BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. classroom action research. Penelitian tindakan kelas ini guru dapat meneliti

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian. mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160).

Perencanaan. Siklus I. Pengamatan. Perencanaan. Siklus III. Pengamatan. Perencanaan. Pengamatan. Hasil Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yaitu sebuah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Pembangunan Cianjur (SMK-PP N Cianjur) mulai Januari-Februari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Experimental Design. Penelitian ini dilakiikan pada satu kelompok yaitu kelompok

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan prosedur atau cara yang ditempuh dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 3.1 Proses Analisis Multimedia dalam Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Negeri 2 Cilaku Cianjur Kecamatan Cilaku Kabupaten Cianjur. Jl.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode Pre-eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Experimental Design

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Subjek penelitian adalah siswa kelas X jurusan Agribinis Ternak Unggas di SMK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Terkait dengan keperluan penelitian yaitu untuk melihat peningkatan

BAB III METODE PENELITIAN. data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian terdiri dari dua kata,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi

BAB III METODE PENELITIAN. didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan penelitian. Berdasarkan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen

1. BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas, yaitu suatu bentuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian terbatas dilakukan di SMK Negeri 6 Garut, yang beralamat di Jl.

III. METODE PENELITIAN. ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS pada siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pre- experiment.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 6 Bandung yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta (Riung Bandung), Jawa Barat.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Peternakan Negeri Lembang Cikole

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen ini belu memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Metode yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Menurut

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Beberapa definisi operasional dalam menghindari berbagai penafsiran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS pada siswa

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pengembangan Multimedia Pembelajaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksperimen. Dalam penelitian ini, peneliti membagi subjek yang diteliti

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karaktersistik Subjek Penelitian. Lokasi penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SD 06 Bulungcangkring

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. perhitungan serta pengukuran terhadap variabel dan pengujian terhadap hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam. suatu penelitian, dimana langkah-langkah tersebut meliputi pengumpulan,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahfahaman dari judul yang dikemukakan, maka. diperlukan penjelasan tentang istilah berikut ini:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODE PENELITIAN

O X O Pretest Perlakuan Posttest

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Eksperimen adalah suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, maka metode yang digunakan yaitu

O 1 X O 2 Pre-test Treatment Post-test

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pada satu kelompok siswa (kelompok eksperimen) tanpa ada kelompok

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa inggris dinamakan Class Action Research. PTK merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki, dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. PTK merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru di lapangan. Singkatnya PTK merupakan penelitian praktis dan bersifat reflektif yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki praktik pembelajaran guna meningkatkan kualitas proses belajar di kelas. Penelitian tindakan kelas mempunyai banyak model. Peneliti dapat memilih salah satu model yang sesuai dengan yang dikehendaki. Dalam pemilihan model tidak ada pertimbangan baku, hanya saja, peneliti disarankan memilih salah satu model yang sesuai dengan kemampuan peneliti. Apabila peneliti telah familier dengan model Mckernan misalnya, akan lebih tepat apabila model itu dipilih. Akan tetapi, apabila peneliti menghendaki suasana lain atau mencari pengalaman lain, maka peneliti boleh saja memilih model yang lain. (Basrowi dan Suwandi, 2008: 65). Berdasarkan pada pendapat di atas, maka penulis akan menggunakan model yang diadopsi dari Hopkins. Dimana seperti model-model lain terdapat empat komponen penting dalam tiap siklusnya seperti rencana, tindakan, pengamatan, refleksi. Empat kegiatan ini berlangsung secara simultan yang urutannya dapat mengalami modifikasi. 38

