BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia angka kematian ibu merupakan angka tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya, seperti Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup, dan Singapura 6 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012 mengatakan bahwa angka kematian ibu di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. (1) Jumlah AKI di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 sebanyak 619/100.000, mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan jumlah kasus kematian ibu tahun 2014 yang mencapai 711/100.000. Kematian ibu biasanya terjadi karena tidak mempunyai akses ke pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, terutama pelayanan kegawatdaruratan tepat waktu yang dilatarbelakangi oleh terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, serta terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan. (2) Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang sangat penting di Indonesia. Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis dinas kabupaten / kota dimana bertanggungjawab untuk menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja. (3) 1
2 Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan sebuah jaminan kesehatan yang diberlakukan di Indonesia. Pada akhir tahun 2004 pemerintah menetapkan UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, dengan salah satu programnya adalah Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Diharapkan dengan adanya JKN pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat dilaksanakan dalam sistem asuransi dan JKN menjadi sistem jaminan yang bersifat wajib bagi seluruh masyarakat. Sedangkan pada UU No. 24 Tahun 2011 menetapkan, Jaminan Sosial Nasional akan diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS), yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. (4) Setiap Puskesmas melakukan strategi pelayanan keperawatan profesional yang berhubungan dengan kepuasan pasien yang bertujuan supaya rumah layanan kesehatan tetap berkembang. Dimana pasien akan merasa puas apabila pelayanan kesehatan yang didapatkan sesuai dengan yang diinginkan pasien. Kepuasan pasien sangat penting untuk suatu pelayanan kesehatan karena dengan pasien yang merasa puas dengan pelayanan kesehatan maka pasien akan kembali menggunakan jasa pelayanan kesehatan tersebut. Akan tetapi apabila pasien merasa tidak puas dengan pelayanan yang mereka dapatkan maka mereka akan menginformasikan kepada orang lain tentang pengalaman buruknya tentang pelayanan. (5) Kepuasan yang dirasakan oleh pasien merupakan aspek penting bagi citra pelayanan kesehatan dan kelangsungan puskesmas. Tingginya tingkat kepuasan yang dirasakan oleh pasien menjadi bukti yang secara nyata dari pelaksanaan visi dan misi yang ada di puskesmas. Pasien yang merasa puas
3 dengan pelayanannya akan selalu menggunakan jasa pelayanannya kembali. Sedangkan, pasien yang merasa tidak puas dengan pelayanan yang didapatkan kemudian akan memberi informasi kepada orang lain tentang pelayanannya, sehingga dapat mempengaruhi sikap dan keyakinan orang lain untuk menggunakan pelayanan kesehatan tersebut. (6) Menurut Nurjanah, menyatakan bahwa dalam pengalaman sehari-hari ketidakpuasan seorang pasien yang sering ditemukan adalah ketidakpuasan pada sikap tenaga kesehatan, perilaku petugas dan karyawan, keterlambatan pelayanan dokter dan perawat, kurangnya komunikasi dan informasi dari petugas, lamanya proses masuk rawat, kebersihan dan ketertiban lingkungan. (7) Pelayanan Antenatal Care adalah pelayanan kesehatan yang diberikan tenaga kesehatan yang terlatih untuk memberikan pelayanan kepada ibu selama masa kehamilannya, dalam pelaksanaanya pelayanan dijalankan sesuai standar pelayanan antenatal yang sudah ada di Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Pengawasan yang dilakukan sebelum kelahir an (antenatal) terbukti secara nyata pempunyai peran yang sangat penting untuk meningkatkan kesehatan mental dan fisik ibu selama kehamilan, dan dalam menghadapi proses persalinan. Dengan adanya program pengawasan ibu selama kehamilan petugas kesehatan bisa secara dini mengetahui kemungkinan terjadinya komplikasi pada ibu. (8) Semua ibu hamil diharapkan untuk rutin memeriksakan kesehatannya. Pemeriksaan ibu selama kehamilan dilakukan minimal 4 kali pemeriksaan, yaitu pada kehamilan trimester I : melakukan pemeriksaan satu kali, padakehamilan trimester II : melakukan pemeriksaan satu kali, pada
