200 HUBUNGAN MANAJEMEN PRODUKSI TERHADAP ANALISIS USAHA PETERNAKAN KAMBING DI KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO Mudhita Zikkrullah Ritonga 1), Koesnoto Soepranianondo 2), Sri Hidanah 2) 1)Magister Agribisnis Veteriner, 2) Departemen Ilmu Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) manajemen produksi usaha peternakan kambing, (2) analisis usaha peternakan kambing, (3) hubungan manajemen produksi terhadap analisis usaha peternakan kambing. Penelitian ini merupakan penelitian survey. Pengumpulan data dilakukan dengan cara teknik kuisioner, teknik wawancara dan Focus Group Discussion (FGD). Penentuan lokasi dan responden berdasarkan metode purposive sampling. Jumlah responden sebanyak 25 peternak yang memiliki populasi 25-50 ekor. Analisis usaha adalah variabel dependent dan manajemen produksi adalah variabel independen. Indikator dari manajemen produksi yaitu manajemen bibit, kandang, pakan, pemeliharaan dan kesehatan. Indikator Analisis usaha yaitu R/C ratio, laba, persentase laba, laba per bulan, laba per ekor, Break Event Point (BEP) produksi, Break Event Point (BEP) harga dan Payback Period (PP). Data dianalisis dengan metode Structural Equation Modelling (SEM) dengan menggunakan program Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) peternak sudah mengaplikasikan manajemen produksi dengan baik; (2) usaha peternakan Kabupaten Sidoarjo merupakan usaha yang profit dan layak untuk dilaksanakan dengan analisis usaha BEP harga Rp. 2.047.567., BEP produksi 27 ekor, nilai PP 1,22 dan nilai Rasio R/C 1,33; (3) terdapat hubungan antara manajemen produksi terhadap analisis usaha dengan komponen berpengaruh yaitu manajemen pemeliharaan dan manajemen pakan. Kata kunci: Manajemen produksi, Analisis usaha, Peternakan kambing, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo Pendahuluan Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang mendukung penyediaan pangan asal ternak yang bergizi dan berdaya saing tinggi serta menciptakan lapangan kerja dibidang agribisnis peternakan (Pakage, 2008). Prospek usaha peternakan yang mengarah kepada komoditas unggulan dan spesifik lokasi akan berperan penting sebagai pasok pengetahuan dan teknologi peternakan serta memberikan umpan kedepan bagi pembangunan sektor pertanian pada umumnya untuk mewujudkan pertanian yang tangguh, maju dan efisien yang dicirikan oleh kemampuan dalam peningkatan
201 kesejahteraan petani dan mampu mendorong pertumbuhan sektor terkait dan ekonomi nasional secara keseluruhan (Rangkuti dkk., 2006). Salah satu usaha peternakan yang dapat dikembangkan yaitu usaha ternak kambing. Ternak kambing merupakan ternak yang mudah dalam pemeliharaannya. Ditinjau dari aspek pengembangan secara komersil sangat potensial bila diusahakan karena umur dewasa kelamin dan dewasa tubuh serta lama bunting ternak kambing sangat pendek dibandingkan dengan ternak ruminansia lainnya (Sundari dan Efendi, 2010). Profil usaha ternak kambing disektor usaha primer menunjukkan bahwa usaha tersebut memberikan keuntungan yang relatif baik dengan nilai O/I ratio 1,39 untuk penggemukan (Sodiq dan Abidin, 2008). Keberadaan usaha ternak kambing tidak saja dapat menciptakan lapangan pekerjaan maupun lapangan usaha, namun juga memberikan penghasilan dan pendapatan (Sutama, 2004). Meskipun demikian ternak kambing merupakan komponen penting dalam usaha tani rakyat karena pemeliharaan kambing dengan skala kecil dapat membantu ekonomi rakyat dengan pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia disekitar. Kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki populasi kambing cukup banyak yaitu 297.300 ekor pada tahun 2012 dan meningkat menjadi 315.2000 ekor pada tahun 2014 (Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2014). Bila dilihat dari jumlah ternak maka ternak kambing berkembang secara baik di Kabupaten Sidoarjo. Populasi ternak kambing tersebar di enam belas kecamatan dan salah satunya adalah di Kecamatan Candi. Desa Sidodadi, Desa Sumokali dan Desa Sepande merupakan desa di Kecamatan Candi yang memiliki potensi untuk mengembangkan ternak kambing dengan usaha agroindustri seperti pembuatan tempe dan tahu. Tantangan terbesar dalam semua sistem produksi ternak diberbagai daerah antara lain adalah pakan dan lahan (Zulfanita, 2011). Faktor utama dalam menentukan produktivitas ternak adalah terjaminnya ketersediaan hijauan pakan. Menurut Sunarso (2003), berbagai usaha telah dilakukan untuk memenuhi hijauan pakan yaitu integrasi tanaman pangan dan ternak, pemanfaatan lahan perkebunan kelapa atau karet. Desa Sumokali, Desa Sepande dan Desa Sidodadi adalah desa yang potensial untuk memelihara ternak kambing karena daya dukung (carriying capacity) untuk pakan ternak cukup banyak. Ketersediaan pakan untuk ternak di ketiga desa ini sangat mencukupi. Hal ini didukung dengan usaha agroindustri dan banyaknya rumput lapangan di lahan yang tidak dimanfaatkan sebagai lahan pertanian oleh pemiliknya. Menurut Prawirodigjo dkk. (2005), ternak kambing mampu
202 beradaptasi pada kondisi daerah yang memiliki sumber pakan hijauan yang kurang baik, serta ternak kambing merupakan komponen peternakan rakyat yang cukup potensial sebagai penyedia daging. Peternak kambing di ketiga desa ini menggunakan limbah agroindustri sebagai pakan ternaknya. Limbah pertanian dan agroindustri pertanian memiliki potensi yang cukup besar sebagai sumber pakan ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba). Bahan pakan tersebut apabila diolah atau difermentasi dengan bantuan mikroorganisme tertentu menghasilkan pakan fermentasi yang berkualitas tinggi (Sundari dan Efendi, 2010). Usaha pengkajian mengenai hubungan sistem manajemen produksi terhadap analisis usaha peternakan kambing sangat diperlukan. Meskipun pemeliharaan kambing merupakan usaha sampingan tetapi diharapkan dapat membantu meningkatkan pendapatan usaha ternak kambing, sehingga kesejahteraan peternak meningkat (Zulfanita, 2011). Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengetahui sistem manajemen produksi usaha peternakan kambing di Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo, (2) Mengetahui analisis usaha peternakan kambing di Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo, (3) Mengetahui hubungan sistem manajemen produksi terhadap analisis usaha peternakan kambing di Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian survei observasi langsung dengan melakukan teknik wawancara berdasarkan kuisioner yang telah dipersiapkan. Populasi dalam penelitian ini adalah peternak Kabupaten Sidoarjo. Objek penelitian ini menggunakan usaha peternakan kambing. Teknik pengambilan responden ditentukan secara purposive sampling. Ketentuan responden selanjutnya yaitu responden yang memiliki minimal 25 ekor kambing pada saat penelitian. Sehingga total keseluruhan diperoleh 25 responden/peternak yang dilakukan penelitian. Variabel penelitian yang diamati dalam penelitian ini yaitu sistem manajemen produksi dan analisis usaha. Sistem manajemen produksi meliputi manajemen bibit, manajemen pemeliharaan, manajemen kandang, manajemen pakan dan manajemen kesehatan. Sistem manajemen produksi ini dihubungkan dengan analisis usaha yang terdiri dari BEP harga, BEP produksi/unit, R/C ratio dan PP, Laba, %Laba, Laba per Ekor dan Laba per Bulan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi yaitu metode pengambilan data yang dilakukan dengan cara
