BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

Pemberdayaan Lingkungan untuk kita semua. By. M. Abror, SP, MM

BAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk

Bertindak tepat untuk sehat dengan menjaga lingkungan dan kebersihan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi akan. mempengaruhi perilaku, gaya hidup, dan pola konsumsi masyarakat.

2015 STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN PARTISIPATIF DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI DAN PERILAKU WARGA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. (makhluk hidup) dan abiotik (makhluk tak hidup). Kedua komponen itu akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UPAYA PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI APLIKASI SWAT OLEH DINAS KEBERSIHAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA SURABAYA

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari semua pihak, karena setiap manusia pasti memproduksi sampah, disisi lain. masyarakat tidak ingin berdekatan dengan sampah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kebersihan lingkungan merupakan salah satu hal yang sangat penting

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahlah yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah.

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan cara yang efektif untuk memutuskan rantai penularan penyakit,

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku buruk tentang sampah. Masyarakat membuang sampah sembarangan.

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sampah yang dihasilkan. Demikian halnya dengan jenis sampah,

KINERJA KEGIATAN DAUR ULANG SAMPAH DI LOKASI DAUR ULANG SAMPAH TAMBAKBOYO (Studi Kasus: Kabupaten Sleman)

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

BAB I PENDAHULUAN. berbagai program yang relevan. Peningkatan kualitas lingkungan terdiri dari berbagai

kabel perusahaan telekomunikasi dan segala macam (Setiawan, 2014).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. sampah yaitu dari paradigma kumpul angkut buang menjadi pengolahan yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Mulai. Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik. Formulasi Masalah. Menentukan Tujuan sistem. Evaluasi Output dan Aspek

CIPTAKAN LINGKUNGAN LESTARI EVALUASI WARGA PEMECUTAN WUJUDKAN MIMPI

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

PENDAMPINGAN PEMBUATAN RUMAH PUPUK KOMPOS DI KAMPUNG BELAKANG KAMAL JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyebar luas baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.limbah atau

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia merupakan negara yang sedang berupaya

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia menuntut Pemerintah Daerah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk dunia bergerak cepat dan terus bertambah. Sejarah

PERATURAN DAERAH KOTA BAU-BAU NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAU-BAU,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan yang bertujuan untuk membangun manusia indonesia

BAB I PENDAHULUAN. open dumping atau penimbunan terbuka, incenerator atau di bakar, sanitary landfill

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

Implementasi Perda No 02 Tahun 2011 Di Kota Samarinda (Ghea)

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2005 SERI E NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN

STRATEGI PENGEMBANGAN PERUSAHAAN DAERAH KEBERSIHAN KOTA BANDUNG UNTUK MEWUJUDKAN BANDUNG BERSIH dan HIJAU SECARA BERKELANJUTAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 14 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH

BANTAENG, 30 JANUARI (Prof. DR. H.M. NURDIN ABDULLAH, M.Agr)

DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN. Review Penyusunan Masterplan Air Limbah. Menyediakan dokumen perencanaan air limbah domestik skala Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Selama ini sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wini Oktaviani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir di seluruh negara dan

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa yang patut dijaga, dikelola dan dikembangkan dengan baik

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

3. Pelestarian makhluk hidup dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat berupa

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta adalah ibukota dari Indonesia dengan luas daratan 661,52 km 2 dan tersebar

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

S K R I P S I. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh : RIZATUL FAZRIYAH NPM :

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Surabaya menunjukkan perkembangannya pada aspek ekonomi dan sosial. Peningkatan aktivitas perekonomian berbagai sektor baik industri dan riil seirama dengan peningkatan populasi penduduk yang sampai 2015 mencapai 2.943.528 orang (Dispendukcapil Surabaya, 2016), namun perkembangan ini menimbulkan permasalahan lain, yaitu sampah. Populasi warga di Surabaya per-2017 adalah 3.020.305 jiwa menghasilkan 2.913, 18 ton sampah dalam satu hari ini setara dengan 376 gajah Afrika dengan berat 1 ekor gajah Afrika dewasa adalah 7,75 ton dan setara dengan 20 paus biru dengan berat 1 ekor paus biru dewasa 140 ton. Jumlah unit yang beroperasi di Surabaya setiap hari adalah 46 Compactor dan 30 Dump truck, jadi 1 hari, 1 jiwa, kurang lebih menghasilkan 1 kg sampah (Dispendukcapil dan Dinas Kebersihan & Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Pemkot Surabaya, 2017). Data yang dirilis Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surabaya, di tahun 2014 dan 2015 tercatat ada 1.400 ton per hari sampah yang dihasilkan dari masyarakat Kota Surabaya masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun 2011 dan 2012 sebanyak 1.100 ton per hari, sementara tahun 2013 meningkat menjadi 1.300 ton sampah per hari (Nurhartanto, 2016). Akan tetapi, peningkatan jumlah sampah tersebut tidak diikuti dengan penanganan sampah yang cukup baik. Secara nasional, 1

