BAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk. pada jalur formal, nonformal, dan informal.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. cepat di berbagai aspek perkembangannya dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam. perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat.

BAB I PENDAHULUAN. ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosioal-emosional, bahasa dan komunikasi.

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 tersebut telah diatur pada pasal 31 ayat 2 yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi dan kecerdasan. spiritual) dan sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama).

BAB I PENDAHULUAN. sejajar atau menyeluruh agar dapat menghasilkan insan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abdul Majid (2011:78) menjelaskan sabda Rasulullah SAW.

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK PEMEROLEHAN BAHASA ANAK TUNARUNGU ( Studi kasus di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta ) T E S I S

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap individu telah diatur di dalam Undang-Undang

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum memasuki

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan harkat martabat manusia. Pendidikan akan menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap

PENDIDIKAN TPA & KB. Martha Christianti

I. PENDAHULUAN. tersebut adalah dengan membuat UU. No. 20 tahun 2003 tentang. SISDIKNAS pasal 1 butir 14 yang bunyinya :

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam UU RI NO.20 TH 2003 adalah:

BAB I PENDAHULUAN. pihak, dan ditingkatkan melalui berbagai macam kegiatan, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN. "Mencerdaskan Kehidupan Bangsa" Setiap manusia memiliki. mengembangkan secara sistematis. Langkah pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizki Panji Ramadana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 butir 1 tentang Sistem. Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya. Segala bentuk kebiasaan yang terjadi pada proses belajar harus. terhadap kemajuan dalam bidang pendidikan mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia sangat berkembang pesat. Pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu sistem yang telah diatur dalam undang-undang. Tujuan pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan TPA/ KB. Eka Sapti C

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Pasal 1 UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003). Dari bagian-bagian itu tidak

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah seorang laki-laki ataupun perempuan yang belum dewasa

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Pentingnya pendidikan tidak hanya untuk disuarakan dan disiarkan melalui kalimat dan jargon, namun perlu langkah nyata dalam kehidupan. Kita realisasi keberadaan anasir-anasir pendukung terhadap tercapainya suatu tuntutan terhadap pentingnya pendidikan. Kebijakan-kebijakan dalam sistem pendidikan harus memenuhi unsur aktualisasi dan berdaya guna. Konsep 1

2 pendidikan sepanjang hayat menjadi panduan dalam meninggikan harkat dan martabat manusia. Anak-anak bangsa ini tidak boleh tertinggal dengan bangsa lainnya di dunia. Oleh karena itu, pendidikan sejak dini harus ditanamkan kepada mereka. Tujuan pendidikan anak usia dini pada umumnya adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuan secara optimal. Pengembangan kemampuan tersebut membutuhkan kondisi secara stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak mereka tercapai sesuai bahkan melebihi usianya. Pembelajaran adalah seuatu kegiatan yang mencakup kegiatan belajar dan mengajar. Kegiatan pembelajaran dilakukan berdasarkan rencana yang terorganisir secara sistematis yang mencakup tujuan pembelajaran, materi pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang mencakup metode dan media pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan umpan balik pembelajaran. Suatu rencana pembelajaran dan pelaksanaannya perlu memperhatikan hal-hal yang terkait dengan belajar bagaimana belajar, belajar bagaimana berpikir, belajar bagaimana melakukan, dan belajar bagaimana bekerja sama dan hidup bersama. Sejalan dengan perkembangan anak usia dini, maka pembelajaran perlu menekankan pada empat aspek tersebut di atas. Hal tersebut menjadi faktor yang kritis dalam perkembangan anak yang bersangkutan. Oleh sebab itu, pembelajaran yang direncanakan dan dilaksanakan pada lembaga pendidikan anak usia dini yang dilakukan dalam bentuk berbagai kegiatan

