakses 3 Maret 2016, https://masthoni.wordpress.com/2012/01/25/kecerdasan-spiritual.
meneliti jumlah kehadiran ibadah kapel mahasiswa STT Jaffray periode semester ganjil 2015-2016 melalui buku Absen Kapel mahasiswa yang dikelolah oleh Majelis Kapel, pengurus kegiatan kapel. Dari hasil observasi tersebut penulis mendapati hasil yang menunjukkan indikator kecerdasan spiritual yang dijabarkan di atas kurang tampak dalam diri kebanyakan mahasiswa, khususnya dalam indikator sikap bertanggung jawab atau kesadaran diri terhadap tugas wajib mahasiswa. Dari hasil penelitian tersebut didapati bahwa semakin tinggi tingkatan belajar mahasiswa, maka semakin rendah jumlah kehadiran mahasiswa di angkatan tersebut. 8 Dari data perbandingan tingkat kehadiran mahasiswa pada tingkat pertama dari batas ketidakhadiran yang diijinkan oleh pengurus kapel (16 Kali ketidakhadiran), hanya 0,1% melewati batas tersebut. Sedangkan, untuk mahasiswa tingkat 4 atau mahasiswa yang akan melaksanakan Praktek Kuliah Lapangan (PKL) terdapat 4% yang melewati batas ketidakhadiran. Jadi, ada peningkatan 3,9% jumlah ketidakhadiran mahasiswa yang melewati batas yang telah ditetapkan. Peningkatan angka ketidakhadiran tersebut dapat dikatakan cukup signifikan, mengingat bahwa perbedaan tingkat angkatan yang mengalami peningkatan tersebut terpaut 2 tingkat dari tingkatan terendah dalam sistem tahun masuk mahasiswa, atau yang biasa disebut dengan angkatan mahasiswa baru. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada kemerosotan rasa tanggung jawab mahasiswa untuk memenuhi kewajibannya, serta lamanya mahasiswa telah 8 Observasi oleh Penulis, Makassar, 28 Februari 2016.
mengikuti kegiatan pembinaan rohani tidak memengaruhi indikator kecerdasan spiritual mahasiswa khususnya dalam hal kesadaran diri terhadap tanggung jawabnya. Jadi, kegiatan pembinaan rohani yang seharusnya memengaruhi dalam pengembangan kecerdasan spiritual mahasiswa kurang menunjukkan pengaruh terhadap kualitas kecerdasan spiritual mahasiswa. Dari penelitian sederhana tersebut mungkin hanya dapat menjawab secara dangkal pertanyaan yang telah diajukan penulis di atas bahwa kegiatan pembinaan rohani sepertinya tidak memunyai pengaruh terhadap perkembangan kecerdasan spiritual suatu individu. Tetapi, untuk membuktikan apakah jawaban tersebut betulbetul dapat dinyatakan akurat maka dirasa perlu untuk diadakannya suatu penelitian yang lebih dalam. Jadi, dengan memerhatikan masalah mengenai pengaruh kegiatan pembinaan rohani terhadap pengembangan kecerdasan spiritual khususnya terhadap perkembangan SQ mahasiswa, sebagaimana uraian di atas juga yang mengemukakan pentingnya SQ bagi mahasiswa maka penulis pun berkeinginan mengadakan suatu penelitian dan menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah skripsi dengan judul PENGARUH KEGIATAN PEMBINAAN ROHANI TERHADAP PERKEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY MAKASSAR. Masalah Pokok
Dengan memerhatikan penjelasan latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok masalah dari tulisan ini ialah bagaimana pengaruh kegiatan pembinaan rohani terhadap perkembangan kecerdasan spiritual mahasiswa STT Jaffray Makassar? Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penelitian yang ingin dicapai oleh penulis dalam karya ilmiah ini ialah untuk menjelaskan pengaruh kegiatan pembinaan rohani terhadap perkembangan kecerdasan spiritual mahasiswa mahasiswa STT Jaffray Makassar. Metode Penelitian Demi tercapainya apa yang menjadi tujuan dari penelitian ini, maka penulis menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode pengumpulan data sebagai berikut. Pertama, kajian kepustakaan terhadap buku-buku yang membahas seputar pembinaan rohani dan kecerdasan spiritual guna mendapatkan pengertian yang benar dari variabel penelitian yang diteliti. Kedua, pengisian kuesioner untuk mendapatkan informasi dari berbagai sasaran penyelidikan di kelompok-kelompok. 9 9 Daniel Ronda, Pengantar Metodologi Penelitian, dalam Metodologi Penelitian Pendidikan Teologi (Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2016), 26.
