AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN SISTEM MANAJEMEN PRODUKSI TERHADAP ANALISIS USAHA PETERNAKAN TELUR TETAS ITIK MOJOSARI DI MODOPURO

Intisari. Kajian Analisis Usaha Ternak Kambing di Desa Lubangsampang Kec. Butuh Kabupaten Purworejo. Zulfanita

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA MELALUI PERBAIKAN MUTU PAKAN DAN PENINGKATAN PERAN KELOMPOKTANI DI KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS

PENERAPAN TEKNOLOGI PAKAN DAN FORMULASI RANSUM PADA KELOMPOK TERNAK KAMBING DI KABUPATEN BIREUEN

KAJIAN ANALISIS USAHA TERNAK KAMBING DI DESA LUBANGSAMPANG KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO. Zulfanita

SKRIPSI. Oleh : Desvionita Nasrul BP

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik

PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH PENDAHULUAN

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

KETEPATAN ADOPSI INOVASI PETERNAK TERHADAP TEKNOLOGI FERMENTASI JERAMI PADI DI KABUPATEN BULUKUMBA. Agustina Abdullah ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Protein hewani merupakan salah satu nutrisi yang sangat dibutuhkan

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

AGRIBISNIS KAMBING - DOMBA

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani.

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS SAPI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAMBING-DOMBA. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Jamu Ternak di Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN TAHUN 2014

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sumber :

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Program Studi Keahlian Agribisnis Produksi Ternak

NILAI PRODUKSI USAHA TERNAK RUMINANSIA PADA PROGRAM SARJANA MEMBANGUN DESA (SMD) DI KABUPATEN MALANG SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

PENGANTAR. Latar Belakang. khususnya masyarakat pedesaan. Kambing mampu berkembang dan bertahan

PENDAHULUAN. akan protein hewani berangsur-angsur dapat ditanggulangi. Beberapa sumber

ANALISA USAHA PETERNAKAN KAMBING DI KENAGARIAN SAOK LAWEH KECAMATAN KUBUNG KABUPATEN SOLOK SKRIPSI. Oleh : PRILLA AMEL

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 03 Pebruari :23 - Update Terakhir Selasa, 17 Pebruari :58

KAJIAN PERSEPSI DAN ADOPSI PETERNAK SAPI TERHADAP TEKNOLOGI BUDIDAYA SAPI UNGGUL DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

BAB I PENDAHULUAN. diperlukannya diversifikasi makanan dan minuman. Hal tersebut dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

Tennr Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 Skala usaha penggemukan berkisar antara 5-10 ekor dengan lama penggemukan 7-10 bulan. Pakan yan

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012 ABSTRAK

Integrasi Tanaman Jeruk dengan Ternak Kambing

II. TINJAUAN PUSTAKA

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

PENGARUH UMUR DAN PANJANG CACAHAN RUMPUT RAJA TERHADAPEFISIENSI BAGIANYANGTERMAI{AN DOMBA DEWASA

KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Kantor Keluarga Berencana Kota Administrasi Jakarta

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

Pemanfaatan Sumber Daya Pakan Lokal Untuk Pengembangan Peternakan YENNI YUSRIANI

I. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian adalah suatu proses perubahan sosial. Hal tersebut tidak

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN JAWA TENGAH TAHUN 2014

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk

20.1. Mengembangkan Potensi Peternakan Ruminansia Menerapkan Tingkah laku Ternak Ruminansia Menerapkan Penanganan Ternak ruminansia

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DAN JUMLAH PAKAN TERHADAP PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH RAKYAT

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

Transkripsi:

