BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut muncul banyak perubahan baik secara fisik maupun psikologis.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari

HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF REMAJA SMA PROGRAM AKSELERASI DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syifa Zulfa Hanani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa Remaja merupakan suatu fase transisi dari anak-anak menjadi dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. dilihat dari beberapa sekolah di beberapa kota di Indonesia, sekolah-sekolah

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Bab IV pasal 5 ayat 3 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. ada di atas rata-rata anak seusianya. Hal ini membuat anak berbakat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu di dunia ini melewati fase-fase perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berinteraksi. Interaksi tersebut selalu dibutuhkan manusia dalam menjalani

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA ANTARA KELAS AKSELERASI DAN KELAS NON AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Manajemen program akselerasi belajar: studi kasus di SMA Negeri 3 Jombang / Iva Faradiana

BAB I PENDAHULUAN. Pada perguruan tinggi mahasiswa tahun pertama harus bersiap menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi ( Mengenyam pendidikan pada

PROGRAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL UNTUK REMAJA SISWA SMA KELAS AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG R. Ajeng Herty P, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. bagian penting dalam proses pembangunan suatu Negara. Untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang unggul baik dalam bidang ilmu pengetahuan,

PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL BEING DAN HARDINESS PADA SISWA SMA PROGRAM AKSELERASI DENGAN PROGRAM REGULER DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa usia sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang. berkisar antara enam tahun sampai dua belas tahun, dimana anak mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dalam lingkungan sekolah. Dengan memiliki para siswa dengan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk memperoleh pelayanan pendidikan. Hak untuk. termasuk anak yang memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan manusia yang pada dasarnya adalah meningkatkan, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. ( diakses 2 Maret 2015) ( diakses 2 Maret 2015)

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada abad ke-21 berupaya menerapkan pendidikan yang positif

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun (Monks, dkk., dalam Desmita, 2008 : 190) kerap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari hari, tanpa disadari individu sering kali bertemu

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA SISWA PROGRAM AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna. dibandingkan dengan makhluk-makhluk Tuhan yang lain.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmah Novianti, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar di sekolah. Hal ini sesuai pendapat Ahmadi (2005) yang menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, maupun masyarakat. Menurut Walgito (2001:71) dorongan atau motif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia anak-anak merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena

BAB I PENDAHULUAN. Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pada aplikasi riilnya, pelaksanaan program akselerasi selalu. pilihan, dengan kemampuan intelegensi di atas rata-rata.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beberapa tahun terakhir, beberapa sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari eksistensi manusia di dunia. Kebahagiaan itu sendiri dapat dicapai dengan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

PERBEDAAN PENYESUAIAN DIRI DAN STRES BELAJAR ANTARA SISWA KELAS AKSELERASI DENGAN SISWA KELAS REGULER DI SMU NEGERI 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang bahagia. Kebahagiaan menjadi harapan dan cita-cita terbesar bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP AKSELERASI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. yang mendengarkan alunan musik selalu menggerak-gerakan anggota. Tuhan yang diberikan kepada seluruh manusia tanpa membedakan jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan

PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I Pendahuluan. Menengan Atas (SMA) saat beralih ke perguruan tinggi. Pada jenjang SMA untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini peranan sumber daya manusia berkembang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainnya. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan untuk berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan tugas pemerintah untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi.

