ANALISIS KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH GO PUBLIC PADA PT. SAMPOERNA AGRO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kelapa sawit adalah salah satu komoditi yang diharapkan mampu memberikan

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN FARMASI DI BEI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa angka-angka dari transaksi yang terjadi selama satu periode. Informasi

BAB I PENDAHULUAN. Bidang keuangan merupakan bidang yang sangat penting dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, bidang keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik bagi pihak. internal maupun pihak eksternal perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas.

Evaria Novita, Achmad Husaini, MG Wi Endang Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia Abstrak

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai keuangan yang baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi di pasar modal. Mulai dari pengusaha, pegawai, buruh,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERKEMBANGAN PT ANEKA TAMBANG DITINJAU DARI ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laba menurut beberapa ahli:

PENGGUNAAN ANALISIS RASIO KEUANGAN DENGAN METODE TIME SERIES UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan keputusan yang tepat dan cepat. Dalam bisnis setiap

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi. untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi dunia bisnis sekarang ini menuntut perusahaan-perusahaan yang ada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEMEN DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MELALUI RASIO LIKUIDITAS, LAVERAGE, DAN PROFITABILITAS PT

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAIN KINERJA KEUANGAN PADA PT. H.M SAMPOERNA Tbk. Recly Bima Rhamadana

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam Perkembangan perekonomian yang pesat serta kemajuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN GUNA MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. UNILEVER INDONESIA TBK DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan

Eka Puji Purnama Sari, Nurul Qomari, Widya Susanti Progam Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Bhayangkara Surabaya

BAB 5 PENUTUP. kinerja keuangan PT. Fastfood Indonesia, Tbk dan PT. Pioneerindo Gourmet

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-undang No. 36/1999 tentang telekomunikasi

Latar Belakang Masalah. 1. Keuangan Perusahaan 2. Laporan Keuangan 3. Penilaian Kinerja Perusahaan

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. peluang investasi karena banyak perusahaan berlomba-lomba meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN ROKOK (Studi Pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode )

Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya tujuan dari perusahaan adalah untuk mendapatkan

Waktu efektif yang digunakan dalam melakukan penelitian ini dimulai. pada bulan September 2015 sampai dengan selesainya skripsi ini.

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal menjalankan dua

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1I TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat

BAB I PENDAHULUAN. investasi di Indonesia serta ketidak stabilan mata uang dollar terhadap rupiah.

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Didalam penelitian ini, adapun teori teori yang mendukung atas judul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menghadapi persaingan dalam era globalisasi saat ini setiap perusahaan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kondisi ekonomi negara tersebut saat ini: apakah ekonominya sedang booming

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia usaha menjadi semakin

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan tambahan modal ialah dengan menawarankan kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin maju, sejalan dengan

BAB IV. Analisis dan Pembahasan. dan 2012 terdapat analisis keuangan sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pada saat ini membuat dunia usaha mengalami perubahan

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT KIMIA FARMA (PERSERO) TBK

PENGGUNAAN ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN ( Studi pada PT. Semen Indonesia ( Persero), Tbk periode )

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) guna menjual

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK : Tujuan penelitian, ialah untuk mengetahui pada perusahaan semen yang terdaftar di

Analisis Return on Asset, Current Ratio dan Debt Ratio dalam Menilai Kinerja Keuangan pada PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) cabang Belawan

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB 5 PENUTUP. 1. Penilaian kinerja keuangan bertujuan untuk mengetahui kemampuan. perusahaan untuk mencapai tingkat penjualan setiap tahunnya.

ANALISIS RASIO PROFITABILITAS UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. AMANAH FINANCE

Transkripsi:

1 ANALISIS KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH GO PUBLIC PADA PT. SAMPOERNA AGRO Novita Dwi Anggraini Vitha_anggraini27@yahoo.com Sasi Agustin Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to find out whether there is a significant difference in financial performance before and after go public at PT Sampoerna Agro, Tbk. The analysis technique uses both qualitative and quantitative analysis that is by performing calculation on financial ratios to be tested by using paired sample t-test to find out whether there is any differences or not of financial performance before and after go public.the result of financial ratio analysis at PT Sampoerna Agro, Tbk. before and after go public shows the company s financial performance after go public that is proxy by liquidity, leverage, profitability, and activity, which have a tendency to be better than before go public. The result of paired sample t-test that from 10 financial ratios which stated the financial performance is better before and after go public only 3 financial ratios (CR, GPM, and NPM) which show significant performance difference whereas the remaining 7 ratios (QR, DTA, DER, ROA, ROE, TATO and FATO) do not show any difference. Keywords: Financial Performance, Financial Ratio, Go Public ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan atas kinerja keuangan sebelum dan sesudah go public pada PT Sampoerna Agro Tbk. Adapun Teknik analisa yang digunakan adalah teknik analisa kualitatif maupun kuantitatif, yaitu dengan melakukan perhitungan atas rasio-rasio keuangan untuk selanjutnya diuji dengan uji dua sampel berpasangan untuk mengetahui apakah ada perbedaan atau tidak kinerja keuangan sebelum dan sesudah go public.hasil analisis rasio keuangan pada pada PT Sampoerna Agro Tbk sebelum dan setelah go public menunjukkan kinerja keuangan perusahaan setelah go public yang diproksi melalui likuiditas, leverage, profitabilitas dan aktivitas, mempunyai kecenderungan lebih baik dibanding sebelum go public. Hasil uji beda berpasangan yang menyatakan kinerja keuangan baik sebelum dan sesudah go public 10 rasio keuangan, hanya tiga rasio (CR, GPM dan NPM) yang menunjukkan perbedaan kinerja signifikan, sedangkan tujuah rasio lainya (QR, DTA, DER, ROA,ROE, TATO maupun FATO) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Kata kunci: Kinerja Keuangan, Rasio Keuangan, Go Public PENDAHULUAN Persaingan global yang semakin meningkat dengan terus bertambahnya jumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit menyebabkan perusahaan perkebunan kelapa sawit yang ada di Indonesia semakin dituntut untuk efektif dan efisien dalam pengelolaannya agar tetap bertahan ditengah persaingan usaha yang semakin ketat. Untuk dapat bertahan, perusahaan harus mencermati dan menganalisis kinerja perusahaan, salah satunya adalah dengan melakukan analisis kinerja dari sisi keuangan terhadap laporan keuangan. Laporan keuangan memberikan gambaran secara umum sebuah perusahaan. Laporan ini diterbitkan

