OTORITAS JASA KEUANGAN DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN. Pertemuan 4

dokumen-dokumen yang mirip
7. ASPEK HUKUM LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN ANDRI HELMI M, SE., MM.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ekonomi Kelas X BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Sentral Tujuan Pembelajaran

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sosialisasi UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. SAMARINDA, 2 juli 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi.

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga yang didirikan berdasarkan Undang-

BAB IV. Akibat hukum adalah akibat dari melakukan suatu tindakan untuk. memperoleh suatu akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan atau telah

BAB II OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) REGIONAL 5 SUMATERA BAGIAN UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

Peran Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Pengawasan Lembaga Keuangan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun

PENGALIHAN FUNGSI PENGAWASAN LEMBAGA PERBANKAN DARI BANK INDONESIA KE OTORITAS JASA KEUANGAN ABSTRACT

PENANGANAN BANK GAGAL BERDAMPAK SISTEMIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2011 tentang OJK. Pembentukan lembaga

BAB III PELAKSANAAN PENJAMINAN OLEH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SESUAI DENGAN UU RI NOMOR 7 TAHUN 2009

I. PENDAHULUAN. yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah yaitu kebijakan

PENJAMIN SIMPANAN DITINJAU DARI ASPEK HUKUM BISNIS. DR. H. M. Kamal Hijdaz, SH, MH Dosen pada Fakultas Hukum UMI Dan STIE YPUP

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 25/PUU-XII/2014 Tugas Pengaturan Dan Pengawasan Di Sektor Perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PUNGUTAN OJK TERHADAP BPJS

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN MAKALAH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

Peran Lembaga Penjamin Simpanan Terhadap Klaim Dana Nasabah Bank Likuidasi

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 25/PUU-XII/2014 Tugas Pengaturan Dan Pengawasan Di Sektor Perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /POJK.03/2017 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lahirnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai Pengatur dan Pengawas Sektor Jasa Keuangan di Indonesia

RANCANGAN POJK PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I. KETENTUAN UMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 2 - Hal ini dirasakan sangatlah terbatas dan belum mencakup fungsi the Lender of the Last Resort yang dapat digunakan dalam kondisi darurat atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nomor 7 Tahun 2009 (UU LPS) dan mulai beroperasi secara penuh sejak tanggal

Mengenal Otoritas Jasa Keuangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II PENGAWASAN KEGIATAN PERBANKAN KONVENSIONAL. A. Bentuk Kegiatan Perbankan Konvensional Menurut Undang-undang

TINJAUAN HUKUM TENTANG PENGAWASAN BANK DAN PERLINDUNGAN NASABAH OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN CHAIRIL SUSANTO / D

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LIKUIDASI BANK DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN. Pengertian Likuidasi Bank menurut Pasal 1 angka 13 Peraturan Lembaga

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN

RANCANGAN POJK BANK PERANTARA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Perlindungan hukum atas dana nasabah pada bank melalui lembaga penjamin simpanan

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 3/PLPS/2005 TENTANG PENYELESAIAN BANK GAGAL YANG TIDAK BERDAMPAK SISTEMIK

SEJARAH BANK INDONESIA : PERBANKAN Periode

Harapan Industri Perbankan Terhadap Undang Undang Jaring Pengaman Sistem Keuangan. Ketua Umum Sigit Pramono

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sektor hukum, ekonomi, politik, sosial, budaya, dan sebagainya. Sektor yang

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

BAB II KEDUDUKAN OTORITAS JASA KEUANGAN SEBAGAI PENGAWAS PERBANKAN DI INDONESIA. A. Sejarah Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan

I. PENDAHULUAN. nasional dan stabilitas industri perbankan yang mempengaruhi stabilitas

SEPUTAR FASILITAS PEMBIAYAAN DARURAT (FPD)

BAB I PENDAHULUAN. pada pertengahan tahun 1997, banyak kejadian-kejadian penting yang

INDEPENDENSI OJK TERUSIK? Oleh: Wiwin Sri Rahyani *

BAB II STANDAR PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN DIREKSI DI INDUSTRI KEUANGAN BANK. A. Pengaturan dan Pengawasan Bank oleh Otoritas Jasa Keuangan

BAB II STANDAR PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN DIREKSI DI INDUSTRI KEUANGAN BANK. A. Pengaturan dan Pengawasan Bank oleh Otoritas Jasa Keuangan

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN BANK & LEMBAGA KEUANGAN 1. Berbeda dengan Undang undang Nomor 13 Tahun 1968 tentang Bank

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 45 /POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA DALAM PEMBERIAN REMUNERASI BAGI BANK UMUM

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan berfungsi sebagai financial intermediary atau perantara

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DI INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

2017, No Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867); 3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jas

