Lina Afiyanti 2, Retno Mawarti 3 INTISARI

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

Keterangan: Xxx = koefisien korelasi Kendall Tau yang besarnya (-1<0<1) A = jumlah ranking atas

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Astrid Rusmanindar

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERNIKAHAN USIA DINI DENGAN SIKAP SISWA TERHADAP PERNIKAHAN USIA DINI DI SMA NEGERI 2 BANGUNTAPAN BANTUL TAHUN 2015

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS II DI SMK PGRI 1 SENTOLO KULON PROGO YOGYAKARTA TAHUN

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH KELAS XI DI SMA I SEWON BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKEM SLEMAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia berkualitas untuk mewujudkan bangsa yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

Rina Indah Agustina ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

Mitha Destyowati ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

HUBUNGAN STRES BELAJAR DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN UNINTENDED PREGNANCY PADA REMAJA DI PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN STRES BELAJAR DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEMESTER 2 STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2010

Dosen Prodi D III Kebidanan STIKes Kendedes Malang

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan seksual pranikah umumnya berawal dari masa pacaran atau masa penjajakan.

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

: tingkat pengetahuan, kecemasan PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 1 PLERET BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati 3 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA 1 PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DENGAN SIKAP TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS DI RW 15 KELURAHAN UMBULMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSEPSI REMAJA KELAS X TENTANG SEKSUAL BEBAS DI SMA MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

ANALISIS PERILAKU SEKSUAL SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mempunyai luas 4.051,92 km². Sebelah Barat berbatasan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa yang berkisar antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Seorang remaja, memiliki tugas perkembangan dan fase

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

Devita Zakirman Stikes Jend. A. Yani Cimahi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Remaja dalam Mencegah Hubungan Seksual (Intercourse) Pranikah di SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin Tahun 2012

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB 1 PENDAHULUAN. Internasional Kependudukan dan Pembangunan (International. berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR AINI NIM :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Usia mahasiswa berkisar antara tahun. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama

HUBUNGAN PEMBERIAN PENDIDIKAN SEKS OLEH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA PADA SISWA KELAS X DI SMAN 1 SEDAYU NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN SIKAP SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA KELAS Xl DI SMA MA ARIF 1 WATES KULONPROGO TAHUN 2009 1 Lina Afiyanti 2, Retno Mawarti 3 INTISARI Remaja merupakan kelompok rentan terhadap penyimpangan perilaku seksual yang jelas tidak sesuai dengan norma yang dianut oleh masyarakat. Remaja rentan terhadap pengaruh buruk dari luar yang mendorong timbulnya perilaku seksual yang beresiko tinggi Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja dengan sikap seksual pranikah pada siswa kelas XI di SMA MA ARIF l Wates tahun 2009. Desain penelitian yang digunakan adalah survei analitik, yaitu menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi, kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena, baik antara faktor risiko dengan efek, antar faktor risiko, maupun antar faktor efek. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA MA ARIF I Wates yang terdiri dari 4 kelas berjumlah 98 orang. Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan sampel jenuh. Metode pengumpulan data dilakukan dengan membagi kuisioner pada siswa kelas Xl, yang setuju menjadi responden. Hasil penelitian menggunakan uji PENDAHULUAN analisis korelasi Kendall s tau. Adapun hasil uji Kendall s tau diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,381 dengan P=0,000. Hasil tersebut menunjukan bahwa tingkat pengetahuan reproduksi Dismenore menjadi satu masalah remaja memiliki hubungan yang signifikan dengan sikap seksual pranikah. tersendiri yang banyak Disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan reproduksi remaja dengan sikap seksual pranikah siswa kelas XI di SMA MA ARIF I Wates Kulonprogo tahun 2009Disarankan supaya Ilmu kesehatan reproduksi remaja disosialisasikan sejak dini di sekolah-sekolah, sehingga remaja dapat mempunyai pengetahuan yang cukup untuk mencegah perilaku seksual pranikah. PENDAHULUAN Remaja rentan terhadap pengaruh buruk dari luar yang mendorong timbulnya perilaku seksual yang beresiko tinggi. Pengaruh buruk tersebut berupa informasi yang sebelum menikah. Akibatnya kehamilan di luar nikah, aborsi, PMS, HIV/AIDS dan akhirnya berakhir pada kematian ibu dan janin (BKKB/U, 2001). 1 Judul Karya Tulis Ilmiah 2 Mahasiswa D III Prodi Kebidanan STIKES Aisyiyah Yogyakarta 3 Dosen STIKES Aisyiyah Yogyakarta

