KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pertama disebutkan dalam ketentuan Pasal 1601a KUHPerdata, mengenai

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA, PERLINDUNGAN HUKUM DAN TENAGA KONTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut dipergunakan dalam upaya memperoleh data yang benar-benar

diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas (dienstverhoeding), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat yang

Aspek Hubungan Kerja dan Perjanjian Kerja di Indonesia. Berdasarkan UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

III. METODE PENELITIAN. konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sitematis dan konsisten.

HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IV) PERJANJIAN KERJA. copyright by Elok Hikmawati

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam waktu yang sama menuntut kewajiban ditunaikan. Hubungan hak dan

Model Perjanjian Kerja Yang Memberikan Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Kontrak Di Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

PENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU DI PT. TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SURAKARTA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian

III. METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 24

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pada umumnya memuat beberapa unsur, yaitu: 1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB III METODE PENELITIAN. studi kasus normatif berupa produk perilaku hukum, misalnya mengkaji

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KETENAGAKERJAAN DAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)

Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013. Artikel skripsi. Dosen Pembimbing Skripsi: Soeharno,SH,MH, Constance Kalangi,SH,MH, Marthen Lambonan,SH,MH 2

METODE PENELITIAN. sistematika, dan pemikiran tertentu dengan jalan menganalisisnya. Metode

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai kebutuhan mulai dari kebutuhan utama ( primer), pelengkap

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA KARYAWAN MENURUT UNDANG-UNDANG N0. 13 TAHUN 2003 DI PT. BATIK DANAR HADI SOLO

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TENAGA KERJA DAN HUBUNGAN KERJA. Pengertian tenaga kerja dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969

BAB I PENDAHULUAN. dirujuk untuk penyelesaian perselisihan itu. Perjanjian kontrak kerja dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Berdasarkan bunyi Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya.

III. METODE PENELITIAN. bertujuan untuk mempelejari suatu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA YURIDIS. tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut hanya diatur

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA DI LEMBAGA PEMERINTAHAN

2.1 Pengertian Pekerja Rumah Tangga dan Pemberi Kerja

TINJAUAN PUSTAKA. Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan

BAB I PENDAHULUAN. membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu.

TANGGUNGJAWAB PERUSAHAAN PENYEDIA JASA AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM YANG DILAKUKAN OLEH PEKERJA OUTSOURCING

III. METODE PENELITIAN. dirumuskan dengan kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain. Pekerjaan

BENTUK PERJANJIAN YANG DIBUAT ANTARA PEKERJA TOKO DAN PENGUSAHA PEMILIK TOKO DI DENPASAR

PEMBERLAKUAN UMK (UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA) TERHADAP KESEJAHTERAAN PEKERJA/BURUH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis, metodologis, dan konsisten. Sistematis artinya menggunakan sistem

seperti Hak Cipta (Copyright), Merek (Trade Mark)maupun Desain

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil setelah dilakukannya penelitian maka dapat disimpulkan, antara lain :

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP JAMINAN SOSIAL PEKERJA. 2.1 Pengertian Tenaga Kerja, Pekerja, dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era reformasi merupakan era perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerja, upah dan perintah.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh konstitusi Negara Indonesia yaitu UUD Tahun 1945 dalam. dengan membayar upah sesuai dengan perjanjian kerja.

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 19 Jenis penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang sangat meningkat, dengan banyaknya pelaku pelaku usaha yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang sangat pesat.

BAB II PEMBAHASAN. A. Tinjauan Umum tentang Perjanjian Kerja

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA ANAK

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) PADA PT. TRICON BANGUN SARANA DI JAKARTA UTARA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA. Hubungan kerja adalah hubungan antara seseorang buruh dengan seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang dengan jumlah penduduk yang

METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 1

III.METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 1

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. sesuatu yang teratur (sistematis), sedangkan logi artinya ilmu yang berdasarkan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian normatif (dokcrinal research) yaitu

III. METODE PENELITIAN. terhadap asas-asas hukum. Penelitian asas-asas hukum dilakukan terhadap

BAB II KEABSAHAN PERJANJIAN KERJA ANTARA PERUSAHAAN PENYEDIA JASA PEKERJA DENGAN PEKERJA OUTSOURCING

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

BAB I PENDAHULUAN pada alinea keempat yang berbunyi Kemudian dari pada itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. negara tidak dapat dipisahkan dari peran para tenaga kerja itu sendiri. Pekerja dan

BAB III PENUTUP. bekerja pada malam hari dapat ditarik kesimpulan:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lembaga pendidikan merupakan salah satu sektor industri yang berperan

BAB III METODE PENELITIAN. membandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan. 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip-prinsip hukum,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pada diri sendiri. Pembangunan ketenagakerjaan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang sangat penting dalam suatu kegiatan produksi.