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DAN BANK INDONESIA DALAM FUNGSI MENGATUR DAN MENGAWASI BANK

SIARAN PERS OJK TERBITKAN TIGA PERATURAN TINDAK LANJUT UU PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017

Pelaksanaan Fungsi Bank Indonesia Sebagai Lender Of The Last Resort Dalam Stabilitas Sistem Keuangan Oleh: Muhammad Yusuf Sihite *

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara, peranan bank sangatlah penting. Pembangunan ekonomi di suatu

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

2017, No menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal; Mengingat : 1. Undang-Undan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam agenda pembangunan nasional Tahun , secara politis dikatakan

PERAN LPS DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN

BAB II PENGATURAN DAN PENGAWASAN PASAR MODAL SETELAH PERALIHAN BAPEPAM KEPADA OTORITAS JASA KEUANGAN. menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat.

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 T

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang melambat, akan tetapi kualitas pertumbuhan ekonomi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG BANK INDONESIA

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 T

a. Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah wajib menjalankan fungsi menghimpun dan

Transkripsi:

OTORITAS JASA KEUANGAN DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN Pertemuan 4

OJK dan Financial Stability

Outline Presentasi I. Introduksi: 1. Latar Belakang Pendirian OJK 2. Pengawasan terpisah vs pengawasan di bawah bank sentral 3. Perbankan pra vs paska krisis II. Tugas pokok dan fungsi OJK III. Tantangan kedepan 3

Latar Belakang Pendirian OJK 1. Rationale pendirian OJK (dulu Lembaga Pengawas Jasa Keuangan LPJK vide UU BI 23/99): Sebelumnya (pre crisis 1997-1998) pengawasan bank oleh Bank Indonesia dipandang gagal; Keingingan untuk integrasi pengawasan sektor keuangan dalam satu atap karena meningkatnya financial conglomeration di Indonesia 2. Keinginan untuk memurnikan fungsi kebanksentralan: BI murni sebagai penjaga stabilitas moneter. Dulu, fungsi pengawasan bank dan moneter yang bersatu di bawah bank sentral dianggap conflicting 3. Amanat UU BI dipandang Pemerintah sulit untuk diamandemen, khususnya terkait pasal pengalihan fungsi pengawasan bank dari BI ke OJK; 4

18.2 Pengawasan terpisah vs dibawah bank sentral Pengawas Perbankan Dunia (%) - 2011 Pengawas Perbankan Asia 2012 8% 88.8 OJK 92% OJK Pengawasan bank lebih banyak di bawah kewenangan bank sentral Argumen/rationale: Bank sebagai transmisi kebijakan moneter dan peran bank sentral sebagai lender of last resort dan penyedia liquidity backstop Peran bank dalam sistem pembayaran dan setelmen Peran bank sentral sebagai penjaga stabilitas sistem keuangan/macro-prudential regulator 5

Perbankan: pra vs pasca krisis Key Indicators 1998 2011 CAR 4.6% 17.1% Non Performing Loans 46.2% 2.7% ROA NA 3.1% Perbankan sudah jauh lebih baik dari sisi keuangan dan tata kelola Sistem keuangan lebih stabil Indonesia terinsulasi dari krisis global Insiden krisis perbankan: praktis tidak ada Mengarah kepada penguatan rejim customer protection Peningkatan kepatuhan terhadap standar internasional (FSAP, adopsi Basel II dan III) Keanggotaan langsung Indonesia di standard setter (FSB, BCBS) 6

Outline Presentasi I. Introduksi: 1. Latar Belakang Pendirian OJK 2. Pengawasan terpisah vs pengawasan di bawah bank sentral 3. Perbankan pra vs paska krisis II. Tugas pokok dan fungsi OJK III. Tantangan kedepan 7

I. Cakupan Tugas Pengaturan dan Pengawasan OJK OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor : a. Perbankan; b. Pasar Modal; dan c. Sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya. 8

II. Pengaturan dan Pengawasan di Sektor Perbankan Untuk melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor Perbankan, OJK mempunyai wewenang: a. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi, antara lain: 1. Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan 2. Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa; b. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi: 1. Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, dan permodalan; 2. Laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank; 3. Sistem informasi debitur; 4. Pengujian kredit (credit testing); dan 5. Standar akuntansi bank. 9

II. Pengaturan dan Pengawasan di Sektor Perbankan (cont d) c. Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank, meliputi: 1. Manajemen risiko 2. Tata kelola bank; 3. Prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang; dan 4. Pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan. d. Pemeriksaan bank 10

III. Wewenang terkait dengan Tugas Pengaturan Untuk melaksanakan tugas pengaturan, OJK mempunyai wewenang menetapkan: a. Peraturan pelaksanaaan Undang-undang OJK; b. Peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; c. Peraturan dan keputusan OJK; d. Peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan; e. Kebijakan mengenai Pelaksanaan tugas OJK; f. Peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu; g. Peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada Lembaga Jasa Keuangan; h. Struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan i. Peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan. 11