2 penanganan sampah belum dilaksanakan dengan baik yaitu baru mencapai 28,7%. Umumnya rumah tangga di Indonesia dilakukan dengan cara dibakar (52,1%) dan diangkat petugas (23,4%). Di Jawa Timur cara penanganan sampah dengan cara diangkut petugas 20,9%, ditimbun dalam tanah 6,1%, dibuat kompos 1,3%, dibakar 58,3%, dibuang ke sungai/ parit/ laut 7,5% dan yang dibuang tidak pada tempatnya sebanyak 5,9%. Kriteria penanganan sampah di Jawa Timur yang kurang baik 7,7% dan baik 28,3% (Depkes RI, 2011). Sampah merupakan sesuatu yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis (Alamsyah dan Muliawati, 2013). Sampah terdiri dua jenis yaitu sampah organik dan anorganik. Kedua jenis sampah tersebut, menurut Undangundang Nomor 18 Tahun 2008, perlu adanya pengelolaan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Sampah yang merupakan sisa aktivitas manusia setiap hari sering kali menjadi penyebab kotornya lingkungan. Penumpukan sampah merupakan masalah yang biasa terjadi di Surabaya. Sampah-sampah yang tergenang atau bahkan menumpuk di sungai menjadi hal yang sering terlihat di beberapa wilayah di Kota Surabaya. Pemerintahan kota Surabaya telah menempuh berbagai upaya untuk menangani masalah sampah, seperti yang dikemukakan oleh Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya Chalid Buhari bahwa setiap jam 6 pagi, (Surabaya) harus sudah bersih. Selain petugas, Chalid juga mengemukakan bahwa pemberdayaan masyarakat juga digalakkan terutama terkait limbah. Hal tersebut dilakukan dengan sosialisasi kepada

3 masyarakat untuk mereduksi sampah minimal dengan memilah sampah. Upaya lainnya dari pemerintah adalah dengan meminta kampung-kampung mempromosikan produk daur ulang sampah sendiri (Ramadhiani, 2016). Akan tetapi masih banyak ruas-ruas kota yang dipenuhi oleh sampah baik limbah domestik dan industri. Sungai-sungai kota masih dipenuhi oleh sampah dan air menjadi kotor (Lisda, 2016). Selain isu pembuangan limbah industri yang belum tertangani secara baik, isu perilaku membuang sampah tidak pada tempatnya oleh masyarakat Kota Surabaya cukup kentara. Perilaku manusia yang terkadang acuh terhadap sampah menjadi masalah lingkungan yang terus menerus bergulir. Seperti perilaku membuang sampah tidak pada tempatnya dengan membuang sampah disekitar lingkungan tempat tinggal hingga membuang sampah ke sungai yang mengakibatkan sungai tercemar dan menjadi resiko bencana banjir oleh masyarakat. Selain itu juga akan berdampak pada kesehatan dimana menjadi tempat berkembang biak organisme yang dapat menimbulkan berbagai penyakit, meracuni hewan dan tumbuhan yang dikonsumsi oleh manusia menurut Gelbert dkk (dalam Faizah, 2008). Hasil observasi sederhana yang dilakukan oleh Laboratorium Sosiologi selama bulan April 2016 di beberapa lokasi menunjukkan bahwa 7 dari 10 orang di Surabaya membuang sampah tidak pada tempatnya. Fenomena perilaku membuang sampah inilah yang menyebabkan sampah menumpuk di beberapa ruas kota, termasuk sungai (Lisda, 2016). Menurut Dr. Tuti Budirahayu dari Departemen Sosiologi, perilaku membuang sampah tidak pada tempatnya menandakan bahwa nilai dan norma sebagian masyarakat tidak cukup kuat dalam masalah merawat lingkungan (Lisda,