III. METODE PENELITIAN. lazim digunakan untuk meneliti ketentuan-ketentuan hukum positif sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. yang dibuat sendiri maupun berkerja pada orang lain atau perusahaan. Pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. saing ketat sehingga membuat perusahaan-perusahaan berusaha untuk

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

BAB I PENDAHULUAN. secara tegas tercantum dalam penjelasan umum Undang-Undang Dasar

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan adalah salah satu masalah pokok yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

SKRIPSI KAJIAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA DI SURAKARTA

Transkripsi:

KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU Oleh Suyanto ABSTRAK Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah mengatur mengenai perjanjian kerja yang menjadi dasar adanya suatu hubungan kerja. Perjanjian kerja sendiri terbentuk dalam dua macam: Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT), yang keduanya memiliki keterhubungan secara yuridis. PKWT yang tidak memenuhi syarat Pasal 52 undang-undang tersebut, dapat demi hukum berubah menjadi PKWTT. Sebaliknya, perubahan PKWTT menjadi PKWT adalah suatu peristiwa hukum yang dapat terjadi, yang peristiwa hukum tersebut harus tetap diakomodasi undangundang. Kata kunci: PKWTT, PKWT, Konstruksi Hukum I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perjanjian kerja, memuat hak dan kewajiban, yakni timbul kewajiban satu pihak untuk bekerja dan pihak lain mempekerjakan dengan membayar upah. Shamad menyatakan perjanjian kerja adalah suatu perjanjian di mana seseorang mengikatkan diri untuk bekerja pada orang lain dengan menerima imbalan berupa upah yang sesuai dengan syarat-syarat yang dijanjikan atau disetujui bersama. Hal ini kemudian menjadi ciri bahwa perjanjian kerja memuat isi yang merupakan kesepakatan antara para pihak, yakni pekerja dan pengusaha, untuk dapat melangsungkan suatu pekerjaan dan pekerja diberikan upah sesuai janji. Dikenal 2 (dua) macam perjanjian kerja dalam UU No. 13 Tahun 2003, yakni Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. PKWT adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu. Sedangkan PKWTT adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat tetap. Dua macam perjanjian kerja tersebut menjadi titik tolak hubungan kerja dibangun antara pekerja dengan pengusaha. Perjanjian kerja waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap, yaitu pekerjaan yang sifatnya terus menerus, tidak terputusputus, tidak dibatasi waktu dan merupakan bagian dari suatu proses produksi dalam satu perusahaan atau pekerjaan yang bukan musiman. Pengaturan tentang perubahan terhadap PKWT menjadi PKWTT di dalam UU No. 13 Tahun 2003 telah sedemikian rupa sehingga akibat hukum yang muncul, juga telah diatur secara tegas di dalam Pasal 52 ayat (7). Permasalahan yang dapat dikaji secara hukum 52