tahunan, semesteran, triwulanan, bahkan harian. Media yang dapat dipakai untuk menilai kinerja keuangan perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hasil pengumpulan dan pengolahan data keuangan yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan atau ikhtisar lainnya sehingga dapat digunakan untuk membantu para pemakai di dalam menilai kinerja perusahaan sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat. Laporan keuangan digunakan oleh manajer untuk meningkatkan kinerja, oleh kreditor untuk mengevaluasi kemungkinan dibayarnya pinjaman dan oleh pemengang saham untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham. Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil akhir dari proses akuntansi pada suatu periode tertentu yang merupakan hasil pengumpulan data keuangan yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan ataupun ikhtisar lainnya yang dapat digunakan sebagai alat bantu bagi para pemakai di dalam menilai kinerja keuangan perusahaan sehingga dapat mengambil keputusan dengan tepat. Laporan keuangan dapat dianalisis untuk melihat kondisi perusahaan, jenis analisis bervariasi sesuai dengan kepentingan pihak-pihak yang melakukan analisis. Salah satu teknis analisis laporan keuangan yang banyak digunakan untuk menilai posisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan adalah analisis rasio keuangan karena penggunaannya yang relatif mudah. Analisis laporan keuangan akan lebih tajam apabila angka-angka keuangan dibandingkan dengan standar tertentu. Standar tersebut dapat berupa, standar internal yang ditetapkan oleh manajemen, perbandingan historis atau membandingkan angka-angka keuangan dengan masa sebelumnya, membandingkan dengan perusahaan atau industri sejenis. Salah satu alasan dilakukannya analisis terhadap laporan keuangan adalah menilai kinerja keuangan perusahaan. Dimana penilaian kinerja untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada penelitian ini, rasio yang digunakanhanya empat kategori saja yaitu : rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan rasio aktivitas.berdasarkan latar belakang diatas tersebut, dapat dirumuskan suatu permasalahan antara lain : 1) Bagaimana kinerja keuangan pada PT Sampoerna Agro Tbk sebelum dan sesudah melakukan go public yang terdaftar di BEI?, 2) Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan pada PT Sampoerna Agro Tbk sebelum dan sesudah go public yang terdaftar di BEI? Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dan pernyataan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan pada penelitian ini antara lain : 1) Untuk mengetahui kinerja keuangan pada PT. Sampoerna Agro Tbk sebelum dan sesudah go public yang terdaftar di BEI. 2)Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan pada PT Sampoerna Agro Tbk sebelum dan sesudah go public yang terdaftar di BEI. 2 TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:1), laporan keuangan meliputi bagian dari proses laporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas/laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.menurut Munawir (2010:5), pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca menunjukkan/menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan perhitungan (laporan) laba-rugi memperlihatkan hasilhasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu,

dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan. Sedangkan menurut Harahap (2009:105), laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca, laporan laba-rugi atau hasil usaha, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, laporan posisi keuangan. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan untuk perusahaan terdiri dari laporan-laporan yang melaporkan posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu, yang dilaporkan dalam neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas, dimana neraca menunjukkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas perusahaan. Laporan labarugi menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tertentu. Sedangkan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan. Analisis Laporan Keuangan Menurut Munawir (2010;35), analisis laporan keuangan adalah analisis laporan keuangan yang terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Menurut Harahap (2009:190), analisis laporan keuangan berarti menguraikan akun-akun laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data nonkuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Sedangkan menurut Sundjaja dan Barlian (2001:37), analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa depan. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan merupakan proses untuk mempelajari data-data keuangan agar dapat dipahami dengan mudah untuk mengetahui posisi keuangan, hasil operasi dan perkembangan suatu perusahaan dengan cara mempelajari hubungan data keuangan serta kecenderungannya terdapat dalam suatu laporan keuangan, sehingga analisis laporan keuangan dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan juga dalam melakukan analisisnya tidak akan lepas dari peranan rasio-rasio laporan keuangan, dengan melakukan analisis terhadap rasio-rasio keuangan akan dapat menentukan suatu keputusan yang akan diambil. Analisis Rasio Keuangan Menurut Harahap (2009:297), rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu akun laporan keuangan dengan akun lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Menurut Riyanto (2010:329), dalam mengadakan analisis rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukannya dengan 2 macam cara pembandingan, yaitu :1) Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu (rasio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. Dengan cara pembanding ini akan dapat diketahui perubahan-perubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun. Kalau diketahui perubahan dari angka rasio tersebut maka dapatlah diambil kesimpulan mengenai tendensi atau kecenderungan keadaan keuangan serta hasil operasi perusahaan yang bersangkutan. 2) Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio industri/rasio standar) untuk 3

waktu yang sama. Dengan cara ini akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan dalam aspek keuangan tertentu berada di atas rata-rata industri, berada pada rata-rata atau terletak dibawah rata-rata industri.menurut Riyanto (2010:331), umumnya rasio dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) tipe dasar, yaitu : 1) Rasio Likuiditas, adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya. 2) Rasio Leverage, adalah rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibelanjai dengan hutang. 3) Rasio Aktivitas, adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dananya. 4) Rasio Profitabilitas, adalah rasio yang mengukur hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan. Kinerja Keuangan Perusahaan Menurut Munawir (2010:30), kinerja keuangan perusahaan merupakan satu diantara dasar penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dilakukan berdasarkan analisa terhadap rasio keuangan perusahaan. Pihak yang berkepentingan sangat memerlukan hasil dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan untuk dapat melihat kondisi perusahaan dan tingkat keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Menurut Sawir (2003:144), dalam menilai kinerja keuangan yang menggunakan analisis rasio keuangan perlu diketahui standar rasio keuangan tersebut. Pada umumnya, kinerja keuangan perusahaan dikategorikan baik jika besarnya rasio keuangan perusahaan bernilai sama dengan atau di atas standar rasio keuangan. Menurut Munawir (2010:67), selain membandingkan rasio keuangan dengan standar rasio, kinerja keuangan juga dapat dinilai dengan membandingkan rasio keuangan tahun yang dinilai dengan rasio keuangan pada tahun-tahun sebelumnya. Dengan membandingkan rasio keuangan pada beberapa tahun penilaian dapat dilihat bagaimana kemajuan ataupun kemunduran kinerja keuangan sesuai dengan kegunaan masing-masing rasio tersebut. Perusahaan Go Public Go public artinya perusahaan tersebut telah memutuskan untuk menjual sahamnya kepada publik dan siap untuk dinilai oleh publik secara terbuka. Dalam proses go public perusahaan membutuhkan peran lembaga menunjang pasar modal, yang akan membantu perusahaan mulai dari penyediaan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk pendaftaran ke bapepam sampai pendaftaran sahamnya ke bursa efek. Proses go public tetap menggunakan prosedur yang berlaku, sesuai dengan standar dan aturan yang berlaku, tanpa sedikit pun manajemen BEI terlibat di dalamnya. Karena memang dalam proses go public ini, pintu pertama yang harus dilakukan adalah Badan Pengawas Pasar Modal- Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Proses go public, secara sederhana dikatakan sebagai kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual saham atau Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya. Tahapan Proses Go-public, dibagi menjadi 4 tahap, yaitu: 1) Tahap Persiapan.2) Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran.3) Tahap Penjualan Saham. 4) Tahap Pencatatan di BEI.Jika memenuhi persyaratan, maka perlu ditentukan papan perdagangan yang menjadi papan pencatatan emiten itu. Papan utama merupakan papan perdagangan bagi emiten yang volume sahamnya cukup besar dengan kapitalisasi pasar yang besar, sedangkan papan pengembangan adalah khusus bagi pencatatan saham-saham yang tengah berkembang. Jadi perbedaaan papan perdagangan ini hanya membedakan ukuran perusahaan saja. Papan Utama ditujukan untuk emiten atau emiten yang mempunyai ukuran (size) besar dan lamanya menjalankan usaha utama sekurangkurangnya 36 bulan berturut-turut. Sementara Papan Pengembangan dimaksudkan untuk 4

