BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menekankan pentingnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Di dalam kurikulum ini terdapat pergeseran model pembelajaran dari

BAB I PENDAHULUAN. menulis, yaitu menulis teks laporan hasil observasi, menulis teks prosedur

dituntut untuk lebih produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, gagasan atau perasaan seseorang. Bahasa terdiri atas beberapa kata yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia sangat penting peranannya bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia dipelajari untuk menjadikan peserta didik mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kemampuan berbahasa mencakup empat aspek yaitu menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia. Tanpa

Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimengerti adalah kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan bersastra. Pada kurikulum 2013 pelajaran bahasa Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan yang dimilikinya untuk diketahui oleh orang lain. Kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara negosiasi, diskusi dan musyawarah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 956) dijelaskan bahwa negosiasi

BAB I PENDAHULUAN. (Sutama dalam rachmawati, 2000:3). Mutu pendidikan sangat tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. serta pengetahuan yang dimilikinya untuk diketahui oleh orang lain. Kurikulum 2013 yang diberlakukan oleh pemerintah juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia mengandung keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. mengarungi kehidupannya di dunia. Pendidikan bahasa Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang unggul. Banyak hal yang harus disempurnakan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. terpenting di sekolah yang pada dasarnya menekankan siswa untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menguatkan kedudukan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. mampu berinteraksi dengan lingkungan dengan selayaknya. meningkatkan dan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia saat ini tengah mengalami perbaikan demi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menjamin

2015 KEEFEKTIFAN MODEL SOMATIS, AUDITORIS, VISUAL, INTELEKTUAL (SAVI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 pada pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. mampu berbahasa dan bersastra saja namun juga digunakan sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. cenderung monoton sehingga kurang menarik perhatian siswa.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks dan

ARTIKEL. Disusun dan Diajukan oleh. Monalisa Frince S. Pembimbing Skripsi, Drs. H. Sigalingging, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi peserta didik. Guru harus mampu menjadi wadah dalam

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA )/MADRASAH ALIYAH (MA)/ SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Oleh karena itu kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) kita mempunyai keunggulan dan mampu bersaing di bidang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pencapaian yang saling berhubungan. penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan membaca merupakan dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menulis merupakan salah satu keterampilan dari empat aspek kebahasaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menyunting memiliki berbagai macam bentuk, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjawab perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bahasa pengantar tetapi juga sebagai mata pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahirnya kurikulum 2013 sebagai penerapan kurikulum yang baru ternyata

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

BAB I PENDAHULUAN. mampu memahami ide, gagasan, maupun pengalaman penulisnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menulis merupakan salah satu keterampilan dari empat aspek kebahasaan.

keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah aset masa depan yang menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Niat pemerintah untuk perbaikan system pendidikan yaitu dengan

BAB I PENDAHULUAN. yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Empat keterampilan tersebut

Oleh Ummi Kalsum Lubis Drs. Syamsul Arif, M.Pd. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. baik di dalam aspek kebahasaan maupun kesusastraan. Jika kompetensi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa.

BAB I PENDAHULUAN. dan terampil untuk melaksanakan proses belajar mengajar di dalam kelas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam mengungkapkan pikiran dan

PENDAHULUAN Pendidikan pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional mempunyai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh Adelita Purba Dra. Rosmaini, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Debby Agita Viantiputri,2014

PENGARUH MEDIA TELEVISI SI BOLANG TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 38 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bercerita merupakan salah satu bentuk kemampuan berbicara. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses pendidikan di sekolah tugas utama guru adalah mengajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan satu dari empat keterampilan berbahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. siswa turut menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Kriteria untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi lulusan (SKL) pada kriteria kualifikasi sikap, kemampuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada kurikulum 2013 berbasis teks, bahasa

INSTRUMEN PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ANEKDOT DI KELAS X SMA NEGERI 1 METRO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. bunyi sedangkan bentuk tulisan memakai symbol berupa huruf.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan menuntut tersedianya sumber daya manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas diarahkan