39 Ke siklus berikutnya jika permasalahan belum terselesaikan SIKLUS 1 1. Rencana 1. Rencana SIKLUS 2 4. Refleksi 2. Tindakan 4. Refleksi 2. Tindakan 3. Observasi 3. Observasi Gambar 3.1. Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Sumber: Hopkins (Muliawan, R. 2009: 35) B. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, melakukan tindakan, observasi dan refleksi. Refleksi dalam tahap siklus dan akan berulang kembali pada siklus-siklus berikutnya. Aspek yang diamati dalam setiap siklusnya adalah kegiatan atau aktivitas siswa pada standar kompetensi pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin dengan penerapan pembelajaran experiential learning. Penelitian ini merupakan PTK, sehingga dalam penelitian ini peneliti melakukan kerja sama dengan guru mata pelajaran produktif standar kompetensi pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin untuk memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur paling efektif, sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang dengan revisi untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Peneliti selalu bekerja sama dengan guru mata pelajaran produktif standar kompetensi pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin, mulai dari dialog awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan atau pemantauan

40 (observasi), perenungan (refleksi) pada setiap tindakan yang dilakukan, serta evaluasi. Rancangan penelitian tindakan kelas disusun menggunakan prosedur sebagai berikut: 1. Dialog Awal Dialog awal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana akar permasalahan yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini meliputi hasil belajar siswa dalam mengajukan pertanyaan secara lisan di dalam kelas, nilai rata-rata ulangan harian kelas dan pengamatan kegiatan praktek. 2. Perencanaan (Planning) Keberhasilan suatu tindakan akan ditentukan dengan perencanaan yang matang, maka pada tahap ini dilakukan beberapa perencanaan, yaitu: a. Menetapkan jumlah siklus, yaitu tiga siklus. Materi pada setiap siklus adalah sub pokok bahasan standar kompetensi pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin, yaitu pengenalan komponen utama, cara pembongkaran, pemeriksaan dan pemasangannya. Dimana setiap siklusnya dilakukan satu kali tatap muka pembelajaran. b. Mengumpulkan informasi tentang hal yang berkaitan dengan hasil belajar siswa yang bermanfaat bagi pembelajaran pada penelitian dengan kesepakatan guru standar kompetensi pemeliharaan sistem bahan bakar bensin dan peneliti, proses pembelajaran akan dilaksanakan dengan model pembelajaran experiential learning. c. Membuat kesepakatan bersama guru produktif untuk standar

41 kompetensi pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin untuk menetapkan materi yang diajarkan. d. Merancang program pembelajaran, yang meliputi rencana pembelajaran seperti silabus, RPP dan soal-soal latihan. e. Sebelum pelaksanaan pembelajaran, peneliti dan guru berlatih bersama untuk menyamakan persepsi dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. f. Menetapkan cara observasi, yaitu dengan menggunakan format observasi yang telah disiapkan sebelumnya dimana observasi dilaksanakan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Format observasi yang digunakan berupa: 1) Lembar observasi aktivitas guru digunakan untuk melihat kegiatan guru selama proses belajar mengajar; 2) Lembar observasi aktivitas siswa digunakan sebagai alat observasi untuk melihat kegiatan siswa padap roses belajar mengajar; 3) Lembar observasi catatan lapangan digunakan untuk mendeskripsikan dan mencatat temuan penting aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. g. Menetapkan cara pelaksanaan refleksi, dengan cara mendiskusikan hasil pelaksanaan tindakan dengan obsever setelah selesai pelaksanaan tindakan dan observasi untuk setiap siklusnya.

42 3. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action) Kegiatan yang menjadi pusat perhatian dalam PTK adalah tindakan yang dilakukan untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Arikunto (2002: 18) mengatakan bahwa tahap kedua dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenai tindakan di kelas. Pelaksanaan siklus kesatu merupakan permulaan dari pembelajaran experiential learning. Adapun tahap-tahap pelaksanaan tindakan di kelas adalah sebagai berikut: a. Pembukaan, yang terdiri dari pengabsenan, pengecekan peralatan tulis, mengingatkan materi yang akan dibahas. b. Penyajian materi. Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai guru pelaku. Materi yang akan disampaikan pada setiap siklus sesuai dengan yang telah direncanakan. c. Proses kegiatan praktek laksanakan secara individu berdasarkan job sheet. Dalam kegiatan ini guru memberikan job sheet cara pembongkaran, pemeriksaan, dan pemasangan komponen sistem bahan bakar bensin yang harus dikerjakan oleh siswa secara personal di workshop. Siswa dituntut mampu berkerja secara individu sesuai dengan SOP dan mampu memahami fungsi dan prosedur pembongkaran komponen-komponen sistem bahan bakar bensin. Posisi guru dalam kegiatan ini hanya sebagai fasilitator dan tidak turut campur terlalu jauh. Keaktifan dan keseriusan sangat menentukan keberhasilan proses belajar

