BAB I PENDAHULUAN. Menurut Arsyad (1999), inti permasalahan yang biasanya terjadi dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V ANALISA PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2015

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005).

BPS KABUPATEN BATU BARA

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2017

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH),


PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI TAPANULI SELATAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II-2017

BAB IV GAMBARAN UMUM

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat Triwulan I 2017 Terhadap Triwulan I 2016 (y on y)

BPS KABUPATEN MALINAU

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2017

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN II-2015

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Triwulan III-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa didukung adanya kegiatan kegiatan yang. indonesia tidaklah mudah, harus ada sinergi antara pemerintah dan

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN SEMESTER I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2015 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2015 Tumbuh 5,74 Persen Lebih Cepat Dibanding Triwulan II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN II-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan II-2016 Tumbuh 5,40 Persen Melambat Dibanding Triwulan II-2015

Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Tengah Triwulan III-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN I-2017

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun. dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar alinea keempat,

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III-2015

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II-2015

BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II-2017

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Arsyad (1999), inti permasalahan yang biasanya terjadi dalam pembangunan daerah berada pada penekanan kebijakan-kebijakan pembangunan daerah dengan menggunakan potensi-potensi yang ada seperti kelembagaan, sumberdaya manusia, dan sumber daya fisik secara sesuai dengan kekhasan daerah tersebut. Hal tersebut menyebabkan adanya pengambilan inisiatif-inisiatif dalam proses pembangunan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi serta menciptakan lapangan kerja baru. Adanya tujuan utama dalam pembangunan ekonomi daerah menuntut partisipasi pemerintah dan masyarakat dalam penggunaan sumberdaya yang ada adalah agar dapat memperkirakan potensi sumberdaya yang dibutuhkan dalam merancangan rencana pembangunan daerah. Provinsi Nusa Tenggara Barat tergolong sebagai salah satu provinsi yang memiliki kekayaan sumberdaya yang melimpah, hal ini dapat dilihat melalui struktur perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2015 yang ditopang oleh beberapa sektor ekonomi dengan sumbangan pemasukan perekonomian yang besar menurut Badan Pusat Statistik (2016). 1

2 Pertanian Pertambangan dan Penggalian 4.48 1.79 1.95 Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas 0.17 3.11 3.1 1.81 6.75 20.95 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8.04 20.58 Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi 2.14 12.44 Real Estat Jasa Perusahaan 8.61 0.09 3.93 0.05 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya Sumber : Badan Pusat Statistik 2016 GAMBAR 1.1 Struktur Perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015 Berdasarkan Gambar 1.1, dapat diperoleh informasi bahwa ada 4 sektor yang menyumbang total perekonomian terbesar Provinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu sektor pertanian dengan 20,95%, pertambangan dan penggalian sebesar 20,58%, perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor 12,44% serta sektor konstruksi sebesar 8,61%. Keempat sektor ini menyumbang 62,58% dari total perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat.

3 Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari dua pulau besar yaitu Pulau Sumbawa dan Pulau Lombok yang memiliki keunggulan masing-masing bagi struktur perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pulau Lombok memiliki keunggulan pada sektor pertanian dibandingkan dengan Pulau Sumbawa. Sedangkan, Pulau Sumbawa memiliki keunggulan pada sektor pertambangan dan penggalian dibandingkan dengan Pulau Lombok. Dapat dibuktikan dengan adanya tambang tembaga dan emas terbesar kedua di Indonesia yaitu PT Amman Mineral Internasional (AMI) yang memegang 82,2% saham dari PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) yang terletak di Kabupaten Sumbawa Barat, (www.cnnindonesia.com, diakses tanggal 19 Mei 2017). TABEL 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Sektor Pertanian dan Sektor Pertambangan; Penggalian di Pulau Sumbawa dan Pulau Lombok Tahun 2015 (dalam miliar rupiah) Pulau Pulau Pertanian Pertambangan Sumbawa Lombok Pertanian Pertambangan Kabupaten Lombok 3367,63 268,64 Sumbawa Timur 3447,15 733,28 Kabupaten Sumbawa Barat 637,47 20518,23 Lombok Tengah 2672,82 430,62 Kabupaten Lombok 3107,11 213,15 Bima Barat 1949,1 633,35 Kota 361,85 10,06 Kota Bima Mataram 440,17 0,8 Kabupaten Lombok 1684,2 124,46 Dompu Utara 1054,91 115,51 Total 9158,26 21134,54 Total 9564,15 1913,56 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016 (diolah). Menurut Tabel 1.1, Pulau Sumbawa menyumbang PDRB sebesar 21134,54 miliar atau sekitar 90,53% dari total PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun

4 2015 pada sektor pertambangan dan penggalian. Dan Kabupaten Sumbawa Barat sendiri menyumbang PDRB sebesar 20518,23 miliar pada tahun 2015, atau setara dengan 87,89% dari total PDRB provinsi. Sedangkan total PDRB pada sektor yang sama di Pulau Lombok menghasilkan 1913,56 miliar atau sekitar 8,19% dari total PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dengan kata lain Pulau Sumbawa menyumbangkan PDRB labih banyak dibandingkan pulau Lombok pada sektor penggalian dan pertambangan. Sedangkan pada sektor pertanian pada Pulau Sumbawa menyumbang PDRB sebesar 9158,26 miliar atau 49,50% dari total PDRB Nusa Tenggara Barat tahun 2015 dan Pulau Lombok menyumbang sebesar 9564,15 miliar atau 51,70% dari total PDRB Nusa Tenggara Barat tahun 2015, Badan Pusat Statistik (2016). Dengan kata lain Pulau Lombok menyumbang PDRB lebih banyak untuk provinsi dibandingkan Pulau Sumbawa pada sektor pertanian meskipun hanya 2% saja. Hal ini menunjukkan bahwa dari dua sektor penyumbang PDRB terbesar Provinsi Nusa Tenggara Barat, Pulau Sumbawa memiliki kontribusi dan peranan penting dalam perekonomian Nusa Tenggara Barat melalui sektor pertambangan dan penggaliannya. Apabila dilihat dari peranan kabupaten/kota dalam pembentukan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat, Pulau Sumbawa hanya didominasi oleh satu kabupaten saja dan yang lainnya dibawah rata-rata jika dibandingkan dengan peranan kabupaten/kota di Pulau Lombok yang didominasi oleh empat kabupaten, Badan Pusat Statistik (2016).

Angka Dalam % 5 25 20 15 10 5 9.84 13.69 20.93 12.78 7.97 10.91 2.88 12.73 4.82 3.45 0 Sumber : Badan Pusat Statistik 2016 GAMBAR 1.2 Peranan Kabupaten/Kota dalam Pembentukan Perokonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015 Berdasarkan Gambar 1.2, dapat dilihat bahwa kabupaten yang paling berperan dalam pembentukan perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah Kabupaten Sumbawa Barat dengan kontribusi sebesar 20,93% dan diikuti dengan kabupaten Lombok Timur dengan kontribusi 13,69%, Kabupaten Lombok Tengah dengan 12,78% dan Kota Mataram sebesar 12,73%. Kabupaten/kota lainnya berkontibusi dengan angka yang beragam namun dapat dilihat bahwa tingkat rata-rata kontibusi perekonomian dari kabupaten/kota di Pulau Lombok lebih tinggi dibandingkan dengan Pulau Sumbawa. Tingginya peranan perekonomian Sumbawa dipengaruhi oleh tingginya kontribusi PDRB Kabupaten Sumbawa Barat dengan hasil tambang dan galiannya. Apabila tanpa peran dari Kabupaten Sumbawa Barat, maka rata-rata