perusahaan-perusahaan yang belum dapat memenuhi persyaratan pencatatan di Papan Utama, termasuk perusahaan yang prospektif namun belum menghasilkan keuntungan. Model Penelitian Untuk mengetahui adanya perbedaan pada PT. Sampoerna Agro Tbksebelum dan sesudah melakukan go public dapat dilihat di laporan keuangan perusahaan yaitu melalui neraca dan laporan laba rugi dengan menghitung : rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan rasio aktivitas, maka akan diperoleh gambaran atau hipotesis dari perusahaan tersebut. Seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini : 5 Laporan keuangan Neraca dan Laporan Laba rugi Sebelum Go Public Sesudah Go Public Analisis Rasio 1. Rasio Likuiditas 2. Rasio Solvabilitas 3. Rasio Profitabilitas 4. Rasio Aktivitas Analisis Rasio 1. Rasio Likuiditas 2. Rasio Solvabilitas 3. Rasio Profitabilitas 4. Rasio Aktivitas Kinerja Keuangan Sebelum Go Public Kinerja Keuangan Sesudah Go Public Uji Beda Berpasangan Kesimpulan Gambar 1 Model Penelitian Perumusan Hipotesis H 1 : Kinerja keuangan PT. Sampoerna Agro Tbk mengalami peningkatan sesudah melakukan go public. H 2 : Ada perbedaan yang signifikan kinerja keuangan sebelum dan sesudah go public PT. Sampoerna Agro, Tbk.

METODE PENELITIAN Obyek dan Sampel Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah PT. Sampoerna Agro Tbk yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2004-2012.Dalam penelitian ini tidak menggunakan sampelpertimbangan tidak menggunakan sampel dalam penelitian ini karena jenis penelitian yang dilakukan berupa penelitian komperatif atau perbandingan, yaitu membandingkan kinerja keuangan sebelum dan sesudah go public pada PT. Sampoerna Agro Tbk. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Kinerja Keuangan Sebelum Go Public Yang dimaksud dengan kinerja keuangan sebelum go public adalah gambaran mengenai kondisi keuangan perusahaan yang meliputi posisi keuangan serta hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan sebelum go public yaitu tahun 2004 sampai dengan 2006. Kinerja keuangan sesudah Go Public Yang dimaksud dengan kinerja keuangan sesudah go public adalah gambaran mengenai kondisi keuangan perusahaan yang meliputi posisi keuangan serta hasilhasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan sebelum go public yaitu tahun 2008 samapai dengan 2012. Adapun variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah : 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar. Astuti (2004: 31) mengatakan bahwa rasio lancar inimemberikan indikator terbaik atasbesarnya klaim kreditor jangka pendek yangdapat ditutup oleh aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalamjangka pendek. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar, semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Aktiva Lancar Current Ratio= ----------------------------------- x 100% Hutang Lancar 2. Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio ini disebut juga acid test rasio yang juga digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan quick ratio dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan. Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Aktiva Lancar Persediaan Quick Ratio = ------------------------------------------------ x 100% Hutang Lancar 6

3. Rasio hutang modal (Debt to Equity Ratio) Rasio hutang modal menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang. Total Hutang DER = ----------------------------- x 100% Total Modal 4. Rasio Hutang Terhadap Total Aktiva (Debt Total Asset Ratio) Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Apabila semakin tinggi, sementara proporsi total aktiva tidak berubah maka hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar. Total hutang semakin besar berarti rasio financial atau rasio kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi. Total Hutang DTAR= ------------------------------ x 100% Total Aktiva 5. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin) Rasio mengukur laba kotor terhadap penjualan. Semakin besar Gross Profit Margin maka semakin baik keadaan operasi perusahaan, hal ini menunjukan bahwa Harga Pokok Penjualan relative lebih rendah di bandingkan dengan penjualan (Syamsuddin, 2009:61). Penjualan Harga Pokok Penjualan GPM= ------------------------------------------------------- x 100% Penjualan 6. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin) Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan. Pendapatan Bersih NPM= -------------------------------- x 100% Penjualan 7. Tingkat Pengembalian Aktiva (Return On Asset) Return on asset merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Syamsuddin, 2009:63).Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return on asset merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila di ukur dari nilai aktiva. Laba Bersih ROA= -------------------------- x 100% Total Aktiva 7

8. Tingkat Pengembalian Modal (Return on equity) Return on equity merupakan rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. Laba Bersih ROE= -------------------------- x 100% Total Modal 9. Perputaran Total Aktiva (Total Aset Turnover) Rasio ini merupakan Rasio untuk menilai kinerja aktiva dalam menghasilkan pendapatan dengan cara membagi hasil penjualan netto dengan total aktiva. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik keadaan suatu perusahaan. Penjualan TATO = ------------------------ Total Aktiva 10. Perputaran Total Aktiva Tetap (Fixed Aset Turnover) Rasio ini menunjukkan berapa kali nilai aktiva berputar bila diukur dari volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik keadaan suatu perusahaan. Penjualan FATO = ------------------------ Aktiva Tetap Pengujian Hipotesis Setelah diketahui rasio keuangan perusahaan sebelum dan sesudah go public maka digunakan teknik analisis uji beda dua rata-rata berpasangan yaitu uji t. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui rasio keuangan perusahaan sesudah dilaksanakan go public berbeda secara signifikan atau tidak. Adapun Langkah-langkahnya adalah : 1. Menentukan Hipotesis Apabila H o : µ1 = µ2 artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan sebelum dan sesudah go public. Apabila H 1 : µ1 µ2 artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerjakeuangan sebelum dan sesudah go public. Keterangan : µ1 : rata-rata kinerja keuangan sebelum go public. µ2 : rata-rata kinerja keuangan sesudah go public. 2. Menentukan t hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : t 0 = d Sd n Dimana : Sd = d 2 - (d) 2 n-1 n (n-1) 8