4 2016). Dengan melihat hal tersebut maka penting dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat kepatuhan masyarakat yang dapat dijadikan sebagai evaluasi untuk mencegah masyarakat yang membuang sampah tidak pada tempatnya, agar dapat tercipta lingkungan yang lebih bersih. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusrini (2015) yang meneliti tentang perilaku membuang sampah masyarakat, dimana hasilnya menunjukkan bahwa perilaku membuang sampah masyarakat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kurangnya kesadaran masyarakat untuk memelihara lingkungan dan sempitnya lahan karena pertambahan penduduk. Kurangnya kesadaran tersebut dapat ditunjukkan dari adanya masyarakat yang masih membuang sampah sembarang seperti pada sungai, selokan, di sekitar lingkungan tempat tinggal, dan lain-lainnya serta tempat pembuangan sementara yang kurang strategis. Kebiasaan masyarakat yang menganggap sampah sebagai barang yang tidak bernilai, sehingga sampah hanya untuk dibuang dengan semena-mena tanpa ada tanggungjawab dari perilaku tersebut. Di samping itu, kurang tegasnya pemerintah kota dalam mensosialisasikan dan memberi sanksi pada masyarakat yang berperilaku membuang sampah sembarangan. Peneliti menggunakan teori kepatuhan karena pada kenyataan yang peneliti amati bahwa masih dominan warga membuang sampah tidak pada tempatnya, sehingga menyebabkan kerugian di bidang kesehatan, kerugian sosial dengan dampak banjirnya. Seperti wawancara awal yang dilakukan oleh peneliti, sebanyak 6 orang yang tinggal di daerah perumahan dekat sungai, mereka mengatakan bahwa mereka membuang sampah di sungai karena melihat orang lain melakukan hal yang sama. Mereka juga

5 mengatakan bahwa tempat pembuangan sampah kurang strategis karena dekat dengan sungai. Hal ini menunjukan kepatuhan masyarakat yang kurang dalam membuang sampah. Kepatuhan yang kurang ini dapat menyebabkan munculnya masalah dan kerusakan lingkungan (Faturochman, 2009). Sebagian dari masyarakat membuang sampah tidak pada tempatnya semata-mata dikarenakan kepentingan pribadinya, dan tidak mempertimbangkan kepentingan umum/kepentingan bersama, sehingga hal ini dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan lingkungan tidak bisa dihindarkan lagi. Secara psikologis patuh dapat diartikan menghindari hukuman, atau melakukan sesuatu yang sesuai dengan tuntutan agar tidak terkena hukuman. Jarang sekali dijumpai orang patuh dalam segala keadaan setiap waktu. Pada umumnya orang patuh pada hal-hal yang spesifik (Faturochman, 2009). Dalam hal ini, tingkat kepatuhan seseorang dalam membuang sampah berbeda-beda dilihat dari perspektif psikologi sebagai ilmu perilaku. Menurut sebuah penelitian oleh Milgram dalam Myers (2014), menjelaskan bahwa kepatuhan (obedience) merupakan salah satu jenis perilaku sosial, dimana seseorang menaati dan mematuhi permintaan orang lain untuk melakukan sesuatu karena adanya unsur otoritas. Ketidakhadiran figur otoritas akan menyebabkan individu cenderung untuk melanggar permintaan tersebut. Individu berperilaku patuh guna mendapatkan reaksi yang menyenangkan atau pun menghindari hukuman sebagai konsekuensi perilaku yang dilakukannya. Niven (2002) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Dalam faktor internal dibagi menjadi 3 bagian yaitu pendidikan,

6 pengetahuan dan usia sedangkan, pada faktor eksternal dibagi menjadi 4 bagian yaitu pemahaman tentang instruksi, kualitas interaksi, isolasi sosial keluarga, dan keyakinan, sikap juga kepribadian. Berdasarkan kepatuhan menurut Milgram tersebut terlihat bahwa kepatuhan dapat didukung dengan adanya peraturan yang mengatur hal terkait, seperti halnya untuk dapat meningkatkan perilaku kepatuhan seseorang dalam membuang sampah didukung dengan adanya peraturan dalam UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah yang juga mengatur larangan membuang sampah tidak pada tempatnya atau tidak pada tempatnya. Dalam percobaan yang dilakukan Milgram juga ditemukan bahwa orang lebih patuh jika seseorang yang memberikan perintah adalah orang yang terlihat profesional. Akan tetapi hal tersebut berbeda dengan fenomena yang terjadi di Surabaya ini, dimana masih terdapat masyarakat yang membuang sampah tidak pada tempatnya meskipun telah diatur kedalam beberapa peraturan seperti UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Beberapa penelitian sebelumnya terkait dengan kepatuhan seperti yang dilakukan oleh Rakhmani (2013) membuktikan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah adanya peraturan, sikap seseorang dalam menghadapi peraturan tersebut, dan adanya penerapan sanksi dalam program tersebut. Kemudian dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Arianto dan Arifin (2016) membuktikan bahwa usia, pendidikan, dan budaya berpengaruh terhadap kepatuhan.

