Pengembangan Instrumen Pengukuran Kompleksitas Soal Kontekstual Matematika

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI KEMAMPUAN PEMODELAN MATEMATIS BAGI MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MATERI BARISAN DAN DERET KELAS X SMK NEGERI 4 PADANG ABSTRACT

PEMODELAN MATEMATIKA MASALAH LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN PELESTARIAN LINGKUNGAN GABI SISWA SMP

ANALISIS KESALAHAN PENGOLAHAN MATEMATIKA DALAM MENYELESAIAKAN MASALAH LINGKARAN

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MAN 2 JEMBER YANG MEMILIKI GAYA BELAJAR VISUAL

ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING DI KELAS X IPA 1 SMA NEGERI 9 MALANG

PENALARAN MATEMATIS DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA PADA SISWA USIA 15 TAHUN DI SMA NEGERI 1 JEMBER

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

LITERASI MATEMATIS SISWA PADA KONTEN QUANTITY DI SMP NEGERI 02 PONTIANAK

PENGEMBANGAN PAKET SOAL MODEL PISA KONTEN CHANGE AND RELATIONSHIP UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DIKAJI DARI TEORI BRUNER DALAM MATERI TRIGONOMETRI DI SMA

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS ANIMASI FLASH TOPIK BAHASAN USAHA DAN ENERGI

ABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES LITERASI SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS XI MIA SMA/MA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING SETTING CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

PEMANFAATAN DIAGRAM DALAM PENYELESAIAN SOAL CERITA MATERI PECAHAN KELAS VII SMP NEGERI 6 PONTIANAK

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS REALISTIK PADA MATERI BARISAN DAN DERET DI KELAS X SMA TAMANSISWA PADANG

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASSESSMENT ISOMORPHIC DAN RUBRIKNYA PADA MATERI HUKUM II NEWTON BERBASIS MULTIREPRESENTASI

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS MASALAH UNTUK MATERI PROGRAM LINEAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMKN 6 PADANG ABSTRACT

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK

PENGEMBANGAN MODEL ASESMEN PROBLEM ISOMORFIK DENGAN ANALISIS BERBANTUAN KOMPUTER UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA PADA KONSEP KALOR

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS RME DENGAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

ANALYSIS OF STUDENT REASONING ABILITY BY FLAT SHAPE FOR PROBLEM SOLVING ABILITY ON MATERIAL PLANEON STUDENTS OF PGSD SLAMET RIYADI UNIVERSITY

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 12 JEMBER DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SPACE AND SHAPE

Keywords : Worksheet, Problem Solving, Circles. PENDAHULUAN

Oleh. Sri Thirteen Julian *), Rahmi **), Anna Cesaria **)

ARTIKEL ILMIAH OLEH: FITRIA DWITA A1C411031

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES KALKULUS LANJUT 2 BERBASIS PEMECAHAN MASALAH. Fitrianto Eko Subekti dan Reny Amalia Widiyanti

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GARIS SINGGUNG LINGKARAN BERDASARKAN ANALISIS NEWMAN PADA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KEC.

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS REALISTIK UNTUK MATERI PECAHAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V MIN KORONG GADANG KECAMATAN KURANJI.

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI SMP

PENGEMBANGAN MODUL MATERI HIMPUNAN BERBASIS KONTEKSTUAL UNTUK SISWA KELAS VII SMP/MTs ABSTRACT

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

Pengembangan Media Pembelajaran Termoelektrik Generator sebagai Sumber Energi

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DENGAN WAWANCARA KLINIS PADA PEMECAHAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL KELAS VIII SMP

BAB III METODE PENELITIAN

POTENSI NUMBER SENSE SISWA PADA PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN MATRIKS DI SMA

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN SISWA PADA MATERI SEGI EMPAT DI SMP

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI PENYAJIAN DATA STATISTIK UNTUK KELAS X SMA N 3 PADANG. Oleh

Pengembangan E-book Pembelajaran Menggunakan Flipbook Berbasis Web Pada Siswa Kelas X Jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ) Di SMK ADZKIA Padang

KELAYAKAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI EKOSISTEM UNTUK SISWA SMPN 1 KAYEN KIDUL

UJME 6 (3) (2017)