Keterangan : d = rata-rata selisih setiap pasang data n = jumlah tahun Sd = simpangan baku Setelah nilai t hitung diketahui maka dibandingkan dengan nilai t tabel dengan menggunakan = 5% 3. Mencari nilai t tabel dengan menggunakan rumus tingkat signifikansi ( /2 ) = 0,05/2 = 0,025 dengan pengujian dua arah. Degree of freedom (df) = ( n-k-1) Keterangan : n = jumlah pengamatan k = jumlah variabel bebas 4. Kriteria Keputusan - Jika signifikansi > 0,05 maka H 0 diterima dan H a ditolak yang berarti tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan rasio sebelum dan setelah go public. - Jika signifikansi < 0,05 maka H 0 ditolak dan H a ditolak yang berarti terdapat perbedaan kinerja keuangan rasio sebelum dan setelah go public. 9 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perhitungan Rasio Keuangan Tabel 1 rekapitulasi hasil perhitungandari current ratio, quick ratio, debt to total asset, debt to equity ratio, gross profit margin, net profit margin, return on asset, return on equity, fixed asset turnover, dan total asset turnover pada PT. Sampoerna Agro Tbk sebelum dan sesudah go public tahun 2004-2012 sebagai berikut : Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Rasio Keuangan Tahun 2004-2012 Rasio Sebelum Go Public Sesudah Go Public Rata-Rata 2004 2005 2006 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-Rata CR (%) 101,34 89,17 92,06 94,19 226,99 261,21 189,21 158,95 110,85 189,44 QR (%) 78,79 17,86 59,36 52,00 193,00 203,56 139,86 91,13 61,52 137,82 DTA (%) 62,74 54,40 33,09 50,08 26,81 21,00 24,92 26,72 35,55 27,00 DER (%) 169,87 120,38 49,89 113,38 37,22 26,90 33,61 36,47 55,15 37,87 GPM (%) 26,96 26,78 25,45 26,40 33,82 33,02 36,45 33,76 26,55 32,72 NPM (%) 12,21 9,80 11,53 11,18 19,21 15,52 19,54 17,49 11,26 16,60 ROA (%) 16,63 9,36 18,31 14,76 20,38 12,46 15,71 16,11 8,13 14,56 ROE (%) 45,02 20,71 27,60 31,11 28,30 15,96 21,19 21,99 12,61 20,01 TATO (x) 1,36 0,96 1,59 1,30 1,06 0,80 0,80 0,92 0,72 0,86 FATO (x) 2,59 1,94 3,23 2,59 4,71 3,07 3,54 3,19 2,23 3,35 Interpretasi Kondisi Keuangan Dari perhitungan dan tabel 1 diatas selanjutnya akan diinterpretasikan keadaan rasio keuangan PT. Sampoerna Agro Tbk sebelum dan sesudah go public tahun 2004-2012 sebagai berikut : 1. Current Ratio Dari perhitungan current ratio yang telah dilakukan dapat dilihat pergerakan current ratio sebelum dan setelah perusahaan melakukan go public sebagai berikut :

300.00 Current Ratio 250.00 261.21 226.99 200.00 189.21 150.00 158.95 101.34 100.00 89.17 110.85 92.06 50.00 0.00 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Gambar 2 Grafik Current Ratio Sebelum dan Sesudah Go Public 1) Sebelum Perusahaan Go Public Dari grafik diatas current ratio sebelum perusahaan go publicmenunjukkan adanya kecenderungan (trend) turun dari 101,34% menjadi 92,06%. Kondisi ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya juga semakin menurun. Bahkan pada tahun 2005 dan 2006 tingkat current ratio dibawah 100% yang mengindikasikan bahwa perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penurunan ini dikarenakan meningkatnya hutang lancar perusahaan dari sebesar Rp. 109.996.000,- pada tahun 2004 meningkat menjadi sebesar Rp 112.263.000,- pada tahun 2006. Tingkat hutang lancar tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar Rp 127.812.000,-. Rata-rata tingkat current rasio perusahaan sebelum go public sebesar 94,19%. Kondisi ini mencerminkan ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, sehingga dapat dikatakan tidak baik. 2) Sesudah Perusahaan Go Public Dari grafik diatas current ratio setelah perusahaan go public selama tahun 2008-2012 menunjukkan adanya kecenderungan (trend) turun dari 226,99% menjadi 110,85%. Kondisi ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya juga semakin menurun. Penurunan ini dikarenakan meningkatnya hutang lancar perusahaan setelah go public dari sebesar Rp. 354.044.207 pada tahun 2008 menjadi Rp 738.873.117 pada tahun 2012. Rata-rata tingkat current rasio perusahaan setelah go public selama 5 tahun sebesar 189,44%. Kondisi ini mencerminkan perusahaan masih mampu dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya meskipun cenderung mengalami penurunan, dengan demikian kondisi current ratio perusahaan setelah go public dikatakan masih baik. Dari hasil analisa tingkat current ratio sebelum dan setelah perusahaan melakukan go public terlihat rata-rata tingkat current ratio perusahaan sebelum go public sebesar 94,19% lebih rendah dibandingkan dengan setelah melakukan go public yaitu sebesar 189,44%. Hal ini menunjukkan setelah melakukan go public perusahaan lebih mampu dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dibandingkan sebelum melakukan go public. 2. Quick Ratio Dari perhitungan quick ratio yang telah dilakukan dapat dilihat pergerakan quick ratio sebelum dan setelah perusahaan melakukan go public sebagai berikut : 10

11 250.00 200.00 Quick Ratio 193.00 203.56 150.00 139.86 100.00 91.13 78.79 59.36 61.52 50.00 17.86 0.00 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Gambar 3 Grafik Quick Ratio Sebelum dan Sesudah Go Public 1) Sebelum Perusahaan Go Public Dari grafik diatas quick ratioperusahaan sebelum go public menunjukkan adanya kecenderungan turun dari 78,79% tahun 2004 menjadi 59,36% pada tahun 2006. Kondisi ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan persediaan yang dimiliki juga semakin menurun. Penurunan ini dikarenakan turunnya nilai aktiva lancar perusahaan dari Rp 111.474.000,- pada tahun 2004 hingga mencapai Rp 103.345.000,- pada tahun 2006 serta meningkatnya hutang lancar perusahaan dari sebesar Rp. 109.996.000,- pada tahun 2004 meningkat menjadi sebesar Rp 112.263.000,- pada tahun 2006.Rata-rata tingkat quick rasio perusahaan sebelum go public sebesar 59,36%. Kondisi ini mencerminkan ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan tingkat persediaan yang dimiliki, sehingga dapat dikatakan kondisi quick ratio perusahaan sebelum go public tidak baik. 2) Sesudah Perusahaan Go Public Dari grafik diatas quick ratio setelah perusahaan go publik selama tahun 2008-2012 juga menunjukkan adanya kecenderungan (trend) turun dari 193,00% pada tahun 2008 menjadi 61,52% pada tahun 2012. Kondisi ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan persediaan juga semakin menurun. Penurunan ini dikarenakan meningkatnya hutang lancar perusahaan setelah go public dari sebesar Rp. 354.044.207 pada tahun 2008 menjadi Rp 738.873.117 pada tahun 2012. Tingkat quick ratio tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar 203,56%. Kondisi ini dikarenakan pada tahun tersebut perusahaan dapat menurunkan nilai hutang lancarnya hingga menjadi sebesar Rp 235.648.479,- dan merupakan tingkat hutang lancar terendah selama tahun 2008-20012.Rata-rata tingkat quick rasio perusahaan setelah go public sebesar 137,82%. Kondisi ini mencerminkan perusahaan masih mampu dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan tanpa memperhitungkan persediaan yang dimilikinya, dengan demikian kondisi quick ratio perusahaan setelah go public dikatakan masih baik. Dari hasil analisa tingkat quick ratio sebelum dan setelah perusahaan melakukan go public terlihat rata-rata tingkat quick ratio perusahaan sebelum go public sebesar 52,00% lebih rendah dibandingkan dengan setelah melakukan go public yaitu sebesar 137,82%. Kondisi ini mencerminkan bahwa setelah melakukan go public perusahaan