43 mengajar. Kegiatan pembelajaran dipantau oleh para observer yang akan mencatat setiap kejadian di workshop pada lembar observasi. d. Setelah proses pembelajaran selesai, guru memberikan post test yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana daya serap siswa setiap sub pokok bahasan pada setiap siklusnya. e. Tahap penghargaan hasil belajar. Nilai post test tiap siswa dalam masingmasing akan dibandingkan. Siswa yang memperoleh nilai paling tinggi berhak mendapat penghargaan. Jenis penghargaan yang diberikan itu tergantung kebijaksanaan dari guru pengajar. 4. Tahap Pelaksanaan Pengamatan (Observe) Langkah ketiga dalam prosedur PTK adalah melakukan pengamatan. Halhal yang diamati adalah aktivitas siswa, aktivitas guru, dan proses pembelajaran. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan dilaksanakanya tindakan. Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh beberapa observer yang akan mengamati jalannya proses belajar mengajar dari siklus kesatu sampai siklus ketiga. Melalui tahap ini, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi atau penilaian yang telah tersusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu, serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes) atau data yang menggambarkan keaktifan siswa. Berdasarkan data yang terkumpul tersebut kemudian dilakukan analisis dan refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan.

44 5. Refleksi Refleksi merupakan kegiatan evaluasi, analisis, sintesis, interpretasi dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari penelitian tindakan. Sukaryana (Harianja, S. 2009: 63) menyatakan bahwa:...refleksi adalah melakukan evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan tindakan. Refleksi dilakukan setelah tindakan selesai. Lembar observasi merupakan instrumen untuk mengumpulkan data dari hasil tindakan pada setiap siklus, yang akan menjadi bahan refleksi selain data observasi langsung yang dilihat di kelas. Pelaksanaannya dilakukan oleh peneliti bersama dengan observer dan guru mata pelajaran produktif standar kompetensi pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin. Secara rinci dijelaskan sebagai berikut: a. Melakukan tahap pembinaan keakraban antar siswa dan guru dengan siswa. Mengatur jadwal rencana pelaksanaan praktek siswa. b. Pengembangan perangkat pembelajaran yang terdiri atas: rencana pelaksanaan pembelajaran pokok bahasan. c. Membuat lembar observasi. Secara umum observasi dilakukan sebagai upaya merekam setiap peristiwa dan kegiatan yang dilakukan selama tindakan berlangsung. Adapun hal-hal yang dapat diteliti dengan teknik ini diantaranya aktivitas siswa, aktivitas guru, dan catatan lapangan. Keuntungan yang dapat diperoleh melalui teknik observasi adalah dapat memperoleh data mengenai pengalaman belajar pada saat itu juga secara otentik dan mendalam. Lembar observasi digunakan untuk

45 mengumpulkan data mengenai kegiatan siswa dan guru, selama pembelajaran pokok bahasan sistem bahan bakar bensin dengan pembelajaran experiential learning. d. Adanya job sheet untuk setiap pokok bahasan. Job sheet ini nanti akan dijadikan pedoman dalam melaksanakan praktek. e. Alat evaluasi berupa: soal evaluasi post test individu pokok bahasan pemeliharaan komponen sistem bahan bakar bensin dalam setiap siklusnya. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada setiap siklus sebagai berikut: a. Pada siklus kesatu akan diajarkan sub pokok bahasan pengenalan komponen utama sistem bahan bakar bensin yang meliputi tangki, saringan dan pompa bahan bakar berdasarkan tuntutan kerja. Indikatorindikator yang diukur adalah: 1) Siswa mengetahui dan memahami fungsi: a) Sistem bahan bakar; b) Tangki bahan bakar c) Saluran bahan bakar; d) Saringan bahan bakar; e) Pompa bahan bakar; f) Karburator; 2) Siswa dapat melakukan pemariksaan saringan bahan bakar, selang, dan pompa bahan bakar;

