BAB I PENDAHULUAN Judul Redesain Museum Situs Purbakala Patiayam di Kudus Pendekatan Arsitektur Metafora

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN MUSEUM PALEONTOLOGI PATIAYAM

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah

MUSEUM GEOLOGI BLORA

BAB I PENDAHULUAN. Re-Desain Stasiun Besar Lempuyangan Dengan Penekanan Konsep pada Sirkulasi, Tata ruang dan Pengaturan Fasilitas Komersial,

INPUT PROSES OUTPUT PERENCANAAN ARSITEKTUR FENOMENA. Originalitas: Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, terletak di srengseng

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

TUGAS SEJARAH II MANUSIA PURBA TRINIL DAN SANGIRAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. Kudus dikenal sebagai kota penghasil rokok (kretek)

Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 6. Figure 6. 1 Denah Opened-Gallery. sumber: Analisis Penulis, 2016 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

REDESAIN MUSEUM SITUS PURBAKALA PATIAYAM DI KUDUS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

MUSEUM TELEKOMUNIKASI DI SURAKARTA

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MUSEUM KEBUDAYAAN DI KOTA KUDUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

Redesain Gedung Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro 1

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. yang nyaman. Bangunan ataupun hunian terdiri dari bangunan pribadi yang berfungsi sebagai

STRATEGI PEMANFAATAN MUSEUM SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATERI ZAMAN PRASEJARAH

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAKSI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB V PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MUSEUM PALEONTOLOGI PATIAYAM

1. BAB I PENDAHULUAN

MUSEUM PURBAKALA PATI AYAM KABUPATEN KUDUS DENGAN PENEKANANA DESAIN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1. Pengertian Judul 2. Latar Belakang 2.1. Latar Belakang Umum Museum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara

MUSEUM PALEONTOLOGI PATIAYAM DI KUDUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode yang digunakan dalam perancangan Sentral Wisata Kerajinan

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. alternatif utama media pembelajaran, hiburan dan kesenangan. Sudah sulit

2015 PENGEMBANGAN RUMAH BERSEJARAH INGGIT GARNASIH SEBAGAI ATRAKSI WISATA BUDAYA DI KOTA BANDUNG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Patiayam. Pemilihan lokasi penelitian di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati lebih

BAB I PENDAHULUAN REDESAIN MUSEUM JAWA TENGAH RONGGOWARSITO 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul MONUMEN BATIK SOLO Monumen Batik : Solo :

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sragen Convention Centre. : Kabupaten yang berada di bagian Timur Provinsi Jawa Tengah. (id.wikipedia.org/wiki/kabupaten_sragen)

MUSEUM BATIK YOGYAKARTA Oleh : Pinasthi Anindita, Bharoto, Sri Hartuti Wahyuningrum

BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN. Judul Perancangan yang terpilih adalah Gorontalo Art Gallery Centre, dengan

BAB 3 METODE PERANCANGAN. data dari sumber literatur hingga survey langsung obyek-obyek komparasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Council of Museum (ICOM), lembaga internasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Judul

Galeri Fotografi Pelukis Cahaya yang Berlanggam Modern Kontemporer dengan Sentuhan Budaya Lombok. Ni Made Dristianti Megarini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Judul laporan Studio Konsep Perancangan Arsitektur yang diangkat adalah Persis Solo Anti Disturbance Stadium.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia pasti dihadapkan dengan dua keadaan yaitu

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Judul Pasar Seni di Sangiran Kontekstual. B. Pemahaman Judul

BAB I PENDAHULUAN. Museum Transportasi Darat di Bali 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan

BAB III TINJAUAN TATA PAMER MUSEUM KONPERENSI ASIA AFRIKA BANDUNG. Museum Konperensi Asia Afrika merupakan sarana edukasi serta

BAGAIMANA MENDIRIKAN SEBUAH MUSEUM

BAB III METODE PERANCANGAN. di Kota Malang dibutuhkan suatu metode yang merupakan penjelas tentang