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2014, Volume 6, Nomor 2

DISPOSISI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH BERBENTUK OPEN START DI SMP NEGERI 10 PONTIANAK

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PEMODELAN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA POKOK BAHASAN BESARAN DAN SATUAN DI SMA

Oleh ABSTRACT PENDAHULUAN

Mustafa Ramadhan 1, Sunardi 2, Dian Kurniati 3

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATEMATIKA BERBASIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PADA MATERI STATISTIKA

Yaumil Sitta Achir, Budi Usodo, Rubono Setiawan* Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS, Surakarta

PRAKTIKALITAS PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS KONSTRUKTIVISME PADA MATERI MATRIKS UNTUK KELAS XI SMAN 3 PADANG ARTIKEL E-JURNAL

KARAKTERISTIK ANTISIPASI ANALITIK SISWA SMA DALAM MEMECAHKAN SOAL INTEGRAL

Abstract. Keyword : Learning media, Macromedia Flash, 3D Studio Max

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol 5,. No 3, , September, 2016

Premiere Educandum Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran

PENERAPAN STRATEGI REACT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 1 BATANG ANAI

DESKRIPSI TRAJEKTORI BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH LITERASI MATEMATIKA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS KARAKTER DENGAN COOPERATIVE LEARNING

PENGEMBANGAN STUDENT S WORKSHEET DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI PELUANG UNTUK SISWA SMP KELAS IX BILINGUAL. Abstrak

Erdita Rahayu Permanasari Adi Dewanto, M.Kom ABSTRAK

Pembelajaran Konsep Limit Fungsi dengan Strategi Elaborasi Bagi Mahasiswa Matematika FKIP UM Mataram

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PENGEMBANGAN BUKU FISIKA MULTI REPRESENTASI PADA MATERI GELOMBANG DENGAN PENDEKATAN BERBASIS MASALAH

KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TURUNAN FUNGSI TRIGONOMETRI

Karina Siti Putrianingsih et al., Analisis Keterampilan Metakognisi Siswa... Karina Siti Putrianingsih, Hobri, Toto' Bara Setiawan

PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF THINK PAIR SHARE

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBANTUAN WEB DENGAN PENDEKATAN ETNOMATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR

Profil Pemecahan Masalah Matematika Siswa Ditinjau dari Gaya Kognitif Reflektif dan Impulsif

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA GAYA KOGNITIF REFLEKTIF-IMPULSIF DALAM MENYELESAIKAN MASALAH OPEN-ENDED

KEMAMPUAN KONEKSI SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN ANALOGI MATEMATIS DALAM MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR

PENCAPAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN GENERATIF

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI PENELITIAN DESAIN

PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN DEDUKTIF MAHASISWA PADA MATERI RUANG VEKTOR

THE DEVELOPMENT OF NON-EXPERIMENTAL STUDENT WORKSHEET IN NEWTONIAN GRAVITY

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PENDAMPING IPA UNTUK SMP KELAS VII SEMESTER 2 BERDASARKAN KURIKULUM 2013 NASKAH PUBLIKASI

PENGEMBANGAN MEDIA BOOKLET BERMUATAN IDEAL PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS PADA SISWA SMP

PENGGUNAAN SOFTWARE CABRI PADA PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI DIMENSI TIGA KELAS X SMA

PENGEMBANGAN HANDOUT GUIDED PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL FISIKA BERBENTUK URAIAN

TANGGAPAN SISWA KELAS IV TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SDN 1 KARANGREJO TAHUN 2017

VALIDITAS MODUL MATEMATIKA KELAS X SMA DENGAN MENERAPKAN VARIASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn :

PENGEMBANGAN MEDIA BIYAS MATA PELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR

Keywords: Mathematical communication, emotional intelligence, quadrilaterals.