3 bermain perlu menekankan pada empat aspek tersebut di atas ditambah dengan aspek-aspek lain, seperti moral, perilaku baik sebagai individu, sebagai anggota masyarakat, maupun sebagai makhluk Tuhan sesuai dengan nilai-nilai keagamaan. (Mulyono, 2008: 12) Cara atau metode mengajar anak usia dini berkebutuhan khusus untuk membaca, menulis dan berhitung harus benarbenar diperhatikan, agar anak berkebutuhan khusus memperoleh layanan pendidikan yang bermutu terutama terhadap anak yang belajar di sekolah maka semua guru harus mengerti dan mengenal karakteristik anak berkebutuhan khusus serta mampu menerapkan metodelogi pembelajaran yang tepat. Mengajar bagi anak usia dini harus dilakukan dengan suasana gembira, tidak formal atau serius seperti mengajar anak yang sudah usia SD, karena ini akan menimbulkan kejenuhan atau rasa bosan pada anak. Mengingat konsentrasi pada anak usia dini untuk satu topik bahasan saja masih sangat terbatas. Oleh karena itu materi pembelajaran yang diberikan jangan banyak dan durasi belajar jangan terlalu lama. Belajar dilakukan dengan pendekatan yang menyenangkan anak, bukan dipaksakan sehingga si anak akan merasa terbebani. Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti pembelajaran karena kelainan fisik, mental, emosional, sosial dan/atau dan memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

4 Amanat hak atas pendidikan bagi penyandang berkelainan atau ketunaan ditetapkan dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 disebutkan bahwa: Pendidikan khusus (pendidikan luar biasa) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial (UU Sisdiknas,2003:21). Ketetapan dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tersebut bagi anak penyandang kelainan sangat berarti karena memberi landasan yang kuat bahwa anak berkelainan perlu memperoleh kesempatan yang sama sebagaimana yang diberikan kepada anak normal lainnya dalam hal pendidikan dan pengajaran. Pada pendidikan anak usia dini yang berkebutuhan khusus, dalam memberikan kesempatan memperoleh pendidikan dan pengajaran yang sama dan memperkecil kesenjangan angka partisipasi pendidikan anak normal dengan anak yang berkelainan, guru perlu memahami sosok anak berkelainan, jenis dan karakteristik etiologi penyebab kelainan, dampak psikologis serta prinsip-prinsip layanan pendidikan anak berkelainan. Hal ini dimaksudkan agar guru memiliki wawasan yang tepat tentang keberadaan anak berkelainan yang akan difokuskan pada anak tuna rungu wicara sebagai sosok individu masih berpotensi dapat terlayani secara maksimal. Menurut Mohammad Efendi (2006:6): Secara pedagogis, seorang anak dapat dikategorikan berkelainan indra pendengaran atau tunarungu, jika dampak dari disfungsinya organ-organ yang berfungsi sebagai penghantar dan persepsi pendengaran mengakibatkan ia tidak mampu mengikuti program pendidikan anak normal sehingga memerlukan layanan pendidikan khusus untuk meniti tugas perkembangannya.

5 Perkembangan anak tuna rungu salah satunya adalah perkembangan dalam mengikuti aspek perkembangan kognitif yang diselenggarakan sekolah yang diharapkan anak tuna rungu tidak ketinggalan dengan anak normal pada umumnya, sehingga anak tuna rungu dapat menyelesaikan program pendidikan yang telah direncanakan. Kemampuan mengoperasikan himpunan bilangan1-10 dalam pelajaran matematika, anak tuna rungu banyak mengalami kesulitan bila dibanding anak normal pada umumnya. Untuk mempermudah belajar matematika bagi anak tuna rungu wicara diperlukan strategi guru dalam mengajar agar anak tuna rungu wicara tidak ketinggalan dan bahkan memiliki prestasi matematika yang lebih baik dibanding dengan anak normal pada umumnya. Agar terciptanya kegiatan belajar mengajar yang ramah dan menyenangkan, dan dapat meningkatkan keaktifan kemampuan siswa di dalam mengoperasikan himpunan bilangan 1-10 dalam pembelajaran matematika diperlukan penambahan variasi inovasi model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa sebagai alternatif pilihan pembelajaran yang akan dipakai dalam proses belajar mengajar. Dalam inovasi pembelajaran tersebut mampu melibatkan seluruh siswa untuk ikut serta aktif tanpa mengesampingkan ketepatan, kemanfaatan dan kesesuaian media yang digunakan dengan materi yang akan dibahas. Dengan adanya hambatan, maka dibutuhkan berbagai upaya dengan memanfaatkan berbagai alternatif media pembelajaran yang tepat. Salah satu media yang dianggap tepat bagi anak usia dini tuna rungu adalah media