200 HUBUNGAN MANAJEMEN PRODUKSI TERHADAP ANALISIS USAHA PETERNAKAN KAMBING DI KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO Mudhita Zikkrullah Ritonga 1), Koesnoto Soepranianondo 2), Sri Hidanah 2) 1)Magister Agribisnis Veteriner, 2) Departemen Ilmu Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) manajemen produksi usaha peternakan kambing, (2) analisis usaha peternakan kambing, (3) hubungan manajemen produksi terhadap analisis usaha peternakan kambing. Penelitian ini merupakan penelitian survey. Pengumpulan data dilakukan dengan cara teknik kuisioner, teknik wawancara dan Focus Group Discussion (FGD). Penentuan lokasi dan responden berdasarkan metode purposive sampling. Jumlah responden sebanyak 25 peternak yang memiliki populasi 25-50 ekor. Analisis usaha adalah variabel dependent dan manajemen produksi adalah variabel independen. Indikator dari manajemen produksi yaitu manajemen bibit, kandang, pakan, pemeliharaan dan kesehatan. Indikator Analisis usaha yaitu R/C ratio, laba, persentase laba, laba per bulan, laba per ekor, Break Event Point (BEP) produksi, Break Event Point (BEP) harga dan Payback Period (PP). Data dianalisis dengan metode Structural Equation Modelling (SEM) dengan menggunakan program Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) peternak sudah mengaplikasikan manajemen produksi dengan baik; (2) usaha peternakan Kabupaten Sidoarjo merupakan usaha yang profit dan layak untuk dilaksanakan dengan analisis usaha BEP harga Rp. 2.047.567., BEP produksi 27 ekor, nilai PP 1,22 dan nilai Rasio R/C 1,33; (3) terdapat hubungan antara manajemen produksi terhadap analisis usaha dengan komponen berpengaruh yaitu manajemen pemeliharaan dan manajemen pakan. Kata kunci: Manajemen produksi, Analisis usaha, Peternakan kambing, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo Pendahuluan Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang mendukung penyediaan pangan asal ternak yang bergizi dan berdaya saing tinggi serta menciptakan lapangan kerja dibidang agribisnis peternakan (Pakage, 2008). Prospek usaha peternakan yang mengarah kepada komoditas unggulan dan spesifik lokasi akan berperan penting sebagai pasok pengetahuan dan teknologi peternakan serta memberikan umpan kedepan bagi pembangunan sektor pertanian pada umumnya untuk mewujudkan pertanian yang tangguh, maju dan efisien yang dicirikan oleh kemampuan dalam peningkatan

201 kesejahteraan petani dan mampu mendorong pertumbuhan sektor terkait dan ekonomi nasional secara keseluruhan (Rangkuti dkk., 2006). Salah satu usaha peternakan yang dapat dikembangkan yaitu usaha ternak kambing. Ternak kambing merupakan ternak yang mudah dalam pemeliharaannya. Ditinjau dari aspek pengembangan secara komersil sangat potensial bila diusahakan karena umur dewasa kelamin dan dewasa tubuh serta lama bunting ternak kambing sangat pendek dibandingkan dengan ternak ruminansia lainnya (Sundari dan Efendi, 2010). Profil usaha ternak kambing disektor usaha primer menunjukkan bahwa usaha tersebut memberikan keuntungan yang relatif baik dengan nilai O/I ratio 1,39 untuk penggemukan (Sodiq dan Abidin, 2008). Keberadaan usaha ternak kambing tidak saja dapat menciptakan lapangan pekerjaan maupun lapangan usaha, namun juga memberikan penghasilan dan pendapatan (Sutama, 2004). Meskipun demikian ternak kambing merupakan komponen penting dalam usaha tani rakyat karena pemeliharaan kambing dengan skala kecil dapat membantu ekonomi rakyat dengan pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia disekitar. Kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki populasi kambing cukup banyak yaitu 297.300 ekor pada tahun 2012 dan meningkat menjadi 315.2000 ekor pada tahun 2014 (Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2014). Bila dilihat dari jumlah ternak maka ternak kambing berkembang secara baik di Kabupaten Sidoarjo. Populasi ternak kambing tersebar di enam belas kecamatan dan salah satunya adalah di Kecamatan Candi. Desa Sidodadi, Desa Sumokali dan Desa Sepande merupakan desa di Kecamatan Candi yang memiliki potensi untuk mengembangkan ternak kambing dengan usaha agroindustri seperti pembuatan tempe dan tahu. Tantangan terbesar dalam semua sistem produksi ternak diberbagai daerah antara lain adalah pakan dan lahan (Zulfanita, 2011). Faktor utama dalam menentukan produktivitas ternak adalah terjaminnya ketersediaan hijauan pakan. Menurut Sunarso (2003), berbagai usaha telah dilakukan untuk memenuhi hijauan pakan yaitu integrasi tanaman pangan dan ternak, pemanfaatan lahan perkebunan kelapa atau karet. Desa Sumokali, Desa Sepande dan Desa Sidodadi adalah desa yang potensial untuk memelihara ternak kambing karena daya dukung (carriying capacity) untuk pakan ternak cukup banyak. Ketersediaan pakan untuk ternak di ketiga desa ini sangat mencukupi. Hal ini didukung dengan usaha agroindustri dan banyaknya rumput lapangan di lahan yang tidak dimanfaatkan sebagai lahan pertanian oleh pemiliknya. Menurut Prawirodigjo dkk. (2005), ternak kambing mampu