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

ABSTRACT. Keywords: Group Counseling Services, Learning Mathematics Motivation

Jurnal Pendidikan Berkarakter ISSN FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 April 2018, Hal

Profesionalisme Guru/ Dosen Sains PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH KALKULUS II

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI PECAHAN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUKMENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIK DAN SELF EFFICACY

Keywords : The Level of Student's Performance, Critical Thinking, and Performance Task

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X-IPA 3 MAN 2 JEMBER BERDASARKAN GENDER

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS ASSESSMENT FOR LEARNING (AFL) TEMAN SEJAWAT UNTUK KEMAMPUAN MATEMATIS SISWA SMP

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BIOLOGI PADA MATERI JARINGAN TUMBUHAN UNTUK SMA. Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

Transkripsi:

Phenomenon, 2017, Vol. 07 (No. 2), pp. 99-109 JURNAL PHENOMENON http://phenomenon@walisongo.ac.id Pengembangan Instrumen Pengukuran Kompleksitas Soal Kontekstual Matematika Chatarina Citra Susilowati 1, Veronica Yeshinta Komalasari 2 1,2 Mahasiswa S1 Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sanata Dharma Abstract Contextual complexity of mathematical problems that exist in Indonesia until this time does not have current measuring instruments. Contextual problem should be measured to be correct in its use, such as the achievement of competence and estimated time to work. This research aims to develop measuring instrument contextual complexity of mathematical problems. The method which being used is research design and development. The research subjects are 8 th prospective math teachers of seventh semester and seven X graders. The instruments has been validated by experts to obtain feedback in perfecting. The trial begins by asking a few prospective math teacher of seventh semester to fill contextual complexity instrument of mathematical problems, then ask the seven X graders to solve the given problems. From the results test in the use of the instrument on the subject, the research results that the instrument can be properly used and give good measurement on the modeling mathematical ability for mathematics education students. The results show that it has successfully designed and arranged contextual complexity instrument of mathematical problems. Keywords: Instrument Development; Question s Complexity; Contextual Abstrak Kompleksitas soal-soal kontekstual matematika yang ada di Indonesia sampai saat ini belum ada instrumen pengukurannya. Soal-soal kontekstual perlu dilakukan pengukuran supaya tepat dalam penggunaannya, seperti ketercapaian kompetensi dan memperkirakan waktu untuk mengerjakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen pengukuran kompleksitas soal kontekstual matematika. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian perancangan dan pengembangan. Subjek penelitian adalah beberapa mahasiswa calon guru matematika semester tujuh dan tujuh siswa kelas X. Instrumen telah divalidasi oleh pakar untuk memperoleh umpan balik dalam penyempurnaannya. Ujicoba diawali dengan meminta 8 mahasiswa calon guru matematika semester tujuh mengisi instrumen pengukuran kompleksitas soal kontekstual matematika, kemudian meminta ketujuh siswa kelas X mengerjakan soal yang diberikan. Dari hasil ujicoba penggunaan instrumen terhadap subjek penelitian diperoleh hasil bahwa instrumen dapat digunakan dengan baik dan dapat memberikan pengukuran yang baik akan kemampuan pemodelan matematis mahasiswa pendidikan matematika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah berhasil dirancang dan disusun instrumen pengukuran kompleksitas masalah kontekstual matematika. Kata-kata kunci: Pengembangan Instrumen; Kompleksitas Soal; Kontekstual. Universitas Sanata Dharma 2017 Universitas Islam Negeri Walisongo 99 Email: Chatarinacitra05@gmail.com ISSN: 2088-7868, e-issn 2502 5708