BAB 1 PENDAHULUAN RE-DESAIN STADION CANDRADIMUKA KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bentuk kesenian keramik sampai saat ini. 1. Menurut The Concise Colombia Encyclopedia (1995) kata keramik berasal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, yang sampai sekarang masih banyak anak-anak yang belum tahu

BAB III STUDI LAPANGAN

SEASIDE HOTEL DI JEPARA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Museum dalam Sejarahnya

KATA PENGANTAR. Penyusun

'; Soekanto Soerjono, Prof, Dr, SH, MA, Sosiologi Suatu Ppngantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982.

BAB III METODE PERANCANGAN. untuk mencapai tujuan penelitian dilaksanakan untuk menemukan,

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya

KAWASAN WISATA TELAGA SARANGAN SEBAGAI WISATA PERMAINAN AIR DAN WISATA KULINER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB.I PENDAHULUAN. karena semakin banyaknya perusahaan yang bergerak dibidang industri baik dari

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODE PERANCANGAN. dapat digunakan ialah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif merupakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Judul Redesain Museum Situs Purbakala Patiayam di Kudus Pendekatan Arsitektur Metafora 1.2. Pengertian Judul a. Redesain : Redesain berasal dari kata redesign yang terdiri dari 2 kata, yaitu re- dan design. Dalam bahasa Inggris, penggunaan kata remengacu pada pengulangan atau melakukan kembali, sehingga redesign dapat diartikan sebagai desain ulang. Berikut definisi redesain dari berbagai sumber : 1. Menurut Salim d Ninth Collegiate English-Indonesia Dictionary (2000), redesign merupakan merancang kembali. 2. Menurut American Heritage Dictionary (2006) redeign means to make a revision in the appearance of function of, yang dapat diartikan membuat revisi dalam penampilan atau fungsi. 3. Menurut Collins English Dictionary (2009), redesign is change the design of (something), yang dapat diartikan mengubah desain dari ( sesuatu). Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa redesain mengandung pengertian merancang ulang sesuatu sehingga terjadi perubahan dalam penampilan atau fungsi. dengan tujuan untuk menghasilkan manfaat yang lebih baik dari desain semula. b. Arsitektur Metafora : Sebuah proses pemikiran arsitektural. Metafora dalam arsitektur dibangun melalui perwujudan konsep desain. melalui pengejewantahan desain, konsep tersebut dipindahkan ke dalam ruang tiga dimensi c. Museum Situs Purbakala Patiayam di Kudus: 1. Menurut ICOM (Internasional Council of Museum) : Museum merupakan lembaga yang tetap yang bersifat non profit, yang 1

2 bergerak dalam kegiatan menghimpun, memelihara, meneliti menyusun secara sistematik dan konseptual, dan menginformasikan kepada masyarakat luas berbagai jenis materi yang langka, berharga, bernilai sejarah dan berperan penting di dunia pada umumnya, dan kawasan dan negara tertentu pada khususnya. Kegiatan-kegiatan ini bertujuan untuk kepentingan pendidikan dan rekreasi 2. Menurut pengertian dalam monumental ordonnantie stbl. no. 238 tahun 1931, Situs purbakala merupakan monumen yang dilindungi dari kerusakan atau perusakan. Didalam pasal 1 ayat1 m.o 1931 antara lain dinyatakan bahwa yang dianggap sebagai monumen dalam peraturan tersebut adalah sebagai berikut: a). Berbagai benda bergerak maupun tidak bergerak yang dibuat oleh tangan manusia, bagian atau kelompok benda-benda dan juga sisanya yang pokoknya berumur 50 tahun atau memiliki masa langgam yang paling sedikit berumur 50 tahun dan dianggap mmpunyai nilai penting bagi prasejarah, sejarah, atau kesenian. b). Benda-benda yang dianggap mempunyai nilai penting dipandang dari sudut paleoantropologi c). Situs yang mempunyai petunjuk yang kuat dasarnya bahwa didalamnya terdapat benda-benda yang dimaksud pada poin 1 dan 2 diatas. 3. Patiayam : merupakan sebuah perbukitan yang terletak di kaki gunung muria, yaitu berada di gunung slumpit, tepatnya berada di desa terban kecamatan jekulo kabupaten kudus. Patiayam ditetapkan sebagai cagar budaya berdasarkan surat keputusan Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Provinsi Jawa Tengah nomor 988/102.SP/BP3/P.IX/2005, dimana letak