lebih mampu dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan tanpa memperhitungkan tingkat persediaan dibandingkan sebelum melakukan go public. 3. Debt to Total Asset Dari perhitungan debt to total asset yang telah dilakukan dapat dilihat pergerakan rasio tersebut sebelum dan setelah perusahaan melakukan go public sebagai berikut : 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 62.74 54.40 Debt to Total Asset 33.09 Gambar 4 Grafik Debt to Total Asset Sebelum dan Sesudah Go Public 1) Sebelum Perusahaan Go Public Dari grafik diatas terlihat pergerakan tingkat debt to total asset sebelum perusahaan go publicmenunjukkan adanya kecenderungan (trend) turun dari 62,74% menjadi 33,05%. Kondisi ini menunjukkan beban yang ditanggung oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh kekayaannya semakin menurun. Penurunan ini dikarenakan perusahaan dapat menurunkan nilai total hutang yang dimiliki dari Rp 398.840.000,- pada tahun 2004 hingga mencapai Rp 203.670.000,- pada tahun 2006, meskipun kekayaan yang dimiliki perusahaan juga mengalami penurunan dari Rp 635.658.000,- pada tahun 2004 hingga menjadi Rp 615.444.000,- pada tahun 2006, namun penurunan ini tidak sebanding dengan penurunan yang terjadi pada total hutangnya. Rata-rata tingkat deb to total asset perusahaan sebelum go public sebesar 50,08%. Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya dengan mengandalkan seluruh kekayaan yang dimilikinya dapat dikatakan baik. Karena beban yang ditanggung oleh perusahaan tidak terlalu besar. 2) Sesudah Perusahaan Go Public Dari grafik diatas debt to total asset setelah perusahaan go publik selama tahun 2008-2012 cenderung mengalami peningkatan dari 26.81% menjadi 35.55%. Kondisi ini mengindikasikan beban yang ditanggung oleh perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya semakin meningkat. Peningkatan ini dikarenakan meningkatnya total hutang perusahaan setelah go public dari sebesar Rp. 577.988.451 pada tahun 2008 menjadi Rp 1.470.791.264 pada tahun 2012. Ratarata tingkat debt to total asset perusahaan setelah go public sebesar 27,00%. Dari hasil analisa tingkat debt to total asset sebelum dan setelah perusahaan go public terlihat rata-rata tingkat debt to total asset perusahaan sebelum go public sebesar 50,08% lebih tinggi dibandingkan dengan setelah perusahaan go public yaitu sebesar 27,00%. Hal ini menunjukkan beban yang ditanggung oleh perusahaan setelah go public lebih ringan dibandingkan sebelum perusahaan melakukan go public. 26.81 21.00 24.92 26.72 35.55 10.00 0.00 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 12

4. Debt to Equity Ratio Dari perhitungan debt to equity yang telah dilakukan dapat dilihat pergerakan rasio tersebut sebelum dan setelah perusahaan melakukan go public sebagai berikut : 180.00 160.00 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 169.87 120.38 Debt to Equity Ratio 49.89 37.22 Gambar 5 Grafik Debt to Equity Sebelum dan Sesudah Go Public 1) Sebelum Perusahaan Go Public Dari grafik diatas terlihat pergerakan tingkat debt to equity sebelum perusahaan go publiccenderung mengalami penurunan yang tajam dari 169,87% menjadi 49,89%. Kondisi ini menunjukkan beban yang ditanggung oleh perusahaan dengan menggunakan modal yang dimilikinya semakin ringan. Penurunan ini dikarenakan perusahaan dapat meningkatkan modal yang dimilikinya dari Rp 234.787.000,- pada tahun 2004 hingga mencapai Rp 408.247.000,- pada tahun 2006. Disamping itu juga perusahaan dapat menurunkan total hutang yang dimiliki dari Rp 398.840.000,- menjadi Rp 203.670.000,-. Rata-rata tingkat deb to equity ratio perusahaan sebelum go public sebesar 113,38%. Kondisi ini menunjukkan bahwa beban yang ditanggung perusahaan dengan menggunakan modal yang dimilikinya masih terlalu tinggi. 2) Sesudah Perusahaan Go Public Dari grafik diatas debt to equity ratio setelah perusahaan go public selama tahun 2008-2012 cenderung mengalami peningkatan dari 37,22% menjadi 55,15%. Kondisi ini mengindikasikan beban yang ditanggung oleh perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya dengan menggunakan modal semakin berat. Peningkatan ini dikarenakan meningkatnya total hutang perusahaan setelah go public dari sebesar Rp. 577.988.451 pada tahun 2008 menjadi Rp 1.470.791.264 pada tahun 2012. Meskipun modal yang dimiliki oleh perusahaan dapat ditingkatkan dari Rp 1.552.963.652,- naik menjadi Rp 2.666.909.122,- namun peningkatan jumlah modal ini tidak sebanding dengan peningkatan yang terjadi pada total hutang yang dimiliki oleh perusahaan. Rata-rata tingkat debt to equity ratio perusahaan setelah go public sebesar 37,87%. Dari hasil analisa tingkat debt to equity ratio sebelum dan setelah perusahaan go public terlihat rata-rata tingkat debt to to equity ratio perusahaan sebelum go public sebesar 113,38% lebih tinggi dibandingkan dengan setelah perusahaan go public yang hanya sebesar 37,87%. Kondisi ini menunjukkan beban yang ditanggung oleh perusahaan 26.90 33.61 36.47 55.15 0.00 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 13

