Kajian Hukum Penataan Ruang Berbasiskan Ekosistem dan Peluang Penerapan EU RED (EU Renewable Energy Source Directive)

dokumen-dokumen yang mirip
PENATAAN RUANG BERBASIS EKOSISTEM DAN PELUANG PENERAPAN EU RED (SATU KAJIAN HUKUM)

Pelestarian Ekosistem Sumatera dan Energi Terbarukan (Kebijakan Uni Eropa dan Peraturan Nasional)

PERENCANAAN PERLINDUNGAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Membangun Kesadaran Masyarakat Melalui Strategi Pro Green Regulation & Budgeting dan Pro Green Law Enforcement

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 68/Menhut-II/2008 TENTANG

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Pemetaan Keanekaragaman Hayati Dan Stok Karbon di Tingkat Pulau & Kawasan Ekosistem Terpadu RIMBA

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BUPATI BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP

Kebijakan Bioenergi, Lingkungan Hidup dan Kehutanan

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURANDAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

USULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Payung Hukum. 1. kewajiban memperhatikan perlindungan fungsi lingkungan hidup. Menurut UU. Mengawal Hukum Lingkungan

BUPATI PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN PEMALANG

PENDEKATAN ASPEK LINGKUNGAN DALAM KEBIJAKAN PENATAAN RUANG NASIONAL

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/Permentan/OT.140/3/2015 TENTANG

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN

Peraturan...

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 810 TAHUN : 2011

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa

I. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Transkripsi:

Kajian Hukum Penataan Ruang Berbasiskan Ekosistem dan Peluang Penerapan EU RED (EU Renewable Energy Source Directive) Tim Kebijakan 1. Fathi Hanif, SH.MH 2. Rhino Subagyo, SH 3. Zenwen Pador, SH

Tujuan Kajian Umum: 1. Identifikasi peraturan perundang-undangan tentang Perencanaan tata ruang berbasis ekosistem 2. Memahami hal-hal (perundangan dan kebijakan) yang mempengaruhi perencanaan tata ruang berbasis ekosistem yang berkelanjutan. 3. Menyusun rekomendasi hukum/legal recommendation terkait peluang penerapan prinsip EU-RED di Indonesia Khusus: 1. Menyusun kerangka hukum perencanaan tata ruang berbasis ekosistem yang berkelanjutan di tingkat nasional 2. Menyusun kerangka hukum di tingkat daerah (provinsi) tentang penerapan prinsip perencanaan tata ruang berbasis ekosistem berkelanjutan 3. Menyusun kerangka hukum kewenangan Pemerintah (pusat) dan kewenangan daerah dalam penataan ruang berbasis ekosistem.

Kerangka Laporan Penelitian PENDAHULUAN REGULASI NASIONAL TERKAIT PERENCANAAN TATA RUANG BERBASIS EKOSISTEM DI INDONESIA Peraturan Perundang-undangan Nasional Terkait Perencanaan Tata Ruang Berbasis Ekosistem Implementasi Peraturan Perundang-undangan Terkait Perencanaan Tata Ruang Berbasis Ekosistem EUROPEAN UNION RENEWABLE ENERGY DIRECTIVE (EU RED) Sekilas tentang EU RED Kriteria Lingkungan dalam EU RED ANALISIS PENERAPAN EU-RED TERHADAP REGULASI PENATAAN RUANG & EKOSISTEM DI INDONESIA Kriteria Aspek Lingkungan Dalam EU RED Tinjauan Yuridis Normatif Kriteria Aspek Lingkungan Hidup EU RED Dalam Peraturan Perundang-undangan Indonesia KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Peraturan Perundang-undangan terkait Undang - Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Undang - undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang - Undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya Undang - Undang No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Undang-Undang No.18 tentang Perkebunan PP No.15 tahun 2010 tentang Peneyelenggaraan Penataan Ruang PP No.68 tahun 2010 tentang Bentuk dan Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang PP No.11 tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan tanah Terlantar

Asas dan Tujuan Penataan Ruang Asas Penataan Ruang : keterpaduan;keserasian, keselarasan, dan keseimbangan; keberlanjutan; keberdayagunaan dan keberhasilgunaan; Keterbukaan; kebersamaan dan kemitraan; pelindungan kepentingan umum; kepastian hukum dan keadilan; dan akuntabilitas Tujuan Penataan Ruang : Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan: terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

Klasifikasi Penataan Ruang sistem, terdiri atas sistem wilayah dan sistem internal perkotaan. fungsi utama kawasan, terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budi daya wilayah administratif, terdiri atas penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota. kegiatan kawasan, terdiri atas penataan ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan. nilai strategis kawasan, terdiri atas penataan ruang kawasan strategis nasional, penataan ruang kawasan strategis provinsi, dan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.