adalah bagaimana undang-undang memberikan akomodasi hukum yang sama dan seimbang terhadap perubahan status tersebut, yakni mengenai perubahan status pekerja PKWTT menjadi PKWT. Namun justifikasi yang dapat disampaikan adalah bahwa status pekerja PKWTT menjadi pekerja PKWT adalah sama saja dengan mendegradasi status. Akibat hukum atas perubahan status tersebut juga harus dipahami secara hati-hati dan dimaknai secara mendalam agar perlindungan hak pekerja tetap terakomodasi dengan tepat. 1.2. Perumusan Masalah 1. Apakah perubahan PKWTT menjadi PKWT diatur di dalam peraturan perundang-undangan tentang ketenagakerjaan? 2. Apakah akibat hukum perubahan PKWTT menjadi PKWT? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui konstruksi hukum yang mengatur tentang perubahan PKWTT menjadi PKWT; 2. Untuk mengetahui tentang akibat hukum yang muncul dikarenakan perubahan PKWTT menjadi PKWT. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan untuk memberikan referensi baru mengenai hukum ketenagakerjaan, terutama yang menekankan pada konsep hukum mengenai perjanjian kerja dan perlindungan terhadap hak dan kewajiban para pihak di dalam perjanjian kerja. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perjanjian Kerja Perjanjian kerja yang dalam bahasa Belanda disebut arbeidsoverencom mempunyai beberapa pengertian. Pasal 1601a KUH Perdata memberikan pengertian perjanjian kerja sebagai suatu perjanjian dimana pihak kesatu (buruh) mengikatkan dirinya untuk di bawah perintah yang lain yaitu majikan untuk sewaktu-waktu tertentu melakukan suatu pekerjaan dengan menerima upah. Iman Soepomo berpendapat bahwa pada dasarnya hubungan kerja yaitu hubungan buruh dan majikan terjadi setelah diadakan perjanjian oleh buruh dengan majikan dimana buruh menyatakan kesanggupannya untuk bekerja pada majikan dengan menerima upah dan dimana majikan menyatakan kesanggupannya untuk mempekerjakan buruh dengan membayar upah sehingga perjanjian yang demikian itu disebut perjanjian kerja. Istilah perjanjian kerja menun-jukkan bahwa perjanjian ini dibuat untuk mengenai kerja, yakni dengan adanya perjanjian kerja timbul salah satu pihak untuk bekerja. Jadi berlainan dengan perjanjian perburuhan yang tidak menimbulkan hak atas dan kewajiban untuk melakukan pekerjaan tetapi memuat syarat-syarat tentang perburuhan. Oleh karena perjanjian dibuat untuk suatu hal tertentu, maka di dalam perjanjian kerja itu berkaitan dengan obyek yang diperjanjikan, yaitu tentang pekerjaan. Sedangkan suatu sebab yang halal berkaitan dengan kausa perjanjian kerja, maka pekerjaan yang diperjanjikan tersebut tidak boleh merupakan kausa (atau pekerjaan) yang dilarang oleh undang-undang, serta bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum. 2.2. Akibat Hukum Perjanjian Kerja Perbuatan hukum adalah setiap perbuatan manusia yang dilakukan dengan sengaja untuk menimbulkan hak dan kewajiban. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang memiliki akibat-akibat hukum. Akibat hukum adalah akibat suatu tindakan yang dilakukan untuk memperoleh suatu akibat yang 53

dikehendaki oleh pelaku dan yang diatur oleh hukum. Tindakan yang dilakukannya merupakan tindakan hukum yakni tindakan yang dilakukan guna memperoleh sesuatu akibat yang dikehendaki hukum. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengatur secara rinci hal-hal yang berkaitan dengan Pasal 1320 KUH Perdata, yakni dengan mengadopsinya di dalam Pasal 59 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pasal ini mengatur tentang segalanya untuk membuat perjanjian kerja menjadi sah. Asas konsesualisme berarti bahwa perjanjian lahir pada saat tercapainya kata sepakat antara para pihak mengenai hal-hal yang pokok dan tidak memerlukan suatu formalitas. Demikian pula dengan perjanjian kerja, bahwa perjanjian kerja itu memenuhi asas konsesualisme bilamana pekerja dan pengusaha mencapai kata sepakat tentang hal-hal yang berkaitan dengan hubungan kerja. Sehingga, secara bentuk, perjanjian kerja lisan maupun tertulis bukanlah suatu permasalahan. Hukum perjanjian juga menganut sistem terbuka. Artinya hukum perjanjian memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi dan bermacam apa saja asal tidak melanggar ketertiban umum dan kesusilaan. Hal ini berlaku pula untuk perjanjian kerja sebagaimana diatur di dalam UU No. 13 Tahun 2003. Pasal 1338 KUH Perdata menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Makna dari kata semua menunjukkan bahwa para pihak dalam perjanjian bebas membuat perjanjian yang berupa dan berisi apa saja (atau tentang apa saja) dan perjanjian itu akan mengikat mereka yang membuatnya seperti suatu undang-undang. Demikian artinya bahwa pengusaha dan pekerja dalam membuat suatu perjanjian kerja, dibebaskan untuk memuat substansi apapun di dalamnya, dan kemudian berlakulah sebagai undang-undang bagi mereka. III. METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini menempatkan kasus hukum sebagai peristiwa hukum dan produk hukum. Oleh karena itu, jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian hukum normatif (normative law research) yang pokok kajiannya adalah hukum yang dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang berlaku dalam masyarakat dan menjadi acuan perilaku setiap orang. Demikian sehingga penelitian hukum normatif berfokus pada inventarisasi hukum positif, asas-asas dan doktrin hukum, penemuan hukum dalam perkara in concreto, sistematik hukum, taraf sinkronisasi hukum, dan sejarah hukum. 3.2. Pendekatan Masalah Penulis mengajukan pendekatan perundang-undangan ( statute approach) yaitu pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi. 3.3. Bahan Hukum Sumber-sumber penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penulisan ini adalah: bahan hukum primer ( pu nya kekuatan mengikat secara umum atau mempunyai kekuatan mengikat bagi pihak-pihak yang berkepentingan), Bahan Hukum Sekunder (publikasi tentang hukum yang yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer) dan bahan hukum tersier, (memberikan penjelasa n terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder). 54