PENDAHULUAN Penerapan dan memodelkan masalah matematika melibatkan konteks masalah, contoh, dan tafsiran dalam proses mencari solusi. Berdasarkan artikel rujukan yang berjudul Towards Constructing a Measure of the Complexity of Application Tasks dikembangkanlah instrumen pengukuran kompleksitas soal kontekstual matematika. Kompleksitas soal-soal kontekstual matematika yang ada di Indonesia sampai saat ini belum ada instrumen pengukurannya. Kompleksitas sebuah soal kontekstual perlu dilakukan pengukuran agar dapat lebih tepat dalam penggunaannya, seperti waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan soal tersebut dan ketercapaian kompetensi. Penelitian dilakukan di suatu SMA yang berada di Yogyakarta. Masalah penelitian adalah bagaimanakah pengembangan instrumen pengukuran kompleksitas suatu soal kontekstual matematika dan instrumen yang seperti apakah yang dapat mengukur kompleksitas suatu soal kontekstual matematika. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengembangan instrumen pengukuran kompleksitas suatu soal kontekstual matematika dan menemukan instrumen yang dapat mengukur kompleksitas suatu soal kontekstual matematika. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di suatu SMA yang berada di Yogyakarta. Subjek penelitian adalah tujuh siswa SMA kelas X dan beberapa mahasiswa calon guru matematika semester tujuh. Jenis penelitian yang digunakan adalah yaitu penelitian penemuan dan pengembangan. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada tanggal 15 Oktober 2016. Menurut Sugiyono (2011:407) mengatakan bahwa metode penemuan dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Tahap-tahap penemuan dan pengembangan telah dimodifikasi oleh Sukmadinata dkk sehingga terdiri atas tiga tahap yaitu 1) studi pendahuluan, 2) pengembangan model, dan 3) uji model. Studi pendahuluan meliputi tiga tahap yaitu 1) studi kepustakaan untuk mempelajari konsep-konsep atau teori-teori yang berkenaan dengan pengembangan instrumen pengukuran kompleksitas soal kontekstual, 2) survei lapangan, 3) penyusunan poduk awal atau draf model yang berupa soal-soal kontekstual dan instrumen untuk mengukur kompleksitas soal kontekstual. 100

Pengembangan model diawali dengan meminta pakar untuk melakukan revisi dan memberikan masukan terhadap soal-soal kontekstual yang akan diberikan kepada siswa SMA kelas X dan instrumen untuk mengukur kompleksitas soal kontekstual. Berdasarkan masukan yang diberikan oleh pakar maka instrumen direvisi oleh peneliti dan instrumen yang sudah disempurnakan akan digandakan sesuai dengan kebutuhan. Uji model dilakukan pada skala terbatas dan pada skala luas. Ujicoba skala terbatas melibatkan dua orang mahasiswa calon guru matematika semester tujuh yang diminta untuk mengerjakan soal-soal kontekstual. Hasil ujicoba skala terbatas kemudian direvisi untuk mendapatkan instrumen yang lebih valid yang kemudian diujicobakan pada tujuh siswa SMA kelas X. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dimulai dengan memberikan soal yang akan diujicobakan pada siswa SMA kelas X dan instrumen yang sudah divalidasi oleh pakar diberikan kepada beberapa mahasiswa calon guru matematika semester tujuh. Mereka diminta untuk mengisi instrumen pengukuran kompleksitas soal kontekstual matematika. Dalam mengisi instrumen tersebut, para mahasiswa calon guru matematika yang kini sudah memasuki semester tujuh harus memposisikan dirinya sebagai siswa kelas X yang seandainya diminta untuk mengerjakan soal-soal tersebut. Peneliti mengembangkan instrumen dengan memperhatikan enam komponen penting yang peneliti yakini dapat mengukur kompleksitas suatu soal kontekstual matematika yaitu kompleksitas konseptual, kompleksitas matematika, kompleksitas linguistik, kompleksitas intelektual, kompleksitas representasional, dan kompleksitas kontekstual. Enam komponen penting tersebut masing-masing memiliki subkomponen yang peneliti pilih dengan mempertimbangkan bahwa subkomponen tersebut familiar atau masalah yang sering dijumpai ketika mengerjakan soal. Gambar 1 dan 2 adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur kompleksitas soal kontekstual matematika. 101

Gambar 1. Instrumen Pengukuran Kompleksitas Soal Kontekstual Matematika Gambar 2. Soal Kontekstual Matematika 102