4 kehamilan trimester III : melakukan pemeriksaan dua kali. Ibu hamil yang memiliki resiko tinggi pada kehamilannya pemeriksaan dilakukan lebih sering untuk memantau kesehatannya. Dengan pemeriksaan ini, kesehatan ibu hamil dapat terpantau oleh tenaga kesehatan. Sehingga apabila terdapat gangguan kehamilan tenaga kesehatan dapat melakukan tindakan segera mungkin. (9) Pelayanan Antenatal Care (ANC) Puskesmas Limpung Batang dilaksanakan sesuai standar pelayanan antenatal yang ada dimulai dari pengukuran tinggi badan ibu, menimbang berat badan dan Lingkar Lengan Atas (LILA), mengukur tekanan darah, mengukur Tinggi Fundus Uteri (TFU), Imunisasi Tetanus Toxoid (TT), pemberian tablet besi (fe) dan tanya/temu wicara. Data kunjungan Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di Poli KIA Puskesmas Limpung Batang pada tahun 2014 sebanyak 363 ibu hamil, tahun 2015 sebanyak 375 ibu hamil. Data bulan Januari sampai dengan September 2016 sebanyak 270 ibu hamil. (10) Dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Limpung Batang terhadap 10 ibu hamil. Terdapat 3 orang ibu hamil (30%) menyatakan kurang puas karena merasa bidan kurang perhatian dan ibu hamil kurang memahami penjelasan yang diberikan oleh bidan tentang tanda bahaya dalam persalinan, dan 7 orang ibu hamil (70%) menyatakan tidak puas dengan pelayanan kehamilan yang didapatkan selama ini dengan alasan antara lain sifat petugas yang kurang responsif terhadap ibu hamil, dalam melakukan pelayanan antenatal care kurang sesuai dengan yang diharapkan para ibu hamil, sebab sikap bidan di puskemas tersebut kurang menunjukan sikap ramah terhadap ibu hamil, dan komunikasi petugas yang kurang
5 maksimal dengan ibu hamil pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan, serta fasilitas ruang tunggu yang kurang memadai, waktu antrian terlalu lama yang dapat menimbulkan rasa jenuh. Saat periksa bidan juga tidak menunjukkan sikap perhatian ke pasien. Bidan bersikap cuek dan tidak bersedia untuk diajak berkonsultasi. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul : Hubungan Pelaksanaan Antenatal Care (ANC) Oleh Bidan Dengan Kepuasan Pasien BPJS Pada Ibu Hamil Di Poli KIA Puskesmas Limpung Batang. B. Rumusan Masalah Rumusan permasalahan penelitian ini adalah : Adakah hubungan pelaksanaan Antenatal Care (ANC) oleh bidan dengan kepuasan pasien BPJS pada ibu hamil di Poli KIA Puskesmas Limpung Batang?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pelaksanaan Antenatal Care (ANC) oleh bidan dengan kepuasan pasien BPJS pada ibu hamil di Poli KIA Puskesmas Limpung Batang 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pelaksanaan Antenatal Care (ANC) oleh bidan di Poli KIA Puskesmas Limpung Batang b. Mendeskripsikan kepuasan pasien BPJS pada ibu hamil di Poli KIA Puskesmas Limpung Batang
6 c. Menganalisis hubungan pelaksanaan Antenatal Care (ANC) oleh bidan dengan kepuasan pasien BPJS pada ibu hamil di Poli KIA Puskesmas Limpung Batang D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas Limpung Batang Sebagai masukan untuk puskesmas tentang pelaksanaan Antenatal Care (ANC) oleh bidan dengan kepuasan pasien BPJS pada ibu hamil di Poli KIA Puskesmas Limpung Batang, sehingga dapat dipakai sebagai bahan perbaikan kinerja bidan untuk meningkatkan Mutu Pelayanan puskesmas. 2. Bagi Instansi Pendidikan dan Perkembangan Ilmu Kesehatan Masyarakat Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi sebagai bahan acuan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu kesehatan masyarakat mengenai hubungan pelaksanaan Antenatal Care (ANC) oleh bidan dengan kepuasan pasien BPJS pada ibu hamil di Poli KIA Puskesmas Limpung Batang. 3. Bagi Peneliti Penelitian ini sebagai wacana yang memperkaya pengetahuan peneliti dalam menerapkan teori, khususnya teori di bidang kebijakan kesehatan ke dalam dunia praktek yang sebenarnya.