dengan menggunakan seluruh modal setelah go public lebih ringan dibandingkan sebelum perusahaan melakukan go public. 5. Gross Profit Margin Dari perhitungan gross profit margin yang telah dilakukan dapat dilihat pergerakan rasio tersebut sebelum dan setelah perusahaan melakukan go public sebagai berikut : 14 Gambar 6 Grafik Gross Profit Margin Sebelum dan Sesudah Go Public 1) Sebelum Perusahaan Go Public Dari grafik diatas terlihat pergerakan tingkat gross profit margin sebelum perusahaan go publiccenderung sedikit turun dari 26.96% menjadi 25,45%. Kondisi ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotornya sedikit mengalami penurunan. Penurunan laba kotor ini dikarenakan perusahaan tidak dapat menekan biaya pokok produksi sehingga mengalami peningkatan dari Rp 632.457,- pada tahun 2007 meningkat menjadi Rp 728.585,- hal ini menyebabkan laba kotor yang dihasilkan tidak dapat dimaksimalkan dan hanya meningkat dari Rp 233.463.000,- menjadi Rp 248.731.000,-. Rata-rata tingkat gross profit margin perusahaan sebelum go public sebesar 26,40%. Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor dapat dikatakan baik. 2) Sesudah Perusahaan Go Public Dari grafik diatas gross profit margin setelah perusahaan go public selama tahun 2008-2012 cenderung mengalami penurunan dari 33,82% menjadi 26,55%. Kondisi ini mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor semakin turun. Peningkatan gross profit margin hanya terlihat pada tahun 2010 sebesar 36,45%. Kondisi ini dikarenakan pada tahun tersebut perusahaan dapat meningkatkan volume penjualannya hingga mencapai Rp 2.311.748.791,- serta dapat menekan biaya pokok produksi hingga mencapai Rp 1.469.118,-. Hal ini mengakibatkan laba kotor perusahaan meningkat menjadi Rp 842.630.847,-. Ratarata tingkat gross profit margin perusahaan setelah go public sebesar 32,72%. Dari hasil analisa tingkat gross profit margin sebelum dan setelah perusahaan go public terlihat rata-rata tingkat gross profit margin perusahaan sebelum go public sebesar 26,40% lebih rendah dibandingkan dengan setelah perusahaan go public yaitu sebesar 32,72%. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor setelah go public lebih tinggi dibandingkan sebelum perusahaan melakukan go public.

6. Net Profit Margin Dari perhitungan net profit margin yang telah dilakukan dapat dilihat pergerakan rasio tersebut sebelum dan setelah perusahaan melakukan go public sebagai berikut : 25.00 20.00 15.00 10.00 12.21 9.80 Net Profit Margin 11.53 Gambar 7 Grafik Net Profit Margin Sebelum dan Sesudah Go Public 1) Sebelum Perusahaan Go Public Dari grafik diatas terlihat pergerakan tingkat net profit margin sebelum perusahaan go publiccenderung sedikit turun dari 12,21% menjadi 11,53%. Kondisi ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersihnya sedikit mengalami penurunan. Tingkat net profit margin terendah terjadi pada tahun 2005. Rendahnya rasio pada tahun ini dikarenakan laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan berada pada titik terendah yaitu sebesar Rp 61.309.000,-. Hal ini dikarenakan perusahaan tidak dapat menekan biaya-biaya yang ditimbulkan selama melakukan opersionalnya, disamping itu nilai penjualan perusahaan juga mengalami penurunan hingga menjadi sebesar Rp 625.696.000,-. Rata-rata tingkat net profit margin perusahaan sebelum go public sebesar 11,18%. Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersihnya masih dapat dikatakan baik. 2) Sesudah Perusahaan Go Public Dari grafik diatas net profit margin setelah perusahaan go publik selama tahun 2008-2012 bersifat fluktuatif dan cenderung mengalami penurunan dari 19,21% menjadi 11,26%. Kondisi ini mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih semakin turun. Tingkat net profit margin tertinggi terjadi pada 2010 sebesar 19,54%. Kondisi ini menunjukkan perusahaan dapat menekan biaya-biaya yang terjadi sehingga laba bersih dapat dimaksimalkan menjadi sebesar Rp 451.716.811,-. Disamping itu perusahaan dapat meningkatkan volume penjualannya hingga mencapai Rp 2.311.748.791,-. Rata-rata tingkat gross profit margin perusahaan setelah go public sebesar 16,60%. Dari hasil analisa tingkat net profit margin sebelum dan setelah perusahaan go public terlihat rata-rata tingkat net profit margin perusahaan sebelum go public sebesar 11,18% lebih rendah dibandingkan dengan setelah perusahaan go public yaitu sebesar 16,60%. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih setelah go public lebih tinggi dibandingkan sebelum perusahaan melakukan go public. 19.21 15.52 19.54 17.49 11.26 5.00 0.00 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 15

7. Return On Asset Dari perhitungan return on asset yang telah dilakukan dapat dilihat pergerakan rasio tersebut sebelum dan setelah perusahaan melakukan go public sebagai berikut : 25.00 20.00 15.00 16.63 Return On Asset 18.31 Gambar 8 Grafik Return On Asset Sebelum dan Sesudah Go Public 1) Sebelum Perusahaan Go Public Dari grafik diatas terlihat pergerakan tingkat return on asset sebelum perusahaan go public terlihat flutuatif dan cenderung sedikit naik dari 16,63% menjadi 18,31%. Kondisi ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan memanfaatkan seluruh kekayaan yang dimilikinya semakin meningkat. Kondisi ini dikarenakan meskipun total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan samakin turun dari Rp 635.658.000,- menjadi Rp 615.444.000,- namun perusahaan dapat memanfaatkan secara optimal kekayaan tersebut guna meningkatkan laba bersihnya. Hal ini ditunjukkan laba bersih yang dihasilkan perusahaan semakin meningkat daro Rp 105.706.000,- menjadi sebesar Rp 112.671.000,-. Tingkat return on asset terendah terjadi pada tahun 2005 sebesar 9,36%. Kondisi dapat terjadi karena pada tahun tersebut perusahaan tidak dapat memanfaatkan peningkatan total aktivanya sebesar Rp 655.144.000,- dengan baik sehingga laba bersih perusahaan turun menjadi Rp 61.309.000,-. Rata-rata tingkat return on asset perusahaan sebelum go public sebesar 14,76%. Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersihnya dengan memanfaatkan seluruh kekayaannya masih dapat dikatakan baik. 2) Sesudah Perusahaan Go Public Dari grafik diatas return on asset setelah perusahaan go public selama tahun 2008-2012 bersifat fluktuatif dan cenderung mengalami penurunan yang tajam dari 20,38% hingga menjadi hanya sebesar 8,13%. Kondisi ini mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan seluruh kekayannya semakin turun. Kondisi ini menunjukkan perusahaan tidak efektif dalam memanfaatkan setiap peningkatan total aktiva yang dimilikinya guna menghasilkan laba bersih yang maksimal. Hal ini tercermin dari total aktiva perusahaan yang semakin tinggi dari Rp 2.156.164.012,- pada tahun 2008 hingga mencapai Rp 4.137.700.386,- pada tahun 2012, namun laba bersih yang dihasilkan 20.38 12.46 15.71 16.11 10.00 9.36 8.13 5.00 0.00 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 16