46 3) Siswa dapat membongkar, memeriksa dan memasang selang, saringan, dan pompa bahan bakar. b. Pada siklus kedua sub pokok bahasan yang akan diajarkan adalah pengenalan dan pembongkaran komponen karburator, yaitu karburator. Indikator-indikator yang akan diukur adalah: 1) Siswa memahami prinsip kerja karburator; 2) Siswa memahami fungsi komponen-komponen karburator; 3) Siswa memahami cara kerja komponen-komponen karburator; 4) Siswa dapat melakukan pembongkaran karburator dan komponenkomponennya; 5) Siswa dapat mebersihkan, identifikasi dan memasang komponenkomponen karburator. c. Pada siklus ketiga sub pokok bahasan yang akan diajarkan adalah pemeriksaan, penyetelan dan perakitan komponen sistem bahan bakar bensin, yaitu karburator dan komponen-komponennya. Indikatorindikator yang akan diukur adalah: 1) Siswa memahami cara membongkar, memeriksa, menyetel dan merakit komponen-komponen karburator; 2) Siswa dapat membongkar, memeriksa dan memasang setiap komponen karburator; 3) Siswa dapat menyetel karburator dan komponen-komponennya.

47 C. Paradigma Penelitian Untuk memperjelas langkah penelitian serta alur berpikir seorang penulis, maka diperlukan adanya paradigma penelitian kemudian dijabarkan dalam penjabaran penelitian. Maksud dari paradigma penelitian menurut Arikunto, S (Muliawan, R. 2009: 43) adalah: Paradigma atau model, atau pola pikir yang dapat menjabarkan berbagai variabel dengan variabel lainnya sehingga akan mudah untuk dirumuskan permasalahan dalam melakukan penelitian, pemilihan teori yang relevan, rumusan hipotesis yang diajukan, metode/strategi penelitian, instrumen penelitian, teknik analisa yang akan digunakan serta kesimpulan yang diharapkan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar adalah penggunaan strategi pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran tipe experiential learning merupakan salah satu srategi yang dapat diterapkan dalam standar kompetensi pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin karena dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan keaktifan siswa. Semakin banyak interaksi yang terjalin oleh siswa dalam berpikir dan menjawab berarti tingkat pengetahuan dan keaktifan siswa juga lebih tinggi, berpikir dan menjawab dengan aktif diharapkan hasil belajar yang dicapai akan lebih meningkat.

48 Paradigma dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Pre test Post test SISWA TEKNIK OTOMOTIF KELAS XI MO 1 SMKN 9 GARUT TAHUN AJARAN 2010/2011 Model Pembelajaran Experiential Learning Hasil belajar (Kognitif, Afektif dan Psikomotor) Penyebab Masalah: 1. Metode pembelajaran bersifat teacher center (Berpusat pada guru). 2. Metode pembelajaran yang digunakan bersifat konvensional. 3. Siswa kurang motivasi dalam belajar. 4. Siswa kurang berani dalam menyalurkan ide-idenya. Gambar 3.2. Bagan Paradigma Penelitian D. Lokasi dan Objek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat dimana dilaksanakan penelitian. Adapun Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMKN 9 Garut, yang beralamat di Jalan Raya Bayongbong Garut Km. 7 (Panembong Bayongbong Garut). Sekolah ini termasuk katagori kelompok SMK teknologi dan industri. SMKN 9 Garut memiliki 26 kelas yaitu kelas X sebanyak 10 kelas, kelas XI sebanyak 8