Tabel 1. adalah hasil instrumen pengukuran kompleksitas untuk soal nomor satu yang telah diisi oleh delapan mahasiswa calon guru matematika semester tujuh. Tabel 1. Hasil Pengukuran Kompleksitas Soal Kontekstual Untuk Nomor Satu Soal Nomor 1 Panduan Umum Subjek Total 1 2 3 4 5 6 7 8 Skor Banyak topik 2 2 1 1 2 2 2 3 17 Banyak langkah 4 2 2 1 4 3 3 2 21 Panjang solusi 2 2 2 4 3 2 3 3 21 Jenis masalah 1 1 2 1 1 1 2 2 11 Bahasa 3 1 1 1 2 1 2 2 13 Struktur kalimat 2 1 2 1 2 1 2 2 13 Jenis kata 1 1 1 1 1 1 1 2 9 Solusi membutuhkan analisis 4 2 2 3 2 3 2 3 21 Membutuhkan pemikiran 4 2 2 3 3 2 4 3 23 Solusi dapat direpresentasikan dengan grafik atau diagram 2 4 4 4 2 1 2 2 21 Jenis soal 1 1 2 1 4 3 3 2 17 Tingkat kontekstual 2 2 1 1 3 4 2 2 17 Kenyataan 2 2 1 1 2 4 4 3 19 Total Skor 30 23 23 23 31 28 32 31 Rata-rata 27.6 Keterangan Kompleksitas Tinggi Berdasarkan hasil pengukuran kompleksitas soal kontekstual untuk soal nomor satu yang sudah diisi oleh delapan mahasiswa calon guru matematika semester tujuh berdasarkan instrumen yang ada, peneliti melakukan perhitungan dan berdasarkan kriteria yang ada didapat bahwa soal nomor satu memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi karena memiliki rata-rata 27.6. Mahasiswa calon guru matematika semester tujuh memprediksi jika siswa SMA kelas X diberikan soal tersebut akan mempediksi sedikit kesulitan dalam hal memikirkan apa yang diinginkan oleh soal tersebut karena dalam menyelesaikan soal tersebut diperlukan analisis. Mereka juga memprediksi bahwa siswa akan menyelesaikan soal tersebut dengan berbagai macam cara dan menggunakan langkah yang cukup panjang. Instrumen pengukuran soal kontekstual yang sudah diisi oleh delapan mahasiswa akan disinkronkan dengan hasil pekerjaan siswa. Apakah benar siswa cukup mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal tersebut atau tidak dan apakah benar siswa menggunakan berbagai macam cara serta langkah penyelesaian yang cuku panjang. Gambar 3. adalah hasil pekerjaan siswa untuk soal nomor satu. 103

Gambar 3. Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Untuk Soal Nomor Satu Dari tujuh orang siswa SMA kelas X yang diminta untuk mengerjakan soal nomor satu, terdapat empat orang siswa yang menjawab soal tersebut dengan benar. Untuk tiga orang siswa yang lain, satu orang siswa mengalami kesalahan ketika menghitung karena kurangnya ketelitian dan dua orang siswa yang lainnya tidak memahami apa yang diinginkan oleh soal tersebut. Berdasarkan hasil instrumen pengukuran kompleksitas untuk soal nomor satu yang telah diisi oleh delapan mahasiswa calon guru matematika semester tujuh dan hasil pekerjaan siswa untuk soal nomor satu, peneliti mengambil kesimpulan bahwa benar siswa mengalami sedikit kesulitan dalam memahami apa yang diinginkan oleh soal tetapi semua siswa menggunakan cara yang sama dengan langkah pengerjaan yang tidak terlalu panjang. 104

Tabel 2 adalah hasil instrumen pengukuran kompleksitas untuk soal nomor dua yang telah diisi oleh delapan mahasiswa calon guru matematika semester tujuh. Panduan Umum Subjek Total 1 2 3 4 5 6 7 8 Skor Banyak topic 2 4 2 2 1 1 2 2 16 Banyak langkah 3 3 2 2 4 2 1 2 19 Panjang solusi 3 3 1 2 3 2 2 2 18 Jenis masalah 1 1 1 2 1 2 1 1 10 Bahasa 1 2 1 2 1 2 1 1 11 Struktur kalimat 1 2 1 2 1 2 2 1 12 Soal Jenis kata 1 2 1 3 1 1 1 1 11 Nomor Solusi membutuhkan analisis 2 2 2 2 2 3 3 2 18 2 Membutuhkan pemikiran 3 3 2 4 3 3 4 2 24 Solusi dapat direpresentasikan dengan grafik atau diagram 4 2 4 1 4 4 4 1 24 Jenis soal 2 2 2 2 4 2 3 2 19 Tingkat kontekstual 4 2 1 4 2 3 3 2 21 Kenyataan 4 2 2 3 2 3 4 2 22 Total Skor 31 30 22 31 29 31 31 21 Rata-rata 28.25 Keterangan Kompleksitas Tinggi Tabel 2. Hasil Pengukuran Kompleksitas Soal Kontekstual Untuk Nomor Dua Seperti pada pengukuran kompleksitas soal kontekstual untuk nomor satu, peneliti juga melakukan perhitungan setelah delapan mahasiswa calon guru matematika semester tujuh mengisi instrumen untuk mengukur tingkat kompleksitas untuk soal nomor dua. Berdasarkan rata-rata dan kriteria yang ada, didapatkan bahwa untuk soal nomor dua memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi tetapi lebih tinggi daripada soal nomor satu. Mahasiswa calon guru matematika semester tujuh memprediksi jika siswa SMA kelas X diberikan soal tersebut akan mengalami kesulitan dalam hal memikirkan apa yang diinginkan oleh soal tersebut karena dalam menyelesaikan soal tersebut. Mereka juga memprediksi bahwa siswa akan kesulitan jika solusi dari soal tersebut direpresentasikan dengan diagram atau grafik. Instrumen pengukuran soal kontekstual yang sudah diisi oleh delapan mahasiswa akan disinkronkan dengan hasil pekerjaan siswa. Apakah benar siswa cukup mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal tersebut atau tidak. Gambar 4. adalah hasil pekerjaan siswa untuk soal nomor dua. 105