justru turun dari Rp 439.516.256,- menjadi Rp. 336.288.972,-.Rata-rata tingkat return on asset perusahaan setelah go public sebesar 14,56%. Dari hasil analisa tingkat return on asset sebelum dan setelah perusahaan go public terlihat rata-rata tingkat return on asset perusahaan sebelum go public sebesar 14,76% sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan setelah perusahaan go public yaitu sebesar 14,56%. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih sebelum go public lebih baik dibandingkan setelah perusahaan melakukan go public. 8. Return On Equity Dari perhitungan return on equity yang telah dilakukan dapat dilihat pergerakan rasio tersebut sebelum dan setelah perusahaan melakukan go public sebagai berikut : 50.00 45.00 40.00 35.00 30.00 25.00 20.00 45.02 20.71 Return On Equity 27.60 28.30 21.19 21.99 15.00 15.96 10.00 12.61 5.00 0.00 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Gambar 9 Grafik Return On Equity Sebelum dan Sesudah Go Public 1) Sebelum Perusahaan Go Public Dari grafik diatas terlihat pergerakan tingkat return on equity sebelum perusahaan go public terlihat fluktuatif dan cenderung turun dari 45,02% menjadi 27,60%. Kondisi ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan memanfaatkan seluruh modal yang dimilikinya semakin berkurang. Perusahaan tidak cukup efektif dalam menafaatkan peningkatan modal untuk menghasilkan laba bersih yang optimal. Hal ini tercermin dari modal kerja perusahaan yang terlihat meningkat dari Rp 234.787.000,- menjadi Rp 408.247.000,- namun peningkatan ini tidak dapat dimanfaatkan dengan maksimal sehingga laba bersih yang dihasilkan hanya meningkat dari Rp 105.706.000,- menjadi sebesar Rp 112.671.000,-. Rata-rata tingkat return on equity perusahaan sebelum go public sebesar 31,11%. Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersihnya dengan memanfaatkan seluruh modal yang dimiliki masih dapat dikatakan baik. 2) Sesudah Perusahaan Go Public Dari grafik diatas return on equity setelah perusahaan go publik selama tahun 2008-2012 bersifat fluktuatif dan cenderung mengalami penurunan dari 28,30% hingga menjadi hanya sebesar 12,61%. Kondisi ini mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan seluruh modal yang dimilikinya semakin turun. Hal ini mencerminkan perusahaan tidak 17

efektif dalam memanfaatkan setiap kenaikan modal yang dimilikinya guna meningkatkan laba bersih. Kondisi ini ditunjukkan dengan tingkat modal perusahaan yang meningkat dari Rp 1.552.963.652,- menjadi sebesar Rp 2.666.909.122,- namun laba bersih yang dihasilkan justru mengalami penurunan dari Rp 439.516.256,- turun menjadi sebesar Rp 336.288.972,-. Rata-rata tingkat return on equity perusahaan setelah go public sebesar 20,14%. Dari hasil analisa tingkat return on equity sebelum dan setelah perusahaan go public terlihat rata-rata tingkat return on equity perusahaan sebelum go public sebesar 31,11% sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan setelah perusahaan go public yaitu sebesar 20,14%. Hasil ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan seluruh modal yang dimilikinya sebelum go public lebih baik dibandingkan setelah perusahaan melakukan go public. 9. Total Asset Turnover Dari perhitungan total asset turnover yang telah dilakukan dapat dilihat pergerakan rasio tersebut sebelum dan setelah perusahaan melakukan go public sebagai berikut : 1.80 1.60 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 1.36 0.96 Total Asset Turn Over 1.59 0.40 0.20 0.00 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Gambar 10 Grafik Total Asset Turnover Sebelum dan Sesudah Go Public 1) Sebelum Perusahaan Go Public Dari grafik diatas terlihat pergerakan tingkat total asset turnover sebelum perusahaan go public terlihat fluktuatif cenderung sedikit naik dari 1,36x menjadi 1,59x. Kondisi ini menunjukkan perusahaan semakin efektif dalam mengelola seluruh kekayaan yang dimilikinya guna meningkatkan penjualannya. Hal ini terjadi karena perusahaan dapat mengoptimalkan kekayaan yang dimiliki meskipun mengalami penurunan dari Rp 635.658.000,- tahun 2004 menjadi Rp 615.444.000,- tahun 2006 namun perusahaan mampu meningkatkan volume penjualan dari Rp 865.919.000,- hingga menjadi Rp 977.295.000,-. Rata-rata tingkat total asset turnover perusahaan sebelum go public sebesar 1,30x. Kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat dikatakan efektif dalam mengelola seluruh kekayaannya guna meningkatkan volume penjualan. 2) Sesudah Perusahaan Go Public Dari grafik diatas total asset turnover setelah perusahaan go public terlihat fluktuatif cenderung mengalami penurunan dari 1,06x menjadi 0,72x. Kondisi ini mengindikasikan perusahaan tidak cukup efektif dalam mengelola seluruh kekayaannya dalam kegiatan operasional perusahaan guna meningkatkan 1.06 0.80 0.80 0.92 0.72 18

volume penjualan. Keadaan ini tercermin dari nilai kekayaan perusahaan terlihat semakin meningkat dari Rp 2.156.164.013,- tahun 2008 hingga mencapai Rp 4.137.700.386,- pada tahun 2012, namun tidak dapat dimaksimalkan sehingga nilai penjualan hanya meningkat dari Rp 2.288.143.121,- menjadi Rp 2.988.236.974,-.Rata-rata tingkat total asset turnpver perusahaan setelah go public sebesar 0,86x. Dari hasil analisa tingkat total asset turnover sebelum dan setelah perusahaan go public terlihat rata-rata tingkat total asset turnover perusahaan sebelum go public sebesar 1,30x lebih tinggi dibandingkan dengan setelah perusahaan go public yaitu sebesar 0,86x. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam total aktiva untuk meningkatkan volume penjualan lebih efektif dibandingkan setelah go public 10. Fixed Asset Turnover Dari perhitungan fixed asset turnover yang telah dilakukan dapat dilihat pergerakan rasio tersebut sebelum dan setelah perusahaan melakukan go public sebagai berikut : 5.00 4.50 Fixed Asset Turn Over 4.00 3.50 3.54 3.23 3.19 3.00 2.59 3.07 2.50 2.23 2.00 1.94 1.50 1.00 0.50 0.00 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Gambar 11 Grafik Fixed Asset Turnover Sebelum dan Sesudah Go Public 1) Sebelum Perusahaan Go Public Dari grafik diatas terlihat pergerakan tingkat total asset turnover sebelum perusahaan go public terlihat fluktuatif cenderung naik dari 2,59x menjadi 3,23x. Kondisi ini menunjukkan perusahaan semakin efektif dalam mengelola aktiva tetap yang dimilikinya guna meningkatkan penjualannya. Hal ini terjadi karena perusahaan dapat mengoptimalkan aktiva tetap yang dimiliki meskipun mengalami penurunan dari Rp 334.261.000,- menjadi Rp 302.537.000,- tahun 2006 namun perusahaan mampu meningkatkan volume penjualan dari Rp 865.919.000,- hingga menjadi Rp 977.295.000,-. Rata-rata tingkat fixed asset turnover perusahaan sebelum go public sebesar 2,59x. Kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat dikatakan efektif dalam mengelola aktiva tetapnya guna meningkatkan volume penjualan. 2) Sesudah Perusahaan Go Public Dari grafik diatas fixed asset turnover setelah perusahaan go public terlihat fluktuatif cenderung mengalami penurunan dari 4,71x menjadi 2,23x. Kondisi ini mengindikasikan perusahaan tidak cukup efektif dalam mengelola aktiva tetapnya dalam kegiatan operasional perusahaan guna meningkatkan volume penjualan. Keadaan ini tercermin dari nilai aktiva tetap perusahaan terlihat semakin meningkat dari Rp 485.896.000,- hingga mencapai Rp 1.338.674.946,- 4.71 19