Pembagian Kewenangan dlm Penataan Ruang Pemerintah Pem-Prov Pem-Kab/Kota pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, serta terhadap pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional; meliputi perencanaan tata ruang wilayah nasional, pemanfaatan ruang wilayah nasional; dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi, dan kabupaten/kota, serta terhadap pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis provinsi dan kabupaten/kota; Pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi yang meliputi perencanaan tata ruang wilayah provinsi, pemanfaatan ruang wilayah provinsi dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota dan kawasan strategis kabupaten/kota; pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota meliputi perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/kota, pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota.

pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional; meliputi: penetapan kawasan strategis nasional; perencanaan tata ruang kawasan strategis nasional; pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional; pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional. kerja sama penataan ruang antarnegara dan pemfasilitasan kerja sama penataan ruang antarprovinsi. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis provinsi meliputi penetapan kawasan strategis provinsi, perencanaan tata ruang kawasan strategis provinsi, pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi. Kerja sama penataan ruang antarprovinsi dan pemfasilitasan kerja sama penataan ruang antarkabupaten/kota. pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota ( penetapan, perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupaten/kota). kerja sama penataan ruang antarkabupaten/kota.

RENCANA TATA RUANG DALAM UU PPLH Rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (RPPLH) adalah perencanaan tertulis yang memuat potensi, masalah lingkungan hidup, serta upaya perlindungan dan pengelolaannya dalam kurun waktu tertentu. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh-menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup. Perencanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan melalui tahapan inventarisasi lingkungan hidup; penetapan wilayah ekoregion; dan penyusunan RPPLH.

INVENTARISASI LINGKUNGAN HIDUP meliputi (a) potensi dan ketersediaan; (b) jenis yang dimanfaatkan; (c) bentuk penguasaan; (d) pengetahuan pengelolaan; (e) bentuk kerusakan; dan(f) konflik dan penyebab konflik yang timbul akibat pengelolaan. Menjadi dasar Penetapan Wilayah Ekoregion. Penetapan wilayah mempertimbangkan kesamaan karakteristik bentang alam; daerah aliran sungai; iklim; flora dan fauna; sosial budaya; ekonomi; kelembagaan masyarakat; dan hasil inventarisasi lingkungan hidup. Inventarisasi lingkungan hidup di tingkat wilayah ekoregion dilakukan untuk menentukan daya dukung dan daya tampung serta cadangan sumber daya alam

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Untuk memastikan prinsip pembangunan berkelanjutan menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan wilayah Wajib dilaksanakan Pemerintah dan Pemda dalam penyusunan dan evaluasi RTRW, RPJP,RPJM, kebijakan,rencana atau program yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan hidup

MEKANISME PELAKSANAAN KLHS a. Pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah; b. Perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program; dan c. Rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan, rencana, dan/atau program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan

Pengelolaan Kehutanan Fungsi Hutan : Konservasi,Lindung dan Produksi Perencanaan Kehutanan : a.inventarisasi hutan, a.pengukuhan kawasan hutan, b.penatagunaan kawasan hutan, c.pembentukan wilayah pengelolaan hutan, dan d.penyusunan rencana kehutanan. Pengukuhan Kawasan Hutan memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah

RENCANA TATA RUANG DALAM UU PERKEBUNAN Perkebunan mempunyai fungsi: ekonomi, dan sosial budaya. Dalam fungsi ekologi, perkebunanan diharapkan berfungsi dalam peningkatan konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen, dan penyangga kawasan lindung. Perencanaan Perkebunana terdiri atas perencenaan nasional, provinsi, kabupaten/kota

Dasar Perencanaan Perkebunan a. rencana pembangunan nasional; b. rencan tata ruang wilayah; c. kesesuaian tanah dan iklim serta ketersediaan tanah untuk usaha perkebunan; d. kinerja pembangunan e. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; f. sosial budaya; g. lingkungan hidup; h. kepentingan dan masyarakat; i. pasar; dan j. aspirasi daerah dengan tetap menjunjung tinggi keutuhan bangsa dan negara.