IV. Wewenang terkait dengan Tugas Pengawasan Untuk melaksanakan tugas pengawasan, OJK mempunyai wewenang: a. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan; b. Mengawasi pelaksaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif; c. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan; d. Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak tertentu; e. Melakukan penunjukan pengelola statuter; f. Menetapkan penggunaan pengelola statuter; g. Menetapkan sanksi administratif terhadap bank yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; dan h. Memberikan dan/atau mencabut izin usaha maupun penetapan lainnya 12

IV. Koordinasi dan Kerjasama 1. Dalam melaksanakan tugasnya, OJK berkoordinasi dengan Bank Indonesia dalam membuat peraturan pengawasan di bidang Perbankan, antara lain: a. Kewajiban pemenuhan modal minimum bank; b. Sistem informasi perbankan yang terpadu; c. Kebijakan penerimaan dana dari luar negeri, penerimaan dana valuta asing, dan pinjaman komersial luar negeri; d. Produk perbankan, transaksi derivatif, kegiatan usaha bank lainnya; e. Penentuan institusi bank yang masuk kategori systemically important banks; dan f. Data lain yang dikecualikan dari ketentuan tentang kerahasiaan informasi. 2. OJK, Bank Indonesia, dan Lembaga Penjamin Simpanan wajib membangun dan memelihara sarana pertukaran informasi secara terintegrasi. 13

V. Protokol Koordinasi 1. Untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, dibentuk Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dengan anggota terdiri atas: a. Menteri Keuangan selaku anggota merangkap koordinator; b. Gubernur Bank Indonesia selaku anggota; c. Ketua Dewan Komisioner OJK selaku anggota; dan d. Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan selaku anggota. 2. Pengambilan keputusan dalam rapat Forum KSSK berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Dalam hal musyawarah untuk mufakat tidak tercapai maka pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak. 3. Dalam kondisi normal, Forum KSSK: a. wajib melakukan pemantauan dan evaluasi stabilitas sistem keuangan; b. Melakukan rapat paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan; c. Membuat rekomendasi kepada setiap anggota untuk melakukan tindakan dan/atau membuat kebijakan dalam rangka memelihara stabilitas sistem keuangan; dan d. Melakukan pertukaran informasi. 14

V. Protokol Koordinasi 4. Dalam kondisi tidak normal untuk pencegahan dan penanganan krisis, Menteri Keuangan, Gubernur BI, Ketua Dewan Komisioner OJK, dan/atau Ketua Dewan Komisioner LPS yang mengindikasikan adanya potensi krisis atau telah terjadi krisis pada sistem keuangan, masing-masing dapat mengajukan ke Forum KSSK untuk segera dilakukan rapat guna memutuskan langkah-langkah pencegahan atau penanganan krisis. 5. Forum KSSK menetapkan dan melaksanakan kebijakan yang diperlukan dalam rangka pencegahan dan penanganan krisis pada sistem keuangan sesuai dengan kewenangan masing-masing. 6. Kebijakan Forum KSSK yang terkait dengan keuangan negara wajib diajukan untuk mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. 7. Keputusan DPR wajib ditetapkan dalam waktu paling lama 24 jam sejak pengajuan persetujuan diterima oleh DPR. 15

Outline Presentasi I. Introduksi: 1. Latar Belakang Pendirian OJK 2. Pengawasan terpisah vs pengawasan di bawah bank sentral 3. Perbankan pra vs paska krisis II. Tugas pokok dan fungsi OJK III. Tantangan kedepan 16

Tantangan kedepan 1. Pemeliharaan stabilitas sistem keuangan: Macro-prudential regulations dan pencegahan risiko sistemik Koordinasi OJK, BI, dan Kementrian Keuangan perlu intensif dan cair untuk menghindari risiko sistemik Protokol Manajemen Krisis belum teruji 2. Masa transisi: Stabilitas sistem perbankan perlu dijamin; Learning curve OJK masih pada tahap awal 3. Independensi anggaran: Jangan sampai menimbulkan beban berlebihan pada nasabah Conflict of interest (customer-bank-ojk) Agency problem 4. Tata kelola Struktur tidak terkonsolidasi (3 sub otoritas) Koordinasi perlu berkeringat Fit and proper OJK harus memakai SDM terbaik 17

Tantangan kedepan 5. Penguatan sektor perbankan Rejim permodalan (Basel II dan Basel III) Pendalaman sektor keuangan, khususnya sektor perbankan Peningkatan daya saing (terutama menghadapi MEA) Peningkatan efisiensi 6. Peningkatan intermediasi: Peningkatan pembiayaan produktif dan UMKM 7. Penguatan tata kelola dan sumber daya bank: Fit and proper Budaya kerja yang lebih produktif Capacity building khususnya manajemen risiko 18