BAB I PENDAHULUAN. laku. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa sampai tua manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau pun potensi yang dimilikinya. masalah yang cukup besar bagi kemajuan negara ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi untuk maju, sejahtera,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masa ke masa. Santrok (2007) mendefinisikan masa remaja adalah periode transisi

BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan bagian dari masyarakat yang sedang mengalami proses transisi dari masa kanak-kanak menuju kepada masa dewasa. Dalam masa transisi tersebut muncul banyak perubahan baik secara fisik maupun psikologis. Perubahan dari sisi psikologis seringkali menyebabkan emosi remaja berubahubah tanpa diketahui penyebabnya secara jelas. Hal tersebut dianggap sebagai hal yang wajar. Seringkali timbul pertentangan dan perselisihan pendapat antara remaja dengan orang tua, lalu muncul keinginan untuk lepas, namun di sisi lain mereka tidak berani mengambil resiko dengan meninggalkan lingkungan yang mereka rasa aman, yaitu rumah (Gunarsa, 1991). Rasa aman yang diberikan oleh lingkungan merupakan aspek hubungan individu dengan orang lain atau lingkungan sosial. Dengan demikian, dukungan sosial memiliki peranan penting bagi remaja dalam melaksanakan tugas perkembangannya. Masyarakat menganggap bahwa remaja juga merupakan bagian dari kelompok masyarakat, oleh sebab itu remaja memiliki hak serta kewajiban yang sama di dalam kehidupan bermasyarakat. Masa remaja ialah masa dimana pengambilan keputusan meningkat, Salah satu contoh adalah kebebasan untuk menentukan pilihan dalam persoalan pendidikan. Pendidikan di Indonesia sudah mengalami kemajuan yang begitu pesat. baik dari segi kurikulum yang ditawarkan maupun program penunjang yang dirasa 1

2 mampu untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan. Salah satu program pendidikan yang saat ini sedang ramai diperbincangkan adalah tentang program akselerasi atau program percepatan belajar untuk pendidikan dasar dan menengah. Program akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari waktu enam tahun menjadi lima tahun pada jenjang SD dan tiga tahun menjadi dua tahun pada jenjang SMP dan SMA (Nulhakim, 2008). Program akselerasi merupakan salah satu alternatif pendidikan bagi siswa yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata atau anak cerdas berbakat, yang merupakan program percepatan belajar dalam bentuk pemadatan waktu menjadi dua tahun dari tiga tahun pendidikan masa formal (reguler) (Zuhdi, 2006). Tujuan dari pengadaan program ini adalah untuk memberikan pelayanan pendidikan yang maksimal bagi siswa yang memiliki bakat serta potensi istimewa. Hal tersebut sesuai dengan Amanat UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada bab IV bagian kesatu pasal 5 ayat 4 yang berbunyi: warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. Pada kenyataannya, fenomena yang muncul di kalangan masyarakat sampai sekarang ini ialah kontroversi tentang penyelenggaraan program akselerasi di berbagai kalangan. Awalnya dengan hadirnya program akselerasi ini diharapkan dapat mengakomodasi kemampuan siswa berbakat sehingga dapat menghemat waktu studi. Namun bagi sebagian kalangan yang kontra mengatakan bahwa hadirnya program akselerasi menimbulkan permasalahan psikologis bagi siswa. Penelitian dari Tim Psikologi UGM (Puspita, 2007) menunjukkan bahwa program akselerasi memiliki beberapa masalah. Di satu sisi program akselerasi

3 memiliki keuntungan bagi mereka yang memiliki kemampuan intelektual lebih karena dapat mempercepat masa studi. Namun di sisi lain, program akselerasi memberikan dampak psikologis yang kurang baik terhadap siswa. Evaluasi penyelenggaraan program akselerasi yang dilaksanakan oleh Zuhdi tahun 2006 juga menyebutkan bahwa terdapat beberapa dampak psikologis siswa setelah beberapa waktu penyelenggaraan program akselerasi, diantaranya pada masa transisi tiga bulan pertama, siswa mengalami stress karena merasa kaget dengan pemberian materi yang begitu cepat. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti yang menyebutkan bahwa mereka mengalami stress pada saat awal masuk program akselerasi. Materi disampaikan secara cepat, tugas sekolah banyak, dan ulangan mendadak menyebabkan mereka merasa tertekan. Bahkan ada salah seorang siswa yang berkeinginan untuk pindah ke kelas reguler, namun karena prosedur yang sulit membuat siswa tersebut mengurungkan niatnya untuk pindah ke program reguler dan memilih bertahan di program akselerasi.. Dilihat dari sisi materi yang diberikan terdapat perbedaan antara siswa akselerasi dengan siswa reguler. Ada beberapa materi yang justru tidak diberikan di kelas akselerasi karena dianggap tidak penting dan untuk mengejar waktu pembelajaran yang singkat. Hal tersebut membuat siswa akselerasi merasa tertekan karena harus mempelajari banyak materi dalam waktu singkat dan mereka dituntut untuk paham dengan sistem pengajaran yang hanya mengajarkan materi yang penting dan tidak mendalam. Hal senada juga diungkapkan oleh tujuh siswa SMA program akselerasi di Surakarta bahwa guru hanya memaparkan