RENCANA TATA RUANG DALAM PP PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR Obyek penertiban tanah terlantar Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Pengelolaan, Penguasaan atas tanah yang tidak diusahakan, tidak dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan keadaannya atau sifat dan tujuan pemberian hak atau dasar penguasaannya.

Instrumen EU RED (Europe Union Renewable Energy Source Directive) Tujuan Mencapai pemenuhan energi sebesar 20% tahun 2020 konsumsi final energi dari sumber terbarukan bagi Uni Eropa sekaligus pencapaian 10% konsumsi energi dari sumber terbarukan dalam konsusi energi setiap negera anggota

4 aspek utama dlm EU-RED Lingkungan Hidup Sosial ekonomi Tata Kelola Pemerintahan Keamanan Pangan

Aspek Lingkungan Hidup 1. Perubahan penggunaan tanah/lahan (baik secara langsung dan/atau tidak langsung) 2. Jasa ekosistem dan keanekaragaman hayati 3. Kapasitas produksi tanah/lahan 4. Kualitas dan ketersediaan air 5. Emisi GHG 6. Kualitas Udara 7. Pengelolaan Sampah 8. keberlanjutan Lingkungan Hidup (lintas issue)

Kriteria Aspek Lingkungan Hidup Sumber Bahan Baku yang harus dihindari : a. hutan primer/alam; b. lahan dengan stock karbon tinggi (antara lain : wetlands/lahan basah, area hutan lebih dari satu hektar dengan luas tutupan tajuk 30% serta tinggi pohon minimal 5 (lima meter), area hutan lebih dari satu hektar dengan ketinggian pohon lebih dari 5 (lima) meter serta luas tutupan tajuk 10% - 30% (kecuali terbukti terdapat stock karbon); c. peat land/lahan gambut; d. lahan dengan nilai biodiversity sangat tinggi( meliputi : hutan primer, area yg ditetapkan sebagai kawasan pelestarian alam dan spesies dan eksositem yg terancam punah), dan padang rumput), ;

Kriteria Aspek Lingkungan Hidup EU RED dan Regulasi Nasional Pemerintah telah meratifikasi dua perjanjian internasional: 1. konservasi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCC)-UU No.6 tahun 1994 2. Protokol Kyoto atas Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim(Kyoto Protokol to The United Nations Framework Convention on Climate Change)- UU No.17 tahun 2004 Kontribusi Indonesia dalam mitigasi perubahan iklim global dengan sukarela menurunkan emisi sebesar 26% dari perkiraan emisi skenario BAU tahun 2020 dengan biaya sendiri, 41% apabila mendapat bantuan Internasional

Regulasi nasional ttg konservasi dan energi yg terbarukan 1. Pengelolaan hutan dilakukan dengan memperhatikan fungsi hutan (produksi, lindung, konservasi) UU No.41/1999 ttg Kehutanan 2. Penyusunan RTRN/Prov/Kota dilakukan berbasis ekosistem UU No.26/2007 3. Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup bertujuan antara lain menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem; menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia; -- UU no.32/2009 4. Setiap kegiatan pengelolaan energi wajib mengutamakan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan dan memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam peraturan perundangundangan di bidang lingkungan hidup. UU no.30/2007.

UU No.41 tahun 2009 tentang Kehutanan hutan didefinisikan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam bertujuan menjaga hutan, kawasan hutan dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi konservasi, dan fungsi produksi, tercapai secara optimal dan lestari Pemerintah mengatur perlindungan hutan, baik di dalam maupun di luar kawasan hutan

UU No.5 tahun 1990 tentang KSDE bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan (a) pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam; (b) pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar. Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam dilakukan dengan tetap menjaga kelestarian fungsi kawasan. Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar dilakukan dengan memperhatikan kelangsungan potensi, daya dukung, dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar. Kawasan pelestarian alam mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

PP No.26 tahun 2008 tentang RTRWN Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang. Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi (a) kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung; (b) kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya; dan (c) kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional. Kebijakan pengembangan kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a meliputi (a) pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan (b) pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.

