KASUS MANIPULASI LAPORAN KEUANGAN PT. KAI. kecurangan dalam penyajian laporan keuangan. Ini merupakan suatu bentuk penipuan yang

dokumen-dokumen yang mirip
KASUS ETIKA PROFESI AKUNTANSI PADA KASUS MANIPULASI LAPORAN KEUANGAN PT KAI. (Disusun untuk memenuhi tugas Pemeriksaan Akuntansi II)

Kasus Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI

BAB I PENDAHULUAN. memastikan laporan keuangan tidak mengandung salah saji (misstatement)

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin memicu para pengelola bisnis untuk mempermudah mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. bagi pembangunan ekonomi. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk pembuatan keputusan. Oleh karena itu, sepatutnya laporan keuangan dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kinerja auditor harus berpedoman pada Standar Profesional

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat, terutama perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Profesi auditor mendapat kepercayaan dari klien untuk membuktikan

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi profesionalisme yang diwujudkan dalam sikap dan tindakan etisnya, sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar 1945 adalah untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkemabangan suatu perusahaan atau badan usaha sangat bergantung pada

Kasus Pelanggaran Pajak PT. Indosat Multimedia (IM3) IM3 didugamelakukanpenggelapan pajak dengan cara memanipulasi Surat

BAB I PENDAHULUAN. terpuji dan menimbulkan banyak kerugian bagi pihak pihak yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada kepercayaan publik. Masyarakat mengharapkan penilaian yang

BAB I PENDAHULUAN. keputusan ekonomi. Laporan keuangan dapat dijadikan tolak ukur bagi pengguna

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, karena tugas dari akuntan publik yaitu memeriksa dan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin meluasnya kebutuhan jasa professional akuntan publik sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di dunia maju sekarang ini. Namun, selain kemampuan dan keahlian

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat ini membuat pelaku bisnis

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi lainnya sangat diperlukan oleh organisasi badan usaha. Salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi global. Dengan begitu BUMN memiliki tanggung jawab yang

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang belum atau tidak diaudit. keuangan yang terjadi akhir-akhir ini. Singgih dan Bawono (2010) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. supremasi hukum. Namun, berdasarkan kondisi tersebut pemerintah masih tetap

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu bentuk organisasi akuntan publik yang. memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. buku satu periode. Ada tiga macam laporan keuangan pokok yang dihasilkan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dengan aktivitas sosial dan pelayanan masyarakat, diantaranya adalah instansi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan perusahaan-perusahaan besar yang menjual sahamnya kepada

BAB I PENDAHULUAN. tentang kebutuhan yang beralasan dari laporan keuangan. Tingkat materialitas salah

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal (pemegang saham, investor, pemerintah, kreditur, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan yang telah diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). laporan keuangan tersebut, jasa audit yang dimaksud adalah dengan

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI

KASUS WASTE MANAGEMENT, INC (WMI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era dimana kita hidup sekarang ini merupakan zaman yang berubah

BAB I PENDAHULUAN. untuk disajikan dengan integritas yang tinggi (Jamaan, 2008:1). perusahaan menderita kerugian sebesar Rp. 63 Miliar.

PENGARUH AUDIT INTERNAL DAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP GOOD CORPORATE GOVERNANCE ( Studi pada PT Kereta Api Indonesia ) DRAFT SKRIPSI

PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Mulyadi, 2002) (Tuanakotta, 2013) (Sukrisno, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan hukum dan perundang-undangan. peluang, dan rasionalisasi yang disebut sebagai fraud triangle.

BAB I PENDAHULUAN. bersaing dengan sehat. Seiring dengan perkembangan teknologi dan ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. baik jika laba tersebut menjadi indikator yang baik untuk laba masa mendatang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. Dunia semakin berkembang dalam era globalisasi dengan banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah terjadinya likuiditasi perbankan dan tidak sedikit perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Terdapat 2 sistem pencatatan laporan keuangan yaitu cash basis

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang dianggap sangat

BAB I PENDAHULUAN. diantara pelaku bisnis semakin meningkat. Para pelaku bisnis melakukan berbagai

Pedoman Tata Kelola Yang Baik (Good Governance) BPJS Ketenagakerjaan. Good Governance is Commitment and Integrity

PEDOMAN PENGENDALIAN INFORMASI PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. dari kinerja suatu perusahaan selama periode tertentu. Laporan keuangan ini

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. kunci dalam perkembangan dan kemajuan dunia bisnis. Profesi akuntan

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut PSAK No. 1 (revisi 2012), laporan keuangan adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku

BAB 1 PENDAHULUAN. stakeholder. Media yang paling utama untuk menarik para stakeholder dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, auditor mendapat sorotan publik akibat kasus-kasus yang

penjualan saham di pasar modal atau Bursa Efek. Dalam pasar modal dengan resiko dan tingkat keuntungan yang diharapkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. lain: pemilik (principal), investor, kreditur, lembaga keuangan pemerintah dimana

PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

KUESIONER PENELITIAN

Pertanyaan. Pertanyaan ini berhubungan dengan prosedur audit. (Sumber : Weningtyas, 2006 ) Tidak. selalu. Pernah. kadang

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

Piagam Audit Internal. PT Astra International Tbk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal

BAB I PENDAHULUAN. untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kasus laporan keuangan yang tidak disajikan secara wajar. Salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak

SPR Perikatan untuk Reviu atas Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

KUESIONER Laporan Keuangan PT AREN 31 Desember 2004 : Transaksi (untuk menjawab pertanyaan nomor 1 dan 2)

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. agency theory (teori keagenan) sebagai kontrak kerja antara principal dan agent,

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang telah diaudit oleh KAP (Kantor Akuntan Publik) sebelum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan

PT Katarina Utama Tbk ( RINA) merupakan perusahaan yang bergerak dalam. total saham, dengan harga penawaran Rp per lembar saham.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah organisasi baik swasta maupun pemerintah dapat didukung

PIAGAM KOMITE AUDIT 2015

DAFTAR ISI PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN TAHUNAN PT INDOFARMA (Persero) Tbk. Halaman BAB I PENDAHULUAN: 1 1. Latar Belakang 2. Tujuan 3.

PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan auditan lainnya maka auditor dituntut menjadi seorang ahli. Klien dan

Transkripsi:

Nama : Aay Haniyah NPM : 14.06.1.0058 Kelas : Akuntansi C KASUS MANIPULASI LAPORAN KEUANGAN PT. KAI Manipulasi Laporan Keuangan PT. KAI. Dalam kasus tersebut, terdeteksi adanya kecurangan dalam penyajian laporan keuangan. Ini merupakan suatu bentuk penipuan yang dapat menyesatkan investor dan stakeholder lainnya. Kasus ini juga berkaitan dengan masalah pelanggaran kode etik profesi akuntansi. Diduga terjadi manipulasi data dalam laporan keuangan, perusahaan BUMN itu dicatat meraih keutungan sebesar Rp, 6,9 Miliar. Padahal apabila diteliti dan dikaji lebih rinci, perusahaan seharusnya menderita kerugian sebesar Rp. 63 Miliar. Komisaris PT. KAI Hekinus Manao yang juga sebagai Direktur Informasi dan Akuntansi Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara Departemen Keuangan mengatakan, laporan keuangan itu telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik S. Manan. Audit terhadap laporan keuangan PT. KAI sebelumnya dilakukan oleh Badan Pemeriksan Keuangan (BPK), untuk diaudit oleh BPK dan akuntan publik. Hasil audit tersebut kemudian diserahkan direksi PT. KAI untuk disetujui sebelum disampaikan dalam rapat umum pemegang saham, dan komisaris PT. KAI yaitu Hekinus Manao menolak menyetujui laporan keuangan PT. KAI yang telah diaudit oleh akuntan publik. Setelah hasil audit diteliti dengan seksama, ditemukan adanya kejanggalan dari laporan keuangan PT. KAI.

Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi dalam laporan keuangan itu dimasukkan sebagai pendapatan PT. KAI. Kewajiban PT. KAI untuk membayar surat ketetapan pajak (SKP) pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar Rp 95,2 Miliar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak disajikan dalam laporan keuangan sebagai piutang atau tagihan kepada beberapa pelanggan yang seharusnya menanggung beban pajak itu. Padahal berdasarkan Standart Akuntansi, pajak pihak ketiga yang tidak pernah ditagih itu tidak bisa dimasukkan sebagai aset. Kasus audit umum yang dialami oleh PT. KAI menunjukkan bahwa perusahaan tidak memiliki tata kelola perusahaan yang baik, karena terdapat perbedaan pendapat terhadap laporan keuangan antara komisaris dan auditor akuntan publik. Ada beberapa hal yang mungkin terjadi sebagai sebab utama, sehingga manajemen melakukan banyak salah saji material menurut komisaris, auditor eksternal tidak mengoreksi salah saji tersebut, dan komite audit menolak menandatangani laporan keuangan yang telah diaudit. Sebab-sebab tersebut dilihat dari pihak-pihak yang berinteraksi dengan audit, ketiadaan tata kelola yang baik juga membuka komite audit PT. KAI baru bisa dibuka akses terhadap laporan keuangan setelah di audit akuntan publik. Kasus PT. KAI bermuara pada perbedaan pandangan antara Manajemen dan Komisaris, khususnya Ketua Komite Audit dimana Komisaris menolak menyetujui dan menandatangani laporan keuangan yang telah diaudit oleh Auditor Eksternal. Dan Komisaris meminta untuk dilakukan audit ulang agar laporan keuangan dapat disajikan secara transparan dan sesuai dengan fakta yang ada. Perbedaan pandangan antara Manajemen dan Komisaris bersumber pada perbedaan pendapat atas 5 ( lima ) hal, yaitu :