Pemeliharaan Stabilitas Sistem Keuangan Krisis global menyadarkan regulator global bahwa koordinasi pengawasan sektor jasa keuangan dan bank sentral mutlak. Batasan regulasi (regulatory perimeter) diperluas dengan tidak mengkotak-kotakan antara macro dan micro-prudential regulations Micro-prudential regulations Macro-prudential Regulations Perluasan perimeter regulasi: macro dan micro prudential policies ditujukan untuk mejaga SSK Pre-crisis Post-crisis Maintaining Sustainable Financial Stability Stabilitas sistem keuangan merupakan public goods yang perlu dijaga. Dengan adanya OJK, peran Bank Indonesia justru perlu diperkuat. 19

PENGERTIAN LPS Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah suatu lembaga independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah perbankan di Indonesia. Badan ini dibentuk berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 tentang Lembaga Penjamin Simpanan yang ditetapkan pada 22 September 2004. Undang-undang ini mulai berlaku efektif 12 bulan sejak diundangkan sehingga pendirian dan operasional LPS dimulai pada 22 September 2005. Setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Republik Indonesia wajib menjadi peserta penjaminan LPS.

LATAR BELAKANG Krisis moneter dan perbankan tahun 1998 dan likuidasinya 16 bank mengakibatkan menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat pada sistem perbankan. Pemerintah mengeluarkan kebijakan memberikan jaminan atas seluruh kewajiban pembayaran bank, termasuk simpanan masyarakat (blanket guarantee). Blanket guarantee dapat menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan. Ruang lingkup penjaminan yang terlalu luas sehingga perlu digantikan dengan sistem penjaminan yang terbatas yaitu LPS

Visi & Misi LPS Nilai-Nilai (LPS) Mewujudkan program penjaminan simpanan yang efektif. Berperan aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan nasional. Integritas. Profesionalisme. Independensi. Transparansi. Akuntabilitas.

FUNGSI LPS LPS berfungsi menjamin simpanan nasabah bank dan turut aktif dalam menjaga stabilitas sistem perbankan sesuai kewenangannya. Sejak tanggal 22 Maret 2007 dan seterusnya, nilai simpanan yang dijamin LPS maksimum sebesar Rp 100 juta per nasabah per bank, yang mencakup pokok dan bunga/bagi hasil yang telah menjadi hak nasabah. Bila nasabah bank memiliki simpanan lebih dari Rp 100 juta maka sisa simpanannya akan dibayarkan dari hasil likuidasi bank tersebut. Tujuan kebijakan publik penjaminan LPS tersebut adalah untuk melindungi simpanan nasabah kecil karena berdasarkan data distribusi simpanan per 31 Desember 2006, rekening bersaldo sama atau kurang dari Rp 100 juta mencakup lebih dari 98% rekening simpanan.

NILAI SIMPANAN YANG DIJAMIN Nilai simpanan yang dijamin untuk setiap nasabah pada setiap bank ditetapkan dengan pentahapan sebagai berikut: 1. Sejak 22 Maret 2006 sampai dengan 21 September 2006, maksimum sebesar Rp. 5 milyar. 2. Sejak 22 September 2006 sampai dengan 21 Maret 2007, maksimum sebesar Rp. 1 milyar dan, 3. Sejak 22 Maret 2007 dan seterusnya, maksimum sebesar Rp. 100 juta. Mr. Joe

TUGAS LPS 1. Merumuskan dan menetapkan pelaksanaan penjaminan simpanan. kebijakan 2. Melaksanakan penjaminan simpanan. 3. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara stabilitas sistem perbankan. 4. Merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan penyelesaian Bank Gagal yang tidak berdampak sistemik. 5. Melaksanakan penanganan Bank Gagal yang berdampak sistemik.

WEWENANG LPS Menetapkan dan memungut premi penjaminan. Menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama kali menjadi peserta. Melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS. Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan keuangan bank, dan laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak melanggar kerahasiaan bank. Melakukan rekonsiliasi, verifikasi, dan/atau konfirmasi atas data tersebut pada angka 4. Menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran klaim. Menunjuk, menguasakan, dan/atau menugaskan pihak lain untuk bertindak bagi kepentingan dan/atau atas nama LPS, guna melaksanakan sebagian tugas tertentu. Melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang penjaminan simpanan. Menjatuhkan sanksi administratif.

BENTUK DAN STATUS LPS LPS dibentuk oleh Pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. LPS adalah badan hukum berdasarkan Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. LPS merupakan lembaga yang independen, transparan, dan akuntabel dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. LPS bertanggung jawab kepada Presiden. LPS berkedudukan di Jakarta dan dapat mempunyai kantor perwakilan di wilayah negara Republik Indonesia.

SUSUNAN DEWAN KOMISIONER LPS