Strategi untuk pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup meliputi (a) menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi; (b) mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah pulau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi ekosistemnya; dan mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah. Kawasan lindung nasional terdiri atas: kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya; a. kawasan perlindungan setempat; b. kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya; c. kawasan rawan bencana alam; d. kawasan lindung geologi; dan e. kawasan lindung lainnya.

Regulasi terkait lainnya PerMenhut No.P.30/Menhut II/2009 tentang Tata Cara Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD); Keppres No. 19 tahun 2010 tentang Satuan Tugas Persiapan Pembentukan Kelembagaan REDD+; Inpres No.10/2011 ttg Penundaan izin baru & penyempurnaan tata kelola hutan alam primer dan lahan gambut. Keppres No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional dan Inpres No. 1 tahun 2006 tentang pemanfaatan biofuels Dokumen Sumatera Road Map (2010) utk penyelamatan hutan/sda sumatera.

Lampiran Inpres No.10/2011

Energi Mix Indonesia 2025

KESIMPULAN 1. Aspek Lingkungan Hidup EU RED secara umum dibagi dalam 8 issue: ((1) perubahan penggunaan tanah/lahan (baik secara langsung dan/atau tidak langsung); (2) Jasa ekosistem dan keanekaragaman hayati; (3) Kapasitas produksi tanah/lahan; (4) Kualitas dan ketersediaan air; (5) Emisi GHG; (6) Kualitas Udara; (7) Pengelolaan Sampah; dan (8) Keberlanjutan Lingkungan Hidup (lintas issue) 2. Terdapat 4 (jenis) asal bahan baku yang harus dihindari yaitu bahan baku yang bersumber dari (a) hutan primer/alam; (b) lahan dengan stock karbon tinggi (antara lain : wetlands/lahan basah, area hutan lebih dari satu hektar dengan luas tutupan tajuk 30% serta tinggi pohon minimal 5 (lima meter), area hutan lebih dari satu hektar dengan ketinggian pohon lebih dari 5 (lima) meter serta luas tutupan tajuk 10% - 30% (kecuali terbukti terdapat stock karbon); (c) peat land/lahan gambut; (d) lahan dengan nilai biodiversity sangat tinggi( meliputi : hutan primer, area yg ditetapkan sebagai kawasan pelestarian alam dan spesies dan eksositem yg terancam punah), dan padang rumput),

KESIMPULAN... 3. Dari kriteria sumber bahan baku yang diidentifikasikan dalam EU RED untuk tidak dipergunakan sebagai sumber bahan baku bagi penggunaan biofuel dan bioliquid yang berkelanjutan pada tataran normatif menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia merupakan sumber sumber yang masuk dalam klasifikasi wilayahwilayah yang harus dilindungi keberadaanya untuk menjaga fungsi pokoknya. 3. Kesesuaian tersebut terdapat dalam berbagai peraturan antara lain UU No. 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdayaalam Hayati dan Ekosistemnya, UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup serta beberapa peraturan pemerintah sebagai peraturan pelaksana undangundang. Beberapa peraturan pemerintah yang mengatur antara lain PP No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, PP No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.

REKOMENDASI Jangka Panjang 1. Harmonisasi ketentuan-ketentuan dalam beberapa peraturan perundangundangan terkait baik dalam tingkatan UU maupun PP hingga Peraturan Menteri. Harmonisasi tersebut meliputi keselarasan pembagian kewenangan antara Pusat Daerah, koordinasi antar sektor maupun ketentuan yang sifatnya cross cutting issue; 2. Ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan nasional yang sesuai dengan kriteria dalam EU RED masih memerlukan pengaturan lebih lanjut yang bersifat khusus dan sangat teknis agar dapat berlaku mengikat secara hukum, meskipun secara umum sudah diatur. Pengaturan tersebut diantaranya berupa penetapan kawasan-kawasan strategis nasional/propinsi/kabupaten/kota yang memiliki fungsi lindung maupun kawasan pelestarian alam. Jangka Pendek Beberapa isu yang perlu diatur tersebut dalam jangka pendek dapat dimasukan dalam Rancangan Kebijakan yang telah dibuat misalnya Rancangan Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau Sumatera.