3 zona inti situs Patiayam adalah tanah milik Perhutani petak 21C (Bappeda 2007 : 1-3). 4. Kudus : merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah mencapai 42.516 Ha d. Redesain Museum Situs Purbakala Patiayam di Kudus adalah Merancang ulang wadah yang melayani kebutuhan publik, dalam kegiatan mengkonservasi, mengelola, menjaga, merawat, melindungi, dan memamerkan secara sistematik dan konseptual terhadap benda yang mempunyai nilai penting atau benda cagar budaya Museum situs purbakala Patiayam di Kudus dengan Pendekatan pada konsep Arsitektur Metafora.. 1.3. Latar Belakang Zaman prasejarah adalah babakan dalam sejarah yang diberikan kepada suatu periode ketika manusia belum menggunakan tulisan untuk berkomunikasi. pembabakan waktu mulai terbentuknya bumi sampai sekarang menurut ilmu geologi, dibagi menjadi beberapa masa yaitu arkeozoikum, proterozoikum, paleozoikum, mesozoikum, dan kenozoikum (Hizbullah, 2003). Di Indonesia, zaman prasejarah berakhir pada sekitar abad V masehi ketika telah digunakan tulisan dalam kehidupan masyarakat yang dibuktikan melalui temuan sumber-sumber tertulis. Para ahli telah melakukan upaya memahami zaman prasejarah dengan penggunaan sumber primer berupa fosil, ecofak, artefak, isefak, serta featur, melalui analisis kimiawi, geologis, dan arkeologis. di Indonesia, manusia purba yang terkenal antara lain Pithecanthropus Mojokertensis, Pithecanthropus Robustus,Meganthropus,,Homo Erectus, Homo Wajakensis, Homo Soloensis, Homo Sapiens dan Homo Floresiensis (Hizbullah, 2005). Situs Patiayam merupakan salah satu tempat yang mengandung fosil di Indonesia. Lokasi situs Patiayam terletak di Desa Terban, Kecamatan jekulo, Kabupaten Kudus. di Desa Terban, pada saat ini telah

4 terdapat tempat penyimpanan fosil yang ditemukan oleh warga. Tempat tersebut selain berfungsi untuk menyimpan fosil-fosil yang ditemukan oleh warga, juga sebagai tempat perawatan, sekaligus tempat kunjungan bagi wisatawan. Museum Patiayam ini menjadi bagian dari kawasan Situs Patiayam. Di dalam Museum Situs Patiayam, benda peninggalan atau jejakjejak kehidupan, meliputi artefak, fosil, ecofak, featur, isefak. Fosil yaitu sisa kehidupan yang telah membatu. Situs Patiayam merupakan salah satu situs terlengkap. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya manusia purba (Homo erectus), fauna vertebrata dan fauna invertabrata. Ada juga alatalat batu manusia dari hasil budaya manusia purba yang ditemukan dalam satu aeri pelapisan tanah yang tidak terputus sejak minimal satu juta tahun yang lalu. serta koleksi fosil asli yang ditemukan disekitar Situs Patiayam seperti : Fosil Gading Gajah Purba (Stegodon), Elephas sp, Ceruus zwaani dan Cervus/ Ydekken martim (sejenis rusa), Rhenocerus sondaicus (badak), Susbrachygnatus dubois (babi), Felis sp, Bos bubalus palaeo karabau (sejenis kerbau), Bos banteng palaeosondaicus, dan Crocodilus sp (buaya). Bangunan museum adalah salah satu wujud nyata dari satu kepedulian masyarakat dalam menyikapi keberadaannya untuk sisi-sisi tertentu. Sebuah museum sebagai lembaga yang menampung berbagai wujud rekaman yang berhubungan dengan kejadian, peristiwa, sikap manusia dengan apa yang terjadi; sehingga mempengaruhi kehidupannya baik langsung atau tidak langsung. Menurut ICOM (International Council of Museum), meseum merupakan lembaga yang tetap yang bersifat non profit, yang bergerak dalam kegiatan menghimpun, memelihara, meneliti, menyusun secara sistematik dan konseptual, dan menginformasikan kepada masyarakat luas berbagai jenis materi yang langka, berharga, bernilai sejarah dan berperan penting di dunia pada umumnya, kawasan dan negara tertentu pada