202 beradaptasi pada kondisi daerah yang memiliki sumber pakan hijauan yang kurang baik, serta ternak kambing merupakan komponen peternakan rakyat yang cukup potensial sebagai penyedia daging. Peternak kambing di ketiga desa ini menggunakan limbah agroindustri sebagai pakan ternaknya. Limbah pertanian dan agroindustri pertanian memiliki potensi yang cukup besar sebagai sumber pakan ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba). Bahan pakan tersebut apabila diolah atau difermentasi dengan bantuan mikroorganisme tertentu menghasilkan pakan fermentasi yang berkualitas tinggi (Sundari dan Efendi, 2010). Usaha pengkajian mengenai hubungan sistem manajemen produksi terhadap analisis usaha peternakan kambing sangat diperlukan. Meskipun pemeliharaan kambing merupakan usaha sampingan tetapi diharapkan dapat membantu meningkatkan pendapatan usaha ternak kambing, sehingga kesejahteraan peternak meningkat (Zulfanita, 2011). Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengetahui sistem manajemen produksi usaha peternakan kambing di Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo, (2) Mengetahui analisis usaha peternakan kambing di Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo, (3) Mengetahui hubungan sistem manajemen produksi terhadap analisis usaha peternakan kambing di Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian survei observasi langsung dengan melakukan teknik wawancara berdasarkan kuisioner yang telah dipersiapkan. Populasi dalam penelitian ini adalah peternak Kabupaten Sidoarjo. Objek penelitian ini menggunakan usaha peternakan kambing. Teknik pengambilan responden ditentukan secara purposive sampling. Ketentuan responden selanjutnya yaitu responden yang memiliki minimal 25 ekor kambing pada saat penelitian. Sehingga total keseluruhan diperoleh 25 responden/peternak yang dilakukan penelitian. Variabel penelitian yang diamati dalam penelitian ini yaitu sistem manajemen produksi dan analisis usaha. Sistem manajemen produksi meliputi manajemen bibit, manajemen pemeliharaan, manajemen kandang, manajemen pakan dan manajemen kesehatan. Sistem manajemen produksi ini dihubungkan dengan analisis usaha yang terdiri dari BEP harga, BEP produksi/unit, R/C ratio dan PP, Laba, %Laba, Laba per Ekor dan Laba per Bulan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi yaitu metode pengambilan data yang dilakukan dengan cara