203 mencatat secara sistematis hasil pengamatan terhadap kejadiankejadian yang diselidiki selama penelitian (Marzuki, 2002). Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu; 1) Teknik Wawancara, yaitu suatu metode yang digunakan untuk memperoleh data primer yang dimaksudkan untuk mengetahui aspek-aspek kuantitatif melalui media kuesioner yang terstruktur dan telah dipersiapkan; 2) Studi Dokumen, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melihat dan mencatat dokumen atau catatan yang berhubungan dengan penelitian sebagai data penunjang; dan 3) Focus Group Discussion (FGD), merupakan diskusi berkelompok untuk menghasilkan data kualitatif dan mengeksplorasi masalah yang spesifik. Data penelitian yang terkumpul diolah dan dianalisis bagaimana sistem manajemen produksi, analisis usaha dan hubungan manajemen produksi terhadap analisis usaha. Tahapan analisa selanjutnya menggunakan metode analisis Partial Least Square (PLS) yaitu metode alternatif Structural Equation Modelling (SEM) yang berbasis variance. Hasil dan Pembahasan Hasil bootstrapping dapat dilihat pada menunjukkan bahwa nilai T-statistik hubungan antara manajemen pakan terhadap analisis usaha sebesar 2,483 dan nilai original sample estimate sebesar 0,325. Nilai T- statistik ini menunjukkan bahwa hubungan antara manajemen pakan terhadap analisis usaha adalah signifikan (>1,96). Nilai original sample estimate adalah positif yaitu sebesar 0,325 yang menunjukkan bahwa arah hubungan antara manajemen pakan terhadap analisis usaha adalah positif. Hasil bootstrapping untuk nilai T-statistik hubungan antara manajemen pemeliharaan terhadap analisis usaha sebesar 5,447. Nilai T-statistik ini menunjukkan bahwa hubungan antara manajemen pemeliharaan terhadap analisis usaha adalah signifikan (>1,96). Nilai original sample estimate adalah positif yaitu sebesar 0,550 yang menunjukkan bahwa arah hubungan antara manajemen pemeliharaan terhadap analisis usaha adalah positif (Tabel 1). Tabel 1. Hasil Analisis Partial Least Square (PLS) Variabel Laten Hubungan Antara Variabel Laten Manajemen Pemeliharaan -> Analisis Usaha Manajemen Pakan - > Analisis Usaha Original Sample (O) Sample Mean (M) Standard Error (STERR) T Statistics ( O/STERR ) P Values 0,550 0,597 0,101 5,447 0,000 0,325 0,299 0,131 2,483 0,013
204 Berdasarkan hasil bootstrapping hubungan manajemen produksi terhadap analisis usaha memakai smartpls versi 3.1 didapat menunjukkan bahwa nilai T-statistik hubungan antara manajemen pakan terhadap analisis usaha sebesar 2,483 dan nilai original sample estimate sebesar 0,325. Hasil bootstrapping untuk nilai T-statistik hubungan antara manajemen pemeliharaan terhadap analisis usaha sebesar 5,447 dan nilai original sample estimate sebesar 0,550. Tabel 2. Hasil Analisis Partial Least Square (PLS) Variabel Indikator Hubungan Variabel Indikator dengan Variabel Laten Original Sample (O) Sample Mean (M) Standard Error (STERR) T Statistics ( O/STERR ) P Values %Laba <- Analisis Usaha 0,833 0,777 0,167 5,093 0,000 BEP Harga <- Analisis Usaha -0,762-0,765 0,086 6,476 0,000 Frekuensi Pembersihan Kandang - 0,826 0,744 0,248 4,168 0,001 > Manajemen Pemeliharaan Frekuensi Pembersihan Tempat 0,826 0,744 0,248 4,168 0,001 Pakan dan Minum -> Manajemen Pemeliharaan Laba <- Analisis Usaha 0,901 0,882 0,044 12,664 0,000 Laba Per Bulan <- Analisis Usaha 0,913 0,912 0,027 11,772 0,000 Lama Pemeliharaan -> Manajemen 0,691 0,727 0,094 6,165 0,000 Pemeliharaan Intensitas Memandikan Kambing - 0,716 0,712 0,146 5,411 0,000 > Manajemen Pemeliharaan PP <- Analisis Usaha -0,742-0,736 0,102 5,756 0,000 Pencatatan -> Manajemen 0,746 0,721 0,160 5,400 0,000 Pemeliharaan Renovasi Kandang -> Manajemen 0,811 0,735 0,235 4,242 