Kecenderungan perilaku seksual pranikah dikalangan remaja semakin banyak terjadi, tercermin dari tingkat aborsi dikalangan remaja diperkirakan sekitar 700 ribu per tahun atau sekitar 30% dari seluruh kasus aborsi per tahun di Indonesia. Kondisi perilaku berisiko remaja Indonesia saat ini menunjukkan gejala yang semakin mengkhawatirkan. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia yang dilakukan BKKB/U, Depkes, BPS dan USAID tahun 2004 menunjukkan bahwa remaja yang setuju melakukan hubungan seks jika akan menikah mencapai 16,2%; saling mencintai sebanyak 12,0%; dan suka sama suka 12,3%. Meskipun jumlahnya tidak terlalu besar, namun sikap primitif ini bisa menjadi faktor pendorong remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah (Wilopo, SA, 21 Juni 205, www.depkes.go.id) Salah satu kebijakan pemerintah dalam menangani masalah kesehatan reproduksi remaja adalah dengan memperbanyak forum konsultasi dan bimbingan kesehatan reproduksi melalui jalur pembinaan remaja, pemerintah juga melakukan kerjasama dengan LSM-LSM (Rifka Annisa, PKBI dan LSM lainnya) dalam memberikan informasi dan pelayanan tentang kesehatan reproduksi pada remaja. Pemerintah juga bekerja sama dengan BKKBN dalam membentuk BKR (Bina Sarana Keluarga) dengan diadakannya penyuluhan, seminar dan diskusi tentang kesehatan reproduksi kepada remaja dan masyarakat umum dengan pengetahuan yang disampaikan mengenai kesehatan reproduksi remaja termasuk didalamnya tentang perilaku seks yang sehat akan mampu memberikan pemahaman yang jelas kepada remaja dan masyarakat serta akan menekan kejadian seks pranikah beserta dampaknya (Kollmann Nathale, 1998: 68) Bidan sebagai petugas kesehatan dalam menjalankan perannya sebagai pendidik memberikan pendidikan dan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi pada remaja, bidan sebagai pelaksana mempunai tugas mandiri yaitu salah satunya member pelayanan pada remaja tentang kesehatan reproduksi (Depkes RI, 2003: 38) Berdasarkan study pendahuluan yang telah dilakukan di SMA MA ARIF I Wates pada tanggal 10 April 2009, berdasarkan informasi dari guru bimbingan dan konseling bahwa

hampir tiap tahun terjadi penyimpangan seksual siswa dan kebijakan dari bagian bimbingan dan konseling bagi siswa tersebut yaitu diberi peringatan dan pendekatan, sedangkan bagi siswa yang hamil harus didrop out. Tercatat siswa SMA MA ARIF I Wates yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan dalam kurun waktu 2003 2009 sebanyak 8 orang yaitu tahun 2003 sebanyak 1 siswa, tahun 2004 sebanyak 2 siswa, tahun 2005 1 siswa, tahun 2007 2 siswa, tahun 2008 2 siswa. Sehingga peneliti bermaksud mengadakan penelitian tinggkat penggetahuan kesehatan reproduksi remaja dengan sikap seksual pranikah siswa kelas XI di SMA MA ARIF I Wates Kulonprogo tahun 2009, dengan harapan setelah diketahui pengetahuan siswa akan diperoleh gambaran untuk pemberian tindakan selanjutnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja dengan sikap seksual pranikah pada siswa kelas XI di SMA MA ARIF l Wates tahun 2009 METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah survei analitik pendekatan waktu yang digunakan adalah cross sectional. Pengambilan simpel Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan sampel jenuh dengan jumlah responden 20 siswi yang telah memenuhi kriteria menjadi responden. Instumen yang digunakan dalam penelitian menggunakan kuesioner yang sudah diuji reabilitas dan validitas. Uji analisis penelitian ini menggunakan uji Kendali Tau dan didapatkan nilai signifikan 0,000 (α <0,05). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat distribusi frekuensinya pada diagram berikut: 17-18 tahun 12% >18 tahun 3% Gambar 1. Diagram Karakteristik 16 tahun 85% Responden Berdasarkan umur Responden pada penelitian ini sebanyak 98 responden. Berdasarkan diagram di atas responden terbanyak