7 E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel, sasaran dan rancangan penelitian 1 Hakim, L.M & Sinduwiatmo, K (2013) (11) 2 Tamaka, C., Madianung, A & Sambeka, J (2013) (12) Pengaruh Komunikasi Terapeutik Bidan Terhadap Kepuasan Pasien Bersalin Di Rumah Sakit Bhayangkara Pusdik Brimob Watukosek Gempol Pasuruan Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Keteraturan Pemeriksaan Antenatal Care Di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado 3 Alamri, M.A (2015) (13) Hubungan antara mutu pelayanan perawat dan tingkat pendidikan dengan kepuasan pasien peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam (RSI) Sitti Maryam Kota Manado Variabel komunikasi terapeutik bidan dan kepuasan pasien bersalin. Sasaran adalah ibu bersalin. Jenis penelitian korelasional dengan rancangan cross sectional Variabel pengetahuan ibu hamil dan keteraturan pemeriksaan antenatal care. Sasaran adalah ibu hamil. Jenis penelitian korelasi dengan rancangan cross sectional Variabel mutu pelayanan perawat, tingkat pendidikan dan kepuasan pasien peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Sasaran sampel dalam penelitian ini sebanyak 89 sampel berdasarkan kriteria inklusi. Jenis penelitian survey analitik dengan rancangan cross sectional study. Hasil Penelitian Komunikasi terapeutik bidan adalah 88% yang berarti baik dan kepuasan pasien adalah 88% yang berarti baik. Ada pengaruh komunikasi terapeutik bidan terhadap kepuasan pasien bersalin. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan dengan kategori baik 76,6% (23 orang) dan kurang baik 23,3% (7 orang). Untuk keteraturan pemeriksaan antenatal care kategori teratur 53,3% (16 orang) dan tidak teratur 46,7% (14 orang). Hasil penelitian didapatkan mutu pelayanan perawat sebagian besar adalah baik sebanyak 51 responden (57,3%), tingkat pendidikan sebagian besar adalah pendidikan tinggi sebanyak 46 responden (51,7%) dan kepuasan pasien sebagian besar adalah puas sebanyak 45 responden (50,6%).
8 Perbedaan dengan penelitian Hakim & Sinduwiatmo, yaitu sasaran dan tempat penelitian. Sasaran penelitian sebelumnya adalah ibu bersalin di Rumah Sakit Bhayangkara Pusdik Brimob Watukosek Gempol Pasuruan. Sedangkan sasaran yang akan diteliti adalah pasien BPJS pada ibu hamil di Poli KIA Puskesmas Limpung Batang. Perbedaan dengan penelitian Tamaka., Madianung & Sambeka yaitu variabel. Variabel bebas sebelumnya adalah pengetahuan ibu hamil. Sedangkan variabel bebas yang akan diteliti adalah pelaksanaan Antenatal Care (ANC) oleh bidan. Perbedaan dengan penelitian Alamri (2015) yaitu variabel. Variabel sebelumnya mutu pelayanan perawat, tingkat pendidikan dan kepuasan pasien peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, sedangkan variabel yang akan diteliti adalah pelaksanaan Antenatal Care (ANC) oleh bidan dan kepuasan pasien BPJS pada ibu hamil. F. Lingkup Penelitian 1. Lingkup Keilmuan Penelitian ini berfokus pada ilmu kesehatan masyarakat tentang pelaksanaan Antenatal Care (ANC) Oleh Bidan Dengan Kepuasan Pasien BPJS Pada Ibu Hamil yang berhubungan dengan kebijakan kesehatan. 2. Lingkup Materi Lingkup materi pada penelitian ini adalah pelaksanaan Antenatal Care (ANC) Oleh Bidan Dengan Kepuasan Pasien BPJS Pada Ibu Hamil.
9 3. Lingkup Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Poli KIA Puskesmas Limpung Batang. 4. Lingkup Metode Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan metode kuantitatif. 5. Lingkup Sasaran Sasaran penelitian adalah pasien ibu hamil yang menggunakan BPJS Kesehatan di Poli KIA Puskesmas Limpung Batang. 6. Lingkup Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret dan April 2017.