Oleh Ratna Dewi ABSTRAK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menekankan pentingnya keseimbangan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini sangat menuntut keaktifan dan kekreatifan siswa yang yang dibentuk melalui pembelajaran berkelanjutan mulai dari mengamati, menanyakan, mengeksplorasi, mengasosiasi, hingga mengkomunikasikan. Proses ini dimulai dari meningkatkan kompetensi pengetahuan tentang jenis, kaidah, dan konteks suatu teks, dilanjutkan dengan kompetensi keterampilan menyajikan suatu teks baik lisan maupun tulis, dan bermuara pada pembentukan sikap kesantunan berbahasa dan penghargaan terhadap Bahasa Indonesia sebagai warisan budaya bangsa. Di dalam kurikulum ini terdapat pergeseran model pembelajaran dari siswa diberitahu menjadi siswa mencari tahu dari berbagai media belajar. Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk SMA/SMK/MA kelas X yang disajikan dalam kurikulum 2013 disusun dengan berbasis teks, baik lisan maupun tulis dengan menempatkan Bahasa Indonesia sebagai wahana pengetahuan. Ada lima jenis teks yang harus dipahami siswa SMA/ sederajat kelas X, yaitu teks anekdot, teks eksposisi, dan teks laporan hasil observasi yang diajarkan di semerter ganjil, dua teks lainnya yaitu teks prosedur kompleks dan teks negosiasi diajarkan di semester genap. Aspek keterampilan yang diharapkan oleh kurikulum 2013 ini adalah siswa mampu memproduksi, menyunting, mengabstraksi dan mengonversi. Dari

keempat aspek tersebut tampak jelas bahwa keterampilan utama yang harus dikuasai oleh siswa adalah keterampilan memproduksi atau menulis. Berarti, pada kurikulum 2013 ini, siswa diharapkan mampu memproduksi atau menulis teks prosedur kompleks dengan baik. Hal ini terlihat dalam silabus kurikulum 2013 pada K.D 4.2. yaitu Memproduksi teks prosedur kompleks yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan mupun tulisan. Berdasarkan Kompetensi Dasar 4.2. tersebut, terlihat bahwa materi prosedur kompleks sangat penting dan seharusnya siswa kelas X sudah mampu memproduksi atau menulis teks prosedur kompleks sesuai struktur dan kaidahnya. Tetapi pada kenyataannya keterampilan siswa untuk menulis teks prosedur kompleks masih rendah. Hal ini diketahui berdasarkan proses wawancara oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X SMA Swasta Nur Azizi Tanjung Morawa. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Dewi dalam penelitiannya (2014) yang menyatakan Kemampuan menulis teks prosedur kompleks siswa kelas X SMA Negeri 1 Air Putih tahun pembelajaran 2013/2014 berada pada kategori kurang dengan nilai rata-rata kemampuan siswa adalah 64,8. Sejalan dengan hal itu, Frince dalam penelitiannya terdahulu pada siswa kelas X SMK Negeri 13 Medan menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa dalam menulis teks prosedur kompleks termasuk dalam kategori cukup karena berada pada nilai rata-rata 70,14 namun tidak mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dengan nilai 75 (2014:8). Hal yang sama juga disampaikan oleh Aryanti dalam penelitiannya (2014), dia mengatakan kemampuan menulis teks prosedur kompleks siswa kelas X SMK Negeri 3 Medan tahun pembelajaran 2014/2015 dengan menerapkan