Gambar 4. Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Untuk Soal Nomor Dua Dari tujuh orang siswa SMA kelas X yang diminta untuk mengerjakan soal nomor dua, tidak ada siswa yang menjawab soal tersebut dengan benar. Semua siswa mengerjakan soal tersebut dengan cara mencari volume kotak lalu dibagi dengan volume jeruk. Berdasarkan hasil instrumen pengukuran kompleksitas untuk soal nomor dua yang telah diisi oleh delapan mahasiswa calon guru matematika semester tujuh dan hasil pekerjaan siswa untuk soal nomor dua, peneliti mengambil kesimpulan bahwa siswa sudah memahami apa yang diinginkan oleh soal tersebut hanya saja siswa kurang berpikir lebih dalam untuk mencari cara yang lebih mudah untuk menyelesaikan soal tersebut dan 106

tidak ada siswa yang menyeleaikan soal tersebut dengan menggunakan grafik atau diagram. Tabel 3. adalah hasil instrumen pengukuran kompleksitas untuk soal nomor dua yang telah diisi oleh delapan mahasiswa calon guru matematika semester tujuh. Tabel 3. Hasil Pengukuran Kompleksitas Soal Kontekstual Untuk Nomor Tiga Soal Nomor 3 Panduan Umum Subjek Total 1 2 3 4 5 6 7 8 Skor Banyak topik 2 1 1 2 1 1 1 3 12 Banyak langkah 4 2 2 4 2 2 1 3 20 Panjang solusi 3 2 2 4 2 1 2 2 18 Jenis masalah 1 2 2 1 1 3 1 1 12 Bahasa 1 1 1 4 1 3 2 1 14 Struktur kalimat 1 1 2 2 1 2 2 2 13 Jenis kata 1 1 1 4 1 2 2 2 14 Solusi membutuhkan analisis 3 2 2 4 2 3 3 3 22 Membutuhkan pemikiran 3 2 2 4 3 2 4 3 23 Solusi dapat direpresentasikan dengan grafik atau diagram 4 4 4 2 4 1 4 2 25 Jenis soal 2 2 2 4 4 3 3 2 22 Tingkat kontekstual 3 1 1 1 2 2 2 2 14 Kenyataan 4 2 1 1 2 2 3 3 18 Total Skor 32 23 23 37 26 27 30 29 Rata-rata 28.375 Keterangan Kompleksitas Tinggi Setelah delapan mahasiswa calon guru matematika semester tujuh mengisi instrumen untuk mengukur tingkat kompleksitas untuk soal nomor tiga, dilakukanlah perhitungan. Berdasarkan rata-rata dan kriteria yang ada didapatkan bahwa untuk soal nomor tiga memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi tetapi lebih tinggi daripada soal nomor satu dan nomor dua. Sama seperti pada soal nomor satu dan dua, mahasiswa calon guru matematika semester tujuh memprediksi jika siswa SMA kelas X diberikan soal tersebut akan mengalami kesulitan untuk menyelesaikan soal tersebut karena dalam menyelesaikan soal nomor tiga diperlukan analisis dan pemikiran yang dalam serta jenis soal termasuk dalam soal pemodelan. Mereka juga memprediksi bahwa siswa mungkin saja akan salah dalam mengartikan apa yang diinginkan oleh soal tersebut dan kesulitan jika solusi dari soal tersebut direpresentasikan dengan diagram atau grafik. Instrumen pengukuran soal kontekstual yang sudah diisi oleh delapan mahasiswa akan disinkronkan dengan hasil pekerjaan siswa. Apakah benar siswa cukup mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal tersebut atau tidak. Berikut adalah hasil pekerjaan 107