5 khususnya. Kegiatan-kegiatan ini bertujuan untuk kepentingan pendidikan dan rekreasi. Balai Arkeologi Yogyakarta dan Forum Pelestari Situs Patiayam menilai fasilitas penyimpanan fosil di Situs Patiayam, Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, kurang memadai. Mereka berharap fosil itu disimpan di museum yang sebenarnya.(www.regional.kompas.com, diakses tanggal : 29/11/2015). Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta Siswanto menambahkan, nilai edukasi Situs Patiayam sangat tinggi dan tidak kalah dengan Situs Sangiran, Sragen. Di situs itu banyak ditemukan fosil-fosil hewan purba, baik yang hidup di darat maupun laut, serta manusia purba. Lokasinya juga sangat strategis, berdekatan dengan jalan pantai utara Kudus-Pati, sehingga berpeluang menarik minat pengunjung. "Selain itu, museum dapat mendukung pengembangan edukasi tentang zaman purba lintas generasi," kata Siswanto. Pendirian museum di Patiayam ini ternyata sejalan dengan perhatian Pemerintah terhadap potensi Patiayam yang sejak 22 September 2005 situs Patiayam ditetapkan sebagai cagar budaya berdasarkan surat keputusan Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Provinsi Jawa Tengah nomor 988/102.SP/BP3/P.IX/2005, dimana letak zona inti situs Patiayam adalah tanah milik Perhutani petak 21C (Bappeda, 2007). dengan ditetapkannya Situs Patiayam sebagai cagar budaya merupakan suatu titik awal bagi pengembangan dan peningkatan Museum Patiayam. Rencana pendirian museum yang menampilkan berbagai koleksi dari situs Patiayam yang terletak di Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kudus Di Indonesia, istilah museum situs mulai dikenal pada tahun 80-an. Museum ini berawal dari didirikannya bengkel kerja (werkeet) sebagai sarana penunjang kegiatan pemugaran bangunan purbakala yang dikembangkan pada tahun 70-an. Dalam kegiatan pemugaran dibutuhkan pula bangunan yang berfungsi untuk menyelamatkan benda cagar budaya