3.4. Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum Prosedur yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah studi terhadap dokumen atau bahan pustaka, yakni pengumpulan bahan hukum sesuai tujuan kajian penelitian. Dalam pelaksanaan studi pustaka, langkah-langkah yang ditempuh oleh penulis adalah: mengidentifikasi sumber bahan hukum, menginventarisasi, mencatat dan mengutip bahan hukum yang, serta menganalisis bahan hukum yang diperoleh itu sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. 3.5. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum Data-data diolah dengan menggunakan metode pengolahan data secara kualitatif, yakni suatu tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara lisan dan tertulis dan juga perilakunya nyata, diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang bersifat utuh. Tahap pengelolaan data dalam penelitian ini meliputi kegiatan-kegiatan identifikasi data, klasifikasi data, dan penyusunan data. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan PKWTT Menjadi PKWT Perubahan PKWTT menjadi PKWT bermula dari pemahaman tentang cara PKWTT diadakan oleh pekerja dan pengusaha. Berdasarkan asas kebebasan berkontrak, Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah dan berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dengan demikian, dapat ditemukan bahwa perubahan PKWTT menjadi PKWT dapat dimungkinkan terjadi, berdasarkan kehen-dak masing-masing. Kehendak tersebut bisa saja ada dan tidak ada peraturan perundang-undangan yang tidak melarang hal tersebut. Kemudian, yang menjadi terpenting adalah alasan atau sebab-sebab berubahnya PKWTT menjadi PKWT. Semenjak awal PKWTT diadakan, antara pekerja dengan pengusaha sudah menyepakati ( berdasarkan kehendak) bahwa hubungan kerja tidak dibatasi waktu atau terus menerus, namun ada peristiwa atau situasi kondisi tertentu yang dapat menyebabkan PKWTT dapat berubah menjadi PKWTT. Bahwa perlu diingat PKWTT timbul karena 2 (dua) hal mendasar, ya kni: (1) kesepakatan pekerja/buruh mengadakan PKWTT, dan (2) akibat PKWT dilaksanakan tidak sesuai ketentuan (perubahan PKWT menjadi PKWT). Jadi melihat dari cara timbulnya saja, perubahan PKWTT menjadi PKWT dapat dimungkinkan oleh karena berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan pelaksanaan jenis pekerjaan di dalam suatu perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan PKWTT menjadi PKWT cenderung dibarengi dengan adanya perubahan pekerjaan sebagaimana jenis pekerjaan yang terdapat pada UU No. 13 Tahun 2003. Yang menjadi kunci bahwa PKWTT dapat berubah menjadi PKWT adalah kehendak yang sama antara pekerja dan pengusaha dalam perjanjian. 4.2. Akibat Hukum Perubahan PKWTT menjadi PKWT membawa akibat hukumnya sendiri. Peristiwa hukum ini terdiri dari dua perbuatan hukum yang dilakukan, yakni putusnya hubungan kerja PKWTT dan pembuatan PKWT, yang keduanya disepakati dan dilaksanakan kedua belah pihak dalam perubahan tersebut. Adapun akibat hukum dari perbuatan-perbuatan hukum tersebut adalah: 55

