BAB V PEMBAHASAN. yang dilihat dari kemampuan representasi visual, simbolik dan verbal. Tunggangri, berikut adalah pembahasan dari temuan peneliti.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING

BAB II KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DALAMMATERI BARISAN DAN DERET ARITMATIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarah Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang termuat dalam kurikulum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KEMAMPUAN MULTI REPRESENTASI MATEMATIS BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

BAB V PEMBAHASAN. analisis deskriptif. Berikut pembahasan hasil tes tulis tentang Kemampuan. VII B MTs Sultan Agung Berdasarkan Kemampuan Matematika:

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dari guru ke siswa yang bertujuan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB V PEMBAHASAN. bahwa kemampuan representasi matematis siswa kelas XI-TSM 2 SMK Ngunut

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angkaangka,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sama dalam suatu kelompok. matematika yaitu pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Representasi Matematis. solusi dari masalah yang sedang dihadapinya (NCTM, 2000).

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS. Alamat Korespondensi:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI PENELITIAN DESAIN

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

REPRESENTASI VISUAL DALAM MENYELESAIKAN MASALAH KONTEKSTUAL

BAB I PENDAHULUAN. maupun Rohani semakin meningkat dalam usaha menyesuaikan diri dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. segala perubahan yang terjadi dilingkungannya. Tanpa pendidikan, manusia tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. melakukan kegiatan belajar sejak dilahirkan. Syah (2006: 92) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. matematika yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving),

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I BAB I PENDAHULUAN. peserta didik ataupun dengan gurunya maka proses pembelajaran akan

BAB I PENDAHULUAN. Hasratuddin : 2006) menyatakan bahwa: matematika merupaka ide-ide abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi. Sebagai contoh, suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek,

BAB I PENDAHULUAN. Wahyudin Djumanta, Dkk.,Belajar Matematika Aktif Dan Menyenangkan,(Bandung: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Depdiknas (2006) mengungkapkan bahwa dalam pendidikan, siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang muncul pada kehidupan setiap

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Representasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini,

TINJAUAN PUSTAKA. yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan. untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

BAB V PENUTUP A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Representasi Matematis

BAB I PENDAHULUAN. ini mengakibatkan hasil belajar siswa belum mencapai taraf optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia pendidikan di negara kita semakin mendapat tantangan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran matematika tidak sekedar menyampaikan berbagai informasi seperti aturan, definisi, dan prosedur untuk

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan yang berperan sebagai ratu dan pelayan ilmu. James dan James

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional) Pasal 37 menegaskan bahwa mata pelajaran matematika

2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang perlu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. dirinya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan juga

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika yang ada di SD Negeri 2 Labuhan Ratu khususnya pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sehari-hari. Beberapa diantaranya sebagai berikut:

II. KAJIAN PUSTAKA. menyampaikan sesuatu seperti menjelaskan konsep dan prinsip kepada siswa.

Perbedaan Kemampuan Representasi Matematis Siswa Menggunakan Pembelajaran Tipe NHT dan Tipe TPS Pada Materi Pecahan

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1

Rata-rata UN SMP/Sederajat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dan berlangsung sepanjang hayat. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Ika Puspita Sari Kemampuan Komunikasi Matematika Berdasarkan Perbedaan Gaya Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 6 Wajo pada Materi Statistika

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki alat-alat potensial yang harus dikembangkan secara