adalah yang berusia 16 tahun, yaitu sebanyak 83 orang (85%), dan paling sedikit >17-18 tahun, yaitu 3 orang (3%). Wiraswasta 13% Tani 3% PNS 2% TNI/POLRI 2% Karakteristik responden berdasarkan jenjang pendidikan orang tua dapat dilihat distribusi frekuensinya pada diagram berikut: SLTA 15% Perguruan Tinggi 6% SD 5% SLTP 74% Gambar 2. Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Orangtua Diagram tersebut di atas menunjukan bahwa jenjang pendidikan orang tua responden paling banyak adalah lulusan SLTP, yaitu sebanyak 72 orang (75%), sedangkan paling sedikit lulusan SD sebanyak 5 orang (5%) Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan orang tua dapat dilihat distribusi frekuensinya pada diagram berikut: perempuan 40% Swasta 80% Gambar 3 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang tua Diagram tersebut di atas menunjukan bahwa pekerjaan orang tua responden paling banyak adalah sebagai pegawai swasta, yaitu sebanyak 78 orang, dan paling sedikit sebagai TNI/Polri sebanyak 2 orang (2%). Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat distribusi frekuensinya pada diagram berikut: laki-laki 60% Gambar 4.4 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Diagram tersebut di atas menunjukan bahwa jenis kelamin lakilaki sebanyak 59 orang (60%), dan jenis

kelamin perempuan sebanyak 39 orang (40%). Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Rendah 38% Sedang 30% Tinggi 32% Gambar 5. Diagram Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Dari data di atas dapat diketahui bahwa responden memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi remaja dengan kategori tinggi sebanyak 31 orang (32%), sedang sebanyak 29 orang (30%) dan rendah sebanyak 38 orang (38%) cukup sebanyak sebanyak 41 orang (42%), dan kurang sebanyak 2 orang (2%). Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan reproduksi remaja tinggi memiliki sikap terhadap seksual pranikah baik sebanyak 25 orang, cukup sebanyak 17 orang dan kurang tidak ada. Yang memiliki tingkat pengetahuan reproduksi remaja sedang yang memiliki sikap seksual pranikah baik 17 orang, cukup 12 orang, dan kurang tidak ada, sedangkan tingkat pengetahuan reproduksi remaja rendah, memiliki sikap seksual pranikah baik sebanyak 13 orang, cukup sebanyak 23 orang dan yang kurang sebanyak 2 orang. Sikap Seksual Pranikah Cukup 42% Kurang 2% Baik 56% Gambar 4.6 Diagram Sikap Seksual Pranikah Dari data di atas dapat diketahui bahwa sikap seksual pranikah dalam kategori baik sebanyak 55 orang (56%), Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan reproduksi remaja dengan sikap seksual pranikah siswa kelas XI di SMA MA ARIF I Wates Kulonprogo, maka dilakukan analisis uji korelasi dengan menggunakan statistik nonparametrik yaitu analisis korelasi Kendall s tau. Hasil uji korelasi Kendall s tau diperoleh koefisien korelasi sebesar

0,381 dengan P=0,000. Hasil tersebut menunjukan bahwa tingkat pengetahuan reproduksi remaja memiliki hubungan yang signifikan dengan sikap seksual pranikah. Besarnya hubungan tersebut bisa dilihat pada nilai r 2 kendal tau, dengan cara mengkuadratkan nilai r yaitu sebesar 0,145 yang menunjukan bahwa tingkat pengetahuan reproduksi remaja dengan sikap seksual pranikah memiliki hubungan sebesar 14,5%. Hasil nilai koefesien yang positif menunjukan bahwa hubungan yang berbanding lurus, semakin tinggi tingkat pengetahuan reproduksi remaja maka semakin tinggi sikap seksual pranikah, begitu juga sebaliknya. Berdasarkan hasil perhitungan maka dapat diketahui nilai Z hitung sebesar 5,56 dengan nilai Z tabel untuk (p<0,05) adalah sebesar 1,960. Oleh karena nilai Z hitung lebih besar dari Z tabel dan P<0,05, maka hipotesis dalam penelitian ini diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan reproduksi remaja dengan sikap seksual pranikah siswa kelas XI di SMA MA ARIF I Wates Kulonprogo tahun 2009. Sikap terhadap seks pranikah adalah suatu persiapan dalam pengambilan keputusan seksualnya secara dewasa, sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang merugikan diri sendiri maupun orang tuanya (Dianawati, 2003: 27). Salah satu faktor penyebab perilaku seks pranikah adalah kurangnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksinya. Semakin rendah pengetahuan seseorang tentang reproduksi yang sehat, maka akan semakin rendah tanggapan atau sikap seseorang terhadap perilaku seksual pranikah. Pernyataan tersebut dibuktikan dalam hasil penelitian ini, yang ditunjukan melalui hasil uji korelasi Kendall s tau, yaitu nilai p=0,000<0,05, serta nilai Zhitung>Ztabel (5,56>1,960), serta ditunjukan oleh tabulasi silang bahwa tingkat pengetahuan reproduksi remaja yang tinggi memiliki kecenderungan sikap terhadap perilaku seksual pranikah yang baik, yaitu sebanyak 25 orang (25,5%), dibandingkan dengan sikap seksual