model pembelajaran ceramah berada pada kategori cukup dengan nilai rata-rata 67,50 dan memiliki penyebaran nilai antara 55 sampai 80. Selain itu, Penulis juga mendapat pengakuan dari siswa bahwa materi ini merupakan sesuatu yang baru sehingga mereka masih kurang memahami. Mereka tidak dapat mengaktualisasikan idenya dengan baik karena hanya terbatas pada pemahaman teoritis saja. Dari penelitian terdahulu oleh Hermawati, dkk, (2015) menyatakan: Kesulitan yang dialami dalam pembelajaran menulis di kelas X disebabkan oleh tidak tepatnya strategi yang digunakan guru dalam mengajar. Selama melakukan aktivitas mengajar di kelas, guru hanya menerapkan strategi pembelajaran yang kurang inovatif. Dalam menyampaikan materi, guru hanya menggunakan metode ceramah yang sifatnya teoritis dalam menjelaskan materi. Hasil yang sama juga didapatkan oleh Purba dalam penelitiannya (2012) mengatakan, Kemampuan siswa dalam menulis rendah hal tersebut disebabkan karena siswa hanya diajarkan untuk terampil menguasai teori menulis daripada terampil dalam menerapkannya. Pembelajaran menulis akan membosankan bila siswa hanya diajarkan secara teori tanpa mempraktekkan secara langsung. Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai wahana pengetahuan mengharuskan siswa untuk tidak hanya menerima apa yang diberikan melainkan juga ikut mencari apa yang mereka butuhkan. Hal ini tentu menuntut siswa untuk mencari pengetahuan lain yang lebih luas yang berkaitan dengan materi pembelajaran Bahasa Indonesia. Tuntutan itu justru berbanding terbalik dengan kenyataan yang terjadi di sekolah tersebut yang siswanya hanya menerima apa yang tersedia di buku tanpa tambahan pengetahuan dari sumber-sumber lain.

Guru sebagai pengelola pembelajaran berperan dalam menciptakan suasana belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan menyenangkan. Guru harus menjadi fasilitator dalam menciptakan metode, teknik, maupun media pembelajaran. Ketiga hal ini tentunya adalah hal yang mutlak dipersiapkan seorang guru. Sejalan dengan hal tersebut, Febianto (2012) juga menyatakan, Guru tidak hanya dituntut memanfaatkan media yang sudah ada, namun guru diharapkan harus membuat media sendiri. Karena setiap media belum tentu cocok dalam pembelajaran. Dengan adanya media ini diharapkan dapat meningkatkan hasil pembelajaran. Namun pada kenyataannya saat proses belajar mengajar guru tidak menggunakan alat dan bahan praktik, melainkan hanya menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar saja. Guru bahasa Indonesia kelas X SMA Swasta Nur Azizi mengaku dalam proses pembelajarannya beliau hanya menggunakan bahan ajar buku siswa dan buku guru tanpa memakai media apapun. Alasannya, jika menggunakan media menjadi repot dan beliau tidak memiliki waktu untuk mempersiapkannya. Untuk mencapai pembelajaran yang efektif dan efisien tentunya guru memerlukan persiapan yang matang. Hal ini dapat dilakukan dengan mempersiapkan media pembelajaran yang menarik yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan, agar siswa lebih tertarik dan tidak bosan saat proses pembelajaran berlangsung. Melalui penggunaan media, siswa dapat terlibat langsung dengan materi yang sedang dipelajari. Media pembelajaran yang menarik dapat ditemukan dengan mudah, tergantung pada kekreatifan seorang guru dalam merancang media tersebut. Salah