4 materi yang dirasa penting untuk ujian nasional maupun tes masuk PTN dan itu pun hanya disampaikan secara perifer sehingga beberapa siswa mengeluh karena mereka dituntut memahami materi yang banyak dalam kurun waktu yang singkat. Hal tersebut menyebabkan stress bagi anak karena peran guru seharusnya mengajar dengan penuh komitmen dan dedikasi tinggi justru terkesan hanya sekedar meyelesaikan materi tepat waktu tanpa memperhatikan siswanya paham atau kah tidak (Putri, Alsa, &Widiana, 2005). Bagi remaja berbakat khusus yang memilih program akselerasi terdapat kemungkinan timbul masalah emosi dan sosial. Hal tersebut terjadi karena perkembangan emosi tidak selalu berkembang sejalan dengan perkembangan intelektual. Oleh karena itu, anak-anak berbakat sering menghadapi permasalahan emosional baik yang bersumber dari luar diri (eksternal) maupun dari dalam diri mereka (internal) (Maimunah, 2009). Peneliti mutakhir memperkirakan bahwa sekitar 20-25 % dari anak-anak yang sangat berbakat memiliki masalah-masalah sosial dan emosional, yaitu dua kali lebih besar dari angka normal. Namun, sebaliknya anak yang berbakat sedang-sedang saja tidak menunjukkan angka yang lebih tinggi daripada normal (Fawzia dalam Hawadi 2006). Masalah penyesuaian emosional, siswa akselerasi akan mengalami stress karena adanya tekanan di dalam dirinya. Selain itu ia akan merasa terisolasi dan bersikap agresif terhadap orang lain (Maimunah, 2009). Masalah penyesuaian sosial biasanya siswa akselerasi lebih mengutamakan prestasi akademik sehingga mereka cenderung mengurangi waktu untuk aktivitas lain sehingga kesempatan untuk melakukan hubungan sosial

5 dengan teman sebaya menjadi berkurang. Siswa akselerasi cenderung kurang aktif dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dengan alasan capek, malas, atau ingin tidur di rumah (Maimunah, 2009). Dari hasil wawancara juga menyebutkan bahwa siswa akselerasi cenderung untuk tidak melibatkan dirinya dalam kegiatan di luar akademik dengan alasan bahwa kegiatan tersebut akan mengganggu kegiatan belajarnya di sekolah. Bahkan dari pihak sekolah pun secara tidak langsung melarang siswa akselerasi untuk mengikuti kegiatan di luar akademik. Sebagai contoh untuk kegiatan sekolah seperti class meeting siswa akselerasi tidak diperbolehkan ikut karena pada saat acara tersebut agenda mereka adalah KBM aktif. Contoh lain, terdapat beberapa organisasi dan ekstrakurikuler yang memang tidak diperuntukkan untuk siswa akselerasi, seperti Paskibraka, PKS, Pecinta Alam, dan OSIS. Hal ini menghambat proses sosialisasi siswa di sekolah terhadap teman sebayanya (Ayu, Alsa, &Widiana, 2005). Keadaan tersebut sangat bertolak belakang dengan dunia remaja yang cenderung ingin bebas mengeksplorasi kreatifitas yang ia miliki, bermain, dan mencoba hal-hal yang belum diketahui, dan keinginanan untuk menjelajah ke alam sekitar secara lebih luas (Gunarsa, 1991). Kesejahteraan sujektif merupakan evaluasi seseorang tentang hidup mereka, termasuk penilaian kognitif terhadap kepuasan hidupnya serta evaluasi afektif dari mood dan emosi (Diener & Lucas, 1999). Menurut beberapa ahli kesejahteraan subjektif merupakan kebutuhan universal umat manusia dan menjadi kebutuhan yang mendesak seiring dengan makin kompleksnya masalah yang dihadapi manusia pada abad modern ini (Diener, 2000; Suh, Diener, Oishi,