6 sebagai akibat dari maraknya pencurian, perusakan, dan penemuan benda cagar budaya oleh masyarakat. Kegiatan penelitian purbakala yang semakin meningkat, menyebabkan makin kuatnya kebutuhan sebuah bangunan sebagai tempat penyimpanan hasil temuan yang sekaligus berfungsi sebagai pusat informasi mengenai situs tersebut. Temuan yang semakin bertambah, baik yang berasal penemuan masyarakat maupun penelitian, pada gilirannya memerlukan sistem penataan pameran / display dan pembuatan label informasi pada masing-masing temuan. Dalam perkembangannya, pusat informasi tersebut akhirnya diubah fungsinya menjadi Museum Situs purbakala. Kita ketahui bahwa museum adalah salah satu fasilitas dari kebutuhan manusia untuk mewujudkan tujuan pendidikan dan rekreasi. dimana koleksi museum adalah salah satu pertimbangan utama, baik dari koleksi fisik ataupun berupa pengumpulan data-data non fisik. Maka untuk dapat terwujudnya sebuah museum kita harus mampu mengelola secara profesional dan menampilkan koleksi diatas secara baik. Mengingat potensi Patiayam dalam bidang pendidikan dan rekreasi, Museum Situs Patiayam saat ini telah ada, maka dari itu untuk mewujudkan Hakikat Museum yang sesungguhnya diperlukan fungsi dan peranan museum dengan sebaik-baiknya. diharapkan dapat berkembang menjadi museum yang representatife dengan mempertimbangkan aspek-aspek terkait perancangan museum, mengingat masih sangat diperlukannya museum khusus yang menangani dan mengamankan fosil-fosil dari peninggalan kehidupan jaman prasejarah 1.4. Evalusai Purna Huni Museum Situs Purbakala Patiayam dikudus Sebagai awalan sudah digunakan untuk seminar penelitian yang hasilnya dapat ditunjukan pada evaluasi purna huni eksisting condition Museum Situs Purbakala Patiayam di Kudus dibawah ini :

7 Gambar 1. 1: Prespektif Museum Situs Purbakala (Sumber : Ari Hefi R, 2015) Gambar 1. 2: Tata Objek Pamer Museum Situs Purabakala Patiayam (Sumber : Ari Hefi R, 2015)

8 Tabel 1. 1: Evaluasi Purna Huni (EPH) Museum Situs Purbakala Patiayam No Aspek Yang Dinilai 1 Kebutuhan Ruang Eksisting Standar Kekurangan - Loby - R. Penerimaan - R. Pameran - R. Karyawan - R.Penyimpanan Koleksi - KM/WC 2 Aksesibilitas Akses Loby berupa anak tangga 3 Pencahayaan dan Penghawaan 4 Penataan Display Pamer Bukaan bagian depan sangat besar - Pedestal - Vitrin - Panel - Replika Fosil - yang belum diangkat - Replika - Miniatur - Multimedia Bangunan museum situs harus memiliki kelengkapan bangunan yang menunjang aktivitas dalam pengelolaannya berdasarkan hasil kajian. Aksesibilitas menuju museum diperlukan untuk memberikan kamudahan kepada pengunjung museum. Intensitas cahaya diatur untuk menghasilkan kesesuaian kebutuhan penglihatan di dalam ruang berdasarkan jenis aktivitasnya. Aspek Antropometri dalam display Studi ini untuk menemukan dimensi ideal dalam penentuan ukuran alat display, jarak Kenyamanan visual, ruang gerak. - R. Studi koleksi - R. Perawatan - R. Preparasi - R. Audiovisual - R. Perpustakaan - Parkir - Kantor - Mushola - Shop Tidak dapat di akses untuk difabel Intensitas cahaya yang masuk kedalam ruang pamer sangat besar sehingga menciptakan silau. Hasil Pengukuran Sudut kenyamanan pengamatan Tata Objek Benda sebagian besar tidak memenuhi standart aspek antropometri dalam display.