6 peran setiap kabupaten/kota di Pulau Sumbawa lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata peran kabupaten/kota di Pulau Lombok. Namun apabila dilihat lebih lanjut pergerakan sektor pertambangan dan penggalian pada kabupaten/kota di Pulau Sumbawa menurut Badan Pusat Statistik (2016), rata-rata pergerakan menunjukkan adanya peningkatan. TABEL 1.2 Produk Domestik Regional Bruto Setiap Kabupaten/Kota di Pulau Sumbawa Tahun 2010-2015 (dalam miliar rupiah) Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Kabupaten Sumbawa 6095,91 6606,34 7046,79 7500,26 7996,24 8446,04 Kabupaten Sumbawa Barat 20,465.0514,697.6710,836.58 11,218.8211,070.8622,924.17 Kabupaten Bima 5144,29 5402,26 5723,50 6016,12 6377,55 6742,80 Kota Bima 1857,95 1953,16 2061,79 2177,52 2305,30 2437,61 Kabupaten Dompu 3084,87 3307,00 3511,43 3688,74 3914,70 4129,57 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016 (diolah) Berdasarkan Tabel 1.2, dapat dilihat pergerakan PDRB setiap kabupaten/kota di pulau Sumbawa, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Sedangkan Kabupaten Sumbawa Barat menunjukkan pergerakan yang fluktuatif sepanjang tahun 2010-2015, pada tahun 2010-2012 hasil tambang dan galian Kabupaten Sumbawa Barat mengalami penurunan. Tahun 2013 mengalami peningkatan dan tahun 2014 mengalami penurunan yang disebabkan oleh diberlakukannya UU minerba yang mengakibatkan PT Newmont Nusa Tenggara menghentikan produksinya pada bulan Juli dan bulan Agustus. Kemudian meningkat kembali secara drastis pada tahun 2015 dikarenakan meningkatnya pertumbuhan lapangan usaha pertambangan bijih logam di Pulau Sumbawa, Badan Pusat Statistik (2016).

7 Namun dengan kenaikan PDRB setiap kabupaten/kota di Pulau Sumbawa 2015 yang tinggi, ternyata posisi tingkat kemiskinan Provinsi Nusa Tenggara Barat sejak tahun 2010-2015 lebih besar dibandingkan dengan tingkat kemiskinan Indonesia. 25.00 20.00 21.55 19.73 18.63 17.97 17.25 17.10 15.00 13.33 12.49 11.96 11.37 11.25 11.22 10.00 5.00 0.00 2010 2011 2012 2013 2014 2015 INDONESIA NTB Sumber: Badan Pusat Statistik 2016 (diolah) GAMBAR 1.3 Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi dan Nasional Tahun 2010-2015 (dalam persen) Berdasarkan Gambar 1.3, dari tahun 2010-2015 tingkat kemiskinan Provinsi Nusa Tenggara Barat masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kemiskinan Nasional. Karena peringkat kemiskinan Provinsi Nusa Tenggara Barat yang terbilang tinggi, maka perlu di dilakukan pengembangan pada sektorsektor ekonomi yang dapat meningkatkan pembangunan daerah. Dan sektor pertambangan dan penggalian merupakan salah satu sektor yang berkontribusi besar terhadap PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat.

8 Penelitian tentang identifikasi sektor unggulan sebelumnya sudah pernah dilakukan di daerah lain, seperti: Eko dkk, (2012), dengan tujuan melihat keterkaitan sektoral kawasan Gerbangkertosusila (GKS) Plus terhadap pembangunan di Jawa Timur dengan menggunakan pendekatan sektor unggulan. Penelitian ini menggunakan metode SLQ, DLQ dan Shift Share dengan data PDRB Provinsi Jawa Timur tahun 2006-2010. Hasil dari penelitian ini yiatu (1) Sektor unggulan penggerak pertumbuhan kawasan GKS adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa. (2) Peran sektor pertanian di Jawa Timur menurun karena perkembangan kawasan GKS. (3) Perkembangan sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor jasa jasa kawasan GKS memiliki pengaruh dan keterkaitan pada pertumbuhan sektor yang sama di Jawa Timur. Ghufron (2008), tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan prioritas pembangunan daerah dengan pendekatan sektor unggulan di Jawa Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Shift Share, multiplie effect, SWOT, SLQ, dan DLQ dengan menggunakan data PDRB kabupaten dan provinsi Jawa Timur tahun 2002-2006. Hasil dari penelitian ini adalah (1) Sektor pertanian, sektor jasa jasa dan juga sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan basis sektor unggulan pada kabupaten Lamongan. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, sektor gas dan air bersih, sektor kontruksi, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan perusahaan merupakan sektor non basis. (2) sektor pertanian serta