0,001 Pemeliharaan Penerapan Teknologi Pakan -> Manajemen Pakan 1,000 1,000 0,000 Tabel 2. menunjukkan nilai original sample estimate variabel manajemen pakan yaitu penerapan teknologi pakan adalah 1,000. Hal ini menunjukkan pengaruh yang mutlak variabel penerapan teknologi pakan kepada hubungan manajemen pakan terhadap analisis usaha. Berdasarkan nilai original sample estimate, setiap kenaikan penerapan teknologi pakan satu unit maka akan meningkatkan manajemen pakan sebesar 1,000 unit. Penerapan teknologi pakan yang dibuat peternak kambing Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo berupa pembuatan silase dan formulasi pakan konsentrat. Pakan tambahan yang digunakan peternak kambing di Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo adalah kulit kacang hijau dan tumpi jagung. Pencampuran
205 ampas tahu dan kulit kedelai dicampur dengan kulit kacang hijau atau tumpi jagung kemudian ditambahkan garam dapur. Menurut Sodiq dan Abidin (2007), penerapan teknologi pakan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan yang berdampak biaya produksi secara keseluruhan menurun. Mulyono dan Sarwono (2002) menyatakan bahwa pakan tambahan berfungsi untuk menutupi kekurangan zat gizi yang terdapat pada hijauan. Nilai original sample estimate pada enam variabel indikator manajemen pemeliharaan yaitu frekuensi pembersihan kandang 0,826, frekuensi pembersihan tempat pakan 0,826, lama pemeliharaan 0,691, intensitas memandikan kambing 0,716, pencatatan/recording 0,746 dan renovasi 0,811. Data di atas menunjukkan bahwa variabel indikator yang mempengaruhi manajemen pemeliharaan terhadap analisis usaha yang paling tinggi adalah pembersihan kandang dan pembersihan tempat pakan. Pembersihan kandang dan pembersihan tempat pakan memiliki pengaruh lebih tinggi sebagai variabel indikatornya manajemen pemeliharaan dibandingkan variabel indikator lainnya. Sodiq dan Abidin (2007) menyatakan bahwa pembersihan tempat pakan dan minum dilakukan setiap hari dengan melakukan pencucian sebelum digunakan kembali. Tempat pakan dan minum yang tidak dibersihkan akan dijadikan media bagi kuman ataupun jamur untuk hidup yang dapat menimbulkan penyakit pada ternak. Pembersihan tempat pakan dan minum dilakukan bersamaan dengan pembersihan kandang. Menurut Sodiq dan Abidin (2007), kambing dimandikan minimal dua minggu sekali. Kambing sebaiknya dimandikan pada waktu pagi hari saat cuaca cerah sehingga tubuh kambing lebih cepat kering. Badan kambing yang kotor memungkinkan tumbuh dan berkembangnya aneka macam parasit dan mikroba yang dapat menimbulkan bermacammacam penyakit. Kebersihan tubuh kambing secara tidak langsung dapat memberikan dampak meningkatnya produksi (Sodiq dan Abidin, 2007). Peternak kambing di Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo memelihara ternak kambingnya lima hingga enam bulan (52%), tujuh hingga delapan bulan (40%) dan tiga hingga empat bulan (8%) disesuaikan akan panen pada Hari Raya Qurban. Kambing yang digemukkan selama lima bulan maka bibit yang dibeli berumur tujuh bulan sedangkan kambing yang digemukkan selama tujuh bulan maka bibit yang dibeli adalah sekita lima bulan. Umumnya di Indonesia kambing dipotong pada umur muda. Kambing yang dipotong pada umur muda lebih disukai karena empuk dan harum (Mulyono dan Sarwono, 2002). Lama pemeliharaan 5-7 bulan yang dilakukan peternak disesuaikan kondisi minat pasar pada umumnya. Saat terbaik untuk memotong