9 No Aspek Yang Dinilai 5 Pengamanan Dalam Museum 6 Struktur dan Utilitas Eksisting Standar Kekurangan R. Penerimaan yang merupakan ruang pengawasan. - Pengaman umum melalui tata kerja dan tata ruang - pengawasan. - Pengamanan terhadap pencurian dan tangan jahil - Pengamanan terhadap kebakaran - Riul Kota Peralatan teknis - Jaringan diperlukan dalam Listrik seluruh kegiatan yang berlangsung di museum situs (Sumber :Dokumen Pribadi, 2015) - Sistem Perlindungan Sekitar dan dalam - Sistem Perlindungan dalam - Pendeteksi panas - Pendeteksi asap - Sprinkler - Gas System - Portable Fire Extinguisher - Railling Pada Display - Glass Breaking Sensors - CCTV - R. Genset - R. Pengelolahan Limbah - Sistem Tata Suara Berdasarkan Evaluasi Purna Huni Museum Situs Purbakala Patiayam di Kudus tersebut terdapat permasalahan Kebutuhan Ruang, Aksesibilitas, Pencahayaan dan Penghawaan, Penataan Display Pamer, Pengamanan Dalam Museum dan Struktur dan Utilitas maka dapat disimpulkan perlu di Redesain yang meemenuhi persyaratan dan tuntutan kegiatan mengkonservasi, mengelola, menjaga, merawat, melindungi, dan memamerkan secara sistematik dan konseptual terhadap benda yang mempunyai nilai penting atau benda cagar budaya Museum situs purbakala Patiayam di Kudus dengan Pendekatan pada konsep Arsitektur Metafora.

10 1.5. Rumusan Permasalahan Dari Latarbelakang dan Evaluasi Purna Huni diatas dapat dipecahkan masalah sebagai berikut : a. Bagaimana merancang ulang kebutuhan ruang Museum Situs Purbakala Patiayam yang sesuai dengan fungsinya. b. Bagaimana merancang ulang tampilan arsitektur Museum Situs Purbakala Patiayam dengan Pendekatan pada konsep Arsitektur Metafora yang sesuai dengan fungsinya. c. Bagaimana merancang ulang struktur dan utilitas Museum Situs Purbakala Patiayam yang sesuai dengan fungsinya. 1.6. Tujuan a. Merancang ulang kebutuhan ruang Museum Situs Purbakala Patiayam yang sesuai dengan fungsinya. b. Merancang ulang tampilan arsitektur Museum Situs Purbakala Patiayam dengan Pendekatan pada konsep Arsitektur Metafora yang sesuai dengan fungsinya. c. Merancang ulang struktur dan utilitas Museum Situs Purbakala Patiayam yang sesuai dengan fungsinya. 1.7. Sasaran Merancang ulang wadah yang melayani kebutuhan publik, dalam kegiatan mengkonservasi, mengelola, menjaga, merawat, melindungi, dan memamerkan secara sistematik dan konseptual terhadap benda yang mempunyai nilai penting atau benda cagar budaya Museum situs purbakala Patiayam di Kudus dengan Pendekatan pada konsep Arsitektur Metafora. 1.8. Lingkup Pembahasan Untuk mencapai tujuan dan sasaran maka perlu batasan pembahasan sebagai berikut :

11 a. Pembahasan mengacu pada sasaran yang berupa tinjauan serta analisis yang akhirnya akan menghasilkan konsep yang berupa penyelesaian masalah. b. Pembahasan arah perencanaan dan perancangan berpedoman pada studi literatur dan mempertimbangkan studi yang ada berupa objek sejenis yang telah ada. c. Proses pembahasan maupun perencanaan yang dilakukan dalam redesain mesuem Situs Purbakala Patiayam di Kudus dibatasi pada disiplin ilmu Arsitektur, terutama yang berkaitan dengan perencanaan arsitektur agar terwujudnya konsep Arsitektur yang mampu bersinergi dengan keselamatan ekosistim lingkungan. Adapun pembahasan mengenai penerapan teknologi pendukung bangunan di luar disiplin ilmu arsitektur yang dianggap mendasari dan ikut menentukan dalam faktor perancangan akan dimasukkan dengan cara logika dan asumsi dalam koridor Concept Design. 1.9. Keluaran/Desain yang dihasilkan Luaran yang dihasilkan terdiri atas dua produk, yaitu konsep perancangan yang merupakan produk utama berupa laporan tertulis yang tersusun dalam Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA), serta gambar desain arsitektural yang merupakan produk tersendiri namun tidak terpisahkan dari keseluruhan luaran yang tersusun dalam perencanaan dan perancangan arsitektur, gambar desain arsitektural desain yang dihasilkan yaitu sebuah bangunan atau gedung Museum Purbakala Situs Patiayam dengan fasilitas antara lain sebagai berikut: a. R. Pameran b. R. Preparasi c. R. Audiovisual d. R. Perpustakaan e. R. Perawatan/Laboratorium f. R.Penyimpanan Koleksi

