BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya tujuan suatu perusahaan berdiri adalah untuk memperoleh laba (profit) yang sebesar-besarnya. Beberapa indikator keberhasilan perusahaan dalam memenangkan persaingan didalam dunia usaha adalah meningkatnya profit dan pertumbuhan. Peningkatan profit ditandai dengan meningkatnya tingkat penjualan produk sedangkan pertumbuhan ditandai dengan meningkatnya nilai investasi yang ditanamkan dalam perusahaan (Sembiring, 2005). Karena mengacu pada tujuan dasar tersebut banyak perusahaan yang lupa atau lalai untuk memperhatikan dampak yang timbul dari aktivitas operasional perusahaan. Dimana dampak tersebut tidak hanya dirasakan oleh pihak internal perusahaan, melainkan juga dirasakan oleh pihak eksternal perusahaan. Oleh sebab itu, manajemen harus mempunyai suatu konsep atau program dimana perusahaan tetap bisa mempertahankan eksistensi dan keberlangsungan perusahaan dengan tidak merugikan pihak eksternal seperti masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan. Tanggung Jawab Sosial atau yang lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu topik yang belakangan ini sedang banyak dibicarakan dan mulai diterapkan oleh beberapa perusahaan, terutama perusahaan yang telah go public. Tanggung Jawab Sosial sendiri merupakan suatu konsep atau program yang dimiliki suatu perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab 1
2 perusahaan terhadap lingkungan sekitar dimana perusahaan tersebut berdiri. Tanggung jawab sosial yang berarti bahwa dalam setiap pengambilan keputusan, manajemen perusahaan harus mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi yang akan terjadi (Handoko, 2003). Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) sendiri merupakan konsep yang menggabungkan aspek bisnis dan sosial dengan selaras agar perusahaan dapat membantu tercapainya kesejahteraan stakeholders, serta dapat mencapai profit maksimum sehingga mampu meningkatkan harga saham (Kiroyan, 2006). Semakin banyak bentuk tanggung jawab sosial yang diterapkan perusahaan, maka akan makin baik pula citra perusahaan di mata para stakeholder. Citra positif yang diperoleh perusahaan akan menarik minat para investor untuk menanamkan dananya ke dalam perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian Belkaoui dan Patten (dalam Kurnianto, 2011) menyatakan dalam proses investasi, investor memasukkan variabel yang berkaitan dengan masalah sosial dan kelestarian lingkungan. Investor cenderung memilih berinvestasi pada perusahaan yang memiliki etika bisnis yang baik, praktek terhadap karyawan yang baik, peduli terhadap dampak lingkungan dan memiliki tanggung jawab sosial perusahaan dengan para stakeholder. Eipstein dan Freedman (dalam Anggraini, 2006) juga mengemukakan bahwa investor individual tertarik terhadap informasi sosial yang dilaporkan perusahaan dalam laporan tahunannya. Jadi Oleh sebab itu dibutuhkan suatu sarana yang dapat memberikan informasi mengenai aspek sosial, lingkungan dan keuangan secara sekaligus. Sarana tersebut dikenal dengan istilah laporan keuangan berkelanjutan atau sustainability reporting. Sustainability reporting
3 sendiri merupakan praktek pengukuran, pengungkapan, dan upaya akuntabilitas dari kinerja organisasi dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan kepada stakeholder internal maupun eksternal. Sustainability reporting / laporan berkelanjutan merupakan sinonim atau istilah lain yang menggambarkan laporan mengenai dampak ekonomi, lingkungan dan sosial (GRI Reports, 2006). Perusahaan tidak lagi dihadapkan dengan tanggung jawab yang berpaku pada konsep single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangan saja, tetapi juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya (Husnan, 2007). Dasar pemikiran yang hanya semata-mata pada kesehatan finansial saja tidak akan menjamin keberlanjutan (Sustainability) perusahaan untuk bisa tetap tumbuh dan berkembang (Irawati, 2006). Tanggung jawab perusahaan harus terpaku pada konsep triple bottom line, dimana konsep tersebut diwujudkan dalam triple bottom line reporting yang merupakan laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai pelaksanaan kegiatan ekonomi, sosial, dan lingkungan dari sebuah entitas. Apabila prinsip triple bottom line reporting dapat diimplementasikan dengan baik, maka akan menunjukkan bahwa akuntabilitas perusahan tidak hanya untuk pelaksanaan kegiatan ekonomi saja, tetapi juga untuk pelaksanaan kegiatan sosial dan lingkungan (Deegan, 2004). Tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri dapat digambarkan sebagai ketersediaan informasi keuangan dan non-keuangan berkaitan dengan interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan
4 sosialnya, yang dapat dibuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan sosial terpisah (Guthrie dan Mathews, 1985). Dalam PSAK No 1 (Revisi 1998) dinyatakan bahwa : Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktorfaktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan keuangan. Laporan keuangan yang dipublikasi oleh perusahaan merupakan cerminan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan inilah yang mendapat perhatian besar dari pihak-pihak yang berkepentingan melalui hasil analisis perkembangan kinerja, maka pihak-pihak yang terkait dapat mengambil kebijakan masing-masing (Mulyadi, 2001). Bagi perusahaan terutama perusahaan yang telah go public meningkatkan kinerja keuangan adalah suatu kewajiban agar saham tetap menarik di mata para investor. Kinerja keuangan perusahaan sendiri merupakan gambaran hasil ekonomi yang mampu diraih perusahaan pada periode tertentu melalui aktivitas-aktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efisien dan efektif yang dapat diukur perkembangannya dengan melakukan analisis terhadap data-data keuangan yang tercermin pada laporan keuangan. Kinerja keuangan juga diartikan sebagai penentuan ukuran-ukuran yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (Ermayanti, 2009). Bukan hanya laba (profit) dan keputusan saja yang terpenting melainkan juga perlu adanya keberlanjutan atau sustainability (Sembiring, 2005).