203 mencatat secara sistematis hasil pengamatan terhadap kejadiankejadian yang diselidiki selama penelitian (Marzuki, 2002). Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu; 1) Teknik Wawancara, yaitu suatu metode yang digunakan untuk memperoleh data primer yang dimaksudkan untuk mengetahui aspek-aspek kuantitatif melalui media kuesioner yang terstruktur dan telah dipersiapkan; 2) Studi Dokumen, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melihat dan mencatat dokumen atau catatan yang berhubungan dengan penelitian sebagai data penunjang; dan 3) Focus Group Discussion (FGD), merupakan diskusi berkelompok untuk menghasilkan data kualitatif dan mengeksplorasi masalah yang spesifik. Data penelitian yang terkumpul diolah dan dianalisis bagaimana sistem manajemen produksi, analisis usaha dan hubungan manajemen produksi terhadap analisis usaha. Tahapan analisa selanjutnya menggunakan metode analisis Partial Least Square (PLS) yaitu metode alternatif Structural Equation Modelling (SEM) yang berbasis variance. Hasil dan Pembahasan Hasil bootstrapping dapat dilihat pada menunjukkan bahwa nilai T-statistik hubungan antara manajemen pakan terhadap analisis usaha sebesar 2,483 dan nilai original sample estimate sebesar 0,325. Nilai T- statistik ini menunjukkan bahwa hubungan antara manajemen pakan terhadap analisis usaha adalah signifikan (>1,96). Nilai original sample estimate adalah positif yaitu sebesar 0,325 yang menunjukkan bahwa arah hubungan antara manajemen pakan terhadap analisis usaha adalah positif. Hasil bootstrapping untuk nilai T-statistik hubungan antara manajemen pemeliharaan terhadap analisis usaha sebesar 5,447. Nilai T-statistik ini menunjukkan bahwa hubungan antara manajemen pemeliharaan terhadap analisis usaha adalah signifikan (>1,96). Nilai original sample estimate adalah positif yaitu sebesar 0,550 yang menunjukkan bahwa arah hubungan antara manajemen pemeliharaan terhadap analisis usaha adalah positif (Tabel 1). Tabel 1. Hasil Analisis Partial Least Square (PLS) Variabel Laten Hubungan Antara Variabel Laten Manajemen Pemeliharaan -> Analisis Usaha Manajemen Pakan - > Analisis Usaha Original Sample (O) Sample Mean (M) Standard Error (STERR) T Statistics ( O/STERR ) P Values 0,550 0,597 0,101 5,447 0,000 0,325 0,299 0,131 2,483 0,013

204 Berdasarkan hasil bootstrapping hubungan manajemen produksi terhadap analisis usaha memakai smartpls versi 3.1 didapat menunjukkan bahwa nilai T-statistik hubungan antara manajemen pakan terhadap analisis usaha sebesar 2,483 dan nilai original sample estimate sebesar 0,325. Hasil bootstrapping untuk nilai T-statistik hubungan antara manajemen pemeliharaan terhadap analisis usaha sebesar 5,447 dan nilai original sample estimate sebesar 0,550. Tabel 2. Hasil Analisis Partial Least Square (PLS) Variabel Indikator Hubungan Variabel Indikator dengan Variabel Laten Original Sample (O) Sample Mean (M) Standard Error (STERR) T Statistics ( O/STERR ) P Values %Laba <- Analisis Usaha 0,833 0,777 0,167 5,093 0,000 BEP Harga <- Analisis Usaha -0,762-0,765 0,086 6,476 0,000 Frekuensi Pembersihan Kandang - 0,826 0,744 0,248 4,168 0,001 > Manajemen Pemeliharaan Frekuensi Pembersihan Tempat 0,826 0,744 0,248 4,168 0,001 Pakan dan Minum -> Manajemen Pemeliharaan Laba <- Analisis Usaha 0,901 0,882 0,044 12,664 0,000 Laba Per Bulan <- Analisis Usaha 0,913 0,912 0,027 11,772 0,000 Lama Pemeliharaan -> Manajemen 0,691 0,727 0,094 6,165 0,000 Pemeliharaan Intensitas Memandikan Kambing - 0,716 0,712 0,146 5,411 0,000 > Manajemen Pemeliharaan PP <- Analisis Usaha -0,742-0,736 0,102 5,756 0,000 Pencatatan -> Manajemen 0,746 0,721 0,160 5,400 0,000 Pemeliharaan Renovasi Kandang -> Manajemen 0,811 0,735 0,235 4,242 0,001 Pemeliharaan Penerapan Teknologi Pakan -> Manajemen Pakan 1,000 1,000 0,000 Tabel 2. menunjukkan nilai original sample estimate variabel manajemen pakan yaitu penerapan teknologi pakan adalah 1,000. Hal ini menunjukkan pengaruh yang mutlak variabel penerapan teknologi pakan kepada hubungan manajemen pakan terhadap analisis usaha. Berdasarkan nilai original sample estimate, setiap kenaikan penerapan teknologi pakan satu unit maka akan meningkatkan manajemen pakan sebesar 1,000 unit. Penerapan teknologi pakan yang dibuat peternak kambing Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo berupa pembuatan silase dan formulasi pakan konsentrat. Pakan tambahan yang digunakan peternak kambing di Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo adalah kulit kacang hijau dan tumpi jagung. Pencampuran