7 Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut dengan mengambil judul Studi Kuantitatif Deskriptif Tentang Kepatuhan Masyarakat Surabaya Dalam Membuang Sampah. 1.2. Batasan Masalah Agar penelitian tidak meluas, maka pada penelitian ini akan dilakukan pembatasan masalah yang termasuk dalam ruang lingkup pada penelitian. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah fokus pada kepatuhan masyakarat dalam membuang sampah. Menurut Milgram dalam Myers (2014) kepatuhan (obedience) merupakan salah satu jenis perilaku sosial, dimana seseorang menaati dan mematuhi permintaan orang lain untuk melakukan sesuatu karena adanya unsur otoritas. Subjek yang dilibatkan pada penelitian ini adalah warga masyarakat Surabaya yang berusia 18-40 tahun. Penelitian tidak melakukan pembatasan lanjutan (kriteria lanjutan) pada subjek yang diteliti. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana studi kuantitatif deskriptif tentang kepatuhan masyarakat Surabaya dalam membuang sampah? 1.4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kepatuhan masyarakat Surabaya dalam membuang sampah berdasarkan studi kuantitatif deskriptif.

8 Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan Ilmu Psikologi terutama bagi bidang minat Psikologi Sosial yang menerapkan konsep kepatuhan khususnya dalam hal kepatuhan masyarakat Surabaya dalam membuang sampah. 1.4.2. Manfaat praktis 1. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber acuan bagi penelitian selanjutnya khususnya bagi Ilmu Psikologi terutama bagi bidang minat Psikologi Sosial terkait dengan mata kuliah Psikologi Lingkungan yang menerapkan konsep kepatuhan khususnya dalam hal kepatuhan masyarakat Surabaya dalam membuang sampah. Dan dapat belajar merawat lingkungan dari kerusakan karena membuang sampah sembarangan. 2. Bagi Subjek Penelitian Memberikan gambaran kepada masyarakat Surabaya tentang pentingnya kepatuhan membuang sampah dengan harapan masyarakat Surabaya dapat bercermin melalui hasil penelitian ini dan kemudian mau menerapkan kedalam kehidupan sehari-hari agar tercipta lingkungan yang bersih dan nyaman. 3. Bagi Masyarakat Surabaya Menjaga kebersihan harus dimulai dari diri sendiri. Dengan adanya penelitian ini masyarakat dapat bercermin dan memulai kebiasaan

9 untuk membuang sampah di tempatnya, lebih baik lagi jika dipisah antara yang organik dan anorganik, juga masyarakat dapat bekerja sama dengan warga lingkungan sekitar untuk melakukan kegiatan bersih lingkungan, mulai dari lingkungan darat, dan juga di air, memperbaiki saluran air agar air tidak mampet dan menggenang, menanami lingkungan sekitar dengan pepohonan agar lebih sejuk dan nyaman, karena untuk menjaga kebersihan dan keindahan sebuah lingkungan, sangat dibutuhkan kerja sama yang bagus antara satu warga dengan warga yang lain. Dengan jalinan kerja sama yang bagus maka, usaha untuk menjaga kebersihan tidak akan terlihat siasia. Mengingat bahwa sebenarnya lingkungan yang bersih adalah awal dari kehidupan yang sehat, jadi untuk menjaga kebersihan lingkungan perlu untuk dilakukan bersama-sama. 4. Bagi Pemerintah Kota (PEMKOT) Mengetahui gambaran kepatuhan masyarakat surabaya dalam membuang sampah. Sehingga pemerintah kota (Pemkot) dapat mengembangkan program untuk mempertahankan dan meningkatkan kepatuhan warga Surabaya.