49 kelas dan kelas XII sebanyak 8 kelas yang terdiri dari beberapa jurusan. Lingkungan fisik sekolah belum tertata dengan cukup baik kerena masih dalam proses pembangunan lebih lanjut, namun pengaturan dan pemeliharaan ruang kelas, ruang guru, perpustakaan, halaman sekolah dan ruang lainnya sudah lumayan baik. SMKN 9 Garut masuk ke dalam dari jalan raya Garut-Bayongbong, yaitu di tengah sawah sehingga suasana belajar terasa cukup tenang. 2. Objek Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dimana hasil penelitiannya tidak bisa digeneralisasi. PTK tidak mengenal istilah populasi dan sampel, malainkan objek penelitian. Hal ini dikerenakan hasil penelitiannya hanya berlaku dalam lingkup kelas yang diteliti saja. Contoh, PTK di kelas A hasilnya bagus, tidak bisa disimpulkan apabila penelitian dengan model yang sama dilakukan di kelas B hasilnya akan sama. Menurut Undang, G (2008: 48) Objek penelitian PTK adalah mata pelajaran dan siswa yang kita bina. Objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MO 1 jurusan Mekanik Otomotif SMKN 9 Garut pada mata pelajaran produktif dengan standar kompetensi pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin. Jumlah total siswa kelas XI MO 1 adalah 30 orang dan semuanya lakilaki. Fokus utama penelitian ini terletak pada aspek peningkatan hasil belajar siswa pada standar kompetensi pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin di SMKN 9 Garut.

50 E. Data dan Sumber Data 1. Data Data penting sekali dalam mengungkap informasi untuk dijadikan solusi bagi permasalahan yang ada. Oleh karena itu, peneliti berusaha mengumpulkan data-data dari hasil observasi, wawancara, pre test dan post test yang dilakukan kepada siswa pada standar kompetensi pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin SMK Negeri 9 Garut. 2. Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berasal dari beberapa sumber, seperti dari guru mata pelajaran, teman sejawat, dan tentunya dari siswa yang akan dilihat peningkatan kemampuannya setelah dilakukan penerapan model pembelajaran experiential learning dalam proses pembelajaran pada standar kompetensi pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin. Sumber data tersebut diolah berdasarkan kebutuhan peneliti untuk melihat peningkatan-peningkatan hasil belajar, yaitu peningkatan dalam aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. F. Instrumen dan Teknik Pengumpul Data Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Karena pada prinsipnya meneliti melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi, instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2009: 102). Selanjutnya Sugiyono (2009: 224) berpendapat bahwa: Teknik Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

51 mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Berdasarkan pengertian di atas, maka dalam penelitian tindakan kelas ini instrumen dan teknik pengumpulan data yang akan dibuat adalah meliputi pre test, post test, observasi, dan dokumentasi. Berdasarkan data yang diproleh dari instrument penelitian inilah akan diketahui sejauh mana peningkatan hasil belajar pada setiap siklus PTK. 1. Wawancara Wawancara yang dilakukan oleh peneliti di sisni adalah wawancara yang sifatnya non formal seperti berbincang-bincang biasa. Hal-hal yang dibicarakan adalah penelusuran tentang masalah-masalah apa yang menjadi hambatan dan kesulitan guru mata pelajaran produktif standar kompetensi pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin. Wawancara ini masuk dalam observasi awal yang yang disebut wawancara pratindakan. 2. Lembar Test Lembar tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Penyusunan instrumen untuk tes ini berdasarkan indikator hasil belajar yang hendak dicapai pada siklus-siklus pembelajaran. Soal-soal tes terdiri dari pertanyaan-pertanyaan materi tentang sub kompetensi pengenalan komponenkomponen utama, prosedur pemeliharaan/servis komponen sistem bahan bakar bensin. Soal tes tersebut terdiri dari 6 s/d 8 soal dan berbeda antara siklus pertama dan siklus yang selanjutnya, hal itu dimaksudkan agar tes berlangsung lebih