Ketiga, Wawancara responden yang berkaitan dengan kepentingan penelitian dan memperkuat data kuesioner. Batasan Penulisan Dalam penulisan ini penulis membatasi penulisannya hanya pada lingkup penelitian kegiatan-kegiatan pembinaan rohani yang diterapkan oleh STT Jaffray, khususnya dalam kegiatan-kegiatan yang diwajibkan bagi mahasiswa tetapi di luar kurikulum pendidikan umum yang berlaku di perguruan-perguruan Tinggi. Selain itu dalam metode pengukurannya penulisan penelitian ini hanya berfokus pada pengukuran "perkembangan kecerdasan spiritual mahasiswa berdasarkan keaktifannya dalam mengikuti kegiatan pembinaan kerohanian di STTJ. Manfaat Hasil Penelitian Melalui penelitian ini penulis mengharapkan adanya manfaat berupa. Pertama, agar menjadi bahan evaluasi mahasiswa dalam mengembangkan kecerdasan spiritualnya Kedua, agar menjadi bahan evaluasi bagi STT Jaffray dalam menerapkan pola pembinaan rohani yang semakin dapat memaksimalkan pengembangan kecerdasan spiritual mahasiswanya. Ketiga, sebagai landasan untuk penelitian selanjutnya yang sejenis guna pengembangannya dalam penerapan manfaat dari aspek kecerdasan spiritual.
Keempat, agar pembaca memperoleh pengetahuan tambahan mengenai manfaat kegiatan-kegiatan pembinaan rohani dalam mengembangkan kecerdasan spiritual diri. Kelima, agar pembaca dapat memahami pentingnya mengembangkan kecerdasan spiritual yang sangat bermanfaat untuk membawa diri kepada jalan kesuksesan hidup yang bahagia. Keenam, agar penulis dapat memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam program pendidikan Stratum 1 bidang ilmu Pendidikan Agama Kristen Protestan di Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Makassar. Sistematika Penulisan Adapun sistematika uraian penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut. Bab pertama, merupakan pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang masalah, masalah pokok, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat hasil penelitian, sistematika uraian, dan definisi-definisi. Bab kedua, merupakan tinjauan pustaka yang menjelaskan dua variabel yaitu, kegiatan pembinaan rohani yang mencakup: pengertian kegiatan, pengertian pembinaan rohani, tujuan kegiatan pembinaan rohani, model-model kegiatan pembinaan rohani, dan model-model kegiatan pembinaan rohani di STTJ. Variabel kecerdasan spiritual yang meliputi: konsep kecerdasan, konsep spiritual, konsep kecerdasan spiritual, aspek-aspek kecerdasan spiritual, manfaat kecerdasan spiritual.
Terakhir bab ini juga membahas hubungan kegiatan pembinaan rohani dengan kecerdasan spiritual secara teorinya. Bab ketiga, menguraikan tentang metodologi penelitian yang terdiri dari gambaran lokasi penelitian yang mencakup sejarah berdirinya STTJ dan perkembangannya, nilai-nilai utama yang dimiliki STTJ, jenis penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data yang berupa studi kajian kepustakaan, angket dan wawancara, dan terakhir bab ini membahas tentang teknik analisis data yang digunakan dalam menganalisis hasil data yang telah terkumpul. Bab keempat, memuat analisis data dan hasil penelitian. Bab kelima, adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran dari hasil penulisan penelitian ini. Definisi-definisi Kegiatan pekerjaan. 10 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata Kegiatan berarti aktivitas; usaha; Pembinaan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pembinaan berarti: proses, cara, perbuatan membina (negara, dan sebagainya); pembaharuan; penyempurnaan; usaha, 10 Kamus Besar Bahasa Indonesia, s.v. Kegiatan.
tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik; 11 Rohani Rohani adalah sesuatu (unsur) yang ada dalam jasad yang diciptakan Tuhan sebagai penyebab adanya hidup (kehidupan); nyawa: jika sudah berpisah dari badan, berakhirlah kehidupan seseorang; makhluk hidup yang tidak berjasad, tetapi berpikiran dan berperasaan (malaikat, jin, setan, dan sebagainya); semangat; spirit. 12 Istilah rohani atau spiritualitas tidak memiliki definisi yang pasti, menurut Waaijman, arti tradisional dari spiritualitas adalah proses reformasi yang "bertujuan untuk memulihkan bentuk asli manusia, gambar Tuhan. 13 Perkembangan Perkembangan dalam pengertiannya berhubungan dengan kata berkembang yang artinya adalah bertambah dalam hal besar, luas, banyak, atau dengan kata lain mengalami pertambahan dalam hal ukuran, jumlah, maupun volume. 14 Kecerdasan Spiritual 11 Kamus Besar Bahasa Indonesia, s.v. Pembinaan. 12 Kamus Besar Bahasa Indonesia, s. v. rohani. 13 Kerohanian, diakses 20 April 2016, https://id.wikipedia.org/wiki/kerohanian. 14 Kamus Besar Bahasa Indonesia, s. v. Berkembang.
Kecerdasan Spiritual adalah kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai positif. 15 15 Kecerdasan Spiritual, diakses 15 Februari 2016, di http://id.wikipedia.org/wiki/kecerdasan_spiritual.