1. Masalah piutang PPN. Piutang PPN senilai Rp. 95,2 milyar, menurut Komite Audit harus dicadangkan penghapusannya karena diragukan kolektibilitasnya, tetapi tidak dilakukan oleh manajemen dan tidak dikoreksi oleh auditor. Manajemen menganggap bahwa pemberian jasa yang dilakukannya tidak kena PPN, namun karena Dirjen Pajak menagih PPN atas jasa tersebut, PT. KAI menagih PPN tersebut kepada pelanggan. 2. Masalah Beban Ditangguhkan yang berasal dari penurunan nilai persediaan. Saldo beban yang ditangguhkan sebesar Rp. 6 milyar yang merupakan penurunan nilai persediaan yang belum diamortisasi, menurut Komite Audit harus dibebankan sekaligus sebagai beban usaha. 3. Masalah persediaan dalam perjalanan. Berkaitan dengan pengalihan persediaan suku cadang Rp. 1,4 milyar yang dialihkan dari satu unit kerja ke unit kerja lainnya di lingkungan PT. KAI yang belum selesai proses akuntansinya, menurut Komite Audit seharusnya telah menjadi beban. 4. Masalah Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditentukan Statusnya (BPYBDS) dan Penyertaan Modal Negara (PMN). BPYBDS sebesar Rp. 674,5 milyar dan PMN sebesar Rp. 70 milyar yang dalam laporan audit digolongkan sebagai pos tersendiri di bawah hutang jangka panjang, menurut Komite Audit harus direklasifikasi menjadi kelompok ekuitas dalam neraca. 5. Masalah Uang Muka Gaji. Biaya dibayar di muka sebesar Rp 28 Milyar yang merupakan gaji bulan Januari 2006 dan seharusnya dibayar tanggal 1 Januari 2006 tetapi telah dibayar per 31 Desember 2005 diperlakukan sebagai uang muka biaya gaji, yang menurut Komite Audit harus dibebankan pada tahun 2005.

Analisis Kasus: a. Transparansi (Transparency) Dalam kasus diatas yang dilakukan oleh manajemen PT. KAI dan Kantor Akuntan Publik tidak menyampaikan informasi yang benar, seperti yang telah disampaikan bahwa laporan PT. KAI sejak tahun 2005 adanya manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keutungan sebesar Rp6,9 Miliar. Padahal perusahaan justru menderita kerugian sebesar Rp63 Miliar. PT. KAI juga salah menyatakan pajak terutang pihak ketiga sebagai piutang. Selain itu PT. KAI juga salah menyatakan nilai persediaan. sehingga memberikan informasi kinerja perusahaan yang menyesatkan kepada investor dan stakeholder lainnya. Dengan demikian, pihak investor dirugikan karena memperoleh informasi yang menyesatkan, sehingga keputusan yang diambil yang berdasarkan informasi keuangan PT. KAI menjadi tidak akurat. Disamping itu juga secara tidak langsung pihak pemerintah pun ikut dirugikan kerana dengan rekayasa laporan keuangan tersebut maka pajak yang diterima oleh pemerintah lebih kecil. b. Akuntabilitas (accountability) PT. KAI tidak menjalankan prinsip akuntabilitas. PT. KAI gagal membina sistem akuntansi yang efektif untuk menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Pihak akuntan public juga tidak melaksanakan sikap kehati-hatian professional sehingga terjadi kesalahan dalam pencatatan yang mengakibatkan PT. KAI yang seharusnya menderita kerugian namun dalam laporan keuangan mengalami keuntungan. c. Responsibilitas (responsibility) Akuntan Internal diduga tidak bekerja demi kepentingan public karena diduga sengaja memanipulasi laporan keuangan sehingga PT. KAI yang seharusnya menderita kerugian namun kerana manipulasi tersebut PT. KAI terlihat mengalami keuntungan. Dengan demikian, sangat berbahaya bagi PT. KAI apabila kerugian tersebut semakin besar namun tidak dilaporkan, maka PT. KAI bisa tidak sanggup menanggulangi kerugian tersebut. Disamping itu juga PT. KAI harus memikirkan investor dan stakeholder lainnya yang ikut menanggug kerugian. PT. KAI gagal

memberikan keuntungan ekonomis bagi para pemangku kepentingan karena mengalami kerugian akibat pajak terutang pihak ketiga. d. Independensi (Independency) PT. KAI melanggar pasal kode etik profesi akuntansi dan juga KAP S. Manan & rekanrekannya melanggar Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP). Dalam kasus ini akuntan tidak melaporkan laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Sehingga PT. KAI mengambil keputusan yang bertentangan dengan perudang-undangan. Contohnya terdapat pelanggaran bahwa, Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi dalam laporan keuangan itu dimasukkan sebagai pendapatan. Padahal, berdasarkan standar akuntansi keuangan tidak dapat dikelompokkan dalam bentuk pendapatan atau asset. e. Kesetaraan (fairness) PT. KAI tidak memperlakukan semua pemangku kepentingan secara adil dan setara. Dimana pihak manajemen tidak segera menagih pajak terutang. Ini sudah jelas bahwa PT. KAI sudah melanggar prinsip kesearaan (fairness).