52 objektif, selain itu tes dilakukan dua kali setiap siklusnya yaitu pre test dan post test. (Kisi-kisi dan soal pre test dan post test tiap siklus ada pada lampiran B.1 s/d B6 pada hal. 143 s/d 158) a. Pre Test Pre Test digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa sebelum pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran experiential learning. Hasil pre test akan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa yang nantinya digunakan sebagai acuan dalam kemampuan prakteknya. b. Post Test Post test digunakan untuk mengukur kemajuan dan membandingkan peningkatan hasil belajar siswa sesudah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran experiential learning pada standar kompetensi pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin dengan kompetensi dasar memelihara komponen sistem bahan bakar bensin. Soal-soal pada pre test sama dengan soal-soal yang ada pada post test. Tes ini akan menguji ranah kognitif siswa dengan tingkat hafalan, pemahaman, dan aplikasi, adapun tes yang digunakan untuk pre test dan post test merupakan soal yang sama, dimaksudkan supaya tidak ada pengaruh perbedaan kualitas instrumen terhadap perubahan pengetahuan dan pemahaman yang terjadi. Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu peneliti akan melakukan uji validitas tes, tingkat kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas instrumen, keterangan lebih jelas dapat dilihat di bawah ini:

53 1) Uji Validitas Tes Validitas item dari suatu tes merupakan ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sebagai suatu kesatuan) dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut. Untuk mengetahui validitas item dari suatu tes dapat menggunakan korelasi product momen yang dikemukakan oleh Person. Dalam penelitian, besarnya koofesien antara dua variabel dirumuskan: ( ) ( )( ) [ ] [ ] n xy x y r xy = (Sugiyono, 2009: 183) 2 2 2 2 ( n x ) ( x) ( n y ) ( y) Dimana: r xy : Koofesien korelasi antara varibel x dan y x : Skor tiap butir soal y : Skor total yang diperoleh oleh masing-masing siswa n : Skor total xy : Jumlah perkalian xy Ukuran kevaliditasan suatu butir soal dapat dilihat dari interpretasi besarnya koofesien korelasi adalah sebagai berikut: Tabel 3.1. Kriteria Validitas Interval Kooefisien Tingkat Hubungan 0,00 0,199 Sangat Rendah 0,20 0,399 Rendah 0,40 0,599 Sedang 0,60 0,799 Kuat 0,80 1,000 Sangat Kuat (Sugiyono, 2009: 184) 2) Uji Reliabilitas Tes Reliabilitas tes yang dimaksud berfungsi sebagai tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk

54 menghasilkan skor yang ajeg/konsisten (tidak berubah-ubah). Reliabilitas bentuk diuraikan menggunakan product momen dahulu, yaitu: ( ) ( )( ) [ ] [ ] n xy x y r xy = (Arikunto, 1993: 69) 2 2 2 2 ( n x ) ( x) ( n y ) ( y) Dimana: r xy : Koofesien korelasi antara varibel x dan y Kemudian untuk menghitung indeks reliabilitas menggunakan model belah dua (split-half method), yaitu: 2 r1/ 21/ 2 r ii = (Arikunto, 1993: 88) (1 + r ) 1/ 21/ 2 Untuk menginterpretasikan koofesien korelasi yang diperoleh, kita interpretasikan sebagai berikut: Tabel 3.2. Interpretasi Koofesien Korelasi Reliabilitas r xy Interpretasi 0,81 < r xy 1,00 Sangat tinggi 0,61 < r xy 0,80 Tinggi 0,41 < r xy 0,60 Cukup 0,21 < r xy 0,40 Rendah 0,00 < r xy 0,20 Sangat rendah (Arikunto, 1993: 71) 3) Daya Pembeda Tes Daya pembeda yang dimaksud adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda tiap item soal terlebih dahulu menentukan skor total siswa yang memperoleh skor tinggi ke rendah. Kemudian ambil beberapa sampel dari kelompok atas dan dari kelompok

55 bawah. Kemudian hitung daya pembeda dengan menggunakan rumus: D = Ba Bb (Arikunto, 1993: 216) Ja Jb Dimana: D = Indek daya pembeda item suatu soal tertentu; Ba = Jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang menjawab benar; Bb = Jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang menjawab benar; Ja = Banyaknya peserta kelompok atas; Jb = Banyaknya peserta kelompok bawah. Nilai daya pembeda (D) yang diperoleh, kemudian diinterpretasikan pada katagori sebagai berikut: Tabel 3.3. Interpretasi Daya Pembeda Instrumen Tes Daya Pembeda Kriteria <0,00 Sebaiknya soal dibuang 0,00-0,20 Jelek (poor) 0,21-0,40 Cukup (statis factory) 0,41-0,70 Baik (good) 0,71-1,00 Baik sekali (excellent) (Arikunto, 1993: 221) 4) Taraf Kesukaran Tes Arikunto (1993: 210) menyatakan bahwa bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Untuk menghitung taraf kesukaran digunakan rumus: B F = Js (Arikunto, 1993: 210) Dimana: F = Indeks Kesukaran;