Pertama, pemutusan hubungan kerja PKWTT: mengakibatkan pengusaha wajib membayar hak dan kewajiban kepada pekerja yang didasarkan karena putusnya hubungan kerja dengan alasan tanpa kesalahan, yang merujuk pada ketentuan perhitungan hak normatif pada Pasal 156 dan Pasal 167 UU No. 13 Tahun 2003. Hal ini merupakan akibat hukum yang berupa lenyapnya suatu keadaan hukum tertentu, yaitu lenyapnya atau berakhirnya hubungan kerja yang didasarkan pada PKWTT. Kedua, pembuatan dan pelaksanaan PKWT: yang mengacu pada Pasal 59 UU No. 13 Tahun 2003 dan Kepmenakertrans No. 100 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan PKWT. Situasi ini dapat disebut sebagai lahirnya suatu hubungan hukum baru, yakni hubungan kerja yang didasarkan pada PKWT. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Bahwa perubahan PKWTT menjadi PKWT dimungkinkan ada oleh karena dua kepentingan mendasar, yaitu: (a) kesepakatan para pihak dalam perjanjian kerja, yang secara sadar dan setuju bahwa ikatan PKWTT dapat dirubah menjadi PKWT; dan, (b) terdapat perubahan jenis pekerjaan yang semula ditetapkan dan diperjanjikan dalam PKWTT yang kualifikasi jenis pekerjaan PKWT dalam Pasal 59 UU No. 13 Tahun 2003 dan peraturan pelaksanaannya. Tata cara pelaksanaan perubahan PKWTT menjadi PKWT dilakukan dengan beberapa perbuatan hukum tertentu yang saling berkaitan, yakni: pemutusan hubungan kerja PKWTT, dan diadakannya hubungan hukum baru, yakni hubungan kerja yang didasarkan pada ketentuan mengenai PKWT. Akibat hukum perubahan yakni: (a) muncul hak dan kewajiban sesuai Pasal 156 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; dan (b) dilaksanakannya hubungan kerja, yakni yang memenuhi unsur perintah, pekerjaan dan upah, yang didasarkan pada sesuai Pasal 59 UU No. 13 Tahun 2003. 5.2. Saran 1. Perlu dilakukannya perubahan mendasar mengenai ketentuan perjanjian kerja di dalam peraturan perundang-undangan, terkait dengan perubahan PKWTT menjadi PKWT; 2. perlu aturan mengenai perubahan PKWTT menjadi PKWT yang tegas sehingga tidak mengurangi syarat minimal perlindungan hukum bagi pekerja maupun pengusaha; 3. bahwa pembinaan terhadap pekerja dan pengusaha dalam hal pembuatan perjanjian kerja yang tepat dan tidak meninggalkan ketentuan peraturan perundang-undangan. DAFTAR PUSTAKA: Marzuki, Peter Mahmud. 2006. Penelitian Hukum. Jakarta; Penerbit Kencana. Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung; Citra Aditya Bakti. Rusli, Hardijan. 2004. Hukum Ketenagakerjaan: Berdasarkan UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Terkait Lainnya. Cet. Kedua. Jakarta; Ghalia Indonesia. Sumanto, 2014. Hubungan Industrial: Memahami dan Mengatasi Potensi Konflik- Kepentingan Pengusaha-Pekerja Pada Era Modal Global. Yogyakarta; CAPS. 56

Soepomo, Imam. 2003. Pengantar Hukum Perburuhan. Edisi Revisi. Jakarta; Djambatan. Soekanto, Soerjono & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif. Jakarta; Penerbit Rajawali. Soekanto, Soerjono. 2006. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta; Penerbit Universitas Indonesia (UI Press). Soeroso, R. 1996. Pengantar Ilmu Hukum, Cet. II. Jakarta; Sinar Grafika. Sunyoto, Danang. 2013. Hak dan Kewajiban Bagi Pekerja dan Pengusaha. Yogyakarta; Penerbit Pustaka Yustisia 57