205 ampas tahu dan kulit kedelai dicampur dengan kulit kacang hijau atau tumpi jagung kemudian ditambahkan garam dapur. Menurut Sodiq dan Abidin (2007), penerapan teknologi pakan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan yang berdampak biaya produksi secara keseluruhan menurun. Mulyono dan Sarwono (2002) menyatakan bahwa pakan tambahan berfungsi untuk menutupi kekurangan zat gizi yang terdapat pada hijauan. Nilai original sample estimate pada enam variabel indikator manajemen pemeliharaan yaitu frekuensi pembersihan kandang 0,826, frekuensi pembersihan tempat pakan 0,826, lama pemeliharaan 0,691, intensitas memandikan kambing 0,716, pencatatan/recording 0,746 dan renovasi 0,811. Data di atas menunjukkan bahwa variabel indikator yang mempengaruhi manajemen pemeliharaan terhadap analisis usaha yang paling tinggi adalah pembersihan kandang dan pembersihan tempat pakan. Pembersihan kandang dan pembersihan tempat pakan memiliki pengaruh lebih tinggi sebagai variabel indikatornya manajemen pemeliharaan dibandingkan variabel indikator lainnya. Sodiq dan Abidin (2007) menyatakan bahwa pembersihan tempat pakan dan minum dilakukan setiap hari dengan melakukan pencucian sebelum digunakan kembali. Tempat pakan dan minum yang tidak dibersihkan akan dijadikan media bagi kuman ataupun jamur untuk hidup yang dapat menimbulkan penyakit pada ternak. Pembersihan tempat pakan dan minum dilakukan bersamaan dengan pembersihan kandang. Menurut Sodiq dan Abidin (2007), kambing dimandikan minimal dua minggu sekali. Kambing sebaiknya dimandikan pada waktu pagi hari saat cuaca cerah sehingga tubuh kambing lebih cepat kering. Badan kambing yang kotor memungkinkan tumbuh dan berkembangnya aneka macam parasit dan mikroba yang dapat menimbulkan bermacammacam penyakit. Kebersihan tubuh kambing secara tidak langsung dapat memberikan dampak meningkatnya produksi (Sodiq dan Abidin, 2007). Peternak kambing di Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo memelihara ternak kambingnya lima hingga enam bulan (52%), tujuh hingga delapan bulan (40%) dan tiga hingga empat bulan (8%) disesuaikan akan panen pada Hari Raya Qurban. Kambing yang digemukkan selama lima bulan maka bibit yang dibeli berumur tujuh bulan sedangkan kambing yang digemukkan selama tujuh bulan maka bibit yang dibeli adalah sekita lima bulan. Umumnya di Indonesia kambing dipotong pada umur muda. Kambing yang dipotong pada umur muda lebih disukai karena empuk dan harum (Mulyono dan Sarwono, 2002). Lama pemeliharaan 5-7 bulan yang dilakukan peternak disesuaikan kondisi minat pasar pada umumnya. Saat terbaik untuk memotong