12 g. Kantor h. Mushola i. Kios Souvenir j. Resto k. Menara Pandang 1.10. Metode Pembahasan Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis menggunakan beberapa metode dalam proses baik pengumpulan data hingga penganalisaan yang nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam proses redesain mesuem Situs Purbakala Patiayam di Kudus, adapun metode yang dipakai adalah sebagai berikut: a. Metode Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam perencananaan dan perancangan 1. Data primer, yaitu informasi yang berkaitan dengan kasus-kasus yang terjadi (tempat dan pristiwa) yang dibutuhkan sebagai pendukung konsep perencananaan dan perancangan, antara lain dilakukan dengan cara: a). Observasi yang dilakukan diharapkan dapat melihat keadaan objektif di lokasi penelitian guna membuka dan memperkaya wawasan sehingga data yang diperoleh dapat dikaji. Diperluas dan dapat dipecahan permasahalan, Pengamatan ini dilakukan dengan mengukur, mencatat, membuat sketsa atau gambar dan foto. Sketsa, gambar, dan foto diperoleh dengan melakukan rekaman di lapangan atau melalui dokumentasi dari pihak institusi/lembaga yang terkait dengan perijinan. b). Wawancara terhadap informan atau kepada pihak yang berkompeten di bidangnya yang mendukung proses redesain mesuem Situs Purbakala Patiayam 2. Data sekunder : merupakan data pelengkap yang diperlukan dalam melakukan analisis. Adapun sumber data sekunder adalah

13 literatur antara lain dapat berupa: jurnal, hasil-hasil penelitian terdahulu, dokumen, manuskrip, gambar arsitektur, peraturan daerah, perundang-undangan, dan referensi lainnya yang mendukung maksud proses redesain mesuem Situs Purbakala Patiayam di Kudus, Sumber data sekunder ini sebagian besar diperoleh dari sejumlah perpustakaan dan sebagian kecil lainnya dari koleksi para sahabat dan pribadi b. Teknik Analisa Data Pengolahan terhadap perolehan data primer dan sekunder diatas dengan menggunakan metode analisa dan sintesa, kemudian dianalisis sesuai dengan permasalahan dan persoalan yang ada, untuk kemudian disintesakan sebagai bahan dalam penyusunan konsep perencananaan dan perancangan mesuem Situs Purbakala Patiayam di Kudus. 1.11. Sistematika Penulisan Sistematika pembahasan penyusunan laporan Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) meliputi : BAB I Pendahuluan BAB II BAB III Bab pendahuluan ini berisikan tentang judul, pengertian judul, latar belakang, rumusan permasalahan, maksud, tujuan dan sasaran, lingkup pembahasan, keluaran, metode pembahasan, sistematika pembahasan. Tinjauan Pustaka Bab ini berisikan tentang tinjauan literatur dan studi-studi terkait mengenai substansi materi kajian objek, studi kasus, elemen perancangan. Gambaran Umum Lokasi Perencanaan Bab ini berisi tentang gambaran umum lokasi/ data fisik (RBWK, RUTRK terbaru), data sebaran aktifitas, penduduk, lingkungan social lain/ data non fisik (data 5 tahun terakhir

14 BAB IV dari BPS, kantor dinas, DPU dan sebagainya), dan gagasan perancangan. Analisis Pendekatan dan Konsep Perencanaan dan Perancangan Bab ini berisi tentang, analisa dan konsep site, analisa dan konsep ruang, analisa dan konsep masa, analisa dan konsep tampilan arsitektur (eksterior dan interior), analisa dan konsep struktur dan utilitas, analisa dan konsep penekanan arsitektur