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran matematika. Menurut NCTM (Kesumawati, 2008: 231) matematik dalam konteks di luar matematika.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan proses globalisasi, terjadi transformasi sosial, ekonomi, dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika juga merupakan. lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN Kemampuan representasi matematis yang dibahas dalam penelitian ini meliputi kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal kubus dan balok yang dilihat dari kemampuan representasi visual, simbolik dan verbal. Berdasarkan data yang peneliti temukan pada kegiatan penelitian di MIN Tunggangri, berikut adalah pembahasan dari temuan peneliti. 1. Profil Kemampuan Representasi Visual Peserta Didik Kemampuan representasi visual peserta didik rata-rata tergolong baik. Hal ini ditunjukkan dari hasil kemampuan representasi visual yang dilihat dari kelompok peserta didik berkemampuan akademik tinggi, akademik sedang dan akademik rendah yang bertindak sebagai informan. Dari peserta didik akademik tinggi yaitu dengan kode KRT1 dan KRT2 memiliki nilai rata-rata 87,5 berada pada kategori sangat baik. Hal itu sesuai dengan cara penyelesaiannya soal dalam menggambar kubus dan balok yang sesuai dengan indikator yang membuktikan bahwa peserta didik berkemampuan akademik tinggi lebih memahami konsep dasar materi kubus dan balok tersebut. Dari hasil nilai dan indikator yang sudah terpenuhi, peserta didik berkemampuan akademik tinggi memiliki kemampuan memahami dan menyelesaikan soal paling baik dibandingkan kedua kategori yang lain. Tingginya kemampuan representasi dari aspek visual peserta didik 117

118 berkemampuan akademik tinggi menunjukkan peserta didik kemampuan akademik tinggi memiliki pemahaman konsep dan mampu merepresentasikan penyelesaiannya yang lebih baik dibandingkan kedua kategori yang lain. Hal ini sesuai dengan Ibnu Fajar yang menyatakan bahwa: penyelesaian yang sukses tidak mungkin tanpa adanya representasi yang sesuai. 1 Sehingga pernyataan di atas mengisyaratkan bahwa kemampuan representasi matematis mempengaruhi subyek dalam menyelesaian soal. Sehingga subjek pada tingkat kemampuan matematika tinggi peserta didik dapat memahami soal dan mampu menyelesaian soal tersebut dengan baik dan benar. Kemampuan representasi visual dilihat dari Peserta didik akademik sedang yaitu dengan kode KRS1 dan KRS2 memiliki nilai rata-rata 68,75 berada pada kategori baik pada representasi visualnya. Peserta didik akademik sedang menggambar kubus dan balok sudah sesuai dengan indikator hanya saja belum maksimal. Sedangkan untuk peserta didik akademik rendah memiliki nilai rata-rata 53,125 berada pada kategori kurang baik dalam representasi visualnya. Kemampuan representasi memang sangat diperlukan dalam mata pelajaran matematika karena matematika merupakan gagasan-gagasan abstrak yang perlu diungkapkan. Peserta ddik yang memiliki kemampuan representasi yang tinggi serta mampu mengungkapkan idea atau gagasan matematikanya dengan baik cenderung mempunyai pemahaman yang baik terhadap konsep 1 Ibnu Fajar, Kemampuan Representasi...

119 yang dipelajari serta mampu memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari yang nantinya akan berpengaruh pada hasil belajar peserta didik. 2. Profil Kemampuan Representasi Simbolik Peserta Didik Kemampuan representasi simbolik peserta didik rata-rata tergolong cukup baik. Hal ini ditunjukkan dari hasil kemampuan representasi simbolik yang dilihat dari kelompok peserta didik berkemampuan akademik tinggi, akademik sedang dan akademik rendah yang bertindak sebagai informan. Dari peserta didik akademik tinggi yaitu dengan kode KRT1 dan KRT2 memiliki nilai rata-rata 81,25 berada pada kategori sangat baik. Dari peserta didik akademik sedang yaitu dengan kode KRS1 dan KRS2 memiliki nilai rata-rata 68,75 berada pada kategori baik pada representasi simboliknya. Sedangkan peserta didik akademik rendah memiliki nilai rata-rata 28,125 berada pada kategori sangat kurang baik dalam representasi simboliknya. Dari hasil nilai dan indikator yang sudah terpenuhi, peserta didik berkemampuan akademik tinggi sudah menguasai dan memahami materi kubus dan balok dengan sangat baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan peserta didik mampu menyelesaikan soal yang diberikan dengan menggunakan representasi simbolik yaitu dengan menggunakan ekspresi matematika dalam menyelesaiakan soal. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat yang dikemukakan NCTM yang menyatakan bahwa Pemecahan masalah merupakan proses penerapan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya

120 pada situasi yang berbeda. 2 Dari penjelasan tersebut menunjukkan peserta didik sudah mulai mampu menerapkan pengetahuan atau memahami mengenai materi kubus dan balok dalam soal matematika yang diberikan dengan cara merepresentasikan suatu masalah dalam soal tersebut sebelum menerapkannya walaupun pada aspek ini masih belum tercapai sepenuhnya pada indikator representasi simbolik. Tujuan pembelajaran matematika menurut Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan sceintific (ilmiah). Dalam pembelajaran matematika kegiatan yang dilakukan agar pembelajaran bermakna yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Menyaji hal ini termasuk kegiatan representasi. Representasi yang merupakan kemampuan matematis yang menggambarkan intelegensi tinggi. Hal ini sesuai teori Primary Mental Ability (thurstone) dalam teori inteligensi, menyatakan bahwa bagian dari inteligensi adalah kemampuan primer yang meliputi kemampuan matematis, verbal atau bahasa, abstraksi, berupa visualisasi atau berpikir... 3 Jadi sebaiknya dalam pebelajaran matematika melibatkan hal tersebut sehingga dapat melatih kemampuan peserta didik. Representasi merupakan tahapan berpikir matematis tingkat tinggi, mencangkup kapasitas untuk berpikir secara logis dan sistematis. Kemampuan merepresentasikan suatu masalah dalam soal memungkinkan peserta didik 2 Husna, et. all, Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS), (Jurnal Peluang: Vol.1 No.2, tahun 2013)dalam http://www.jurnal.uinsyah.ac.id, diakses pada tanggal 28 Februari 2017, hal. 81 3 Djaali, Psikologi Pendidikan...hal.73

121 untuk dapat menyelesaikan suatu persoalan dalam kehidupannya, di dalam dan di luar sekolah. Dalam dunia matematika diperlukan representasi matematika seseorang guna memecahkan permasalahan yang dihadapi. Hal ini diperkuat menurut Jones & Knuth dalam Ibnu Fajar bahwa representasi adalah model atau bentuk pengganti dari suatu situasi masalah atau aspek dari suatu situasi masalah yang digunakan untuk menemukan solusi. 4 Berdasarkan pernyataan di atas dapat dipahami jika kemampuan representasi matematis membantu peserta didik dalam menggambarkan suatu masalah sehingga memudahkan dalam menentukan cara penyelesaian soal dalam matematika. Oleh karena itu, kemampuan representasi matematis harus selalu dibiasakan dan dikembangkan dalam setiap pembelajaran matematika. Jadi kemampuan representasi hendaknya diperhatikan dalam pembelajaran matematika. Representasi matematis merupakan suatu kebiasaan otak yang apabila dikembangkan dengan baik dan konsisten akan memudahkan mengkomunikasikan matematika baik secara tertulis maupun lisan. Sehingga dalam menuangkan gagasan dan ide-ide matematika dengan baik. Selain itu, kebiasaan representasi matematis yang baik juga akan berdampak pada kemampuan peserta didik dalam mengkomunikasikan suatu masalah dan menentukan penyelesaiannya. 3. Profil Kemampuan Representasi Verbal Peserta Didik Kemampuan representasi verbal peserta didik rata-rata tergolong baik. Hal ini ditunjukkan dari hasil kemampuan representasi verbal dilihat dari 4 Ibnu Fajar, Kemampuan Representasi...