6 Triandis, 1998; Diener&Tov, 2004). Istilah kesejahteraan subjektif merupakan evaluasi individu terhadap kehidupannya. Penilaian ini secara kognitif berupa pandangan terhadap kepuasan serta afeksi seperti perasaan kegembiraan atau tidak mengalami depresi. Hasil penelitian Jersild (Darmayanti, 2012) mengungkapkan bahwa terdapat keragaman hal-hal yang dapat menyebabkan seseorang berbahagia berdasarkan pada tingkat perkembangan usianya. Bagi remaja usia 15-18 tahun, hal-hal yang dapat mendatangkan bahagia adalah: (1) pergi rekreasi beramairamai, melakukan kegiatan dengan keluarga; (2) mencapai peningkatan diri, berhasil di sekolah, dan merasa penting atau berarti di lingkungannya; (3) memperoleh hubungan baik dengan orang lain, bersahabat karib, dan mendapatkan teman yang pasti; (4) melakukan aktifitas pribadi yang menyenangkan, seperti bermain (games); dan (5) merasa bermanfaat bagi orang lain atau bagi kemanusiaan secara umum. Orang dapat dikatakan memiliki kesejahteraan subjektif yang tinggi jika orang tersebut merasa puas dengan kondisi kehidupan yang dijalaninya dan sering mengalami emosi positif (Mothamaha, 2007). Berikut kutipan wawancara dengan salah satu remaja yang bersekolah di salah satu sekolah menengah atas program akselerasi di kota Surakarta: DMG: alasan saya masuk aksel itu sebenarnya disuruh orang tua mbak, jadi bukan keinginan pribadi, tetapi saya menyadari segala konsekuensi yang akan saya terima nanti kalau masuk aksel. Awal-awal masuk aksel sih sempat merasa stress dan bosan karena aktifitas yang jauh berbeda dibandingkan saat duduk di bangku SMP, pulangnya sore terus, tugasnya banyak, jadi nggak bisa tidur siang, nggak cuman itu kompetitornya itu pinter-pinter. Tetapi lama-lama

7 dinikmati aja, kalau pas kosong nggak ada tugas ya nonton TV kalau lagi libur bisa pergi karaokean sama temen-temen buat refreshing. Kalau menurut saya, dukungan sosial itu penting mbak, terutama orang tua selalu memberikan dukungan positif untuk saya biar maju. Nggak cuman orang tua, temen juga, kalau saya lagi down yang biasanya memberikan motivasi buat maju itu ya temen-temen. Jadi menurut saya dukungan sosial itu penting dalam kehidupan saya saat ini. Kalau ditanya saya ini orang yang optimis atau tidak saya akan menjawab kalau saya ini orang yang pesimistis karena saya ini mudah sekali down, tetapi saya juga memiliki sifat optimistis meskipun sedikit. Prinsip saya sekarang ngalahi sik sing penting akhirnya baik. Bagi saya secara pribadi saya merasa bahagia apabila memiliki hubungan baik dengan individu lain, studi sekolah juga baik serta dapat mencapai apa yang saya inginkan. Wawancara tersebut memberikan gambaran tentang remaja khususnya siswa SMA program akselerasi di kota Surakarta bahwa dukungan sosial khususnya dari orang tua dan teman memiliki peranan yang sangat penting ketika sedang mengalami banyak masalah serta kendala baik yang berhubungan dengan studi maupun persoalan remaja lainnya. Orang tua dan teman sebaya yang memberikan dukungan penuh berupa motivasi mampu memberikan efek positif bagi remaja untuk bangkit dan kembali bersemangat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Conventry, Gilespie, Heath, dan Martin pada tahun 2004 yang menunjukkan bahwa dukungan sosial berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif serta kesehatan yang positif pada individu. Selain itu, sikap optimistis juga memiliki peranan dalam kehidupan seorang remaja untuk mencapai apa yang diinginkan, semisal tujuan hidup, masa depan, atau hanya sebatas keberhasilan dalam bidang studi tertentu. Ketika sikap optimistis tersebut muncul meskipun hanya sedikit dan dalam kondisi mendesak saja tetapi hal