pada tahun 2012, namun tidak dapat dimaksimalkan sehingga nilai penjualan hanya meningkat dari Rp 2.288.143.121,- menjadi Rp 2.988.236.974,-.Rata-rata tingkat fixed asset turnover perusahaan setelah go public sebesar 3,35x. Dari hasil analisa tingkat fixed asset turnover sebelum dan setelah perusahaan go public terlihat rata-rata tingkat fixed asset turnover perusahaan sebelum go public sebesar 2,59x lebih rendah dibandingkan dengan setelah perusahaan go public yaitu sebesar 3,35x. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam aktiva tetap untuk meningkatkan volume penjualan kurang efektif dibandingkan setelah go public. Dari analisis yang telah dilakukan tingkat rasio PT. Sampoerna Agro Tbk sebelum dan sesudahgo public selanjutnya dilakukan perbandingan hasil rasio sebelum dan sesudahgo publicpada tabel 2 guna dilakukan penilaian. Tabel 2 Perbandingan Rasio Sebelum dan Sesudah Go Public PT. Sampoerna Agro Tbk Rasio Kondisi Nilai Rata-Rata Rata-Rata Perusahaan Penilaian Current Ratio Sebelum 94,19% 141,82% Sesudah 189,44% Lebih Baik Quick Ratio Sebelum 52,00% 94,91% Sesudah 137,82% Lebih Baik Debt to Total Asset Sebelum 50,08% 38,54% Sesudah 27,00% Lebih Baik Debt to Equity Ratio Sebelum 113,38% 75,62% Sesudah 37,87% Lebih Baik Gross Profit Margin Sebelum 26,40% 29,56% Sesudah 32,72% Lebih Baik Net Profit Margin Sebelum 11,18% 13,89% Sesudah 16,60% Lebih Baik Return On Asset Sebelum 14,76% Lebih Baik 14,66% Sesudah 14,56% Return On Equity Sebelum 31,11% Lebih Baik 25,56% Sesudah 20,01% Total Asset Turnover Sebelum 1,30x Lebih Baik 1,08x Sesudah 0,86x Fixed Asset Turnover Sebelum 2,59x 2,97x Sesudah 3,35x Lebih Baik Dari tabel 2 diatas terlihat sesudahpt. Sampoerna Agro Tbk melakukan go public terlihat hampir semua rasio keuangan menunjukkan nilai yang lebih baik dibandingkan sebelum melakukan go public. Kondisi ini dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan PT. Sampoerna Agro Tbk sesudahgo public lebih baik dibandingkan sebelum melakukan go public. Pengujian Hipotesis Untuk menguji apakah ada perbedaan kinerja keuangan PT. Sampoerna Agro Tbk yang dijadikan sampel penelitian sebelum dan sesudah go public maka digunakan uji t dua sampel berpasangan (Sample Paired Test) yaitu sebuah sampel dengan subyek yang sama namun mengalami perlakuan yang berbeda.adapun prosedur pengujian yang digunakan, sebagai berikut : - Jika signifikansi > 0,05 maka H 0 diterima dan H a ditolak yang berarti tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan rasio sebelum dan sesudahgo public - Jika signifikansi < 0,05 maka H 0 ditolak dan H a ditolak yang berarti terdapat perbedaan kinerja keuangan rasio sebelum dan sesudahgo public 20

Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 Pair 5 Pair 6 Pair 7 Pair 8 Pair 9 Pair 10 CR - CR QR - QR DTA - DTA DER - DER GPM - GPM NPM - NPM ROA - ROA ROE - ROE TATO - TATO FATO - FATO Mean Std. Deviation Tabel 3 Tabel 3 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Error Difference Mean Lower Upper -131,613 37,79946 21,82353-225,512-37,71427-6,031 2,026-126,803 53,71875 31,01453-260,248 6,64144-4,089 2,055 25,83333 15,34911 8,86181-12,29597 63,96264 2,915 2,100 80,80333 59,21163 34,18585-66,28652 227,89319 2,364 2,142-8,03333 2,58784 1,49409-14,46189-1,60477-5,377 2,033-6,91000 1,14765,66260-9,76092-4,05908-10,429 2,009-1,41667 3,49368 2,01708-10,09546 7,26213 -,702 2,555 9,29333 6,48502 3,74413-6,81634 25,40301 2,482 2,131,41667,33081,19099 -,40510 1,23844 2,182 2,161-1,18667,90633,52327-3,43811 1,06478-2,268 2,151 Dari tabel 3 uji paired sample t test yang telah dilakukan guna mengetahui perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudahgo public PT. Sampoerna Agro Tbk diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4 Hasil uji Dua Sampel Berpasangan Pasangan Sig Keterangan CR Sebelum - CR Sesudah 0,026 Signifikan QR Sebelum QR Sesudah 0,055 Tidak Signifikan DTA Sebelum - DTA Sesudah 0,100 Tidak Signifikan DER Sebelum DER Sesudah 0,142 Tidak Signifikan GPM Sebelum GPM Sesudah 0,033 Signifikan NPM Sebelum NPM Sesudah 0,009 Signifikan t df Sig. (2-tailed) ROA Sebelum - ROA Sesudah 0,555 Tidak Signifikan ROE Sebelum ROE Sesudah 0,131 Tidak Signifikan TATO Sebelum - TATO Sesudah 0,161 Tidak Signifikan FATO Sebelum FATO Sesudah 0,151 Tidak Signifikan Dari tabel 4 diatas diketahui bahwa dari 10 rasio keuangan yang terdiri dari current ratio, quick ratio, debt to total asset, debt to equity ratio, gross profit margin, net profit margin, return on asset, return on equity, fixed asset turnover, dan total asset turnover, hanya tiga rasio menunjukkan perbedaan signifikan sebelum dan sesudah go public yaitu pada current ratio, gross profit margin dan net profit margin. Hasil ini diindikasikan dengan perolehan signifikansi masing-masing variabel tersebut masih dibawah 0,05. Sedangkan 7 rasio lainnya tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan kinerja keuangan sebelum dan sesudahgo public. Hal ini diindikasikan dengan nilai singifikansi masing-masing rasio tersebut masih diatas nilai α = 0,05. 21 SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN Simpulan Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan bahwa sesudah PT. Sampoerna Agro Tbk melakukan go public terlihat hampir semua rasio keuangan menunjukkan nilai yang