122 kelompok peserta didik berkemampuan akademik tinggi, akademik sedang dan akademik rendah yang bertindak sebagai informan. Dari peserta didik akademik tinggi yaitu dengan kode KRT1 dan KRT2 memiliki nilai rata-rata 93,75 berada pada kategori sangat baik. Dari peserta didik akademik sedang yaitu dengan kode KRS1 dan KRS2 memiliki nilai rata-rata 81,25 berada pada kategori sangat baik pada representasi simboliknya. Sedangkan peserta didik akademik rendah memiliki nilai rata-rata 25 berada pada kategori sangat kurang baik dalam representasi simboliknya. Pernyataan diatas menunjukkan bahwa kemampuan representasi verbal dengan menyelesaikan soal dengan teks atau kata-kata tertulis peserta didik tergolong baik. namun sangatlah kurang pada peserta didik pada kelompok akademik rendah. Rendahnya kemampuan representasi matematis peserta didik berkemampuan akademis rendah akan mempengaruhi kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Hal itu disebabkan oleh pemahaman peserta didik yang sangat kurang pada konsep dasar matematika itu sendiri. Sehingga proses pembelajaran juga menjadi faktor dalam penenaman konsep tersebut. Lebih jelasnya bahwa pada tingkat dasar jika terlalu santai dalam mengajarkan pelajaran matematika dan hanya monoton, hafalan dan bahkan kemampun peserta didik tidak terlalu diperhatikan. Maka cara pembelajaran yang seperti itu hanya bertujuan untuk menggugurkan kewajiban. Proses pembelajaran seperti di atas tidak membuat anak didik berkembang dan memiliki kemampuan mengungkapkan kembali

123 pemikirannya, tapi justru lebih menerima ilmu secara pasif. Dengan demikian, langkah-langkah dan proses pembelajaran selama ini umumnya dilakukan oleh para guru adalah kurang tepat, karena justru membuat anak didik menjadi pribadi yang pasif. Dengan pembelajaran seperti ini, peserta didik sebagai subjek kurang dilibatkan dalam menemukan konsep-konsep pelajaran yang harus dikuasainya. Hal ini menyebabkan konsep-konsep yang diberikan tidak membekas tajam dalam ingatan peserta didik sehingga peserta didik mudah lupa dan sering kebingungan dalam penyelesaian soal yang berbeda dari yang pernah dicontohkan oleh gurunya. Berdasarkan pernyataan di atas jelas tergambar bahwa pemahaman konsep merupakan aspek yang begitu penting dalam menyelesaikan sebuah permasalahan. Oleh karena itu, di dalam memahami konsep matematika peserta didik memerlukan perencanaan pembelajaran yang baik, sehingga pada akhir peserta didik dapat memahami konsep yang telah dipelajarinya. Tanpa memahami konsep/materi yang dipelajari maka tahapan selanjutnya untuk menyelesaikan soal seperti representasi dan mengkomunikasikan gagasan akan mengalami kesulitan. Selama melaksanakan wawancara kepada peserta didik yang berkemampuan rendah, peneliti memberikan banyak stimulus agar peserta didik tersebut dapat memahami dan mampu merespon masalah tersebut. Dan peneliti juga bertanya yang sifatnya mengarahkan. Hal ini sesuai pendapat Hudojo yang menyebutkan bahwa pertanyaan yang tepat dapat mengarahkan

124 peserta didik untuk menyelesaikan masalah 5. Namun pada kenyataannya pada peserta didik kemampuan rendah tetap saja belum dapat menyelesaiakan soal tersebut. Dalam hal ini menunjukkan bahwa peserta didik yang mampu menyelesaiakan soal yang sudah diberikan adalah peserta didik yang benarbenar memahami konsep dasar yang juga mempengaruhi kemampuan representasi matematis peserta didik yang juga tergolong rendah. Goldin berpendapat bahwa memahami konsep matematika yang lebih penting bukanlah penyimpanan pengalaman masa lalu, tetapi bagaimana mendapatkan kembali pengetahuan yang telah disimpan dalam ingatan dan relevan dengan kebutuhan serta dapat digunakan ketika diperlukan. Proses mendapatkan pengetahuan yang relevan dan penggunaanya sangat terkait dengan pengkodean pengalaman masa lalu tersebut. 6 Dari pendapat Goldin diatas dapat diartikan bahwa ketika peserta didik sulit dalam memunculkan model pengkodean dari suatu masalah atau belum dapat melakukan representasi internal maka peserta didik juga belum dapat mengkomunikasikan dan menyelesaiakan suatu masalah tersebut hal itu yang disebut representasi eksternal. Jadi untuk dapat mencapai standar-standar pembelajaran itu, seorang guru hendaknya dapat menciptakan suasana belajar yang memungkinkan bagi peserta didik untuk secara aktif belajar mengkonstruksi, menemukan dan 5 Herman Hudojo, Strategi Belajar Mangejar Matematika, (Malang: IKIP, 1990), hal.129 6 Jarnawi Afgani Dahlan & Dadang Juandi, Analisis Representasi Matematik Siswa Sekolah Dasar Dalam Penyelesaian Masalah Matematika Kontekstual, Jurusan Pendidikan Matematika Fpmipa, Universitas Pendidikan Indonesia, Jurnal Pengajaran Mipa, Volume 16, Nomor 1, April 2011, Hal. 129