206 kambing adalah saat ternak berumur maksimal 24 bulan. Menurut Sarwono (2002), kambing paling responsif terhadap pakan sejak fase remaja yaitu berumur 7-8 bulan sampai ternak berumur 1-1,5 tahun. Peternak kambing di Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo lebih banyak memiliki pencatatan tentang jual beli kambing. Tujuan pencatatan adalah agar peternak dapat mengadakan evaluasi terhadap peternakannya (Abidin dan Sodiq, 2003). Dwiyanto (1995) menyatakan bahwa pencatatan pada peternakan yang rapi akan memberikan data informasi yang dan dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Beberapa pencatatan pada peternakan kambing seperti identitas kambing, data pertumbuhan kambing, kartu penimbangan dan kartu penjualan (Dwiyanto, 1995). Catatan yang dicatat oleh peternak yang terpenting adalah catatan kesehatan dan biaya pengeluaran. Peternak Kabupaten Sidoarjo melakukan renovasi kandang jika ada kerusakan sesegera mungkin (28%), jika ada kerusakan (36%), sekali seminggu (28%) dan sebulan sekali (8%). Sodiq dan Abidin (2007) menyatakan bahwa kandang yang baik akan mempermudah peternak melakukan kontrol pengawasan kesehatan kambing. Nilai original sample estimate pada tujuh variabel indikator yang mempengaruhi analisis usaha secara langsung yaitu laba 0,901, persentase laba 0.833, laba per bulan 0,913, PP - 0.742 dan BEP harga -0.762. Paling besar pengaruhnya adalah laba per bulan karena mempunyai nilai original sample estimate paling tinggi yaitu 0,913 dibandingkan enam variabel lainnya. Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian adalah: (1) Manajemen produksi pada usaha peternakan Kabupaten Sidoarjo dapat dikatakan baik pada semua sistem manajemen produksi, (2) Usaha peternakan Kabupaten Sidoarjo merupakan usaha yang layak untuk dilaksanakan dengan nilai rata-rata BEP Produksi 27 ekor, rata-rata BEP Harga Rp. Rp. 2.082.078,-, rata-rata nilai PP 1,22 dan rata-rata nilai Rasio R/C sebesar 1,33, (3) Terdapat hubungan manajemen produksi terhadap analisis usaha peternakan Kabupaten Sidoarjo. Komponen manajemen produksi yang berpengaruh pada analisis usaha adalah manajemen pemeliharaan dan manajemen pakan. Daftar Pustaka Dwiyanto, Muhaswad. 1995. Penanganan Domba dan Kambing. Penebar Swadaya. Jakarta.
207 Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, 2014. Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Sidoarjo. Mulyana dan Sarwono, 2007. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya. Jakarta. Mulyono, S. 2010. Penggemukan Kambing Potong. Niaga Swadaya. Jakarta. Pakage, Stepanus. 2008. Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. Jurnal Ilmu Peternakan hal. 51 57 Vol. 3 No.2. FPPK UNIPA. Manokwari 98314 Prawirodigjo, S., B. Utomo dan T. Herawati. 2005. Produktivitas Induk dalam Usaha Kambing pada Kondisi Pedesaan. Balai Pengkaji Teknologi Pertanian. Ungaran. Rangkuti, M., A. Setiadi, Solich dan A. Rusjat. 2006. Pedoman Praktis Beternak Kambing- Domba sebagai Ternak Potong. Puslitbangnak. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor. Sarwono. B. 2007. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta Sodiq dan Abidin. 2008. Meningkatkan Produksi Susu Kambing Peranakan Ettawa. Agromedia Pustaka, Jakarta Selatan. Sundari dan K. Efendi. 2010. Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usaha Peternak Kambing Peranakan Etawah di Kecamatan Girimulyo Kabupaten Kulonprogo. Jurnal AgriSains Vol.1 No.1. Fakultas Agroindustri, Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Sutama, I Ketut, 2004. Teknologi Reproduksi Ternak Kambing. Makalah disampaikan pada Temu Aplikasi Paket Teknologi Pertanian, BPTP Nusa Tenggara Barat, Tanggal 2 Maret 2004 di Mataram. Zulfanita. 2011. Kajian Analisis Usaha Ternak Kambing di Desa Lubangsampang Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo. Mediagro Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Vol 7. No. 2: HAL 61 68. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purworejo