56 B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar; Js = Jumlah seluruh siswa peserta tes. Untuk menginterpretasikan indeks kesukaran (F) tiap item soal tiap tahap dilakukan dengan interpretasi terhadap standar F sebagai berikut: Tabel 3.4. Kriteria Tingkat Kesukaran Tingkat Kesukaran Interpretasi 0,00 0,30 Sukar 0,31 0,70 Sedang 0,71 1,00 Mudah (Arikunto, 1993: 212) 3. Lembar Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang nampak pada objek penelitian (Sukmadinata, 2008: 220). Dalam penelitian ini, observasi merupakan upaya pengamatan dan dokumentasi hal-hal yang terjadi selama proses berlangsungnya tindakan. Untuk mendapatkan data-data keaktifan siswa selama proses kegiatan belajar-mengajar berlangsung. (Untuk lebih lengkapnya mengenai aspek-aspek yang diobservasi guru dan siswa dapat dilihat pada lembar observasi dilampiran D.1, D.2, D.3, dan D.4 pada hal. 172 s/d 179) 4. Dokumentasi Dokumentasi di sini merupakan cara untuk memperoleh data dari responden. Dalam teknik dokumentasi ini peneliti dimungkinkan untuk memperoleh informasi dari berbagai sumber tertulis atau dokumen. Dokumen yang didapat digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis perkembangan

57 kemampuan siswa sebelum dilakukan tindakan hingga tindakan selesai dilaksanakan. Dokumentasi dalam penelitian ini, peneliti menggunakan foto-foto. (Untuk lebih lengkapnya mengenai aspek-aspek yang didokumentasikan guru dan siswa dapat dilihat pada lampiran F.2 pada hal. 197 s/d 200) G. Teknik Analisis Data dan Interpretasi Data 1. Teknik Analisis Data Apabila pengumpulan data sudah dilakukan, data yang sudah terkumpul harus diolah dan dianalisis. Menganalisa data berarti memilah, mengelompokkan atau menggolongkan data menurut jenis, sifat atau bentuknya sehingga hasilnya dapat dibaca, dimengerti, dan dimaknai. Tegasnya analisis dapat membantu peneliti dalam menarik kesimpulan sehingga jawaban masalah penelitian dapat ditemukan. Prosesnya meliputi pengelompokkan hasil pengamatan dengan menghitung frekuensi, tanda cek, dan seterusnya. Data hasil observasi penelitian ini untuk kepentingan analisis digunakan teknik statistik deskriptif (prosentase, perhitungan rata-rata). Analisis data dalam penelitian ini, menggunakan analisis deskriptif. Data yang diambil adalah data kuantitatif dari hasil tes seta data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa dan antusias siswa. Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dari tes I, tes II, tes III dan data pengamatan dengan lembar penilaian dianalisis secara kuantitatif. Perbandingan antara nilai rata-rata kelas antara tes I, tes II dan tes III digunakan untuk mengetahui adanya peningkatan nilai dengan menggunakan analisis statistik sederhana. Jika nilai rata-rata kelas pada post test lebih besar dari pre test, maka ada peningkatan hasil belajar.