206 kambing adalah saat ternak berumur maksimal 24 bulan. Menurut Sarwono (2002), kambing paling responsif terhadap pakan sejak fase remaja yaitu berumur 7-8 bulan sampai ternak berumur 1-1,5 tahun. Peternak kambing di Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo lebih banyak memiliki pencatatan tentang jual beli kambing. Tujuan pencatatan adalah agar peternak dapat mengadakan evaluasi terhadap peternakannya (Abidin dan Sodiq, 2003). Dwiyanto (1995) menyatakan bahwa pencatatan pada peternakan yang rapi akan memberikan data informasi yang dan dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Beberapa pencatatan pada peternakan kambing seperti identitas kambing, data pertumbuhan kambing, kartu penimbangan dan kartu penjualan (Dwiyanto, 1995). Catatan yang dicatat oleh peternak yang terpenting adalah catatan kesehatan dan biaya pengeluaran. Peternak Kabupaten Sidoarjo melakukan renovasi kandang jika ada kerusakan sesegera mungkin (28%), jika ada kerusakan (36%), sekali seminggu (28%) dan sebulan sekali (8%). Sodiq dan Abidin (2007) menyatakan bahwa kandang yang baik akan mempermudah peternak melakukan kontrol pengawasan kesehatan kambing. Nilai original sample estimate pada tujuh variabel indikator yang mempengaruhi analisis usaha secara langsung yaitu laba 0,901, persentase laba 0.833, laba per bulan 0,913, PP - 0.742 dan BEP harga -0.762. Paling besar pengaruhnya adalah laba per bulan karena mempunyai nilai original sample estimate paling tinggi yaitu 0,913 dibandingkan enam variabel lainnya. Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian adalah: (1) Manajemen produksi pada usaha peternakan Kabupaten Sidoarjo dapat dikatakan baik pada semua sistem manajemen produksi, (2) Usaha peternakan Kabupaten Sidoarjo merupakan usaha yang layak untuk dilaksanakan dengan nilai rata-rata BEP Produksi 27 ekor, rata-rata BEP Harga Rp. Rp. 2.082.078,-, rata-rata nilai PP 1,22 dan rata-rata nilai Rasio R/C sebesar 1,33, (3) Terdapat hubungan manajemen produksi terhadap analisis usaha peternakan Kabupaten Sidoarjo. Komponen manajemen produksi yang berpengaruh pada analisis usaha adalah manajemen pemeliharaan dan manajemen pakan. Daftar Pustaka Dwiyanto, Muhaswad. 1995. Penanganan Domba dan Kambing. Penebar Swadaya. Jakarta.

207 Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, 2014. Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Sidoarjo. Mulyana dan Sarwono, 2007. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya. Jakarta. Mulyono, S. 2010. Penggemukan Kambing Potong. Niaga Swadaya. Jakarta. Pakage, Stepanus. 2008. Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. Jurnal Ilmu Peternakan hal. 51 57 Vol. 3 No.2. FPPK UNIPA. Manokwari 98314 Prawirodigjo, S., B. Utomo dan T. Herawati. 2005. Produktivitas Induk dalam Usaha Kambing pada Kondisi Pedesaan. Balai Pengkaji Teknologi Pertanian. Ungaran. Rangkuti, M., A. Setiadi, Solich dan A. Rusjat. 2006. Pedoman Praktis Beternak Kambing- Domba sebagai Ternak Potong. Puslitbangnak. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor. Sarwono. B. 2007. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta Sodiq dan Abidin. 2008. Meningkatkan Produksi Susu Kambing Peranakan Ettawa. Agromedia Pustaka, Jakarta Selatan. Sundari dan K. Efendi. 2010. Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usaha Peternak Kambing Peranakan Etawah di Kecamatan Girimulyo Kabupaten Kulonprogo. Jurnal AgriSains Vol.1 No.1. Fakultas Agroindustri, Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Sutama, I Ketut, 2004. Teknologi Reproduksi Ternak Kambing. Makalah disampaikan pada Temu Aplikasi Paket Teknologi Pertanian, BPTP Nusa Tenggara Barat, Tanggal 2 Maret 2004 di Mataram. Zulfanita. 2011. Kajian Analisis Usaha Ternak Kambing di Desa Lubangsampang Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo. Mediagro Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Vol 7. No. 2: HAL 61 68. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purworejo