6 gambar. Gambar merupakan salah satu media pembelajaran yang amat dikenal dalam setiap kegiatan pembelajaran. Hal itu disebabkan kesederhanaannya, tanpa memerlukan perlengkapan, dan tidak perlu diproyeksikan untuk mengamatinya. Media gambar yang dimaksud dalam proposal ini adalah visual media gambar yang dapat dijadikan sumber inspirasi dalam pembelajaran matematika. Melalui gambar, guru dapat menerjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk yang lebih konkrit untuk siswa SLB tuna rungu (B). Maka demikian Sukses tidaknya suatu pengajaran bagi anak usia dini di antaranya adalah tergantung bagaimana seorang pendidik (pengajar) menggunakan strateginya. Dan salah satu strategi tersebut pembelajaran matematika materi bilangan 1-10 menggunakan media gambar. Media gambar diharapkan membantu anak tuna rungu wicara dalam pembelajaran matematika mengoperasikan materi himpunan bilangan 1-10, karena karakteristik anak yang miskin berbahasa. Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengadakan penelitian dengan judul: Pengenalan bilangan 1-10 melalui media gambar pada anak usia dini tunarungu wicara kelas Persiapan kelompok A SLB-B Yayasan Rehabilitasi Tuna Rungu Wicara Gumunggung Surakarta. B. Pembatasan Masalah Sesuai dengan judul yang penulis ajukan, maka agar lebih mengarah pada permasalahan dan perlu adanya pembatasan masalah. Penulis membatasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut;

7 1. Penelitian ini ditujukan pada anak usia dini tunarungu wicara (kelas persiapan kelompok A) tahun pelajaran 2013/2014. 2. Khusus pada anak kelainan fisik tunarungu wicara di SLB-B Yayasan Rehabilitasi Tuna Rungu Wicara Gumunggung Surakarta. C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan pengenalan himpunan bilangan 1-10 melalui media gambar bagi anak usia dini tunarungu wicara di SLB-B Yayasan Rehabilitasi Tuna Rungu Wicara Gumunggung Surakarta? 2. Apa saja faktor penghambat dan pendukung pembelajaran dari pengenalan himpunan bilangan 1-10 dengan media gambar bagi anak usia dini tunarungu wicara di SLB-B Yayasan Rehabilitasi Tuna Rungu Wicara? D. Tujuan Penelitian Berdasar latar belakang dan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas maka tujuan yang hendak di capai peneliti adalah mendiskripsikan penerapan pembelajaran matematika dan dalam mengetahui faktor pengahambat dan faktor pendukung dalam pengenalan kemampuan pengenalan himpunan bilangan 1-10 melalui media gambar pada siswa tuna rungu wicara di kelas kelompok B SLB-B Yayasan Rehabilitasi Tuna Rungu Wicara Gumunggung Surakarta.

8 E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Menambah khasanah ilmu tentang penerapan media gambar dalam pembelajaran pengenalan kemampuan bilangan 1-10 pada anak tuna rungu kelompok A SLB-B Yayasan Rehabilitasi Tuna Rungu Wicara Gumunggung Surakarta. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis Sebagai masukan bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam rangka menerapkan ilmu pengetahuan yang penulis peroleh selama mengikuti perkuliahan terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan khususnya dan pengetahuan pada umumnya. b. Bagi Anak Didik Kelompok Persiapan 1) Mengembangkan inspirasi anak melalui media gambar dan terciptanya kegiatan belajar mengajar yang ramah dan menyenangkan. 2) Mengembangkan kemampuan pemahaman tentang pembelajaran matematika khusunya dalam pengenalan bilangan 1-10. c. Bagi Guru Kelompok Persiapan Hasil daripada penelitian ini merupakan informasi yang dapat dipergunakan untuk keperluan dalam melaksanakan tugas mengajar

9 untuk mendapatkan masukan mengenai kefektifan pengenalan bilangan 1-10 melalui media gambar.