125 mengembangkan pengetahuannya. Karena mengajar matematika tidak sekedar menyusun urutan informasi, tetapi perlu meninjau relevansinya bagi kegunaan dan kepentingan peserta didik dalam kehidupannya. Hal ini didukung oleh pendapat Battencourt yang mengatakan bahwa: Mengajar bukanlah memindahkan pengetahuan dari guru kepada murid, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik membangun sendiri pengetahuannya. Oleh sebab itu pada kegiatan pembelajaran matematika tidak semestinya semua informasi disampaikan dalam bentuk jadi, melainkan melalui aktivitas peserta didik dalam upaya menemukan informasi tentang matematika secara integral dan mandiri. Itu semua akan dapat dicapai jika proses pembelajaran matematika yang diciptakan oleh guru benar-benar mampu mengaktifkan peserta didik secara utuh, baik melalui ranah kognitif, afektif maupun psikomotor, sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan representasi matematis. 7 Penjelasan Battencout diatas dapat dirtikan bahwa matematika sangatlah perlu diperhatikan dari segi pembelajaran ataupun kemampuan peserta didik. Dengan belajar matematika diharapkan peserta didik mampu menyelesaikan soal, menemukan, merepresentasikan serta mengkomunikasikan ide-ide yang muncul dalam benak peserta didik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ali Hamzah dan Muhlisrarini dalam bukunya bahwa metematika disusun atau dibentuk dari hasil pemikiran manusia seperti ide, proses, dan penalaran. Berawal dari ide-ide lalu disimbolisasi, kemudian dari simbol-simbol dikomunikasikan. 8 Simbolisasi yang dimaksud disini merupakan salah satu bentuk representasi suatu masalah. Kurang mampunya merepresentasikan maka peserta didik kurang mampu 7 Kartini Hutagaol, Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama, Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STIKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.1, Februari 2013, hal 89 8 Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi...hal.49

126 mengkomunikasikan dan bahkan belum dapat menyelesaiakan soal, terutama pada matematika. Pernyataan tersebut juga dikuatkan oleh NCTM yang mengungkapkan bahwa representasi yang dimunculkan oleh peserta didik merupakan ungkapanungkapan dari gagasan-gagasan atau ide-ide matematika yang ditampilkan peserta didik dalam upayanya untuk mencari suatu penyelesaian dari soal yang sedang dihadapinya. 9 Penyelesaian yang diungkapkan melalui berbagai macam aspek sepertihalnya aspek verbal yaitu dengan menyelesaiakan soal dengan teks tertulis. Rata-rata dari berbagai aspek kemampuan representasi matematis dalam pembahasan diatas, yang nilai paling baik atau aspek yang dikategorikan paling baik dari ketiga aspek representasi matematis dari seluruh peserta didik kelas VI di MIN Tunggangri adalah pada aspek visualnya. Sedangkan yang rendah adalah pada aspek simboliknya. Walaupun representasi simboliknya rendah dari pada aspek lain, pada aspek simbolik ini masih dikategorikan cukup baik. 9 NCTM, Principles and Standars..., hal.67