BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era reformasi pengelolaan keuangan daerah sudah mengalami berbagai perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan Pemerintah Daerah untuk menciptakan good governance dan clean goverment dengan melakukan tata kelola pemerintahan yang baik. Pemerintahan atau organisasi publik saat ini sedang menghadapi tantangan besar dengan adanya kebijakan otonomi daerah karena salah satu tujuan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah adalah untuk menjadikan pemerintah lebih dekat dengan rakyatnya, dan meningkatkan kualitas pelayanan publik, sehingga pelayanan pemerintah dapat dilakukan dengan lebih efisien dan efektif serta responsif terhadap kebutuhan masyarakatnya. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa pemerintah kabupaten dan kota memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai kebutuhan, potensi dan aspirasi masyarakat mereka daripada pemerintah pusat. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi adalah bahwa daerah harus mampu mengembangkan otonomi daerah secara luas, nyata, dan bertanggungjawab dalam rangka pemberdayaan masyarakat, serta seluruh potensi masyarakat dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi daerah dan desentralisasi berimplikasi pada semakin luasnya kewenangan daerah untuk mengatur dan mengelola Pendapatan Daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka secara bertahap daerah dituntut untuk 1
mengupayakan kemandirian pendapatannya dengan mengoptimalkan seluruh potensi pendapatan yang dimilikinya. Dalam konteks pengelolaan pendapatan daerah di DIY, proporsi sumber pendapatan utama daerah yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan proporsi rata-rata dibawah 40% dari total pendapatan daerah, maka perlu adanya strategistrategi dalam rangka peningkatan PAD di waktu yang akan datang. Disamping itu, sumber sumber pendapatan lainnya juga perlu ditingkatkan, antara lain bagian laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), lain-lain pendapatan yang sah, dana perimbangan bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak, sehingga dalam kurun waktu lima tahun mendatang, proporsi DAU secara bertahap dapat mulai digantikan oleh sumber sumber pendapatan yang dapat diupayakan oleh daerah. Seiring berjalannya waktu, Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan perubahan-perubahan dalam pembentukan organisasi untuk pengelolaan keuangan daerah. Pada tahun 2008 Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Istimewa Yogyakarta sebelum dilebur menjadi satu yaitu DPPKA DIY tersebut terbagi menjadi Dinas Pendapatan DIY, Badan Pengelolaan Aset DIY, dan Kantor Kas Daerah dimana letak kantornya pun tidak satu gedung dan di wilayah yang berbeda. Setelah dilakukan pembangunan, Dinas Pendapatan, Badan Pengelolaan Aset DIY, dan Kantor Kas Daerah dipindah ke Kompleks Kepatihan kemudian menjadi satu badan yaitu Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Istimewa Yogyakarta (DPPKA DIY). Dengan demikian maka regulasinya dilakukan perubahan. Sistemnya pun juga berubah yang semulanya manual menjadi sistem komputerisasi. Sehingga data-data sebelum sistem 2
komputerisasi mungkin sudah tidak lengkap dan kurang valid. Fenomena tersebut menjadikan alasan penulis untuk mengangkat judul ini, dengan melihat bagaimana kinerja pemerintah setelah melewati fenomena tersebut. Oleh karena itu berkaitan dengan hakekat otonomi daerah yang berkenaan dengan pelimpahan wewenang pengambilan keputusan kebijakan, pengelolaan dana publik dan pengaturan kegiatan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat, maka peranan data keuangan daerah sangat dibutuhkan untuk mengidentifikasi sumber-sumber pembiayaan daerah serta jenis dan besar belanja yang harus dikeluarkan agar perencanaan keuangan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Pengukuran kinerja keuangan penting dilakukan untuk menilai akuntabilitas pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan daerah. Dituangkan dalam bentuk laporan keuangan yang bertujuan untuk menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, serta kinerja keuangan pemerintah daerah. Laporan keuangan tersebut berguna dalam pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas pelaporan atas sumber daya yang dikelola pemerintah. Bentuk dari penilaian kinerja tersebut berupa analisis rasio keuangan yang berasal dari Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah berupa perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Data keuangan daerah memberikan gambaran statistik perkembangan anggaran dan realisasi, baik penerimaan maupun pengeluaran dan analisa terhadapnya merupakan informasi yang penting terutama untuk membuat kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah dan melihat kemampuan atau 3
tingkat kemandirian daerah. Berkaitan dengan hal tersebut maka harus dapat dilaksanakan suatu evaluasi terhadap pengelolaan keuangan daerah dan pembiayaan keuangan daerah yang akan sangat menentukan kedudukan suatu pemerintah daerah. Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah. Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan menunjukan bagaimana uang publik dibelanjakan, akan tetapi meliputi kemampuan yang menunjukan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan secara ekonomis, efektif, dan efisien. Dalam menciptakan keberhasilan dari suatu pembangunan di daerah dibutuhkan pengelolaan keuangan daerah yang dikelola dengan manajemen yang baik pula. Layaknya suatu perubahan yang mendasar, masih sering dirasakan adanya kekurangan dalam pengaturan mengenai keuangan daerah yang termuat dalam Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah ini yang secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama, pemisahan kewenangan dan Administrasi Keuangan Negara (APBN) dan Keuangan Daerah (APBD). Kedua, sumber penerimaan daerah dalam APBD. Ketiga, manajemen pengelolaan keuangan daerah, khususnya APBD. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH-DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permasalahan di dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah kinerja keuangan Pemerintah Daerah-Daerah Istimewa Yogyakarta selama 4
lima tahun terakhir (2010-2014) berdasarkan indikator analisis rasio kemandirian, efektifitas dan efisiensi pendapatan daerah, rasio efisiensi belanja, serta rasio pertumbuhan. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi dengan hanya meneliti : 1. Menilai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelengaraan otonomi daerah. 2. Mengukur efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan daerah. 3. Mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah daerah dalam membelanjakan pendapatan daerahnya. 4. Melihat pertumbuhan/perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama periode waktu tertentu. 1.4 Tujuan Penulisan Salah satu alat untuk menganalisis kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan dan dilaksanakannya. Hasil analisis rasio keuangan ini selanjutnya digunakan untuk tolok ukur dalam: 1. Menilai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelengaraan otonomi daerah. 2. Mengukur efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan daerah. 5
3. Mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah daerah dalam membelanjakan pendapatan daerahnya. 4. Melihat pertumbuhan/perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama periode waktu tertentu. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Peneliti, untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang berharga dalam menulis karya ilmiah dan memperdalam bidang yang diteliti sehubungan dengan analisis kinerja keuangan pemerintah daerah Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan dan masukkan dalam melakukan penelitian pada bidang yang sejenis. 3. Bagi Pemerintah, sebagai bahan evaluasi agar kinerja keuangan kedepan dapat ditingkatkan. Sebagai bahan masukan dan gambaran bagi pemerintah daerah dalam membuat kebijakan serta menentukan arah dan strategi untuk perbaikan kinerja keuangan pemerintah daerah dimasa yang akan datang. 6
1.6 Kerangka Penulisan Alur dari kerangka konsep penelitian dapat dilihat sebagai berikut: Keuangan Bagi Daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta Kinerja Keuangan Rumusan masalah: Bagaimana kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya? Alat analisis: 1. Analisis Varians Pendapatan 2. Derajat Desentralisasi 3. Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah 4. Rasio Efektivitas dan Efisiensi PAD 5. Analisis Varians Belanja 6. Rasio Efisiensi Belanja BAB II Hasil analisis: Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang sudah cukup efektif dan efisien dalam mengelola keuangannya. BAB II 7