9 sektor perdagangan, sektor jasa jasa, hotel dan restoran memiliki pertumbuhan tercepat dan memiliki daya saing yang baik. (3) Pada multiplier effect didapatkan bahwa pendapatan multiplier effect basis lebih besar dari multiplier effect non basis pada tahun 2002 2006. Dengan kata lain, masyarakat lebih tertarik pada aktifitas ekonomi di sektor basis dibandingkan dengan sektor non basis. Dari latar belakang di atas, penulis terdorong untuk meneliti lebih lanjut mengenai apakah Pulau Sumbawa dapat menggantungkan perekonomiannya pada sektor pertambangan dan penggalian di masa sekarang dan di masa yang akan datang ataukah ada alternatif sektor lain yang dapat dikembangkan menjadi pendorong perekonomian Pulau Sumbawa dengan menggunakan analisis sektor unggulan di Pulau Sumbawa tahun 2010 sampai 2015. B. Batasan Penelitian Mengingat luasnya pembahasan tentang pembangunan ekonomi daerah dan Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari 2 pulau besar yaitu Pulau Sumbawa dan Pulau Lombok serta keterbatasan data yang diperoleh oleh peneliti, maka peneliti membatasi penelitian ini untuk mengkaji sektor unggulan di Pulau Sumbawa dengan pendekatan Produk Regional Domestik Bruto (PDRB) periode 2010-2015. C. Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka masalah yang timbul di dalam peneletian ini adalah sebagai berikut:

10 1. Apa saja sektor ekonomi yang dapat menjadi sektor basis dalam pembangunan perekonoian di Pulau Sumbawa? 2. Sektor apa saja yang tergolong dalam sektor unggulan pada perekonomian di Pulau Sumbawa? 3. Apakah terjadi pergeseran sektor ekonomi pada perekonomian Pulau Sumbawa? 4. Bagaimana posisi pembangunan daerah setiap kabupaten/ kota di Pulau Sumbaawa? D. Tujuan penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apak saja sektor ekonomi yang dapat menjadi sektor basis dalam pembangunan perekonomian di Pulau Sumbawa. 2. Untuk mengetahui sektor apa saja yang tergolong dalam sektor unggulan pada perekonomian di Pulau Sumbawa. 3. Untuk mengetahui apakah terjadi pergeseran sektor ekonomi pada perekonomian Pulau Sumbawa. 4. Untuk mengetahui posisi pembangunan daerah setiap kabupaten/kota di Pulau Sumbawa. E. Manfaat Penelitian berikut: Manfaat-manfaat yang dapat diberikan oleh penelitian ini adalah sebagai

11 1. Bagi Penulis Penelitian ini dapat menjadi sarana bagi penulis untuk mengimplementasikan ilmu yang telah dipelajari di masa perkuliahan baik itu di dalam kelas maupun di lapangan serta dapat menjadi wadah bagi peneliti untuk membandingkan teori-teori yang sudah didapatkan pada saat kuliah dengan realita di lapangan. 2. Bagi Mahasiswa Dapat menjadi sumber bacaan, pengetahuan dan informasi bagi para mahasiswa yang ingin mengetahui tentang sektor unggulan dalam pembangunan ekonomi daerah, khususnya di pulau Sumbawa. 3. Bagi Masyarakat Sebagai sumber informasi tentang sektor unggulan perekonomian daerah baik bagi masyarakat yang berada pada regional penelitian ataupun di luar regional penelitian. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat menjadi sumber referensi bagi peneliti yang tertarik untuk meneliti sektor unggulan dan pembangunan ekonomi daerah. 5. Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan atau tolak ukur dalam mengambil kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan pembangunan ekonomi daerah.