siswa untuk soal nomor tiga. Gambar 5. Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Untuk Soal Nomor Tiga Tidak ada siswa yang menjawab soal nomor tiga dengan benar. Ketujuh siswa mengerjakan soal nomor tiga dengan cara mencari luas lapangan yaitu panjang lapangan dikalikan dengan lebar lapangan sehingga didapat 5000 m 2 dan semua siswa langsung menyimpulkan bahwa kira-kira banyaknya pengunjung konser sebanyak 5000 orang. Mereka tidak memikirkan jika kira-kira pengunjung konsernya sebanyak 5000 orang berarti setiap orang mendapat 1 m 2. Seharusnya 1 m 2 dapat diisi oleh 3-4 orang yang memiliki berat badan standar. Berdasarkan hasil instrumen pengukuran kompleksitas untuk soal nomor dua yang telah diisi oleh delapan mahasiswa calon guru matematika semester tujuh dan hasil pekerjaan siswa untuk soal nomor tiga, peneliti mengambil kesimpulan bahwa siswa mengalami kesulitan untuk menyelesaikan soal tersebut karena diperlukan analisis dan pemikiran yang dalam. Siswa juga salah dalam mengartikan apa yang diinginkan oleh soal tersebut dan kesulitan jika solusi dari soal tersebut direpresentasikan dengan diagram atau grafik. SIMPULAN DAN SARAN Pengembangan instrumen pengukuran kompleksitas soal kontekstual matematika dilakukan berdasarkan studi literatur dan penelitian yang relevan. Sebelum instrumen yang dikembangkan untuk mengukur kompleksitas soal kontekstual matematika dibagikan kepada mahasiswa calon guru matematika semester tujuh, instrumen tersebut divalidasi terlebih dahulu oleh pakar. Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa terdapat kesesuaian antara prediksi berdasarkan instrumen yang diisi oleh beberapa mahasiswa calon guru matematika 108

semester tujuh dengan hasil pekerjaan siswa sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen yang telah dikembangkan dapat digunakan dengan baik untuk mengukur kompleksitas soal kontekstual matematika. Jika guru memberikan ketiga soal kontekstual tersebut secara terpisah, maka soal nomor tiga harus diberikan waktu pengerjaan lebih lama daripada soal nomor satu dan dua karena soal tersebut membutuhkan analisis dan pemikiran yang dalam untuk menentukan penyelesaiannya. DAFTAR RUJUKAN Lakadewi, Alfina Novita. (2014). Profil Kemampuan Siswa SMA Pangudi Luhur Van Lith Kelas X dalam Menyelesaikan Soal-soal Timss Grade 8 Tipe Penalaran. Skripsi. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Noordyah. (2011). Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan. (Artikel Online) Didapat dari https://noordyah.wordpress.com/tugas-kuliah/langkah-langkahpenelitian-dan-pengembangan/ (Diakses tanggal 27 Oktober 2016). Setiawan, Harianto dkk. (2014). Soal Matematika dalam pisa Kaitannya dengan Literasi Matematika dan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Prosiding Seminar Nasional Matematika, Universitas Jember, 19 November 2014. (Online) Didapat dari http://jurnal.unej.ac.id/index.php/psmp/article/viewfile/955/758 (Diakses pada 6 Oktober 2016) Stillman, Gloria dan Peter Galbraith. (2003). Towards Constructing a Measure of the Complexity of Application Tasks. Mathematical Modeling: A Way of Life, no. 16: pp. 179-188. Horwood Publishing Chichster. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. 109