5 Kunci utama pencapaian keberlanjutan adalah adanya penerimaan publik akan kehadiran perusahaan. Bentuk tanggung jawab yang diinginkan publik tidak hanya berupa keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial, melainkan dalam bentuk suatu pengintegrasian kegiatan bisnis dan operasional dengan aspek sosial (Yuniasih, 2005). Konsep CSR dinilai merupakan konsep yang sesuai untuk terciptanya suatu keberlanjutan (sustainability) dari sebuah perusahaan. Keberlanjutan sendiri memiliki arti yaitu memenuhi kebutuhan saat ini dengan cara-cara yang tidak membahayakan kemampuan generasi penerus untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Global Compact Initiative (2002) menyebut pemahaman CSR dengan 3P (Profit, People, Planet) yaitu tujuan bisnis tidak hanya mencari laba (profit), tetapi juga menyejahterakan orang (people), dan menjamin keberlanjutan hidup planet ini (Nugroho, 2007). Kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan tersebut diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Pasal 74 Tahun 2007, dimana perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang/berkaitan dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Corporate Social Responsibility pada dasarnya dapat diterapkan pada setiap perusahaan. Akan tetapi tantangan yang dihadapi oleh suatu perusahaan berbeda dari tantangan yang dihadapi oleh perusahaan lainnya (Resturiyani, 2012). Perusahaan pertambangan merupakan salah satu perusahaan yang kegiatan operasionalnya memiliki dampak langsung terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Dimana dampak yang ditimbulkan dari aktivitas pertambangan berpotensi
6 negatif terhadap lingkungan sekitar, oleh sebab itu penting sekali bagi perusahaan melakukan pengawasan secara rutin untuk menghindari terjadinya kerusakan lingkungan. Berdasarkan pemikiran tersebut penting bagi manajemen perusahaan untuk menerapkan konsep Corporate Social Responsibility agar dapat terciptanya suatu keberlanjutan (sustainability) dimana hal ini nantinya yang akan menarik minat para investor dalam menanamkan modalnya pada perusahaan. Dari uraian yang telah dikemukakan diatas, peneliti mengambil judul ANALISIS PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KINERJA KEUANGAN dengan objek penelitian pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012. 1.2 Rumusan Masalah Apakah pengungkapan Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan ROE? 1.3 Tujuan Penelitian adalah : Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini a. Untuk mengetahui pengaruh pengungkapan tanggung jawab sosial terhadap kinerja keuangan suatu perusahaan. b. Untuk mengetahui manfaat yang ditimbulkan dari adanya pengungkapan CSR ini bagi para stakeholder dan perusahaan itu sendiri.
7 1.4 a. Manfaat Penelitian Kontribusi Praktis Bagi Perusahaan Pertambangan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang pengaruh pengungkapan CSR perusahaan pertambangan terhadap kinerja keuangan perusahaan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pemakai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan. b. Kontribusi Teoretis Bagi Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan wawasan dan referensi untuk penelitian - penelitian yang berkaitan tentang bagaimana pengaruh yang timbul akibat adanya pengungkapan informasi tanggung jawab sosial perusahaan terhadap kinerja keuangan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Melakukan analisis pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang telah melakukan pengungkapan Corporate Social Responsibility pada laporan keuangan tahunan dan menganalisis pengaruhnya terhadap kinerja keuangan perusahaan tersebut.