pranikah sedang, hanya 6 orang (6,1%), dan tidak terdapat tingkat pengetahuan yang tinggi memiliki sikap seksual pranikah yang kurang. Hasil penelitian ini mendukung teori yang dikemukakan di atas, bahwa tingkat pengetahuan reproduksi akan mempengaruhi sikap seseorang terhadap perilaku seksual pranikah. Arah hubungan yang positif menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus, yaitu semakin tinggi pengatahuan reproduksi remaja, maka akan semakin baik sikap seksual pranikah siswa kelas XI di SMA MA ARIF I Wates Kulonprogo tahun 2009, begitu juga sebaliknya. Penelitian ini meskipun telah diusahakan semaksimal mungkin, namun masih terdapat keterbatasan dalam penelitian ini. Keterbatasan tersebut diantaranya adalah: 1. Keterbatasan instrumen penelitian, dimana instrument belum mencakup semua aspek tanggapan seksual pranikah. 2. Keterbatasan alat pengumpul data, di mana dalam penelitian ini hanya menggunakan angket. Penelitian akan lebih lengkap apabila disertai dengan wawancara dan observasi langsung. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data dan intepretasinya, maka dapat ditarik kesimpulan penelitian sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan reproduksi remaja dengan sikap seksual pranikah siswa kelas XI di SMA MA ARIF I Wates Kulonprogo tahun 2009. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Z hitung sebesar 5,56 dengan nilai Z tabel untuk (p<0,05) adalah sebesar 1,960. 2. Tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja siswa kelas XI di SMA MA ARIF I Wates Kulonprogo tahun 2009 dengan kategori rendah, yaitu 38 orang (38,8%). 3. Sikap seksual pranikah siswa kelas XI di SMA MA ARIF I Wates Kulonprogo tahun 2009 dengan kategori baik, yaitu 55 orang (56,1%).

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut: Bagi Ilmu Pengetahuan :Ilmu kesehatan reproduksi remaja disosialisasikan sejak dini di sekolahsekolah, sehingga remaja dapat mempunyai pengetahuan yang cukup untuk mencegah perilaku seksual pranikah. Responden disarankan memperbanyak kegiatan positif, seperti olahraga, musik, dan aktif dalam kegiatan keagamaan, sehingga dapat mengalihkan perilaku seksual pranikah. SMA MA ARIF I Wates Kulonprogo Yogyakarta disarankan lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap perilaku siswa-siswi yang melakukan pergaulan bebas, sehingga tindakan preventif dapat dilakukan dengan cepat. Terutama pada siswa yang memiliki tingkat pengetahuan rendah serta memilikisikap yang kurang agar lebih diperhatikan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta disarankan dapat meningkatkan kegiatan-kegiatan penyuluhan kesehatan ke masyarakat, khususnya kesehatan reproduksi remaja melalui unit kegiatan kemahasiswaan. Bagi Profesi Bidan disarankan bidan dapat membantu masyarakat, khususnya remaja dengan memberikan informasi reproduksi remaja, melalui kegiatankegiatan kepemudaan masyarakat. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S.2002. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Depkes, RI. 2001. Sikap Remaja Dalam Berperilaku seksual Pranikah. 25 September 2007.hptt/www.depkes.go.id Dhede. 3 Juli 2002. Perilaku Seks Pranikah pada Remaja. Hptt/www.e-psikologi.com Dianawati, A. 2003. Pendidikan Seks Untuk Remaja. Tangarang : Kawan Pustaka Munuaba, IBG. 1999. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan.Jakarta : EGC Sugiyono. 2005. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeto Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Yakarta : EGC Widjarnarko, 1999. Seksualitas Remaja. Yogyakarta : PKK UGM

Widodo, A. 5 Mei 2004. Hubungan Seks Pranikah. Hptt/www.bbkbnrubrik.com Wilopo, Sa. 21 Juni 2005. Remaja Cenderung Berperilaku seks Pranikah. Hptt/depkes.go.id Rudi, H 15 Maret 2005. Kesehatan Reoroduksi Remaja. Hptt/www.kespro.co.id BBKBN,2000. Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta; Kantor Mentri Kependudukan BBKBN,2001. Gambaran Fenomena tentang Perilaku Hubungan Seks Pranikah Di Kalangan Remaja. Jakarta: Depkes RI Dame, PBH. 2005. Persepsi Remaja Hubungan SksualBebas di SLTP K Immanuel Pontianak. Yogyakarta: Sekripsi Falkutas Kedokteran UGM Depkes. 2002. Perilaku Seksual Remaja Beresiko. 27 September 2007. hptt/www.depkes.go.id. Notoatmodjo, S.2002. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2003. Pengantar Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Yakarta: Rineka Cipta