8 tersebut memberikan sumbangan energi positif yang cukup besar menyangkut keberhasilan seorang remaja dalam mencapai tujuannya. Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengadaan program akselerasi dalam dunia pendidikan memberikan dampak psikologis bagi peminatnya, khususnya bagi remaja. Berbagai permasalahan yang muncul di kalangan remaja yang menempuh pendidikan program akselerasi membuat peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dengan rumusan masalah apakah ada hubungan antara optimisme dan dukungan sosial dengan kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi di Kota Surakarta. Untuk mengkaji permasalahan secara empiris maka peneliti berkeinginan untuk membuktikan dengan cara mengajukan judul Hubungan antara Optimisme dan Dukungan Sosial dengan Kesejahteraan Subjektif Remaja SMA Program Akselerasi di Kota Surakarta B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Hubungan antara optimisme dan dukungan sosial dengan kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi di kota Surakarta 2. Hubungan antara optimisme dengan kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi di kota Surakarta 3. Hubungan dukungan sosial dengan kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi di kota Surakarta 4. Tingkat optimisme pada remaja SMA program akselerasi di kota Surakarta

9 5. Tingkat dukungan sosial pada remaja SMA program akselerasi di kota Surakarta 6. Tingkat kesejahteraan subjektif pada remaja SMA program akselerasi di kota Surakarta 7. Sumbangan efektif optimisme dan dukungan sosial terhadap kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi di kota Surakarta C. Manfaat Penelitian 1. Bagi Kepala Sekolah Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi kepala sekolah menengah atas di Surakarta yang memiliki program percepatan belajar atau akselerasi untuk lebih memperhatikan kesejahteraan subjektif siswanya dengan cara membuat sebuah program pelayanan khusus untuk meningkatkan optimisme siswa yang berada di bawah tekanan. 2. Bagi Guru Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan terhadap guru-guru program akselerasi untuk lebih mencermati perilaku dari remaja yang menempuh program akselerasi dan mengarahkannya ke hal-hal yang positif serta memberikan suasana pengajaran yang nyaman di sekolah sesuai dengan faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif remaja, yaitu optimisme dan dukungan sosial

10 3. Bagi Siswa Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan tentang keterkaitan antara optimisme dan dukungan sosial dengan kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi di kota Surakarta. 4. Bagi Orang Tua Dari hasil penelitian ini diharapkan bagi orang tua yang memiliki anak usia remaja agar lebih memperhatikan serta memberikan dukungan penuh terhadap segala aktifitas yang mereka lakukan terkait pentingnya dukungan sosial di kehidupan remaja. 5. Bagi Ilmuwan Psikologi Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan serta kajian teoritis dalam ilmu psikologi khususnya di bidang psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan yang berkaitan dengan optimisme dan dukungan sosial terhadap kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi. 6. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dan referensi untuk melakukan penelitian lain yang sejenis yang berkaitan dengan optimisme dan dukungan sosial terhadap kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi dengan mempertimbangkan variabel lain untuk diteliti lebih lanjut.