58 2. Interpretasi Data a. Keterlaksanaan Model Keterlaksanaan model dapat diinterpretasikan dari hasil observasi terhadap guru yang diisi oleh guru standar kompetensi pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin atau observer (untuk lembar observasi sudah terlampir pada lampiran), adapun interpretasinya disepakati secara bersamasama antara peneliti dan observer, adapun interpretasinya adalah sebagai berikut: Tabel 3.5. Interpretasi Skor Keterlaksanaan Model Pembelajaran Skor Interpretasi 1 Kurang 2 Sedang 3 Baik 4 Baik Sekali b. Hasil Belajar Siswa Pada Aspek kognitif Peningkatan kemampuan siswa pada aspek kognitif dapat dilihat setelah peneliti mendapatkan hasil dari tes yang dilakukan, berupa pre test dan post test, skor yang didapatkan tersebut kemudian diolah. Data-data tersebut kemudian diinterpretasikan kedalam indek prestasi (IP), adapun interpretasinya adalah sebagai berikut: Tabel 3.6. Interpretasi IP untuk Aspek Kognitif No Kategori Prestasi Kelas Interpretasi 1 00,00 30,00 Sangat rendah 2 31,00 54,00 Rendah 3 55,00 74,00 Sedang 4 75,00 89,00 Tinggi 5 90,00 100,0 Sangat tinggi Panggabean, LP (Harianja, S. 2009: 75)

59 c. Hasil Belajar Siswa Pada Aspek Psikomotor Peningkatan kemampuan siswa pada aspek psikomotor tiap siklus dapat diperoleh setelah hasil dari lembar observasi siswa aspek psikomotor diolah (lampiran) hasil tersebut kemudian diinterpretasikan ke dalam bentuk IP aspek psikomotor, sebagai berikut: Tabel 3.7. Kategori Tafsiran IP Untuk Aspek Psikomotor No Kategori Prestasi Kelas Interpretasi 1 00,00 30,00 Sangat Kurang Terampil 2 31,00 54,00 Kurang Terampil 3 55,00 74,00 Cukup Terampil 4 75,00 89,00 Terampil 5 90,00 100,0 Sangat Terampil Panggabean, LP (Harianja, S. 2009: 76) d. Hasil Belajar Pada Aspek Afektif Peningkatan kemampuan siswa pada aspek afektif dapat terlihat apabila data-data yang dihasilkan dari lembar observasi siswa pada aspek afektif sudah diperoleh. Sedangkan untuk hasil observasinya terdapat pada lampiran. lembar obsevasi ini kemudian di interpretasikan dalam bentuk IP aspek afektif, sebagai berikut: Tabel 3.8. Kategori Tafsiran IP Untuk Aspek Afektif No Kategori Prestasi Kelas Interpretasi 1 00,00 30,00 Sangat Negatif 2 31,00 54,00 Negatif 3 55,00 74,00 Netral 4 75,00 89,00 Positif 5 90,00 100,0 Sangat Positif Panggabean, LP (Muliawan, R. 2009: 55)

60 3. Gain Ternormalisasi (N-Gain) Menyatakan gain (peningkatan) dalam hasil proses pembelajaran tidaklah mudah, dengan menggunakan gain absolut (selisih antara skor pre test dan post test) dapat menjelaskan mana sebenarnya yang dikatakan gain tinggi dan mana yang dikatakan gain rendah. Misalnya, siswa yang memiliki gain 2 dari 4 ke 6 dan siswa yang memiliki gain 2 dari 6 ke 8 dari suatu soal dengan nilai maksimal 8. Gain absolut menyatakan bahwa kedua siswa memiliki gain yang sama. Secara logis seharusnya siswa kedua memiliki gain yang lebih tinggi dari siswa pertama. Hal ini karena usaha untuk meningkatkan dari 6 ke 8 (nilai maksimal) akan lebih berat daripada meningkatkan 4 ke 6. Menyikapi kondisi bahwa siswa yang memiliki gain absolut sama belum tentu memiliki gain hasil belajar yang sama. Hake (Muliawan, R. 2009: 55) mengembangkan sebuah alternatif untuk menjelaskan gain yang disebut gain ternormalisasi (normalize gain). Gain ternormalisasi (N-gain) diformulasikan dalam bentuk persamaan seperti dibawah ini: N Gain = Hake (Muliawan, R. 2009: 55) Kategori gain ternormalisasi disajikan pada tabel di bawah ini: Skor N-Gain Tabel 3.9. Kriteria Normalized Gain Kriteria Normalized Gain 0,70 <N-Gain Tinggi 0,30 <N-Gain< 0,70 Sedang N-Gain < 0,30 Hake (Muliawan, R. 2009: 56) Rendah