satu sumber media yang dapat digunakan adalah televisi. Dengan menggunakan media televisi siswa tidak hanya dapat belajar, namun juga mendapat hiburan. Jika dilihat dari sifatnya, pada dasarnya media televisi termasuk ke dalam media audiovisual, yaitu perpaduan antara suara dan gambar yang secara bersamaan bisa dilihat dan didengarkan. Media televisi dalam tayangan House & Living tentu akan menjadi media yang menarik dalam pembelajaran menulis teks prosedur kompleks. Tayangan ini termasuk dalam tayangan yang edukatif karena tidak hanya bersifat menghibur, tetapi juga dapat memberikan wawasan dan pengetahuan baru kepada siswa. Terfokus pada segmen pertama, Do It Your Self isi tayangannya adalah bagaimana cara mendaur ulang yang didemokan oleh dua orang, tayangan ini menampilkan bagaimana membuat suatu karya dengan memanfaatkan barang bekas yang diliput dengan detail tahapan-tahapannya. Inilah yang dapat membantu siswa untuk menulis teks prosedur kompleks dengan lebih mudah. Jika dibanding dengan media yang lain, media tayangan ini jelas memberikan banyak kelebihan karena sifatnya audiovisual yaitu siswa dapat melihat dan mendengarkan langsung. Dengan demikian, siswa tidak hanya mendapatkan hiburan tetapi juga pengalaman. Siswa dapat melihat langsung bagaimana tahapan demi tahapan untuk membuat suatu karya (mencapai tujuan yang diinginkan), dengan begitu jelas akan membantu siswa untuk menulis teks prosedur kompleks yang sesuai dengan struktur dan ciri-ciri kebahasaannya. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Media Tayangan Televisi House & Living Terhadap

Kemampuan Menulis Teks Prosedur Kompleks Siswa Kelas X SMA Swasta Nur Azizi Tanjung Morawa Tahun Pembelajaran 2014/2015. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dibuat identifikasi masalah sebagai berikut: 1. kemampuan siswa kelas X SMA Swasta Nur Azizi Tanjung Morawa dalam menulis teks khususnya teks prosedur kompleks masih rendah, 2. siswa belum mampu menulis teks prosedur kompleks dengan baik karena hanya terbatas pada pemahaman teori saja, 3. sumber belajar yang digunakan guru masih kurang, 4. penggunaan media yang menarik saat proses pembelajaran masih kurang. C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini mencapai sasaran yang tepat dan terarah maka penulis membatasi permasalahan yang diteliti. Pada penelitian ini, permasalahan dibatasi dan difokuskan pada pengaruh media tayangan televisi House & Living (edisi hari selasa, 3 Februari 2015, segmen pertama) terhadap kemampuan menulis teks prosedur kompleks (struktur dan kaidah penulisan teks prosedur kompleks).

D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana kemampuan siswa kelas X SMA Swasta Nur Azizi Tanjung Morawa tahun pembelajaran 2014/2015 dalam menulis teks prosedur kompleks sebelum menggunakan media tayangan televisi House & Living? 2. Bagaimana kemampuan siswa kelas X SMA Swasta Nur Azizi Tanjung Morawa tahun pembelajaran 2014/2015 dalam menulis teks prosedur kompleks setelah menggunakan media tayangan televisi House & Living? 3. Bagaimana pengaruh media tayangan televisi House & Living terhadap kemampuan menulis teks prosedur kompleks siswa kelas X SMA Swasta Nur Azizi Tanjung Morawa tahun pembelajaran 2014/2015? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas X SMA Swasta Nur Azizi Tanjung Morawa tahun pembelajaran 2014/2015 terhadap kemampuan menulis teks prosedur kompleks sebelum menggunakan media tayangan televisi House & Living,

2. untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas X SMA Swasta Nur Azizi Tanjung Morawa tahun pembelajaran 2014/2015 terhadap kemampuan teks prosedur kompleks setelah menggunakan media tayangan televisi House & Living, 3. untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan media tayangan televisi House & Living terhadap kemampuan menulis teks prosedur kompleks siswa kelas X SMA Swasta Nur Azizi Tanjung Morawa tahun pembelajaran 2014/2015. F. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. bagi penulis, memotivasi penulis sebagai calon guru untuk dapat menerapkan media pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menarik, 2. bagi siswa, sebagai motivasi dan dorongan agar lebih meningkatkan kemampuan menulis teks prosedur kompleks, 3. bagi guru, sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kemampuan menulis teks prosedur kompleks dengan media yang tepat dan menarik, 4. bagi sekolah, penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis teks prosedur kompleks, 5. bagi pembaca, menambah wawasan dan pengetahuan seputar masalah yang diteliti dan sebagai bahan bandingan untuk penelitian lebih lanjut, jika meneliti masalah yang sama.